Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN KEGIATAN MINI PROJECT

JAMBAN SEHAT DI DUSUN ILOHELUMA DESA REJONEGORO


KECAMATAN PAGUYAMAN KABUPATEN BOALEMO

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Program Dokter Internship


Puskesmas Kecamatan Paguyaman

Disusun Oleh:
Dr. Eveline Hongo
Dr. Hasnan Habib
Dr. Kiagus M. Reza
Dr. Maryam

PUSKESMAS PAGUYAMAN

BOALEMO

2015
LEMBARAN PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN MINI PROJECT

JAMBAN SEHAT DI DUSUN ILOHELUMA DESA REJONEGORO KECAMATAN


PAGUYAMAN KABUPATEN BOALEMO

Disusun untuk memenuhi persyaratan program dokter internship


Puskesmas Kecamatan Paguyaman

Oleh:

Dr. Eveline Hongo


Dr. Hasnan Habib
Dr. Kiagus M. Reza
Dr. Maryam

Boalemo, Mei 2015

Telah disetujui :

Pembimbing

( dr. Ria Kumala)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat sehingga
kami dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun laporan penelitian mini project di Dusun
Iloheluma, Desa Rejonegoro, Kecamatan Paguyaman, Kabupaten Boalemo, Provinsi
Gorontalo.
Laporan ini merupakan hasil kegiatan mini project di Dusun Iloheluma, Desa
Rejonegoro, Kecamatan Paguyaman, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo. Laporan ini
berjudul ” Jamban Sehat di Dusun Iloheluma Desa Rejonegoro Kecamatan Paguyaman
Kabupaten Boalemo”. Kegiatan yang kami lakukan dalam mini project ini mencakup survey
langsung kepada masyarakat dan juga penyuluhan kepada masyarakat di Dusun Iloheluma
Desa Rejonegoro.
Dalam usaha penyelesaian tugas laporan ini saya memperoleh banyak bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :

1. dr.Ria Kumala, selaku dokter pembimbing internship di Puskesmas Paguyaman


Kabupaten Boalemo, Gorontalo.

2. Bapak Haris Ahmad SKM, M.Kes, selaku kepala Puskesmas Paguyaman, Kabupaten
Boalemo, Gorontalo

3. Pihak Desa Rejonegoro yang telah berkenan memberikan bantuan berupa izin,
pengumpulan data, dan koordinasi masyarakat dalam pelaksanaan penelitian kami.

4. Pihak Puskesmas Paguyaman yang telah berkenan memberikan bantuan mengenai


data kesehatan masyarakat dan brosur kesehatan.

5. Bapak Kepala Desa Rejonegoro beserta warga yang telah mengizinkan dan membantu
terlaksananya penelitian kami sehingga berjalan lancar.
6. Seluruh staf Puskesmas Paguyaman atas segala bantuannya dalam membantu dalam
penyusunan laporan ini.

7. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuannya demi kelancaran kegiatan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak


kekurangan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima semua
saran dan kritik yang membangun guna penyempurnaan laporan ini.

Terima kasih.

Paguyaman , Mei 2015

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................i

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................iv

DAFTAR TABEL............................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR........................................................................................viii

BAB I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang..................................................................................1

I.2.Pernyataan Masalah............................................................................2

I.3.Tujuan.................................................................................................2

I.3.1. Tujuan Umum...........................................................................2

I.3.2. Tujuan Khusus...........................................................................2

I.4 Manfaat...............................................................................................2

I.4.1. Bagi Penulis...............................................................................3

I.4.2. Bagi Profesi...............................................................................3

I.4.3. Bagi Masyarakat........................................................................3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Kesehatan Lingkungan.....................................................................4

II.2. Standar Prosedur Operasional Klinik Sanitasi.................................4

II.3. Tindak Lanjut Penyelesaian Masalah .............................................5

II.4. Jamban Sehat....................................................................................6

II.1.5 Syarat jamban sehat ………………………………………………..7

II.1.6 Indikator Jamban Sehat………………………………………………...7

42
II.1.7. Bangunan Jamban (Latrine/water closet)..............................................9

II.1.8. Jenis-jenis Jamban Keluarga..................................................................10

BAB III. METODE

III. Analisis masalah.............................................................................17

BAB IV. HASIL MINI PROJECT ................................................................19

IV.1. Profil Komunitas Umum..............................................................19

IV.2. Data Geografi ..............................................................................20

IV.3. Data Demografik..........................................................................

IV.4. Sumber Daya Kesehatan yang Ada............................................

IV.5. Sarana Pelayanan Kesehatan yang Ada..............................

BAB V. DISKUSI........................................................................................21

V.1 Jenis data yang diambil..................................................................21

V.2 Ruang Lingkup Penelitian..............................................................21

V.3 Definisi Operasional .....................................................................21

V.4 Sasaran Penelitian..........................................................................21

V.5 Variabel Penelitian.........................................................................21

V.6 Definisi Operasional......................................................................22

V.7 Faktor inklusi dan eksklusi ...........................................................22

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1. Kesimpulan .................................................................................42

VI.2. Saran ...........................................................................................43

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................44

LAMPIRAN

42
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Rejonegoro ..................................................24

Tabel 2. Posyandu di desa Rejonegoro.............................................................24

Tabel 3. Kuesioner kepada responden dusun Iloheluma 2013.........................27

Tabel 4. Hasil Kuesioner……………………………………………………..28

Table 5. responden yang tidak memiliki jamban…………………………….30

Table 6. Responden sebagian besar BAB di Sungai………………………….30

Table 7. Respon sebagian besar mengatakan karena faktor ekonomi…………30

Tabel 8.Responden berpendidikan....................................................................30

42
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Jarak Jamban dengan Sumber Air Bersih.......................................7

Gambar 2. Bidang Resapan..............................................................................9

Gambar 3. Jamban Cemplung...........................................................................10

Gambar 4. Jamban Cemplung berventilasi.......................................................10

Gambar 5. Jamban Leher Angsa.......................................................................11

42
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang1


Sesuai dengan undang – undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang
kesehatan bab 1 pasal 1disebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan jiwa
dan social yang memungkinkan orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Target utama pembangunan kesehatan itu salah satunya yaitu kesehatan lingkungan.
Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang
keseimbangan kehidupan yang dinamis antara manusia dan lingkungan untuk mendukung
tercapainya kualitas hidup yang sehat. Menurut H. Bloom, tingkat derajat kesehatan manusia
dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu : faktor perilaku, genetik, lingkungan dan pelayanan
kesehatan. Dalam hal ini jelas bahwa lingkungan sangat berpengaruh terhadap derajat
kesehatan manusia. Oleh karena itu perlu adanya perhatian yang serius dalam menangani
masalah-masalah kesehatan khususnya kesehatan lingkungan.
Dengan adanya upaya kesehatan lingkungan maka diharapkan meningkatnya jumlah
kawasan sehat, tempat-tempat umum sehat, tempat pariwisata sehat, tempat kerja sehat,
rumah dan bangunan sehat, sarana sanitasi, sarana air minum, dan sarana pembuangan
limbah.
Masalah penyehatan lingkungan pemukiman khususnya pada pembuangan tinja
merupakan salah satu dari berbagai masalah kesehatan yang perlu mendapatkan prioritas.
Penyediaan sarana pembuangan tinja masyarakat terutama dalam pelaksanaannya tidaklah
mudah, karena menyangkut peran serta masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya
dengan perilaku, tingkat ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.
Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan  satu bahan
buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan sebagai media
bibit penyakit, seperti diare, typhus, muntaber, disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu
dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta estetika.
Salah satu kegiatan promotif – preventif untuk menangulangi penyakit berbasis
lingkungan adalah pembangunan jamban keluarga, tetapi tingkat keberhasilannya masih jauh
dari diharapkan, salah satu indikator sehat 2010 adalah cakupan jamban keluarga minimal
84%.

42
Di Jawa tengah pada tahun 2001, jumlak kk yang memanfaatkan jamban untuk tempat
buang air besar (BAB) yang memenuhi syarat sebesar 64,24 %. Kondisi tersebut masih
dibawah target nasional
Dari data SPM dapat diketahui cakupan penduduk yang memanfaatkan jamban di
wilayah kerja Puskesmas Paguyaman periode Januari-desember 2012 adalah 69%, sedangkan
target Dinas Kesehatan Kabupaten Boalemo adalah 75%. Sehingga angka pencapaian
penduduk yang memanfaatkan jamban masih kurang, yaitu sebesar 92%.
Dilihat dari Perilaku hidup bersih dan sehat, masyarakat Desa Rejonegoro khususnya
Dusun Iloheluma masih rendah angka kesadaran akan perilaku hidup sehat. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya perilaku buang air besar bukan dijamban yang sehat.

Menurut data keluarga hasil Survei Mawas Diri (SMD) kepemilikan jamban di Dusun
Iloheluma, dimana jumlah KK yang berhasil di survey ada 107, yang memiliki jamban
memenuhi syarat sebanyak 40 KK (37%), Ada Jamban tidak memenuhi syarat 21 KK (20
%), yang tidak memiliki jamban sebanyak 46 KK (43%).

1.2 Pernyataan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dibuat perumusan masalah yaitu:
 Kurangnya kesadaran masyarakat untuk tidak BAB di sembarang tempat
 Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai jamban sehat
 Kurangnya kepemilikan jamban sehat oleh masyarakat

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum
Menuju masyarakat ODF ( Open Defecation Free) di Dusun Iloheluma Desa
Rejonegoro

1.3.2 Tujuan khusus


 Meningkatkan kesadaran masyarakatuntuk tidak BAB di sembarang tempat.
 Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai jamban sehat
 Meningkatkan kepemilikan jamban sehat oleh masyarakat

42
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Penulis
 Untuk menambah pengetahuan penulis tentang penyebab masih kurangnya
penduduk yang menggunakan jamban sehat di Dusun Iloheluma Desa Rejonegoro
serta dapat memberikan informasi tentang pengelolaan jamban yang baik.
.
1.4.2 Bagi Profesi
 Hasil laporan ini dapat dijadikan data awal untuk merencanakan
penanggulangan masalah pemanfaatan jamban di Dusun Iloheluma Desa
Rejonegoro serta dapat dijadikan masukan untuk menyusun program dalam
rangka pemanfaatan jamban keluarga.

1.4.3 Bagi Masyarakat


 Berdasarkan hasil kegiatan ini diharapkan pengetahuan warga Dusun
Iloheluma Desa Rejonegoro, dapat bertambah mengenai pentingnya
memanfaatkan jamban keluarga agar tercipta lingkungan yang sehat sesuai
dengan syarat kesehatan.

42
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Landasan Teori

II.1.1. Kesehatan Lingkungan1,2


Kesehatan Lingkungan yang sehat adalah keadaan lingkungan yang tidak berisiko
atau berbahaya terhadap kesehatan dan keselamatan hidup manusia. Usaha kesehatan
lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup
manusia untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya.

Integrasi upaya kesehatan lingkungan dan upaya pemberantasan penyakit berbasis


lingkungan semakin relevan dengan diterapkannya Paradigma Sehat. Dengan paradigma ini,
maka pembangunan kesehatan lebih ditekankan pada upaya promotif-preventif, dibanding
upaya kuratif-rehabilitatif. Melalui Klinik Sanitasi ke tiga unsur pelayanan kesehatan yaitu
promotif, preventif, dan kuratif dilaksanakan secara integratif melalui pelayanan kesehatan
program pemberantasan penyakit berbasis lingkungan di luar maupun di dalam gedung.

II.1.2 Standar Prosedur Operasional Klinik Sanitasi 1,2


Standar prosedur operasional (Standard Operational Procedur / SOP) klinik sanitasi
secara umum meliputi SOP di dalam gedung (puskesmas) dan di luar gedung (lapangan).
a. Dalam Gedung
Di dalam gedung puskesmas, petugas klinik sanitasi melakukan langkah-langkah
kegiatan terhadap penderita/pasien dan klien.
1) Menerima kartu rujukan status dari petugas poliklinik.
2) Mempelajari kartu status/rujukan tentang diagnosis oleh petugas poliklinik.
3) Menyalin dan mencatat nama penderita atau keluarganya, karakteristik penderita
yang meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan dan alamat, serta diagnosis
penyakitnya ke dalam buku register.
4) Melakukan wawancara atau konseling dengan penderita/keluarga, penderita
tentang kejadian penyakit, keadaan lingkungan, dan perilaku yang diduga
berkaitan dengan kejadian penyakit dengan mengacu pada buku ‘Pedoman Teknis
42
Klinik Sanitasi untuk Puskesmas dan Panduan Konseling Bagi Petugas Klinik
Sanitasi di Puskesmas.
5) Membantu menyimpulkan permasalahan lingkungan atau perilaku yang berkaitan
dengan kejadian penyakit yang diderita.
6) Memberikan saran tindak lanjut sesuai permasalahan.
7) Bila diperlukan, membuat kesepakatan dengan penderita atau keluarganya tentang
jadwal kunjungan lapangan.

b. Luar Gedung
Sesuai dengan jadwal yang telah disepakati antara penderita / klien atau
keluarganya dengan petugas, petugas klinik sanitasi melakukan kunjungan
lapangan/rumah dan diharuskan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Mempelajari hasil wawancara atau konseling di dalam gedung (Puskesmas).
2) Menyiapkan dan membawa berbagai peralatan dan kelengkapan lapangan yang
diperlukan seperti formulir kunjungan lapangan, media penyuluhan, dan alat
sesuai dengan jenis penyakitnya.
3) Memberitahu atau menginformasikan kedatangan kepada perangkat
desa/kelurahan (kepala desa/lurah, sekretaris, kepala dusun, atau ketua RW/RT)
dan petugas kesehatan / bidan di desa.
4) Melakukan pemeriksaan dan pengamatan lingkungan dan perilaku dengan
mengacu pada Buku Pedoman Teknis Klinik Sanitasi untuk Puskesmas, sesuai
dengan penyakit/masalah yang ada.
5) Membantu menyimpulkan hasil kunjungan lapangan.
6) Memberikan saran tindak lanjut kepada sasaran (keluarga penderita dan keluarga
sekitar).
7) Apabila permasalahan yang ditemukan menyangkut sekelompok keluarga atau
kampung, informasikan hasilnya kepada petugas kesehatan di desa / kelurahan,
perangkat desa/kelurahan (kepala desa / lurah, sekretaris, kepala dusun atau ketua
RW/RT), kader kesehatan lingkungan serta lintas sektor terkait di tingkat
kecamatan untuk dapat di tindak lanjut secara bersama.

II.1.3 Tindak Lanjut dan Penyelesaian Masalah3

a. Tindak Lanjut
42
Tujuan tindak lanjut adalah untuk mengetahui perkembangan penyelesaian
permasalahan kesehatan lingkungan sesuai dengan rencana dan saran. Kegiatan tindak
lanjut ini dapat dilakukan secara insidentil dan berkala. Kegiatan tindak lanjut
diarahkan untuk :
 Mengetahui realisasi atau kesesuaian antara rencana tindak lanjut penyelesaian
masalah kesehatan lingkungan dengan kenyataan
 Keterlibatan masyarakat, lintas program dan lintas sektor dalam perbaikan /
penyelesaian masalah kesehatan lingkungan
 Perkembangan kejadian penyakit dan permasalahan kesehatan lingkungan

b. Pencatatan dan Pelaporan


Data kegiatan klinik sanitasi dicatat ke dalam buku register untuk kemudian
diolah dan dianalisis. Selain berguna untuk bahan tindak lanjut kunjungan lapangan
serta keperluan monitoring dan evaluasi, data yang ada dapat dibuat bahan
perencanaan kegiatan selanjutnya. Seluruh kegiatan klinik sanitasi dan hasilnya
dilaporkan secara berkala kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai
dengan format laporan yang ada.

c. Penyelesaian Masalah
Penyelesaian masalah kesehatan lingkungan, terutama masalah yang menimpa
sekelompok keluarga atau kampung dapat dilaksanakan secara musyawarah dan
gotong royong oleh masyarakat dengan bimbingan teknis dari petugas sanitasi dan
lintas sektor terkait.
Apabila dengan cara demikian tidak tuntas dan atau untuk perbaikannya
memerlukan pembiayaan yang cukup besar, maka penyelesaian dianjurkan untuk
mengikuti mekanisme perencanaan yang ada, mulai perencanaan di tingkat desa,
perencanaan tingkat kecamatan dan perencanaan tingkat kabupaten/kota. Petugas
sanitasi juga dapat membantu mengusulkan kegiatan perbaikan kesehatan
lingkungan tersebut kepada sektor terkait.

II.1.4. Jamban Sehat


Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia
yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa

42
(cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk
membersihkannya.

II. 1.5 Syarat jamban sehat


a. Tidak mencemari tanah sekitarnya
b. Mudah dibersihkan dan aman digunakan
c. Dilengkapi dinding dan atap pelindung
d. Penerangan dan ventilasi cukup
e. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai
f. Tersedia air dan alat pembersih

II.1.6 Indikator suatu Jamban telah mencemari lingkungan sekitar yaitu


 Apakah penampungan akhir kotoran/jamban berjarak kurang dari 10 m dengan
sumber air ? Nilai Ya = 3, Tidak = 0
 Apakah penutup sumur resapan jamban (penampungan akhir kotoran) tidak kedap air?
: Nilai Ya = 3, Tidak = 0
 Apakah konstruksi jamban memungkinkan binatang penyebar penyakit menjamah
kotoran dalam jamban? Nilai Ya = 3, Tidak = 0
 Apakah jamban menimbulkan bau? Nilai Ya = 1, Tidak = 0
 Apakah jamban tidak selalu terjaga kebersihannya? Nilai Ya = 2, Tidak = 0

Skoring Tingkat resiko untuk mencemari lingkungan: Ringan 0-2, Sedang 3-4, Tinggi 5-8 ,
Amat tinggi 9-11.

II.1.7. Pengelolaan Pembuangan Tinja 1,2


Untuk mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan
kotoran manusia harus dikelola dengan baik yaitu harus di suatu tempat tertentu atau
jamban yang sehat. Jamban Sehat untuk daerah pedesaan apabila memenuhi
persyaratan – persyaratan sebagai berikut :
1. Tidak mencemari air
a. Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran tidak
mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding dan dasar
lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester.

42
b. Jarak lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter
c. Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari lubang
kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.

Gambar1. Jarak Jamban


dengan sumber air bersih

2. Tidak mencemari tanah permukaan


a. Tidak buang air besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat
sungai, dekat mata air, atau pinggir jalan.
b. Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya, kemudian
kotoran ditimbun di lubang galian.

3. Bebas dari serangga


a. Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap minggu.
Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah.
b. Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat menjadi sarang
nyamuk.
c. Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang dapat menjadi
sarang kecoa atau serangga lainnya.
d. Lantai jamban harus selalu bersih dan kering.
e. Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup.
4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
a. Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap selesai
digunakan.
b. Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup rapat
oleh air.
c. Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk
membuang bau dari dalam lubang kotoran.
5. Aman digunakan oleh pemakainya

42
Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang kotoran
dengan pasangan bata atau selongsong anyaman bambu atau bahan penguat lain yang
terdapat di daerah setempat.
6. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya
a. Lantai jamban rata dan miring dari saluran lubang kotoran.
b. Jangan membuang sampah, rokok, atau benda lain ke saluran kotoran karena dapat
menyumbat saluran.
c. Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban akan
cepat penuh.
d. Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa berdiameter
minimal 4 inci. Letakkan pipa dengan kemiringan minimal 2:100.
7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan
a. Jamban harus berdinding dan berpintu.
b. Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari
kehujanan dan kepanasan.

II.1.8. Bangunan Jamban (Latrine / water closet)

Bangunan Jamban yang memenuhi syarat kesehatan terdiri dari :


1. Rumah kakus : Syarat – syarat rumah kakus antara lain; Sirkulasi udara
cukup, bangunan mampu menghindarkan pengguna terlihat dari luar, bangunan
dapat meminimalkan gangguan cuaca (baik musim panas maupun musim hujan),
kemudahan akses di malam hari, ketersediaan fasilitas penampungan air dan
tempat sabun untuk cuci tangan.
2. Lantai kakus : Sebaiknya diplester agar mudah dibersihkan.
3. Slab : Berfungsi sebagai penutup sumur tinja (pit) dan dilengkapi dengan tempat
berpijak. Pada jamban cemplung, slab dilengkapi dengan penutup, sedangkan
pada kondisi jamban berbentuk bowl (leher angsa) fungsi penutup ini digantikan
oleh keberadaan air yang secara otomatis tertinggal di didalamnya. Slab dibuat
dari bahan yang cukup kuat untuk menopang penggunanya. Bahan-bahan yang
digunakan harus tahan lama dan mudah dibersihkan seperti kayu, beton, bambu
dengan tanah liat, pasangan bata, dan sebagainya.
4. Closet : Lubang tempat faeces masuk.

42
5. Pit : Sumur penampung faeces / cubluk.
6. Bidang resapan.

Gambar 2. Bidang Resapan

II.1.9 Jenis – jenis Jamban keluarga 1,2,4

1. Jamban Cemplung (pit latrine)


Jamban cemplung ini sering dijumpai di daerah pedesaan tapi kurang sempurna,
misalnya tanpa rumah jamban. Pada jamban ini, kotoran langsung masuk ke jamban dan
tidak boleh terlalu dalam sebab bila terlalu dalam akan mengotori air tanah dibawahnya.
Dalamnya pit latrine berkisar antara 1,5 – 3 meter saja. Jarak dari sumber air minum
sekurang-kurangnya 15 meter.

Gambar 3. Jamban Cemplun


2. Jamban Cemplung Berventilasi (Ventilation Improved Pit Latrine)
42
Jamban ini hampir sama dengan jamban cemplung, bedanya lebih lengkap,
yakni menggunakan ventilasi pipa. Untuk daerah pedesaan pipa ventilasi ini dapat dibuat
dengan bambu.

Gambar 4. Jamban Cemplung Berventilasi (Ventilasi Improved Pit Latrine) Sumber :


Tampubolon, 2000.

3. Watersealed Laterine (Angsa Trine)

Jamban tanki septik/leher angsa: Adalah jamban berbentuk leher angsa sehingga akan
selalu terisi air. Fungsi air ini sebagai sumbat bau bususk dari cubluk sehingga tidak tercium
di ruangan rumah kakus. Bila dipakai, faecesnya tertampung sebentar dan bila disiram air,
baru masuk ke bagian yang menurun untuk masuk ke tempat penampungannya (pit).

Penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses
penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapannya. Kakus ini
yang terbaik dan dianjurkan dalam kesehatan lingkungan.

Gambar 5. Jamban leher angsa

42
BAB III

METODE MINI PROJECT

III.1. Sasaran Kegiatan

Kegiatan ini diikuti oleh warga Dusun Iloheluma, Desa Rejonegoro yang masih
menggunakan jamban cemplung tanpa tutup serta dihadiri pula oleh ibu-ibu Dusun
Iloheluma.

III.2 Bentuk Kegiatan


 Pengisian kuisioner (pre-test)
 Penyuluhan mengenai jamban sehat
 Pengisian kuisioner (post-test)

III.3 Pelaksanaan Kegiatan

No Tanggal Kegiatan Pelaksana

1 11 Maret – 10 April 2015 Perencanaan kegiatan dr. Eveline

dr. Habib

dr. Maryam

dr. Reza

2 14 April 2015 Meminta izin kepada kepala desa dr. Eveline

dr. Habib

42
dr. Maryam

dr. Reza

3 15 April – 17 April 2015 Persiapan kegiatan dan koordinasi dr. Eveline

dr. Habib

dr. Maryam

dr. Reza

Bidan Nita

4 18 April dan 21 April Penyebaran kuisioner (pre-test) dr. Eveline


2015
dr. Habib

dr. Maryam

dr. Reza
5 18 Mei 2015  Penyuluhan tentang jamban
sehat dr. Eveline

 Pengisian kuisioner (post


dr. Habib
test)

dr. Maryam

dr. Reza

42
42
BAB IV

HASIL MINI PROJECT

IV. 1 Profil Komunitas Umum

Profil komunitas wilayah Dusun Moyo Atas, Moyo Bawah dan Stober secara umum
adalah masyarakat pedesaan.

IV.2 Data Geografi


IV.2.1 Letak wilayah
Dusun Moyo Atas, Moyo Bawah, dan Stober terletak di wilayah Desa Moyo
Mekar, Kecamatan Moyo Hilir, Kabupaten Sumbawa, Provinsi NTB.

IV.2.2 Batas wilayah


Wilayah Desa Moyo Mekar dibatasi oleh:
a. Sebelah Utara : Desa Berare
b. Sebelah Timur : Desa Kakiang
c. Sebelah Selatan : Desa Serading
d. Sebelah Barat : Desa Moyo

IV.2.3 Luas Wilayah


Luas wilayah Desa Moyo Mekar 70 hektar.
IV.3 Data Demografi
IV.3.1 Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Dusun Moyo Atas tahun 2022 adalah 944 jiwa dan jumlah
KK adalah 308. Jumlah penduduk Dusun Moyo Bawah tahun 2022 adalah 520 jiwa dan
jumlah KK adalah 174. Jumlah penduduk Stober tahun 2022 adalah 361 jiwa dan
jumlah KK adalah 110.

42
IV.3.2 Data Penduduk
Penduduk Desa Moyo Mekar adalah 1.825 jiwa, terdiri dari 592 KK, 898 laki
– laki dan 927 perempuan. Mayoritas beragama Islam. (Sumber : UPT PKM Moyo
Hilir)

Tabel 1. Jumlah penduduk Desa Moyo Mekar tahun 2022


Jumlah

NO Dusun Jiwa KK

1 Stober 361 110

2 Moyo Bawah 520 174

3 Moyo Atas 944 308

Jumlah 1.825 592

Tabel 2. Posyandu di Desa Moyo Mekar


No. Dusun Jumlah Posyandu

1 Moyo Atas 1

2 Moyo Bawah 1

3 Stober 1

Jumlah 3

(Sumber : UPT PKM Moyo Hilir)

42
IV. 4 Sumber Daya Kesehatan yang Ada

Di Desa Moyo Mekar terdapat 1 bidan desa.

IV. 5 Sarana Pelayanan Kesehatan yang Ada

Di Desa Moyo Mekar terdapat 3 kelompok Posyandu.

IV. Data Kesehatan Masyarakat

IV. 1. Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat Dusun Iloheluma


Pengetahun dan perilaku masyarakat Dusun Iloheluma kami dapatkan berdasarkan
kuisioner yang dibagikan kepada warga pada tanggal 18 April dan 21 April 2015. Jumlah
warga yang hadir sebanyak 56 orang. Kegiatan ini berlangsung bersamaan dengan kegiatan
posyandu. Kegiatan ini juga dihadiri oleh 4 dokter internship, 1 orang bidan, dan 2 staf
puskesmas.

Kegiatan dibuka oleh bidan Nita selaku bidan Desa Rejonegoro dilanjutkan dengan
pengisian kuisioner oleh warga yang hadir. Isi dari kuisioner adalah data diri, pengetahuan,
dan perilaku warga mengenai jamban sehat, kebiasaan buang air besar, dan keinginan
memiliki jamban sehat.

Dari hasil kuisioner didapatkan hasil data sebagai berikut:

42
Dari 56 orang yang hadir didapatkan 34 orang yang hadir adalah perempuan dan 22
orang laki-laki.

Dari 56 orang yang hadir sebagian besar berpendidikan SD sebesar 46%, SMP
sebanyak 30%, SMA sebanyak 9%, perguruan tinggi 2%, dan tidak sekolah sebanyak 13%.

42
Sebanyak 57 % orang yang hadir adalah ibu rumah tangga, 25 % sebagai petani, 13 %
pedagang, dan 5 % lainnya. Pada pilihan lain-lain ini beberapa warga berprofesi sebagai
buruh dan supir.

Dari 56 orang yang hadir, sebanyak 36 orang memiliki penghasilan kurang dari Rp.
500.000,-, 17 orang memiliki penghasilan Rp. 500.000,- sampai Rp. 1.000.000,-, dan 3 orang
memiliki penghasilan lebih dari Rp. 1.000.000,-.

Sebagian besar warga yang hadir belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang
jamban sehat, yaitu sebesar 75 %. Yang sudah pernah mendapatkan penyuluhan tentang
jamban sehat yaitu sebesar 25 %.

42
Sebanyak 70 % warga yang hadir mengetahui bahwa BAB di sungai/ kolam dapat
mencemari lingkungan dan menimbulkan penyakit. Sedangkan 30 % warga tidak mengetahui
bahwa BAB di sungai/ kolam dapat mencemari lingkungan dan menimbulkan penyakit.

Sebanyak 55 % warga yang hadir mengetahui tentang jamban sehat. Sedangkan 45 %


warga tidak mengetahui jamban sehat.

42
Sebanyak 35 % warga yang hadir mengetahui cara membangun jamban sehat.
Sedangkan 65 % warga tidak mengetahui cara membangun jamban sehat.

Sebanyak 79 % warga yang hadir tidak mengetahui jarak ideal antara sumber air dan
jamban. Sedangkan 21 % warga mengetahui jarak ideal antara sumber air dan jamban.

Sebanyak 71 % warga yang hadir berpendapat lantai jamban tidak perlu diplester.
Sedangkan 29 % warga berpendapat lantai jamban perlu diplester.

42
Sebanyak 86 % warga yang hadir berpendapat jamban perlu memiliki dinding, atap,
dan pintu. Sedangkan 14 % warga berpendapat lantai jamban perlu memiliki dinding, atap,
dan pintu.

Sebanyak 68 % warga yang hadir tidak memiliki jamban di rumah. Sedangkan 32 %


warga tidak memiliki jamban di rumah.

42
Sebanyak 61 % warga memiliki jamban leher angsa, 28 % memiliki jamban cemplung
tanpa tutup, dan 11 % memiliki jamban cemplung dengan tutup.

Seluruh warga selalu mencuci tangan setelah buang air besar.

Sebanyak 57 % warga buang air besar di WC umum, 32 % warga buang air besar di
jamban keluarga, dan 11% di sungai.
42
Sebanyak 91 % warga tidak menggunakan jamban sehat karena faktor ekonomi.
Sedangka 9 % warga tidak menggunakan jamban sehat karena praktis.

IV. 2. Penyuluhan Jamban Sehat

Penyuluhan tentang jamban sehat dilakukan di posyandu wilayah Dusun Iloheluma.


Kegiatan ini dilakukan untuk memberi pengetahuan mengenai pentingnya jamban sehat,
fungsi jamban sehat, dan cara membangun jamban sehat. Kegiatan ini bertujuan untuk
memicu keinginan masyarakat setempat yang belum memiliki jamban agar berusaha
memiliki jamban dan masyarakat yang belum memiliki jamban sehat memperbaiki jamban
mereka agar lebih sehat sehingga tidak mencemari lingkungan dan menimbulkan penyakit.

Hasil kegiatan ini adalah sebagai berikut :

No Tanggal Tempat Peserta

1 18 Mei 2015 Posyandu Dusun 34 orang


Iloheluma

IV. 3. Evaluasi hasil kuisioner post test

Evaluasi dilakukan oleh 4 dokter internship dengan menyebarkan kuisioner post test
yang isinya sama seperti kuisioner sebelumnya sehingga dapat diperoleh perbandinga
pengetahuan dan perilaku sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan.
42
Dari 34 orang yang hadir didapatkan 31 orang yang hadir adalah perempuan dan 3
orang laki-laki.

Dari 34 orang yang hadir sebagian besar berpendidikan SD sebesar 64%, SMP
sebanyak 24%, SMA sebanyak 6%, perguruan tinggi 0%, dan tidak sekolah sebanyak 6%.

42
Sebanyak 53 % orang yang hadir adalah ibu rumah tangga, 26 % sebagai petani, 6 %
pedagang, dan 15 % lainnya. Pada pilihan lain-lain ini beberapa warga berprofesi sebagai
buruh.

Dari 56 orang yang hadir, sebanyak 24 orang memiliki penghasilan kurang dari Rp.
500.000,-, 9 orang memiliki penghasilan Rp. 500.000,- sampai Rp. 1.000.000,-, dan 1 orang
memiliki penghasilan lebih dari Rp. 1.000.000,-.

42
Seluruh warga yang hadir telah mendapatkan penyuluhan tentang jamban sehat.

Seluruh warga yang hadir mengetahui bahwa BAB di sungai/ kolam dapat mencemari
lingkungan dan menimbulkan penyakit.

Sebanyak 76 % warga yang hadir mengetahui tentang jamban sehat. Sedangkan 24 %


warga tidak mengetahui jamban sehat.

42
Sebanyak 45 % warga yang hadir mengetahui cara membangun jamban sehat.
Sedangkan 55 % warga tidak mengetahui cara membangun jamban sehat.

Sebanyak 65 % warga yang hadir tidak mengetahui jarak ideal antara sumber air dan
jamban. Sedangkan 35 % warga mengetahui jarak ideal antara sumber air dan jamban.

42
Sebanyak 59 % warga yang hadir berpendapat lantai jamban tidak perlu diplester.
Sedangkan 41 % warga berpendapat lantai jamban perlu diplester.

Sebanyak 94 % warga yang hadir berpendapat jamban perlu memiliki dinding, atap,
dan pintu. Sedangkan 6 % warga berpendapat lantai jamban perlu memiliki dinding, atap, dan
pintu.

Sebanyak 59 % warga yang hadir tidak memiliki jamban di rumah. Sedangkan 41 %


warga tidak memiliki jamban di rumah.

42
Sebanyak 43 % warga memiliki jamban leher angsa, 38 % memiliki jamban cemplung
tanpa tutup, dan 19 % memiliki jamban cemplung dengan tutup.

Seluruh warga selalu mencuci tangan setelah buang air besar.

42
Sebanyak 53 % warga buang air besar di WC umum, 41 % warga buang air besar di
jamban keluarga, dan 6 % di sungai.

Seluruh warga tidak menggunakan jamban sehat karena faktor ekonomi.

IV. 4. Perbandingan hasil pre test dan post test

42
Pada saat pre test dilakukan jumlah peserta yang hadir perempuan lebih banyak
dibanding laki-laki. Pada saat post test juga demikian, jumlah peserta yang hadir perempuan
lebih banyak dibanding laki-laki.

Sebagian besar warga yang hadir pada saat dilakukan pre tes dan post tes memiliki
pendidikan terakhir SD, kemudian SMP, tidak sekolah, dan SMA. Warga yang memiliki
pendidikan terakhir perguruan tinggi hanya sedikit.

Sebagian besar warga yang hadir pada saat dilakukan pre tes dan post tes memiliki
pekerjaan ibu rumah tangga, kemudian petani dan pedagang. Pekerjaan yang termasuk lain-
lain adalah buruh dan supir.

42
Sebagian besar warga yang hadir memiliki penghasilan kurang dari Rp. 500.000,-,
kemudian Rp. 500.000,. – Rp. 1000.000,-. Yang memiliki penghasilan lebih dari Rp.
1000.000,- hanya sedikit.

Pada saat pre tes sebagian besar warga belum pernah mendapatkan penyuluhan
tentang jamban sehat, kemudian setelah penyuluhan seluruh warga yang hadir telah
mendapatkan penyuluhan tentang jamban sehat.

42
Setelah mendapatkan penyuluhan tentang jamban sehat terjadi peningkatan
pengetahuan warga bahwa BAB sembarangan dapat mencemari lingkungan dan
menimbulkan penyakit.

Setelah mendapatkan penyuluhan tentang jamban sehat terjadi peningkatan


pengetahuan tentang jamban sehat.

42
Setelah mendapatkan penyuluhan tentang jamban sehat terjadi peningkatan
pengetahuan tentang cara membangun jamban sehat.

Setelah mendapatkan penyuluhan tentang jamban sehat terjadi peningkatan


pengetahuan tentang jarak ideal antara jamban dengan sumber air bersih.

42
Setelah mendapatkan penyuluhan tentang jamban sehat terjadi peningkatan
pengetahuan warga bahwa lantai jamban perlu diplester.

Setelah mendapatkan penyuluhan tentang jamban sehat terjadi peningkatan


pengetahuan warga bahwa jamban perlu memiliki dinding, atap, dan pintu.

42
Sebagian besar warga yang hadir tidak memiliki jamban di rumah baik saat dilakukan
pre tes maupun post tes.

Sebagian besar warga yang memiliki jamban, mempunyai jamban jenis leher angsa
baik pada saat dilakukan pre tes maupun post tes.

42
Seluruh warga yang hadir selalu mencuci tangan setelah buang air besar baik pada
saat dilakukan pre tes maupun post tes.

Sebagian besar warga yang hadir biasanya BAB di WC umum baik pada saat
dilakukan pre tes maupun post tes.

42
Hampir seluruh warga yang hadir tidak memiliki jamban sehat karena faktor ekonomi
baik pada saat dilakukan pre tes maupun post tes.

BAB V

DISKUSI

Dari hasil diskusi bersama tim puskesmas diperoleh bahwa kegiatan ini bermanfaat
bagi masyarakat, khususnya masyarakat Dusun Iloheluma Desa Rejonegoro. Materi-materi
yang diberikan saat penyuluhan kesehatan pada kegiatan ini dapat menambah pengetahuan
masyarakat tentang jamban sehat dan berbagai manfaatnya. Kegiatan ini juga meningkatkan
kesadaran masyarakat untuk tidak BAB di sembarang tempat dan memicu masyarakat untuk
membangun jamban sehat yang sesuai dengan kondisi masyarakat setempat.
Desa Siaga dan aparat pemeritah setempat diharapkan dapat menindaklanjuti kegiatan
ini dengan membuat penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk

42
mencegah kjadian BAB di sembarang tempat, membuat suatu mekanisme monitoring yang
dibuat masyarakat untuk mencapai 100% KK mempunyai jamban sehat dan membuat suatu
upaya atau strategi yang jelas dan tertulis untuk dapat mencapai sanitasi total. Hal ini untuk
mewujudkan masyarakat Dusun Iloheluma ODF.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah melakukan analisis kemungkinan penyebab masalah rendahnya jumlah


jamban sehat di Dusun Iloheluma Desa Rejonegoro dengan menggunakan metode kuesioner
dan juga melakukan konfirmasi ke bagian Program Kesehatan Lingkungan, maka didapatkan
penyebab masalah yang mungkin, antara lain karena faktor ekonomi oleh terbatasnya dana
untuk membangun jamban dan septik tank sendiri di dusun tersebut, pengetahuan masyarakat
mengenai jamban sehat yang masih rendah, dan kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai cara membangun jamban sehat sederhana.

42
Dengan adanya kegiatan ini masyarakat diharapkan dapat membuat jamban mereka
lebih memenuhi kriteria jamban sehat. Sehingga jamban yang ada dapat benar-benar
memutus mata rantai penyakit. Kegiatan ini diharapkan dapat dijadikan suatu landasan untuk
menuju masyarakat Dusun Iloheluma Desa Rejonegoro ODF.
Saran dari kegiatan ini adalah tindak lanjut untuk deklarasi Dusun Iloheluma Desa
Rejonegoro ODF. Untuk itu dibutuhkan dukungan dan kerja sama yang baik dengan desa
siaga serta aparat pemerintah desa setempat. Dan semoga kegiatan-kegiatan serupa yang
bertujuan membuat masyarakat ODF dapat dilaksanakan di seluruh desa di wilayah
Kecamatan Paguyaman, sehingga dapat mewujudkan Kecamatan Paguyaman ODF
selanjutnya menuju sanitasi total.

42

Anda mungkin juga menyukai