Anda di halaman 1dari 3

PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI

Nama : Dioni Rismalia


Nim : 1910301006
Kelas : 6B IAT

SINOPSIS

1. Penafsiran Kesehatan Mental Anak Dalam Tafsir Sufi Karya Abu Muhammad Sahl

Kesehatan adalah suatu kondisi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang
lengkap dan bukan sekedar tidak adanya penyakit atau kelemahan. Pemahaman tentang
kesehatan telah bergeser dengan seiringnya waktu. Berbagai faktor sosial berpengaruh
terhadap kondisi kesehatan, seperti perilaku individu, kondisi sosial, genetik dan biologi,
perawatan kesehatan, dan lingkungan fisik.
Dizaman modern ini teknologi telah canggih dari balita sampai lansia sudah
bermain gadget. Anak-anak tingkat remaja telah bebas untuk bermain sosial media.
Mereka telah bebas melakukan hal itu tanpa pengawasan orang tua. Anak anak pada usia
remaja sangat sensitif dengan suatu perasaan emosionalnya. Sehingga apapun yang
dialami pada kehidupannya sehari-hari dia curahkan kedalam sosial media tersebut. Hal
yang paling sering ditemukan adalah mereka sering mengatakan tentang keluarganya
dengan istilah bahasa inggris Broken Home (Rumah Rusak). Maksud disini bukanlah
objek yang sebenarnya rusak namun ini adalah suatu khiasan menggambarkan kehidupan
keluarganya dalam keadaan kacau.
Anak didalam islam adalah suatu amanah yang diberikan oleh Allah SWT yang
dititipkan kepada orang tuanya. Untuk itu, anak harus dijaga dan dipelihara dengan baik
agar dapat tumbuh dan berkembang, baik secara jasmani maupun rohani. Setiap manusia
diciptakan untuk menjadi hamba-Nya. Kesehatan mental dari anak-anak broken home
sangat berbeda dari biasanya mungkin dalam sekilas orang lain akan mengabaikan hal
ini. Karena menganggap semua orang memiliki masalahnya masing-masing atau
mendapatkan ujian yang berbeda-beda.
Kesehatan yang dimaksud tidak lain, yakni tentang perasaaan mereka yang mudah
terluka. Sangat tidak bisa menerima ketika ada yang berbicara dengan nada tinggi karena
Trauma yang dialami olehnya. Mudah menangis dalam suatu hal. Marah kepada diri
sendiri atau penyesalan yang selalu menghantui. Dan akan menyebabkan kekacauan lain
dikarenakan orang tuanya tidak harmonis ia tidak semangat menjalani kehidupannya
karena merasa paling tersakiti. Baik dalam mengikuti pembelajaran disekolah maupun
untuk taat dalam beragama. Sehingga anak-anak berbakat semakin berkurang dan tidak
memahami bakat mereka sendiri karena masih memikirkan tentang dirinya bukan untuk
kesjahteraan masa depannya, perlakuan gagalnya menjaga kesehatan sehingga hasrat
untuk melakukan hal-hal yang dilarang demi mencari kebahagiaan dengan cara yang
salah.
Hal ini sangatlah buruk ,bagi masa depan anak tersebut. Karena anak-anak adalah
yang menentukan bagaimana kehidupan generasi seterusnya baik untuk keluarganya,
agamanya, negerinya. Untuk itu saya sangat ingin meneliti tentang suatu kesehatan
mental ini, bukan hanya sebagai pembelajaran namun dapat bisa membantu anak-anak
dan pembaca lainnya, akan suatu kesehatan mental ini baik bagi orang tua kepada
anaknya. Maupun anak dalam menerima keadaan yang dialaminya sekaligus untuk
menyembuhkan. Al-qur’an merupakan kitab suci yang memiliki banyak ilmu-ilmu
didalamnya. Untuk itu akana lebih baik kita menggali lagi keajabiban-keajaiban yang
belum tersingkap didalmnya. Dengan metode tafsir Sufi karya Hamzah Fansuri.

2. Hak Dan Kewajiban Suami Isteri Dalam Perspektif Al-Qur’an

Allah SWT menciptakan seluruh makhluk berpasang-pasangan tanpa kecuali,


sekecil apapun ciptaan Allah SWT pasti mempunyai pasangannya masing-masing tidak
terkecuali manusia. Sebagai makluk Allah SWT yang paling sempurna dan juga sebagai
khalifah di muka Bumi, manusia mempunya tanggung jawab mematuhi ketentuan-
ketentuan yang Allah SWT. telah tetapkan baik melalui Firman-Nya maupun memalui
Sabda Rasul-Nya. Salah satu ketentuan-Nya adalah tentang pernikahan dan tanggung
jawab yang timbul akibat adanya pernikahan tersebut.
Setiap manusia pasti punya keinginan untuk menikah dan membangun rumah
tangga yang harmonis karena menikah merupakan salah satu sunnatullah. Namun banyak
sekali rumah tangga yang tidak bahagia disebabkan kurangnya pengetahuan pasangan
suami istri tentang bagaimana membentuk suatu rumah tangga yang sakinah mawadah
dan rahmah sesuai petunjuk Al-Qur’an.
Menikah bukan hanya bertujuan untuk meneruskan keturunan, namun seyogyanya
menikah merupakan ikatan sah dari dua insan berbeda, dua karakter yang berbeda, dua
pikiran yang berbeda, dan dua sifat yang berbeda yang kemudian disatukan dalam
bahtera rumah tangga sebagai suami isteri. Penyatuan tersebut tentu akan menimbulkan
hak dan kewajiban antara keduanya, sehingga Allah SWT sebagai Sang Maha Pencipta
dalam Firmannya telah memberikan aturan-aturan bagi manusia, agar manusia menyadari
akan hak dan kewajibannya sebagai suami istri sehingga pada akhirnya dapat
mengantarkan rumah tangganya sebagai suatu lingkungan yang harmonis sebagaimana
nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an.
3. Tafsir Kata Hujan Dalam Al-Qur’an studi Analisi Tafsir Ilmi
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
shallallahu alaihi wa sallama lewat perantara. Malaikat Jibril sebagai mukjizat yang
membimbing manusia kepada jalan yang lurus dan membacanya merupakan suatu ibadah
yang menjadi pedoman kehidupan manusia juga mengandung kisah-kisah umat terdahulu
yang mana dapat dikontekstualisasikan ke dalam kehidupan zaman sekarang ini.
Dalam memahami Al-Qur’an tidak hanya dengan membacanya saja tanpa
mentadaburinya karena jika demikian itu bisa-bisa malah nantinya terjadi penafsiran yang
salah yang menyesatkan banyak orang. Maka dari itu memahaminya dibutuhkan
namanya tafsir, yang merupakan pembahasan akan redaksi-redaksi AlQur’an dengan
memperhatikan pengertian-pengertiannya untuk mencapai pengetahuan tentang apa yang
dikehendaki oleh Allah sesuai dengan kadar kemampuan manusia. Dan juga tafsir
termasuk salah satu dari banyaknya bidang keilmuan Al-Qur’an. Kejadian yang seakan-
akan nostalgia atau seakan-akan terulang kembali ini berkaitan dengan ayat Al-Qur’an
yang berbunyi.
Dari sekian banyak informasi tentang kejadian masa lampau yang adadi dalam
Al-Qur’an, penulis akan mengambil satu pembahasan saja mengenai suatu fenomena
yang sering terjadi di masa sekarang ini yang tidak lain fenomena itu adalah hujan. Hujan
bagi sebagian manusia bahkan makhluk selain mereka adalah suatu rahmat yang Allah
turunkan. Dari hujan banyak kehidupan yang mengalir. Tanah gersang nan tandus bisa
menjadi subur karena hujan yang diturunkan Allah. Dari kesuburan itu espek ekosistem
lainnya bisa bekerja dengan baik sehingga memunculkan kemakmuran dalam kehidupan
di sana. Namun, tak semua hujan itu rahmat. Rahmat merupakan nikmat yang harus
disyukuri, jika nikmat tersebut tak disyukuri maka ia akan berubah menjadi musibah.
Sebagai salah satu contoh kaum yang diazab karena ingkar nikmat adalah kaum
Saba’, karena ingkar akan nikmat yang mereka terima kebun dan ladang subur mereka
dibuat menjadi keadaan sebaliknya. Nikmat dan rahmat adalah segala hal yang Allah
anugerahkan kepada makhluk-Nya dan berupa hal-hal yang berbau kebaikan bagi
makhluk tersebut. Mengambil apa yang tertera di atas maka kuncinya adalah syukur.
Syukur adalah berterima kasih atas apa yang Allah berikan kepada kita dengan
cara menjalan apa-apa yang Ia perintahkan dan menjauhi larangan-Nya Musibah, azab,
hukuman adalah segala sesuatu yang tidak disukai oleh manusia atau segala sesuatu yang
dihidari oleh manusia karena identik dengan hal-hal yang tidak menyenangkan, identik
dengan rasa sakit yang berbentuk lahir maupun batin, identik dengan segala sesuatu yang
berbentuk buruk dan membawa keburukan dan kerugian. Sehingga manusia tidak mau
untuk menerima musibah, azab, atau hukuman. Sama halnya dengan hujan, bila disyukuri
maka akan menjadi rahmat yang tak ternilai kenikmatannya, namun bila tak disyukuri
maka akan menjadi azab layaknya yang terjadi kepada umat-umat terdahulu.

Anda mungkin juga menyukai