Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MACAM-MACAM TREN/GAYA ARSITEKTUR

OLEH :

ANGGA ANUGRAH MUKTI


E1B120031

JURUSAN S1-ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 21 Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….....…… i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….…… ii
BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………………………….…… 1
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………..…… 1
BAB 2 PEMBAHASAN …………………………………………………………………… 2
2.1 Tren Arsitektur Modern ………………………………………………………………… 2
2.2 Tren Arsitektur Minimalis ……………………………………………………………… 3
2.3 Tren Arsitektur Klasik …………………………………………………………..……… 4
2.4 Tren Arsitektur Mediteranian …………………………………………………………… 6
2.5 Tren Arsitektur Romansque …………………………………………………….....…… 7
2.5 Tren Arsitektur Universal …………………………………………………..……..…… 8
2.5 Tren Arsitektur Kultural ………………………………………………………..……… 9
BAB 3 PENUTUP …………………………………………………………………….……11
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………..…… 11
3.2 Saran …………………………………………………………………………………… 11
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Fenomena desain tema arsitektur memang menjadi tren yang berkembang pesat pada
masa kini, hingga masing-masing perumahan selalu tampil dengan desain tema tertentu.
Perkembangan desain arsitektur muncul sebagai sebuah komoditi konsumsi manusia
sehingga terjadi perubahan makna hunian sebagai rumah tinggal yang dapat dikembangkan
ruang-ruangnya bertambah pada kenyamanan, keamanan, kebanggaan dan keindahan yang
akan terkait dengan desain arsitekturnya.
Fenomena arsitektur tematik berawal dari semakin tipisnya batas ruang dan waktu di
era teknologi informasi sehingga kita bisa melihat karya-karya arsitektur di tempat yang
berbeda hanya dengan berupa visualisasi gambar, hal ini membuat sumber-sumber ide dapat
diambil dari mana saja. Namun sampai sejauh mana makna yang ingin ditampilkan
perancang melalui visualisasi bangunan.
Dalam mengamati tema arsitektur pada bangunan terutama pada fisik bangunan yang
akhirnya membawa pemahaman bahwa keindahan fisik bangunan pada arsitektur tematik
bersifat subyektif dari persepsi masing-masing individu pengamat, yang dilatar belakangi
oleh pengetahuan dan pengalaman pribadi, karena persepsi muncul sebagai proses tanggapan
pengenalan kembali kondisi/ informasi dengan penambahan arti yang berasal dari
pengalaman masa lalu (Chaplin, 1968). Pengalaman dalam hal ini adalah kondisi yang
tercipta, yang dapat hanya dengan orang melihat, mendengar, maupun merasakannya
langsung (Kaplan, 1981).
Arsitektur adalah bagian dari kebudayaan manusia, berkaitan dengan berbagai segi
kehidupan antara lain: seni, teknik/tata ruang, geografi, sejarah. Oleh karena itu ada beberapa
batasan dan pengertian tentang arsitektur, tergantung dari segi mana memandang. Dari segi
seni, arsitektur adalah seni bangunan termasuk di dalamnya bentuk dan ragam hiasnya. Dari
segi tenik, arsitektur adalah sistem mendirikan bangunan termasuk proses perancangan,
konstruksi, struktur, dan dalam hal ini juga menyangkut aspek dekorasi dan keindahan.
Dipandang dari segi ruang, arsitektur adalah pemenuhan kebutuhan ruang oleh manusia atau
kelompok manusia untuk melaksanakan aktifitas tertentu. Dari segi sejarah, kebudayaan dan
geografi, arsitektur adalah ungkapan fisik dan peninggalan budaya dari suatu masyarakat
dalam batasan tempat dan waktu tertentu (Sumalyo, 1997).

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tren Arsitektur Modern

Arsitektur modern memiliki ornamen yang minim dan fungsional. Pada arsitektur
modern fungsi lebih diutamakan dalam menentukan bentuk, ukuran dan bahan. Di Indonesia
rumah-rumah dengan gaya arsitektur modern mulai banyak diterapkan pada awal tahun 70-
an. Di masa sekarang pun banyak rumah-rumah baru yang dibangun dengan gaya arsitektur
modern dengan penyesuaian terhadap bahan bangunan dengan teknologi terkini,
perkembangan budaya dan wawasan serta gaya hidup penghuninya.

Eksterior rumah dengan gaya arsitektur modern didominasi dengan jendela yang
berukuran lebar dan atau tinggi, lis plang beton memanjang dan kanopi yang menjorok ke
depan. dengan kolom yang sederhana atau bahkan tanpa kolom. Bentuk masa rumah modern
di dekorasi dengan ornamen garis vertikal, horizontal, dan diagonal yang sederhana pada
dinding eksterior yang luas

Interior rumah modern ditata dengan ornamen yang sederhana, langit-langit bertingkat
dan void di ruang-ruang publik yang memberikan kesan luas. Ruang pada rumah dengan gaya
arsitektur modern umumnya transparan, menerus, ruang-ruang saling terhubung dengan
ruang-ruang perantara dibatasi oleh dekorasi interior yang tidak masiv.

Bahan bangunan berupa stainless steel finishing polished, aluminum anodized,glossy


tile, kaca berwarna / tinted glass, marupakan bahan dengan jenis finishing mencirikan rumah
modern dimasa-masa awal berkembangnya di Indonesia. Disaat sekarang ini banyak bahan
bangunan dengan teknologi modern yang menjadi komponen penting seperti galvanized
metal, granitile, grc, perforated metal dll.

Beberapa ciri arsitektur modern sebagai berikut:

 Asimetris
 Orientasi pola horizontal
 Atap datar
 Tidak ada cornice /profil  atap

2
3

 Bentuk Kotak
 Halus
 Penampilan efisien
 Sudut lengkung
 Jendela Kaca
 Aluminium dan stainless steel trim pada pintu dan jendela
 Panel mengkilap
 Baluster metal
 Deretan jendela atau garis-garis
 Sedikit atau tidak ada hiasan
 Denah terbuka

2.2 Tren Arsitektur Minimalis

Gaya arsitektur minimalis, menyajikan bangunan yang sangat simple. Pertimbangan


tata letak, bentuk mengacu pada fungsi dengan meminimalkan ornamen atau bahkan tidak
ada ornament. Dasar fungsi yang diterapkan pada bangunan arsitektur minimalis termasuk,
fungsi ruang untuk kegiatan dan fungsi struktur konstruksi dalam kualitas kerja yang presisi
dan akurat.

Gambar 2.1 Eksterior Arsitektur Minimalis

Eksterior dibentuk oleh sedikit komposisi masa yang sederhana, estetika diberikan
oleh perbandingan besar kecil yang harmonis, kombinasi tekstur monoton dalam
kesedarhanaan bentuk-bentuk geometris.
4

Interior ditata dengan menempatkan perabot interior yang tidak memenuhi ruang
dengan berlebihan seperti  arsitektur klasik yang kaya ornamen.  

Ruang  berlanjut antara ruang satu dan lainnya tanpa pembatas ruang yang solid,
ruang terkesan luas dan menyatu. Jendela dan pintu dengan ukuran agak besar dalam bentuk
sederhana.

Bahan bangunan yang sesuai digunakan umumnya bahan hasil industri seperti, metal,
aluminum, beton jadi, homogenus tile, keramik dan mengekspos bahan-bahan natural seperti
kayu, batu tanpa finishing yang berlebihan.

Di Indonesia banyak produk-produk properti yang mendekalarasikan produknya


sebagai arsitektur minimalis dengan menampilakan rumah yang kaya dengan ornamen garis-
garis horizontal, warna hitam dan abu-abu. Ini menurut saya adalah penyimpangan dari
arsitektur minimalis yang sebenarnya. Komposisibanguna sudah tidak lagi minimal tapi kaya
ornamen. Garis-garis bukanlagi minimalis jika garis-garisnya terlalu banyak dan terkesan
mengada-ada. Mungkin lebih dekat apa bilabanunan seperti ini dikatagorikan sebagai
arsitektur artdeko yang berkembang di Jakarta pada tahun 60-an.

Ciri-ciri Arsitektur Minimalis :

 Radikal penyederhanaan bentuk


 Penolakan terhadap ornament
 Adopsi dari kaca, baja dan beton sebagai bahan pilihan

 Transparansi konstruksi (ekspresi jujur struktur)


 Penggunaaan material/struktur pabrikasi
 Menggunakan bentuk segiempat
 Menggunakan sudut 90 derajat.
 Bentuk mengikuti fungsi.

2.3 Tren Arsitektur Klasik

Gaya arsitektur klasik, memberikan kesan aristokrat yang mewah  pada bangunan.
Pilar-pilar, ornament, dan profil-profil pada list plang dan bingkai jendela disajikan dalam
5

seni Romawi atau Yunani kuno menjadi ciri khas arsitektur klasik. DI Indonesia gaya
arsitektur klasik mulai banyak digunakan pada bangunan rumah tinggal pada awal tahun 80-
an. Bahkan hingga saat ini pun asih banyak rumah-rumah baru yang menggunaka gaya
arsitektur klasik.

Eksterior juga menjadi hal penting pada bangunan klasik. Umumnya bangunan klasik
memiliki ukuran yang melebihi kebutuhan fungsinya. Tata letak jendela yang
teratur/monoton pada tampak depan bangunan, dan komposisi bangunan yang simetris juga
mrupaka ciri bangunan klasik.

Interior klasik umumnya memiliki ketingian plafond idealnya melebihi 3,5 meter,
sehingga bisa mengekspresikan kemegahan. Profil-profil yang detail menghisai pertemuan
antara plafond dengan dinding bangunan. Tangga pada bangunan klasik dibuat lebar dalam
bentuk lengkung/curva pada sebagian atau seluruh bagian tangga.

Ruangan – ruangan pada rumah klasik juga umunya di buat terpisah-pisah dan dalam
ukuran yang extra besar. Mulai dari pintu masuk di bagian depan, ruang penerima(foyer)
ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, dapur, dll dipisahkan dengan dinding solid. Ada
kalanya koridor digunakan sebagai penghubung antara ruang-ruang yang berjauhan. Karena
memang idealnya rumah brgaya
arsitektur klasik di bangun di atas
lahan yang luas.

Gambar 2.2 Rumah dengan Arsitektur Klasik


6

Bahan bagunan yang digunakan pada bangunan klasik umunya adalah bahan-bahan
alam. Pengolahan erhadap bahan-bahan bagunan klasik juga perlu mengekspresikan seni di
masanya seperti besi-besi cor, marmer, batu alam adalah bahan – bahan yang ideal untuk
menyajikan bengunan dengan gaya arsitektur klasik. Sangat tidak serasi jika mebuat rumah
dengan gaya arsitektur klasik pda bagian jendela kita mnggunakan bahan aluminum dengan
finishing anodized. Karena pertimbangan kemudahan perawatandan biaya adakalanya kita
terpaksa menggunakan bahan aluminum, hanya saja kita perlu mempertimbangkan finishing
yang kita gunakan agar rumah klasik menjadi benar-benar konsisten terhadap konsepnya,
maka kita gunakan finish pwder coating warna putih.     

Beberapa ciri arsitektur klasik antara lain:

 Bentuk Simetris
 Kolom/PilarTinggi yang menjulang.  
 Segitiga pediment
 Atap kubah

2.4 Tren Arsitektur Mediteranian

Gaya arsitektur mediteranian diinspirasi dari bangunan yang ada di Italia dan Spanyol.
Gaya arsitektur mediteranian memiliki ornament yang lebih sederhana, memberikan kesan
yang mengutamakan kenyamanan. Pada akhir tahun 90-an gaya arsitektur ini mulai banyak
diterapkan pada disain rumah-rumah di Indonesia.

Gambar 2.3 Rumah dengan Arsitektur Mediteranian

Ekseterior pada bangunan bergaya arsitektur mediteranian umunya dinamis. Tata


letak masa bangunan yang menyebar pada rumah dengan lahan yang luas, meskipun ada juga
rumah bergaya mediteranian dengan komposisi bentuk yang kompak, untuk rumah pada
7

lahan yang lebih terbatas. Balkon-balkon yang menonjol keluar fasad/muka bangunan tanpa
atap dan railing balkon, dan jendela memiliki ukuran lebih kecil dan sedikit, juga merupakan
ciri khas arsitektur mediteranian.

Interior berdimensi lebih fungsional, bagian langit-langit umumnya langsung


mengekspos struktur atap dan tidak terlalu tinggi. Untuk bangunan bertingkat langit-langit
memperlihatkan langsung struktur lantai. Tapi di Indonesia umumnya masih menggunakan
plafond, baik pada bangunan satu lantai maupun rumah bertingkat. Hal ini dkarenakan
presepsi sebagian besar orang Indonesia yang menganggap sebuah rumah  belum lengkap jika
tidak memiliki plafond.

Ruangan pada rumah bergaya arsitektur mediteranian juga memiliki ukuran luas yang
lebih efisien, tidak berlebihan besarnya seperti bangunan klasik.  Namun tata letak ruangan
masih tetap terpisah-pisah menggunakan pemisah masif seperti dinding.

Bahan bangunan pada gaya arsitektur mediternian umumnya menggunakan bahan


bangunan yang natural, seperti kayu dengan finishing mate/dof, besi tempa/wrough iron,
penutup lantai keramik berjenis rustic dengan nat yeng lebar (+/- 4-7 mm) batu alam
berwarna muda (cream, beige) meskipun banyak juga yang menggunakan cat sebagai
finishing eksterior terutama interior.

Ciri umum rumah dengan gaya arsitektur mediteranean antara lain:

 Sudut kemiringan atap yang landai


 Mengggunanakan atap genteng tanah natura (merah)
 Stucco siding
 Bagian atas pintu, jendela, teras berbentuk busur
 Pintu panel kayu yang kokoh dan solid
 Railing besi tempa
 Lantai rustic

2.5 Tren Arsitektur Romanesque

Arsitektur Romanesque adalah gaya arsitektur dari Eropa Abad Pertengahan, ditandai
oleh pelengkung setengah lingkaran, dan berkembang menjadi gaya arsitektur Goth, ditandai
dengan pelengkung berujung, yang dimulai pada abad ke-12. Tidak ada kesepakatan
8

mengenai waktu berawalnya gaya Romanesque, dan pengusulan waktunya beragam mulai
dari abad ke-6 sampai abad kesepuluh, namun contoh-contohnya dapat ditemukan di seluruh
penjuru Eropa, sehingga menjadikan arsitektur Romanesque sebagai gaya arsitektur pan-
Eropa pertama sejak Arsitektur Imperial Romawi. Gaya Romanesque di Inggris disebut
sebagai arsitektur Norman.

2.6 Tren Arsitektur Universal

Usaha untuk menghadirkan satu gaya arsitektur untuk seluruh umat manusia, di
berbagai tempat berbeda, secara sadar, propagandis, didominasi para arsitek Modernis akhir
abad ke-19 sampai sekarang. Salah satu penggerak utamanya adalah revolusi industri,
terutama industri konstruksi, dan meluasnya pemanfaatan energi listrik yang memacu
pemanfaatan teknologi secara aktif di dalam bangunan. Situasi klimat yang berbeda,
direspons dengan penggunaan teknologi secara ekstensif.

Salah satu gaya yang menyebar sangat luas dan hampir merata di seluruh dunia adalah
gaya “international style” yang dinyatakan dengan tampilan bangunan berujud geometris
murni, terutama kotak kaca-aluminium-dengan konstruksi baja atau beton yang dibangun
berdasarkan ukuran standar modul industri konstruksi. Gaya arsitektur ini dilatari orientasi
cost-benefit dalam rangka memacu percepatan penambahan jumlah meter persegi bangunan
yang merupakan simbol “kemajuan” bagi zaman tersebut.

Arsitektur bergaya “internasional” muncul sekaligus sebagai reaksi terhadap gaya


agung dan tinggi yang lekat dengan citra borjuasi. Sangat jelas penolakan terhadap citra
historis, terhadap penggunaan elemen yang membutuhkan rancangan dan keahlian tangan
khusus, untuk klien khusus yang berorientasi mahal secara ekonomis dan tidak mungkin
dijangkau masyarakat kebanyakan. Arsitektur direduksi menjadi susunan elemen hasil
industri yang standar, massal. Pada ekstremnya muncul diktum seperti ornament is crime
(Adolf Loos), less is more (Mies Van de Rohe). Dan, simplifikasi form follows function
(Louis Sullivan) ke dalam fungsionalisme, berhasil diujudkan dan menjadi arus utama
arsitektur, bahkan sampai sekarang. Munculnya gaya arsitektur minimalis belakangan ini
adalah perkembangan dari universalitas gaya tersebut.

Gaya internasional pada tahun 1980-an memperoleh reaksi dan berkembang wacana
arsitektur postmodern yang justru mengajukan tawaran menengok kembali sejarah, menolak
singularitas universal, bahkan menjajakan ide pluralitas arsitektur yang eklektis. Juga
9

berkembang arsitektur dekonstruksi yang lebih berdasarkan pada wacana intelektual di luar
arsitektur yang cenderung sulit dimengerti dan diapresiasi masyarakat umum. Pada tahap ini,
arsitektur modern yang berusaha menghadirkan universalitas tampilan, lebih diwakili
universalitas argumen, sehingga isu keseharian relatif tidak tersentuh.

Repotnya, hal itu justru mengembalikan arsitektur pada posisi elitis. The Grand and
High Architecture imbasnya sudah terasa di Indonesia, namun terhalang krisis moneter yang
cukup membantu kembalinya perhatian pada hal yang lebih prinsipil, berhubungan dengan
investasi pembangunan, kemudahan perawatan, dan efisiensi fungsional, daripada sekadar
mengada-ada dengan gaya arsitektur yang begitu beragam.

2.6 Tren Arsitektur Kultural

Gaya ini secara umum sering disebut gaya arsitektur tradisional dan
perkembangannya adalah gaya arsitektur vernakular. Arsitektur tradisional lekat dengan
tradisi yang masih hidup, tatanan, wawasan, dan tata laku yang berlaku sehari-hari secara
umum. Bali, terutama pada daerah pedesaan dengan basis pertanian, menjadi saksi arsitektur
jenis ini. Di kota-kota besar Bali, pada daerah yang berbasis pariwisata, lebih banyak kita
saksikan arsitektur bergaya vernakular, seperti pada bangunan dengan tipologi baru yang
tidak dikenal secara umum pada tataran tradisional, yaitu pada rancangan hotel, toko, dan
sebagainya.

Gambar 2.4 Rumah dengan Arsitektur Kultural

Arsitektur vernakular merupakan transformasi dari situasi kultur homogen ke situasi


yang lebih heterogen dan berusaha sebisa mungkin menghadirkan citra, bayang-bayang
realitas arsitektur tradisional. Rasa hormat pada tradisi “agung” dan “tinggi” biasanya cukup
10

nyata pada arsitektur vernakular. Citra yang disajikan lebih banyak bersandar pada referensi
arsitektur “rakyat” daripada terhadap bangunan keagamaan, bangunan milik bangsawan-
penguasa dan sejenisnya. Referensi pada arsitektur “rakyat” yang secara fungsional sudah
beradaptasi, jitu, teruji terhadap alam tempatnya berada, biasanya lebih memiliki kepekaan
baik secara teknis, sosial, dan kultural.

Pada perkembangan mutakhir, di mana heterogenitas kultur menjadi dominan, arsitektur


tradisional mengalami lompatan melampaui proses vernakularisasi, dan muncul dalam wujud
eklektik (campur aduk) wujud tradisional, tanpa perduli pada tatanan, hirarki makna,
pengertian yang terkandung pada wujud “asli”-nya. Kita bisa saksikan, masih di Bali,
berbagai tradisi arsitektur, baik tradisi “agung” dan “tinggi”, bahkan juga dari berbagai
belahan dunia, dari puncak-puncak kebudayaan sejagat disajikan dalam kehadiran baru di
dalam kerangka kultur Bali kontemporer. Lihat saja daerah Kuta.

Ciri-ciri Arsitektur Kultural :

 Menyesuaikan keadaan lingkungan


 Menyesuiakan kebutuhan
 Menyesuaikan adat istiadat
 Malihat aspek social, teknis dan kultural
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gaya arsitektur dipengaruhi oleh keadaan sosial dan politik bahkan kondisi budaya
wilayah setempat. Seiring dengan penemuan dan perkembangan teknologi gaya arsitektur
kemudian mengacu pada aspek-aspek yang bersifat inovasi. Bentuk pertentangan terhadap
ideologi desain lama kemudian dating pemikiran terhadap gaya baru dalam arsitektur dan
begitu seterusnya.

3.2 Saran
Perkembangan gaya arsitektur memberikan kita pembelajaran dan pemahaman
terhadap seni arsitektur, baik dalam seni ataupun kreatifitas yang mendalam serta konsep-
konsep yang dipahami oleh arsitek. Oleh karena itu sejarah dan macam macam tren/gaya
arsitektur patut dipelajari dengan baik

12
13

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/37850501/Makalah_Arsitektur_Modern

https://www.scribd.com/document/320941670/Makalah-Gaya-Ars

https://www.academia.edu/37850501/Makalah_Arsitektur_Modern

Anda mungkin juga menyukai