Anda di halaman 1dari 22

UJI PEMANFAATAN EKSTRAK ANTOSIANIN DARI KULIT BUAH MANGGIS

(Garcinia mangostana) UNTUK IDENTIFIKASI FORMALIN PADA IKAN


BANDENG (Chanos chanos)

Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Madrasah
Tahun Pelajaran 2021/2022

Disusun oleh:
Annisa Salma Rosyada (10994)
Deni Erma Rizqiani (10998)

MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 KUDUS


PRAMBATAN KIDUL KALIWUNGU KUDUS JAWA TENGAH
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
Karya tulis ilmiah berikut ini:
1. Judul Penelitian : UJI PEMANFAATAN EKSTRAK ANTOSIANIN DARI
KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana) UNTUK IDENTIFIKASI
FORMALIN PADA IKAN BANDENG (Chanos chanos)
2. Ketua Peneliti : Annisa Salma Rosyada
Kelas : XII IPA 6
3. Anggota Peneliti : Deni Erma Rizqiani
Kelas : XII IPA 6
Karya tulis ini telah disetujui dan disahkan pada:
Hari :
Tanggal :

Mengetahui,
Kepala MAN 2 Kudus Pembimbing

Drs. H. Shofi, M.Ag M. Ghoni Rifan, M.Pd.


NIP. 196407141992031004 NIP.

i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : 1. Annisa Salma Rosyada
2. Deni Erma Rizqiani
Asal Sekolah : MAN 2 KUDUS
Menyatakan bahwa karya tulis ilmiah dengan judul “UJI PEMANFAATAN EKSTRAK
ANTOSIANIN DARI KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana) UNTUK
IDENTIFIKASI FORMALIN PADA IKAN BANDENG (Chanos Chanos)” merupakan
karya orisinal yang dibuat oleh penulis dan bukan jiplakan karya orang lain serta belum
pernah dipublikasikan.
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya. Apabila terbukti terdapat
pelanggaran di dalamnya, kami siap menerima sanksi yang berlaku.

Kudus, 2022
Ketua Peneliti Anggota Peneliti

Tanda Tangan Tanda Tangan

ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga karya tulis yang berjudul “UJI
PEMANFAATAN EKSTRAK ANTOSIANIN DARI KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia
mangostana) UNTUK IDENTIFIKASI FORMALIN PADA IKAN BANDENG (Chanos
Chanos)” Dapat terselesaikan dengan baik.
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis mendapatkan bimbingan dan saran yang
membangun dari berbagai pihak, sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan. Oleh sebab itu,
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
1. Drs. H. Shofi, M.Ag., selaku kepala Madrasah Aliyah Negeri 2 Kudus
2. Muhamad Ghoni Rif’an, MPd., selaku guru pembimbing
3. Zulaikhah, S.Pd., M.Pd., selaku wali kelas 12
4. Semua Pihak yang telah berkontribusi dalam penelitian penulis

Saya menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam karya tulis ini. Untuk itu, kritik
maupun saran yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan
karya tulis kedepannya. Semoga karya tulis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan.

Kudus, 2022

Peneliti

iii
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan …………………………………………………………………… i
Lembar Pernyataan Orisinalitas ………………………………………………………. ii
Kata Pengantar …………………………………………………………………………. iii
Daftar Isi ………………………………………………………………………………… iv
Daftar Tabel ……………………………………………………………………………... v
Daftar Gambar ………………………………………………………………………….. vi
Abstrak …………………………………………………………………………………... vii
BAB I Pendahuluan ……………………………………………………………………... 1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………….. 2
1.3Tujuan Penelitian ……………………………………………………………… 2
1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………………………………. 2
BAB II Tinjauan Pustaka ………………………………………………………………. 3
2.1 Kulit Manggis ………………………………………………………………… 3
2.2 Antosianin ……………………………………………………………………. 4
2.3 Formalin ……………………………………………………………………… 4
2.4 Ikan Bandeng ………………………………………………………………… 5
BAB III Metode …………………………………………………………………………. 7
3.1 Rancangan Penelitian ………………………………………………………… 7
3.2 Bahan dan Alat ……………………………………………………………….. 7
3.3 Langkah Penelitian ………………………………………………………….... 7
BAB IV Hasil dan Pembahasan ………………………………………………………... 8
BAB V Kesimpulan dan Saran …………………………………………………………. 11
5.1 Kesimpulan …………………………………………………………………… 11
5.2 Saran ………………………………………………………………………….. 11
Daftar Pustaka …………………………………………………………………………... 12

iv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan pada Sampel Ikan Bandeng Tanpa Formalin dengan
Menggunakan Ekstrak Kulit Manggis ………………………………………… 9
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan pada Sampel Ikan Bandeng Berformalin dengan
Menggunakan Ekstrak Kulit Manggis ………………………………………… 10

v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kulit Manggis ……………………………………………………………….. 3
Gambar 2.2 Rumus Struktur Antosianin …………………………………………………. 4
Gambar 2.3 Formalin …………………………………………………………………….. 4
Gambar 2.4 Ikan Bandeng Berformalin di Pasar Jakarta Utara ...………………………... 5
Gambar 4.1 Sampel yang Ditetesi Ekstrak Kulit Manggis (Kiri Tanpa Formalin dan
Kanan Berformalin) …………………………………………………………. 8
Gambar 4.2 Sampel yang Didiamkan 1 Menit (Kiri Tanpa Formalin dan Kanan
Berformalin) …………………………………………………………………. 8
Gambar 4.3 Sampel yang Didiamkan 3 Menit (Kiri Tanpa Formalin dan Kanan
Berformalin) …………………………………………………………………. 9
Gambar 4.4 Sampel yang Didiamkan 5 Menit (Kiri Tanpa Formalin dan Kanan
Berformalin) …………………………………………………………………. 9

vi
ABSTRAK
Ikan bandeng pada dasarnya memiliki kandungan protein dan kadar air cukup tinggi
yang apabila disimpan lama di tempat yang suhunya kurang baik dapat mempercepat proses
pembusukan sehingga seringkali diawetkan. Salah satu pengawet makanan yang digunakan
adalah formalin. Pengawetan menggunakan formalin tidak dianjurkan karena dapat
membahayakan tubuh manusia. Kulit buah manggis merupakan sampah yang tidak terpakai,
namun didalamnya terdapat kandungan zat antosianin yang mempunyai manfaat sebagai
antioksidan dan juga dapat mendeteksi senyawa pengawet buatan yang ditambahkan kedalam
makanan. Antosianin jika bereaksi dengan formalin akan menghasilkan endapan yang lebih
banyak pada sampel ikan bandeng yang mengandung formalin daripada endapan pada sampel
ikan bandeng yang tidak mengandung formalin. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan
kandungan antosianin pada kulit buah manggis dapat mendeteksi keberadaan formalin di
dalam ikan bandeng. Dengan adanya penelitian ini, masyarakat diharapkan dapat
menggunakan ekstrak kulit buah manggis untuk mendeteksi makanan yang mengandung
formalin secara sederhana sehingga dapat terhindar dari formalin yang membahayakan tubuh
manusia.

Kata kunci: Ikan bandeng, formalin, kulit buah manggis, antosianin

ABSTRACT
Milkfish basically has a high enough protein content and water levels that if it stores
for a long time at its temperature can speed up the decay process so that it is often preserved.
One of the food preservatives used is formal. Preservation uses formalin is not recommended
because it can harm the human body. Mangosteen fruit skin is an unused garbage, but in it
there is an antonianin content that has benefits as antioxidants and can also detect artificial
preservatives that add to food. Antoin, if you react with a formalin, you will produce more
deposits on the milkfish sample which contains formally than deposits on the milk sample
which does not contain formalin fish. This study aims to prove the content of nintend in the
mangosteen fruit's skin can detect the formal existence in milkfish. With this study, the public
is expected to use mangosteen fruit extract to detect formal containing foods in a simple way
that they can avoid formally that endangers the human body.

Keywords: Milkfish, formalin, mangosteen fruit skin, antonum

vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Makanan seperti tahu, tempe, pentol, dan ikan pada dasarnya memiliki kandungan
protein dan kadar air cukup tinggi yang apabila disimpan lama dapat mempercepat proses
pembusukan serta apabila disimpan di tempat yang suhunya kurang baik juga dapat
mempercepat pertumbuhan bakteri dan jamur. Oleh karena itu produsen makanan banyak
melakukan siasat bagaimana supaya makanan yang mereka produksi bisa awet, tahan
lama, serta masih layak dijual dalam jangkau waktu yang panjang sehingga mereka tidak
mengalami kerugian dengan menambahkan bahan pengawet atau formalin ke dalam
makanan. Berdasarkan peraturan menteri kesehatan tahun 2012 No.033 menyatakan
bahwa formalin dilarang sebagai bahan tambahan pangan (Sinta, 2019). Hal itu
dikarenakan banyak produsen makanan melakukan hal curang dan merugikan demi
meraih keuntungan yang lebih besar dengan menambahkan bahan formalin ke dalam
makanan yang telah jelas bahwa bahan tersebut merupakan zat berbahaya dan dapat
membahayakan tubuh manusia.
Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai kandungan
bahan pengawet berbahaya seperti formalin pada makanan. Pada umumnya untuk
penelitian formalin hanya bisa dilakukan di laboratorium dengan menggunakan beberapa
bahan kimia dan metode lainnya. Akan tetapi ada juga cara sederhana untuk mendeteksi
formalin pada makanan yaitu dengan cara menggunakan zat antosianin yang terdapat
pada kulit buah manggis. Cara ini relatif lebih mudah dan murah dibandingkan harus uji
formalin di laboratorium dengan menggunakan bahan kimia (Sinta, 2019)
Buah manggis merupakan buah yang mempunyai banyak keunggulan dibandingkan
buah lainnya. Bagian kulit buah manggis dapat dimanfaatkan sebagai penghasil zat warna
alami yang dapat digunakan sebagai pewarna makanan, juga dapat dimanfaatkan sebagai
antioksidan, antidiare dan antikanker. Penampilan kulit buah manggis yang berwarna
ungu menunjukkan ada pewarna alami yang terkandung didalamnya. Salah satu senyawa
flavonoid yang terkandung dalam kulit buah manggis adalah antosianin, untuk itu perlu
diteliti kandungan antosianin total dalam kulit buah manggis untuk memperoleh sumber
zat warna alami (Wiwin, 2010).
Antosianin diketahui dapat berfungsi sebagai antioksidan (Jordheim, 2007) sehingga
perlu dilakukan penelitian aktivitas antioksidan kulit buah manggis untuk mendeteksi
adanya kandungan formalin pada makanan. Formalin mempunyai kemampuan untuk
berikatan dengan protein membentuk senyawa methylene (-NCHOH). Dengan demikian,
ketika makanan berprotein disiram atau direndam larutan formalin, maka gugus aldehida
dari formaldehid akan mengikat unsur protein. Protein yang terikat tersebut tidak dapat
digunakan oleh bakteri pembusuk, sehingga makanan berformalin menjadi awet. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kestabilan antosianin, salah satunya adalah protein.
Apabila sumber antosianin bereaksi dengan protein akan menyebabkan perubahan warna,
pembentukan endapan atau uap (Nadia dkk, 2019)
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah zat antosianin yang terkandung di dalam kulit buah manggis dapat
mengidentifikasi keberadaan formalin?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah;
1. Untuk mengetahui bisa tidaknya zat antosianin yang terkandung di dalam kulit
buah manggis untuk mengidentifikasi keberadaan formalin

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penilitian yang dilakukan adalah :
1. Untuk peneliti dapat menambah pengetahuan dan wawasan formalin pada
makanan
2. Dapat memberikan informasi pada masyarakat umum agar lebih waspada dan
teliti dalam memilih makanan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kulit manggis

Gambar 2.1 Kulit Manggis


Sumber : klikdokter.com
Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah
berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan Asia Tenggara,
seperti di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Hasil penelitian Kasma Iswari (2011) dan
sejumlah penelitian lainnya menunjukkan bahwa komponen seluruh buah manggis yang
paling besar adalah kulitnya, yakni 70-75%, sedangkan daging buahnya hanya 10-15% dan
bijinya 15-20%. Kulit buah manggis mengandung metabolit sekunder tertinggi dari kelas
polifenol yakni xanton. Senyawa xanton yang telah teridentifikasi adalah mangostin,
trapezifolixanthone, tovophyllin B, α dan γ-mangostins, garcinone B, mangostinone,
mangostanol, flavonoid epicatechin, antosianin, asam folat, dan tanin. Beberapa senyawa
tersebut memiliki aktivitas farmakologi misalnya antiinflamasi, antihistamin, dan antioksidan
(Rudi dkk., 2011).
Klasifikasi tanaman manggis (Garcinia mangostana L.)
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Guttiferanales
Famili : Guttiferae
Genus : Garcinia
3
Spesies : Garcinia mangostana L.
Sumber : (Bahri et al., 2012).
2.2 Antosianin

Gambar 2.2 Rumus Struktur Antosianin


Sumber : (Mateus N dkk., 2009)
Antosianin merupakan salah satu pewarna alami karena merupakan zat berwarna
merah, jingga, ungu, ataupun biru yang banyak terdapat pada bunga dan buah-buahan
(Hidayat dan Saati, 2006). Antosianin yang terkandung dalam kulit buah dapat berfungsi
untuk pewarna alami pengganti pewarna buatan, sebagai antioksidan untuk menangkal
radikal bebas dan selain itu juga dapat mendeteksi atau identifikasi adanya senyawa kimia
(pengawet) seperti formalin dan boraks (Nasution, 2016; Sari dkk, 2018). Antosianin ini
dapat berubah warna seiring berubahnya nilai pH sehingga dapat diaplikasikan sebagai
indikator asam-basa. Antosianin umumnya lebih stabil pada larutan asam apabila
dibandingkan dengan larutan netral atau alkali. Antosianin memiliki struktur kimia yang
berbeda tergantung dari pH larutan. Pada pH 1 antosianin berbentuk kation flavinium yang
memberikan warna merah. Pada pH 2-4 antosianin berbentuk campuran kation flavinium dan
quinoidal. Pada pH yang lebih tinggi yaitu 5-6 terdapat dua senyawa yang tidak berwarna
yaitu karbinol pseudobasa dan kalkon (Ovando et al., 2009).
2.3 Formalin

Gambar 2.3 Formalin


Sumber : rumuskimia.net
4
Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Di dalam
formalin terkandung sekitar 37% formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan metanol
hingga 15% sebagai pengawet. Formalin juga merupakan senyawa reaktif yang berikatan
dengan senyawa di dalam bahan makanan yang bisa dikonsumsi, seperti protein, lemak, dan
karbohidrat (Suntoro, 1983). Formalin dikenal luas sebagai bahan pembunuh hama
(desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri. Namun, melalui sejumlah survey dan
pemeriksaan laboratorium,ditemukan sejumlah produk pangan yang menggunakan formalin
sebagai pengawet. Praktek yang salah seperti ini dilakukan produsen atau pengelola pangan
yang tidak bertanggung jawab untuk digunakan sebagai pengawet makanan. Beberapa contoh
produk yang sering mengandung formalin misalnya ikan segar, ayam potong, mie basah dan
tahu yang beredar di pasaran.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (MenKes) Nomor 33 tahun 2012 tentang
Bahan Tambahan Pangan, formalin merupakan bahan kimia yang penggunaannya dilarang
untuk produk makanan. Bahaya formalin bagi kesehatan apabila tertelan maka mulut,
tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah dan diare, sakit perut
yang hebat, sakit kepala hipotensi. Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak,
limpa, pancreas, system susunan saraf pusat dan ginjal. Bahan utama formalin bila tertelan
dan akibat yang 2 ditimbulkan dapat berupa bahaya kanker pada manusia karena bersifat
karsinogenik (Novia Ariani, 2016).
USEPA (United State Enviromental Agency) sendiri telah menentukan presentase
penggunaan formalin pada beberapa produk seperti pasta gigi sebesar 0,1% dan untuk
shampoo yaitu sebesar 0,2%. Sedangkan pada makanan sendiri pakar Kesehatan dunia
termasuk Indonesia yang dikelola oleh badan pengawas obar dan makanan (BPOM) sepakat
bahwa penggunaan formalin pada makanan yaitu zero tolerance yang artinya tidak boleh
walaupun sangat sedikit (Luthfi, 2006).

2.4 Ikan Bandeng

Gambar 2.4 Ikan Bandeng Berformalin di Pasar Jakarta Utara


Sumber : m.beritajakarta.id
5
Bandeng (Chanos chanos Forsskal) adalah ikan pangan populer di Asia Tenggara.
Bandeng hidup di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik dan cenderung berkawanan di
sekitar pesisir dan pulau-pulau dengan terumbu koral. Ikan yang muda dan baru menetas
hidup di laut selama 2–3 minggu, lalu berpindah ke rawa-rawa bakau berair payau, dan
terkadang danau-danau berair asin. Bandeng baru kembali ke laut kalau sudah dewasa dan
bisa berkembangbiak (Purnowati, dkk., 2007).
Ikan bandeng bisa mencapai berat rata-rata 0,60 kg pada usia 5-6 bulan jika dipelihara
dalam tambak (Murtidjo, 2002). Setelah cukup besar (biasanya sekitar 25-30 cm) bandeng
dijual segar atau beku. Meskipun rasanya gurih dan cara pengolahannya mudah, ikan
bandeng ini dapat cepat membusuk apabila tidak diletakkan di tempat yang sesua. Oleh
karena itu, tak sedikit produsen yang memberi formalin pada ikan bandeng untuk
memperpanjang masa simpan. Ciri-ciri ikan bandeng yang mengandung formalin adalah
memiliki tekstur yang keras, kaku, dan tegang ketika dipegang serta apabila ditekan dengan
jari akan mengeluarkan aroma bau asam.
6
BAB III
METODE
3.1 Rancangan Penelitian
Metode yang akan digunakan yaitu dengan menggunakan penelitian kuantitatif dengan
metode eksperimen sederhana yang digunakan untuk identifikasi formalin dengan
menggunakan indikator kulit buah manggis. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah
ikan bandeng berformalin
3.2 Bahan dan Alat
Bahan dan yang digunakan dalam penelitian adalah sampel makanan, aquades, kulit buah
manggis. Sedangkan alat yang digunakan adalah wadah sampel, pipet tetes
3.3 Langkah Penelitian
Kulit buah manggis yang telah dipotong dihaluskan dengan blender, lalu dijemur dan
dihaluskan lagi. Kemudian membuat 2 sampel yaitu bandeng berformalin dan tidak
berformalin yang dihaluskan dengan perbandingan 1:3 (ikan bandeng 40 gr : aquades 120
ml). Membuat campuran antara ekstrak kulit manggis dan aquades dengan perbandingan 1:1
(30 gr ekstrak kulit manggis : 30 ml aquades). Setiap sampel ditetesi ekstrak kulit manggis
sebanyak 20 tetes. Kemudian setiap sampel diaduk dan digoyang-goyangkan, lalu diamati
sesuai kurun waktu 1 menit, 3 menit, dan 5 menit untuk melihat reaksi yang terjadi.
7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pemeriksaan formalin pada sampel ikan bandeng dengan ekstrak kulit manggis
ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 4.1 Sampel yang Ditetesi Ekstrak Kulit Manggis


(Kiri Tanpa Formalin dan Kanan Berformalin)
(Sumber : Dokumen pribadi)

Gambar 4.2 Sampel yang Didiamkan 1 Menit


(Kiri Tanpa Formalin dan Kanan Berformalin)
(Sumber : Dokumen pribadi)
8

Gambar 4.3 Sampel yang Didiamkan 3 Menit


(Kiri Tanpa Formalin dan Kanan Berformalin)
(Sumber : Dokumen pribadi)

Gambar 4.4 Sampel Didiamkan 5 Menit


(Kiri Tanpa Formalin dan Kanan Berformalin)
(Sumber : Dokumen pribadi)
Pemeriksaan pada masing masing sampel ikan bandeng menunjukkan hasil yang
berbeda. Yaitu sampel ikan bandeng berformalin menunjukkan pemisahan antara sampel ikan
bandeng dengan ekstrak kulit manggis, yaitu berupa endapan coklat. Sedangkan sampel ikan
bandeng tanpa formalin tidak terdapat endapan atau ekstrak kulit manggis menyatu dengan
sampel.
Hasil pemeriksaan sampel ikan bandeng dapat ditunjukkan dengan tabel berikut.
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan pada Sampel Ikan Bandeng Tanpa Formalin dengan
Menggunakan Ekstrak Kulit Manggis
No. Waktu Hasil Pengamatan Hasil Analisis
1. 1 Menit Menyatu -
2. 3 Menit Menyatu -
3. 5 Menit Menyatu -
Keterangan: - Negatif mengandung formalin
9
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan pada Sampel Ikan Bandeng Berformalin dengan
Menggunakan Ekstrak Kulit Manggis
No. Waktu Hasil Pengamatan Hasil Analisis
1. 1 Menit Menyatu -
2. 3 Menit Sedikit endapan +
3. 5 Menit Banyak endapan +
Keterangan: - Negatif mengandung formalin
+ Positif mengandung formalin
Pemeriksaan formalin pada 40 gr sampel ikan bandeng dengan menggunakan ekstrak
kulit manggis dapat ditunjukkan dengan ada tidaknya endapan ekstrak manggis. Sampel yang
positif mengandung formalin menunjukkan adanya pemisahan antara sampel ikan bandeng
dengan tetesan ekstrak kulit manggis. Hal ini dikarenakan gugus aldehida dari formalin
mengikat unsur protein, sehingga protein tersebut tidak dapat digunakan bakteri pembusuk.
Apabila antosianin bereaksi dengan protein tersebut akan menyebabkan pembentukan
endapan.
10
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil kesimpulan menunjukkan bahwa kulit manggis sama halnya dengan buah naga
yang mengandung antosianin. Kandungan ini dapat digunakan untuk mendeteksi kandungan
formalin pada makanan berprotein seperti ikan bandeng dengan kurun waktu tertentu.
5.2 Saran
Untuk penelitian berikutnya perlu dilakukan pengujian secara laboratorium atau
secara kualitatif dan kuantitatif untuk membuktikan kebenaran antosianin dapat mendeteksi
keberadaan formalin pada makanan, bukan hanya uji secara sederhana saja.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, Novia., Maida Safutri dan Siska Musiam. 2016. Analisis Kualitatif Formalin pada
Tahu Mentah yang Dijual di Pasar Kalindo, Teluk Tiram dan Telawang Banjarmasin.
Jurnal Ilmiah Manuntung, 2(1), 60-64, 2016.
Dewi, Sinta Ratna. 2019. Identifikasi Formalin Pada Makanan Menggunakan Ekstrak Kulit
Buah Naga. Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan Vol. 2 Edisi 1 2019.
Hendra, Rudi., dkk. 2011. Antioxidant, Anti-Inflammatory and Anticancer Activities of
Methanolic Extracts from Jatropha curcas Linn. Academic Journals Vol.5(1), pp. 49-
57, 2011.
Hidayat, Nur., dan Elfi Anis Saati. 2006. Membuat Pewarna Alami. Penerbit Trubus
Agrisarana, Surabaya, 2006.
Iswari, K. 2011. Kulit Manggis Berkhasiat Tinggi. Madya Centradifa, Jakarta.
Jordheim, M. 2007. Isolation, Identification and Poperties of Pyranoanthocyanins and
Anthocyanin Form. Disertasi. Norway : Department of Chemistry University of
Bergen.
Khairunnisa, Nurul. 2019. Analisa Formalin pada Tahu Mentah yang Dijual di Pasar Aksara,
Cemara dan Desa Lau Dendang Medan. Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan.
Kusumaningtyas, Nadia Mira., Baiq Ema Chaeratul Mar’ah dan Choirul Umi Haniyah. 2019.
Uji Efektivitas Perasan Kulit Buah Naga Merah (Hylocerus polyrhizus) dan Jeruk
Nipis (Citrus aurantifolia) untuk Mendeteksi Formalin pada Ikan Bandeng (Chanos
chanos). Pharmasipha Vol. 3, No. 1, Maret 2019.
Luthfi. 2006. Uji Formalin Sederhana. (http://luthfi.web.id). Diakses tanggal 18 Mei 2022
Murtidjo, B.A. 2002. Bandeng. Yogyakarta : Kanisius.
Nasution, Ade Saputra., dan Ajeung Ervina Septiani Supriatna. 2019. Pemanfaatan Ekstrak
Antosianin dari Kulit Buah Naga untuk Identifikasi Formalin pada Tahu dengan
Simple Methods. Jurnal Gizi KH Volume 1, Nomor 2, Juni 2019.
Nasution, Ade Saputra., Bambang Wirjatmadi, dan Merryana Adriani. 2016. Efek Preventif
pemberian Ekstrak Kulit Buah Naga Berdaging Super Merah (Hylocereus
costaricensis) Terhadap Malondialdehid Tikus Wistar yang Dipapar Asap Rokok.
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol. 29 No. 1.
Ovando, Araceli Castaneda., dkk. 2009. Chemical Studies of Anthocyanins. Food Chemistry
113.
Purnowati, I; Hidyati, D; Suparinto, C. 2007. Ragam Olahan Bandeng. Yogyakarta: Kanisius.
Rochyani, Neny., Muhammad Rizki Akbar dan Yongky Randi. 2017. Pembuatan Media Uji
Formalin dan Boraks Menggunakan Zat Antosianin dengan Pelarut Etanol 70%,
Jurnal Redoks Vol. 2, No. 1.
12
Saati, Elfi Anis., Rokhmatul Asiyah dan M. Ariesandi. 2016. Pigmen Antosianin :
Identifikasi dan Manfaatnya bagi Industri Makanan dan Farmasi. Penerbit Universitas
Muhammadiyah Malang : Malang.
Suntoro, S. H. 1983. Metode Pewarnaan (Histologi dan Histokimia) : Bagian Anatomi &
Mikroteknik Hewan. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
Supiyanti, Wiwin., Endang Dwi Wulansari dan Lia Kusmita. 2010. Uji Aktivitas Antioksidan
dan Penentuan Kandungan Antosianin Total Kulit Buah Manggis. Majalah Obat
Tradisional, 15(2), 64-70, 2010.
13

Anda mungkin juga menyukai