Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN KEGIATAN MINI PROJECT

JAMBAN SEHAT DI DUSUN OLAT RAWA ATAS DESA OLAT RAWA


KECAMATAN MOYO HILIR KABUPATEN SUMBAWA

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Program Dokter Internship


Puskesmas Kecamatan Moyo Hilir

Disusun Oleh:
dr. Siti Dhania Bugita Haerisa
dr. Nur Yuhanniz
dr. Khayrul Fikri

PUSKESMAS MOYO HILIR

2022
LEMBARAN PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN MINI PROJECT

JAMBAN SEHAT DI DUSUN OLAT RAWA ATAS DESA OLAT RAWA


KECAMATAN MOYO HILIR KABUPATEN SUMBAWA

Disusun untuk memenuhi persyaratan program dokter internship


Puskesmas Kecamatan Moyo Hilir

Oleh:

dr. Siti Dhania Bugita Haerisa


dr. Nur Yuhanniz
dr. Khayrul Fikri

Moyo Hilir, April 2022

Telah disetujui :

Pembimbing

(dr. Zulkifli Riadi)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat sehingga
kami dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun laporan penelitian mini project di Dusun
Olat rawa atas, Desa Olat rawa, Kecamatan Moyo Hilir, Kabupaten Sumbawa, Provinsi
NTB.
Laporan ini merupakan hasil kegiatan mini project di Dusun Olat rawa atas, Desa Olat
rawa, Kecamatan Moyo Hilir, Kabupaten Sumbawa, Provinsi NTB. Laporan ini berjudul
“Jamban Sehat di Dusun Olat rawa atas Desa Olat rawa Kecamatan Moyo Hilir
Kabupaten Sumbawa”. Kegiatan yang kami lakukan dalam mini project ini mencakup
survey langsung kepada masyarakat dan juga penyuluhan kepada masyarakat di Dusun Olat
rawa atas Desa Olat rawa.
Dalam usaha penyelesaian tugas laporan ini saya memperoleh banyak bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Zulkifli Riadi, selaku dokter pembimbing internship di Puskesmas Moyo Hilir
Kabupaten Sumbawa, NTB.
2. Bapak Abdul Hamid, SE, selaku kepala Puskesmas Moyo Hilir, Kabupaten Sumbawa,
NTB.

3. Pihak Desa Olat Rawa yang telah berkenan memberikan bantuan berupa izin,
pengumpulan data, dan koordinasi masyarakat dalam pelaksanaan penelitian kami.

4. Pihak Puskesmas Moyo Hilir yang telah berkenan memberikan bantuan mengenai
data kesehatan masyarakat dan brosur kesehatan.

5. Bapak Kepala Desa Olat Rawa beserta warga yang telah mengizinkan dan membantu
terlaksananya penelitian kami sehingga berjalan lancar.
6. Seluruh staf Puskesmas Moyo Hilir atas segala bantuannya dalam membantu dalam
penyusunan laporan ini.

7. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuannya demi kelancaran kegiatan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak


kekurangan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima semua
saran dan kritik yang membangun guna penyempurnaan laporan ini.

Terima kasih.

Moyo Hilir, April 2022

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................i

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................iv

DAFTAR TABEL............................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR........................................................................................viii

BAB I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang...................................................................................1

I.2.Pernyataan Masalah............................................................................2

I.3.Tujuan.................................................................................................2

I.3.1. Tujuan Umum...........................................................................2

I.3.2. Tujuan Khusus...........................................................................2

I.4 Manfaat...............................................................................................2

I.4.1. Bagi Penulis...............................................................................3

I.4.2. Bagi Profesi...............................................................................3

I.4.3. Bagi Masyarakat........................................................................3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Kesehatan Lingkungan.....................................................................4

II.2. Standar Prosedur Operasional Klinik Sanitasi.................................4

II.3. Tindak Lanjut Penyelesaian Masalah .............................................5

II.4. Jamban Sehat....................................................................................6

II.1.5 Syarat jamban sehat ………………………………………………...7

II.1.6 Indikator Jamban Sehat………………………………………………...7


II.1.7. Bangunan Jamban (Latrine/water closet)..............................................9

II.1.8. Jenis-jenis Jamban Keluarga..................................................................10

BAB III. METODE

III. Analisis masalah.............................................................................17

BAB IV. HASIL MINI PROJECT ................................................................19

IV.1. Profil Komunitas Umum..............................................................19

IV.2. Data Geografi ..............................................................................20

IV.3. Data Demografik..........................................................................20

IV.4. Sumber Daya Kesehatan yang Ada...............................................20

IV.5. Sarana Pelayanan Kesehatan yang Ada........................................20

BAB V. DISKUSI........................................................................................21

V.1 Jenis data yang diambil..................................................................21

V.2 Ruang Lingkup Penelitian..............................................................21

V.3 Definisi Operasional .....................................................................21

V.4 Sasaran Penelitian..........................................................................21

V.5 Variabel Penelitian.........................................................................21

V.6 Definisi Operasional......................................................................22

V.7 Faktor inklusi dan eksklusi ...........................................................22

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1. Kesimpulan .................................................................................42

VI.2. Saran ...........................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................44


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Olat

rawa……………………………………….24

Tabel 2. Posyandu di desa Olat

rawa……………………………………………...24

Tabel 3. Kuesioner kepada responden dusun Olat rawa

atas……………………...27

Tabel 4. Hasil

Kuesioner………………………………………………………….28

Table 5. responden yang tidak memiliki

jamban………………………………….30

Table 6. Responden sebagian besar BAB di Sungai………………………………

30

Table 7. Respon sebagian besar mengatakan karena faktor

ekonomi…………….30

Tabel 8. Responden

berpendidikan……………………………………………….30
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Jarak Jamban dengan Sumber Air

Bersih……………………………....7

Gambar 2. Bidang

Resapan………………………………………………………...9

Gambar 3. Jamban

Cemplung…………………………………………………….10

Gambar 4. Jamban Cemplung

berventilasi……………………………………….10

Gambar 5. Jamban Leher

Angsa………………………………………………….11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang1


Sesuai dengan undang – undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992
tentang kesehatan bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan jiwa dan sosial yang memungkinkan orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomis.
Target utama pembangunan kesehatan itu salah satunya yaitu kesehatan
lingkungan. Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu
menopang keseimbangan kehidupan yang dinamis antara manusia dan lingkungan
untuk mendukung tercapainya kualitas hidup yang sehat. Menurut H. Bloom,
tingkat derajat kesehatan manusia dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu : faktor
perilaku, genetik, lingkungan dan pelayanan kesehatan. Dalam hal ini jelas bahwa
lingkungan sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan manusia. Oleh karena
itu perlu adanya perhatian yang serius dalam menangani masalah-masalah
kesehatan khususnya kesehatan lingkungan.
Dengan adanya upaya kesehatan lingkungan maka diharapkan
meningkatnya jumlah kawasan sehat, tempat-tempat umum sehat, tempat
pariwisata sehat, tempat kerja sehat, rumah dan bangunan sehat, sarana sanitasi,
sarana air minum, dan sarana pembuangan limbah.
Masalah penyehatan lingkungan pemukiman khususnya pada pembuangan
tinja merupakan salah satu dari berbagai masalah kesehatan yang perlu
mendapatkan prioritas. Penyediaan sarana pembuangan tinja masyarakat terutama
dalam pelaksanaannya tidaklah mudah, karena menyangkut peran serta
masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya dengan perilaku, tingkat
ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.
Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan
satu bahan buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan
dan sebagai media bibit penyakit, seperti diare, typhus, muntaber, disentri,
cacingan dan gatal-gatal. Selain itu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan
pada sumber air dan bau busuk serta estetika.
Salah satu kegiatan promotif – preventif untuk menangulangi penyakit
berbasis lingkungan adalah pembangunan jamban keluarga, tetapi tingkat
keberhasilannya masih jauh dari diharapkan, salah satu indikator sehat 2010
adalah cakupan jamban keluarga minimal 84%.
Di Nusa Tenggara Barat pada tahun 2011, jumlak kk yang memanfaatkan
jamban untuk tempat buang air besar (BAB) yang memenuhi syarat sebesar 53,43
%. Kondisi tersebut masih dibawah target nasional
Dari data SPM dapat diketahui cakupan penduduk yang memanfaatkan
jamban di wilayah kerja Puskesmas Moyo Hilir periode Januari-desember 2011
adalah 49,32%, sedangkan target Dinas Kesehatan Kabupaten Moyo Hilir adalah
94%. Sehingga angka pencapaian penduduk yang memanfaatkan jamban masih
kurang, yaitu sebesar 92%.
Dilihat dari Perilaku hidup bersih dan sehat, masyarakat Desa Olat Rawa
khususnya Dusun Olat Rawa Atas masih rendah angka kesadaran akan perilaku
hidup sehat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya perilaku buang air besar bukan
dijamban yang sehat.

Menurut data Monitoring dan evaluasi (MONEV) kepemilikan jamban di


Dusun Olat Rawa Atas, dimana jumlah KK yang berhasil di survey ada 641, yang
memiliki jamban memenuhi syarat sebanyak 177 KK (27,61%), Ada Jamban tidak
memenuhi syarat 70 KK (10,92 %), yang tidak memiliki jamban sebanyak 404
KK (63%).

1.2 Pernyataan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dibuat perumusan masalah
yaitu:
 Kurangnya kesadaran masyarakat untuk tidak BAB di sembarang tempat.
 Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai jamban sehat.
 Kurangnya kepemilikan jamban sehat oleh masyarakat.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum
Menuju masyarakat ODF (Open Defecation Free) di Dusun Olat rawa
atas Desa Olat rawa.

1.3.2 Tujuan khusus


 Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak BAB di sembarang
tempat.
 Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai jamban sehat.
 Meningkatkan kepemilikan jamban sehat oleh masyarakat.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Penulis
 Untuk menambah pengetahuan penulis tentang penyebab masih
kurangnya penduduk yang menggunakan jamban sehat di Dusun Olat
rawa atas Desa Olat rawa serta dapat memberikan informasi tentang
pengelolaan jamban yang baik.
.
1.4.2 Bagi Profesi
 Hasil laporan ini dapat dijadikan data awal untuk merencanakan
penanggulangan masalah pemanfaatan jamban di Dusun Olat rawa
atas Desa Olat rawa serta dapat dijadikan masukan untuk menyusun
program dalam rangka pemanfaatan jamban keluarga.
1.4.3 Bagi Masyarakat
 Berdasarkan hasil kegiatan ini diharapkan pengetahuan warga
Dusun Olat rawa atas Desa Olat rawa, dapat bertambah mengenai
pentingnya memanfaatkan jamban keluarga agar tercipta lingkungan
yang sehat sesuai dengan syarat kesehatan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Landasan Teori

II.1.1. Kesehatan Lingkungan1,2


Kesehatan Lingkungan yang sehat adalah keadaan lingkungan yang tidak
berisiko atau berbahaya terhadap kesehatan dan keselamatan hidup manusia.
Usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau
mengoptimumkan lingkungan hidup manusia untuk terwujudnya kesehatan yang
optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya.

Integrasi upaya kesehatan lingkungan dan upaya pemberantasan penyakit


berbasis lingkungan semakin relevan dengan diterapkannya Paradigma Sehat.
Dengan paradigma ini, maka pembangunan kesehatan lebih ditekankan pada
upaya promotif-preventif, dibanding upaya kuratif-rehabilitatif. Melalui Klinik
Sanitasi ke tiga unsur pelayanan kesehatan yaitu promotif, preventif, dan kuratif
dilaksanakan secara integratif melalui pelayanan kesehatan program
pemberantasan penyakit berbasis lingkungan di luar maupun di dalam gedung.

II.1.2 Standar Prosedur Operasional Klinik Sanitasi 1,2


Standar prosedur operasional (Standard Operational Procedur / SOP)
klinik sanitasi secara umum meliputi SOP di dalam gedung (puskesmas) dan di
luar gedung (lapangan).
a. Dalam Gedung
Di dalam gedung puskesmas, petugas klinik sanitasi melakukan
langkah-langkah kegiatan terhadap penderita/pasien dan klien.
1) Menerima kartu rujukan status dari petugas poliklinik.
2) Mempelajari kartu status/rujukan tentang diagnosis oleh petugas
poliklinik.
3) Menyalin dan mencatat nama penderita atau keluarganya, karakteristik
penderita yang meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan dan alamat,
serta diagnosis penyakitnya ke dalam buku register.
4) Melakukan wawancara atau konseling dengan penderita/keluarga,
penderita tentang kejadian penyakit, keadaan lingkungan, dan perilaku
yang diduga berkaitan dengan kejadian penyakit dengan mengacu pada
buku ‘Pedoman Teknis Klinik Sanitasi untuk Puskesmas dan Panduan
Konseling Bagi Petugas Klinik Sanitasi di Puskesmas.
5) Membantu menyimpulkan permasalahan lingkungan atau perilaku
yang berkaitan dengan kejadian penyakit yang diderita.
6) Memberikan saran tindak lanjut sesuai permasalahan.
7) Bila diperlukan, membuat kesepakatan dengan penderita atau
keluarganya tentang jadwal kunjungan lapangan.

b. Luar Gedung
Sesuai dengan jadwal yang telah disepakati antara penderita / klien
atau keluarganya dengan petugas, petugas klinik sanitasi melakukan
kunjungan lapangan/rumah dan diharuskan melakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
1) Mempelajari hasil wawancara atau konseling di dalam gedung
(Puskesmas).
2) Menyiapkan dan membawa berbagai peralatan dan kelengkapan
lapangan yang diperlukan seperti formulir kunjungan lapangan, media
penyuluhan, dan alat sesuai dengan jenis penyakitnya.
3) Memberitahu atau menginformasikan kedatangan kepada perangkat
desa/kelurahan (kepala desa/lurah, sekretaris, kepala dusun, atau ketua
RW/RT) dan petugas kesehatan / bidan di desa.
4) Melakukan pemeriksaan dan pengamatan lingkungan dan perilaku
dengan mengacu pada Buku Pedoman Teknis Klinik Sanitasi untuk
Puskesmas, sesuai dengan penyakit/masalah yang ada.
5) Membantu menyimpulkan hasil kunjungan lapangan.
6) Memberikan saran tindak lanjut kepada sasaran (keluarga penderita
dan keluarga sekitar).
7) Apabila permasalahan yang ditemukan menyangkut sekelompok
keluarga atau kampung, informasikan hasilnya kepada petugas
kesehatan di desa / kelurahan, perangkat desa/kelurahan (kepala desa /
lurah, sekretaris, kepala dusun atau ketua RW/RT), kader kesehatan
lingkungan serta lintas sektor terkait di tingkat kecamatan untuk dapat
di tindak lanjut secara bersama.

II.1.3 Tindak Lanjut dan Penyelesaian Masalah3

a. Tindak Lanjut
Tujuan tindak lanjut adalah untuk mengetahui perkembangan
penyelesaian permasalahan kesehatan lingkungan sesuai dengan rencana
dan saran. Kegiatan tindak lanjut ini dapat dilakukan secara insidentil dan
berkala. Kegiatan tindak lanjut diarahkan untuk :
 Mengetahui realisasi atau kesesuaian antara rencana tindak lanjut
penyelesaian masalah kesehatan lingkungan dengan kenyataan
 Keterlibatan masyarakat, lintas program dan lintas sektor dalam
perbaikan / penyelesaian masalah kesehatan lingkungan
 Perkembangan kejadian penyakit dan permasalahan kesehatan
lingkungan
b. Pencatatan dan Pelaporan
Data kegiatan klinik sanitasi dicatat ke dalam buku register untuk
kemudian diolah dan dianalisis. Selain berguna untuk bahan tindak lanjut
kunjungan lapangan serta keperluan monitoring dan evaluasi, data yang
ada dapat dibuat bahan perencanaan kegiatan selanjutnya. Seluruh
kegiatan klinik sanitasi dan hasilnya dilaporkan secara berkala kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan format laporan
yang ada.

c. Penyelesaian Masalah
Penyelesaian masalah kesehatan lingkungan, terutama masalah
yang menimpa sekelompok keluarga atau kampung dapat dilaksanakan
secara musyawarah dan gotong royong oleh masyarakat dengan
bimbingan teknis dari petugas sanitasi dan lintas sektor terkait.
Apabila dengan cara demikian tidak tuntas dan atau untuk
perbaikannya memerlukan pembiayaan yang cukup besar, maka
penyelesaian dianjurkan untuk mengikuti mekanisme perencanaan yang
ada, mulai perencanaan di tingkat desa, perencanaan tingkat kecamatan
dan perencanaan tingkat kabupaten/kota. Petugas sanitasi juga dapat
membantu mengusulkan kegiatan perbaikan kesehatan lingkungan
tersebut kepada sektor terkait.

II.1.4. Jamban Sehat


Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan
kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher
angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit
penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya.

II. 1.5 Syarat jamban sehat


a. Tidak mencemari tanah sekitarnya
b. Mudah dibersihkan dan aman digunakan
c. Dilengkapi dinding dan atap pelindung
d. Penerangan dan ventilasi cukup
e. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai
f. Tersedia air dan alat pembersih

II.1.6 Indikator suatu Jamban telah mencemari lingkungan sekitar yaitu


 Apakah penampungan akhir kotoran/jamban berjarak kurang dari 10 m
dengan sumber air ? Nilai Ya = 3, Tidak = 0
 Apakah penutup sumur resapan jamban (penampungan akhir kotoran)
tidak kedap air? : Nilai Ya = 3, Tidak = 0
 Apakah konstruksi jamban memungkinkan binatang penyebar penyakit
menjamah kotoran dalam jamban? Nilai Ya = 3, Tidak = 0
 Apakah jamban menimbulkan bau? Nilai Ya = 1, Tidak = 0
 Apakah jamban tidak selalu terjaga kebersihannya? Nilai Ya = 2, Tidak =
0

Skoring Tingkat resiko untuk mencemari lingkungan: Ringan 0-2, Sedang 3-4,
Tinggi 5-8 , Amat tinggi 9-11.

II.1.7. Pengelolaan Pembuangan Tinja 1,2


Untuk mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka
pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik yaitu harus di
suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Jamban Sehat untuk daerah
pedesaan apabila memenuhi persyaratan – persyaratan sebagai berikut :

1. Tidak mencemari air


a. Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang
kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan
terpaksa, dinding dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan
tanah liat atau diplester.
b. Jarak lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter
c. Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor
dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.

Gambar1. Jarak
Jamban dengan
sumber air
bersih

2. Tidak mencemari tanah permukaan


a. Tidak buang air besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan,
dekat sungai, dekat mata air, atau pinggir jalan.
b. Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya,
kemudian kotoran ditimbun di lubang galian.

3. Bebas dari serangga


a. Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras
setiap minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk
demam berdarah.
b. Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat menjadi
sarang nyamuk.
c. Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang dapat
menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya.
d. Lantai jamban harus selalu bersih dan kering.
e. Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup.
4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
a. Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap
selesai digunakan.
b. Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus
tertutup rapat oleh air.
c. Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi
untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran.
5. Aman digunakan oleh pemakainya
Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang
kotoran dengan pasangan bata atau selongsong anyaman bambu atau bahan
penguat lain yang terdapat di daerah setempat.
6. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya
a. Lantai jamban rata dan miring dari saluran lubang kotoran.
b. Jangan membuang sampah, rokok, atau benda lain ke saluran kotoran
karena dapat menyumbat saluran.
c. Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena
jamban akan cepat penuh.
d. Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa
berdiameter minimal 4 inci. Letakkan pipa dengan kemiringan minimal
2:100.
7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan
a. Jamban harus berdinding dan berpintu.
b. Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya
terhindar dari kehujanan dan kepanasan.

II.1.8. Bangunan Jamban (Latrine / water closet)

Bangunan Jamban yang memenuhi syarat kesehatan terdiri dari :


1. Rumah kakus : Syarat – syarat rumah kakus antara lain; Sirkulasi
udara cukup, bangunan mampu menghindarkan pengguna terlihat dari
luar, bangunan dapat meminimalkan gangguan cuaca (baik musim
panas maupun musim hujan), kemudahan akses di malam hari,
ketersediaan fasilitas penampungan air dan tempat sabun untuk cuci
tangan.
2. Lantai kakus : Sebaiknya diplester agar mudah dibersihkan.
3. Slab : Berfungsi sebagai penutup sumur tinja (pit) dan dilengkapi
dengan tempat berpijak. Pada jamban cemplung, slab dilengkapi
dengan penutup, sedangkan pada kondisi jamban berbentuk bowl
(leher angsa) fungsi penutup ini digantikan oleh keberadaan air yang
secara otomatis tertinggal di didalamnya. Slab dibuat dari bahan yang
cukup kuat untuk menopang penggunanya. Bahan-bahan yang
digunakan harus tahan lama dan mudah dibersihkan seperti kayu,
beton, bambu dengan tanah liat, pasangan bata, dan sebagainya.
4. Closet : Lubang tempat faeces masuk.
5. Pit : Sumur penampung faeces / cubluk.
6. Bidang resapan.

Gambar 2. Bidang Resapan

II.1.9 Jenis – jenis Jamban keluarga 1,2,4

1. Jamban Cemplung (pit latrine)


Jamban cemplung ini sering dijumpai di daerah pedesaan tapi kurang
sempurna, misalnya tanpa rumah jamban. Pada jamban ini, kotoran langsung
masuk ke jamban dan tidak boleh terlalu dalam sebab bila terlalu dalam akan
mengotori air tanah dibawahnya. Dalamnya pit latrine berkisar antara 1,5 – 3
meter saja. Jarak dari sumber air minum sekurang-kurangnya 15 meter.
Gambar 3. Jamban Cemplung

2. Jamban Cemplung Berventilasi (Ventilation Improved Pit Latrine)


Jamban ini hampir sama dengan jamban cemplung, bedanya lebih
lengkap, yakni menggunakan ventilasi pipa. Untuk daerah pedesaan pipa
ventilasi ini dapat dibuat dengan bambu.

Gambar 4. Jamban Cemplung Berventilasi (Ventilasi Improved Pit


Latrine) Sumber : Tampubolon, 2000.

3. Watersealed Laterine (Angsa Trine)

Jamban tanki septik/leher angsa: Adalah jamban berbentuk leher angsa


sehingga akan selalu terisi air. Fungsi air ini sebagai sumbat bau bususk dari
cubluk sehingga tidak tercium di ruangan rumah kakus. Bila dipakai, faecesnya
tertampung sebentar dan bila disiram air, baru masuk ke bagian yang menurun
untuk masuk ke tempat penampungannya (pit).

Penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai


wadah proses penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan
resapannya. Kakus ini yang terbaik dan dianjurkan dalam kesehatan lingkungan.
Gambar 5. Jamban leher angsa

BAB III

METODE MINI PROJECT

III.1. Sasaran Kegiatan

Kegiatan ini diikuti oleh warga Dusun Olat rawa atas, Desa Olat rawa
yang masih menggunakan jamban cemplung tanpa tutup serta dihadiri pula oleh
ibu-ibu di Dusun Olat rawa atas.

III.2 Bentuk Kegiatan


 Pengisian kuisioner (pre-test)
 Penyuluhan mengenai jamban sehat
 Pengisian kuisioner (post-test)

III.3 Pelaksanaan Kegiatan


No Tanggal Kegiatan Pelaksana
1 07 Maret – 12 Maret Perencanaan kegiatan dr. Fikri
2022 dr. Gita
dr. Ayu
2 15 Maret 2022 Meminta izin kepada kepala dr. Fikri
desa
dr. Gita
dr. Ayu
3 17 Maret – 19 Maret Persiapan kegiatan dan dr. Fikri
2022 koordinasi dr. Gita
dr. Ayu
4 21 Maret - 24 Maret Penyebaran kuisioner (pre- dr. Fikri
2022 test) dr. Gita
dr. Ayu
5 30 Maret 2022  Penyuluhan tentang dr. Fikri
jamban sehat
dr. Gita
 Pengisian kuisioner
(post test) dr. Ayu

BAB IV

HASIL MINI PROJECT

IV.1 Profil Komunitas Umum

Profil komunitas wilayah Dusun Olat rawa atas secara umum adalah
masyarakat pedesaan.

IV.2 Data Geografi


IV.2.1 Letak wilayah
Dusun terletak di wilayah Desa Olat rawa, Kecamatan Moyo Hilir,
Kabupaten Sumbawa, Provinsi NTB.

IV.2.2 Batas wilayah


Wilayah Desa Olat rawa dibatasi oleh:
a. Sebelah Utara : Desa Labu ijuk
b. Sebelah Timur : Desa Hijrah
c. Sebelah Selatan : Desa Kakiang, Desa Lopok
d. Sebelah Barat : Desa Ngeru, Desa Batu Bangka

IV.2.3 Luas Wilayah


Luas wilayah Desa Olat rawa 3604 Hektar.
IV.3 Data Demografi
IV.3.1 Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Dusun Olat rawa atas tahun 2022 adalah 1.997
jiwa dan jumlah KK adalah 653.

IV.3.2 Data Penduduk


Penduduk Dusun Olat rawa atas sebanyak 388 jiwa, terdiri dari
150 KK, 216 laki – laki dan 172 perempuan. Mayoritas beragama Islam.
(Sumber : Kantor Desa Olat rawa)

Tabel 1. Jumlah penduduk Desa Olat rawa tahun 2022


Jumlah

NO Dusun Jiwa KK

1 Olat rawa atas 388 150

2 Olat rawa bawah 990 329

3 Tanjung bele 383 139

No. Dusun Jumlah Posyandu


4 Nangalidam 221 35

1 Olat rawa atas 1


Jumlah 1.982 653

2 Olat rawa bawah 1

3 Tanjung bele 1

4 Nangalidam 1

Jumlah 4
Tabel 2. Posyandu di Desa Olat rawa

(Sumber : UPT PKM Moyo Hilir)

IV. 4 Sumber Daya Kesehatan yang Ada

Di Dusun Olat rawa atas terdapat 12 bidan desa.

IV. 5 Sarana Pelayanan Kesehatan yang Ada

Di Dusun Olat rawa atas terdapat 4 kelompok Posyandu.

IV. Data Kesehatan Masyarakat

IV. 1. Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat Dusun Olat rawa


Pengetahun dan perilaku masyarakat Dusun Olat rawa kami dapatkan
berdasarkan kuisioner yang dibagikan kepada warga pada tanggal 21-24 Maret
2022. Jumlah warga yang hadir sebanyak 56 orang. Kegiatan ini berlangsung
bersamaan dengan kegiatan posyandu. Kegiatan ini juga dihadiri oleh 3 dokter
internship, 1 orang bidan, dan 2 staf puskesmas.

Kegiatan dibuka oleh dr. Fikri selaku dokter internsip dilanjutkan dengan
pengisian kuisioner oleh warga yang hadir. Isi dari kuisioner adalah data diri,
pengetahuan, dan perilaku warga mengenai jamban sehat, kebiasaan buang air
besar, dan keinginan memiliki jamban sehat.

Dari hasil kuisioner didapatkan hasil data sebagai berikut:


Jenis kelamin

40

35

30
34
25

20
22
15

10

0
Laki-laki Perempuan

Dari 56 orang yang hadir didapatkan 34 orang yang hadir adalah


perempuan dan 22 orang laki-laki.

Pendidikan terakhir

2% 13%

9% SD SMP SMA

46%
PT Tidak sekolah

30%

Dari 56 orang yang hadir sebagian besar berpendidikan SD sebesar 46%,


SMP sebanyak 30%, SMA sebanyak 9%, perguruan tinggi 2%, dan tidak sekolah
sebanyak 13%.
Pekerjaan

5%

25%
Petani Pedagang

IRT Lainnya

13%
57%

Sebanyak 57 % orang yang hadir adalah ibu rumah tangga, 25 % sebagai


petani, 13 % pedagang, dan 5 % lainnya. Pada pilihan lain-lain ini beberapa warga
berprofesi sebagai buruh dan supir.

Jumlah penghasilan selama 1 bulan

40
35
30
25
20
15
10
5
0
<500.000 500.000-1.000.000 >1.000.000

Dari 56 orang yang hadir, sebanyak 36 orang memiliki penghasilan kurang


dari Rp. 500.000,-, 17 orang memiliki penghasilan Rp. 500.000,- sampai Rp.
1.000.000,-, dan 3 orang memiliki penghasilan lebih dari Rp. 1.000.000,-.

Apakah anda pernah mendapatkan penyuluhan tentang jamban


sehat?

Ya 25%

Tidak 75%

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Sebagian besar warga yang hadir belum pernah mendapatkan penyuluhan
tentang jamban sehat, yaitu sebesar 75 %. Yang sudah pernah mendapatkan
penyuluhan tentang jamban sehat yaitu sebesar 25 %.

Apakah anda tahu jika BAB di sungai/kolam dapat mencemari


lingkungan dan menimbulkan penyakit?

Ya 70%

Tidak 30%

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Sebanyak 70 % warga yang hadir mengetahui bahwa BAB di sungai/


kolam dapat mencemari lingkungan dan menimbulkan penyakit. Sedangkan 30 %
warga tidak mengetahui bahwa BAB di sungai/ kolam dapat mencemari
lingkungan dan menimbulkan penyakit.

Apakah anda tahu tentang jamban sehat?

Ya 45% 25

Tidak 55% 31

0 5 10 15 20 25 30 35

Sebanyak 55 % warga yang hadir mengetahui tentang jamban sehat.


Sedangkan 45 % warga tidak mengetahui jamban sehat.
Apakah anda tahu cara membangun jamban sehat?

Ya 35% 19

Tidak 65% 37

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Sebanyak 35 % warga yang hadir mengetahui cara membangun jamban


sehat. Sedangkan 65 % warga tidak mengetahui cara membangun jamban sehat.

Apakah anda tahu jarak ideal antara sumber air dengan jamban?

Ya 21% 12

Tidak 79% 44

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Sebanyak 79 % warga yang hadir tidak mengetahui jarak ideal antara


sumber air dan jamban. Sedangkan 21 % warga mengetahui jarak ideal antara
sumber air dan jamban.
Apakah menurut anda lantai jamban perlu diplester?

Ya 29% 16

Tidak 71% 40

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Sebanyak 71 % warga yang hadir berpendapat lantai jamban tidak perlu


diplester. Sedangkan 29 % warga berpendapat lantai jamban perlu diplester.

Apakah menurut anda jamban perlu memiliki dinding, atap, dan


pintu?

Ya 86% 48

Tidak 14% 8

0 10 20 30 40 50 60

Sebanyak 86 % warga yang hadir berpendapat jamban perlu memiliki


dinding, atap, dan pintu. Sedangkan 14 % warga berpendapat lantai jamban perlu
memiliki dinding, atap, dan pintu.
Apakah di rumah anda terdapat jamban?

Ya; 18; 32%

Tidak; 38; 68%

Sebanyak 68 % warga yang hadir tidak memiliki jamban di rumah.


Sedangkan 32 % warga tidak memiliki jamban di rumah.

Apa jenis jamban yang dimiliki?

5; 28%

Cemplung Cemplung tutup

Leher angsa
11; 61%
2; 11%

Sebanyak 61 % warga memiliki jamban leher angsa, 28 % memiliki


jamban cemplung tanpa tutup, dan 11 % memiliki jamban cemplung dengan
tutup.
Apakah anda selalu cuci tangan setelah buang air besar?

Ya Tidak

56; 100%

Seluruh warga selalu mencuci tangan setelah buang air besar.

Dimana keluarga anda biasanya buang air besar?

18; 32%
Jamban keluarga Sungai WC umum

32; 57%

6; 11%

Sebanyak 57 % warga buang air besar di WC umum, 32 % warga buang


air besar di jamban keluarga, dan 11% di sungai.

Mengapa anda tidak menggunakan jamban sehat untuk BAB?

4; 9%

Praktis Ekonomi

39; 91%
Sebanyak 91 % warga tidak menggunakan jamban sehat karena faktor
ekonomi. Sedangka 9 % warga tidak menggunakan jamban sehat karena praktis.

IV. 2. Penyuluhan Jamban Sehat

Penyuluhan tentang jamban sehat dilakukan di posyandu wilayah Dusun


Olat rawa. Kegiatan ini dilakukan untuk memberi pengetahuan mengenai
pentingnya jamban sehat, fungsi jamban sehat, dan cara membangun jamban
sehat. Kegiatan ini bertujuan untuk memicu keinginan masyarakat setempat yang
belum memiliki jamban agar berusaha memiliki jamban dan masyarakat yang
belum memiliki jamban sehat memperbaiki jamban mereka agar lebih sehat
sehingga tidak mencemari lingkungan dan menimbulkan penyakit.

Hasil kegiatan ini adalah sebagai berikut :

No Tanggal Tempat Peserta

1 30 Maret 2022 Posyandu Dusun 34 orang


Olat rawa atas

IV. 3. Evaluasi hasil kuisioner post test

Evaluasi dilakukan oleh 3 dokter internship dengan menyebarkan


kuisioner post test yang isinya sama seperti kuisioner sebelumnya sehingga dapat
diperoleh perbandingan pengetahuan dan perilaku sebelum dan sesudah diberikan
penyuluhan.
Jenis kelamin

35

30

25 31

20

15 3

10

0
Laki-laki Perempuan

Dari 34 orang yang hadir didapatkan 31 orang yang hadir adalah


perempuan dan 3 orang laki-laki.

Pendidikan terakhir

6%
6%

SD SMP SMA

24%
PT Tidak sekolah

65%

Dari 34 orang yang hadir sebagian besar berpendidikan SD sebesar 64%,


SMP sebanyak 24%, SMA sebanyak 6%, perguruan tinggi 0%, dan tidak sekolah
sebanyak 6%.
Pekerjaan

15%
26%
Petani Pedagang

IRT Lainnya

6%

53%

Sebanyak 53 % orang yang hadir adalah ibu rumah tangga, 26 % sebagai


petani, 6 % pedagang, dan 15 % lainnya. Pada pilihan lain-lain ini beberapa warga
berprofesi sebagai buruh.

Jumlah penghasilan selama 1 bulan

25

20

15

10

0
<500.000 500.000-1.000.000 >1.000.000

Dari 56 orang yang hadir, sebanyak 24 orang memiliki penghasilan kurang


dari Rp. 500.000,-, 9 orang memiliki penghasilan Rp. 500.000,- sampai Rp.
1.000.000,-, dan 1 orang memiliki penghasilan lebih dari Rp. 1.000.000,-.

Apakah anda pernah mendapatkan penyuluhan tentang jamban


sehat?

Ya 100%

Tidak 0%

0 5 10 15 20 25 30 35 40
Seluruh warga yang hadir telah mendapatkan penyuluhan tentang jamban
sehat.

Apakah anda tahu jika BAB di sungai/kolam dapat mencemari


lingkungan dan menimbulkan penyakit?

Ya 100%

Tidak 0%

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Seluruh warga yang hadir mengetahui bahwa BAB di sungai/ kolam dapat
mencemari lingkungan dan menimbulkan penyakit.

Apakah anda tahu tentang jamban sehat?

Ya 76% 26

Tidak 24% 8

0 5 10 15 20 25 30

Sebanyak 76 % warga yang hadir mengetahui tentang jamban sehat.


Sedangkan 24 % warga tidak mengetahui jamban sehat.
Apakah anda tahu cara membangun jamban sehat?

Ya 45% 15

Tidak 55% 19

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Sebanyak 45 % warga yang hadir mengetahui cara membangun jamban


sehat. Sedangkan 55 % warga tidak mengetahui cara membangun jamban sehat.

Apakah anda tahu jarak ideal antara sumber air dengan jamban?

Ya 65% 22

Tidak 35% 12

0 5 10 15 20 25

Sebanyak 65 % warga yang hadir tidak mengetahui jarak ideal antara


sumber air dan jamban. Sedangkan 35 % warga mengetahui jarak ideal antara
sumber air dan jamban.
Apakah menurut anda lantai jamban perlu diplester?

Ya 59% 20

Tidak 41% 14

0 5 10 15 20 25

Sebanyak 59 % warga yang hadir berpendapat lantai jamban tidak perlu


diplester. Sedangkan 41 % warga berpendapat lantai jamban perlu diplester.

Apakah menurut anda jamban perlu memiliki dinding, atap, dan pintu?

Ya 94% 32

Tidak 6% 2

0 5 10 15 20 25 30 35

Sebanyak 94 % warga yang hadir berpendapat jamban perlu memiliki


dinding, atap, dan pintu. Sedangkan 6 % warga berpendapat lantai jamban perlu
memiliki dinding, atap, dan pintu.
Apakah di rumah anda terdapat jamban?

Ya; 14; 41%


Tidak; 20; 59%

Sebanyak 59 % warga yang hadir tidak memiliki jamban di rumah.


Sedangkan 41 % warga memiliki jamban di rumah.

Apa jenis jamban yang dimiliki?

3; 19%

6; 43% Cemplung tutup Cemplung

Leher angsa

5; 38%

Sebanyak 43 % warga memiliki jamban leher angsa, 38 % memiliki


jamban cemplung tanpa tutup, dan 19 % memiliki jamban cemplung dengan
tutup.
Apakah anda selalu cuci tangan setelah buang air besar?

Ya Tidak

56; 100%

Seluruh warga selalu mencuci tangan setelah buang air besar.

Dimana keluarga anda biasanya buang air besar?

14; 41% Jamban keluarga Sungai WC umum


18; 53%

2; 6%

Sebanyak 53 % warga buang air besar di WC umum, 41 % warga buang


air besar di jamban keluarga, dan 6 % di sungai.
Mengapa anda tidak menggunakan jamban sehat untuk BAB?

Praktis Ekonomi

25; 100%

Seluruh warga tidak menggunakan jamban sehat karena faktor ekonomi.

IV. 4. Perbandingan hasil pre test dan post test

Jenis kelamin

35
30
25
20
Pretest Posttest
15
10
5
0
Perempuan Laki-laki

Pada saat pre test dilakukan jumlah peserta yang hadir perempuan lebih
banyak dibanding laki-laki. Pada saat post test juga demikian, jumlah peserta yang
hadir perempuan lebih banyak dibanding laki-laki.
Pendidikan terakhir

70

60

50

40
Pre tes Post tes
30

20

10

0
SD SMP SMA PT TS

Sebagian besar warga yang hadir pada saat dilakukan pre tes dan post tes
memiliki pendidikan terakhir SD, kemudian SMP, tidak sekolah, dan SMA.
Warga yang memiliki pendidikan terakhir perguruan tinggi hanya sedikit.

Pekerjaan

60

50

40
Pre tes
30
Post tes
20

10

0
IRT Petani Pedagang Lain-lain

Sebagian besar warga yang hadir pada saat dilakukan pre tes dan post tes
memiliki pekerjaan ibu rumah tangga, kemudian petani dan pedagang. Pekerjaan
yang termasuk lain-lain adalah buruh dan supir.
Penghasilan

40
35
30
25
20 Pre test Post test
15
10
5
0
<500.000 500-1000 >1000.000

Sebagian besar warga yang hadir memiliki penghasilan kurang dari Rp.
500.000,-, kemudian Rp. 500.000,. – Rp. 1000.000,-. Yang memiliki penghasilan
lebih dari Rp. 1000.000,- hanya sedikit.

Apakah anda pernah mendapatkan penyuluhan tentang jamban


sehat?

100
90 75
80
70
60
50 Pre tes Post tes
40 25
30
20
10
0
Ya Tidak

Pada saat pre tes sebagian besar warga belum pernah mendapatkan
penyuluhan tentang jamban sehat, kemudian setelah penyuluhan seluruh warga
yang hadir telah mendapatkan penyuluhan tentang jamban sehat.
Apakah anda tahu BAB sembarangan dapat mencemari lingkungan
dan menimbulkan penyakit?

100
90
80 70
70
60
50 Pre tes Post tes
40 30
30
20
10
0
Ya Tidak

Setelah mendapatkan penyuluhan tentang jamban sehat terjadi peningkatan


pengetahuan warga bahwa BAB sembarangan dapat mencemari lingkungan dan
menimbulkan penyakit.

Apakah anda tahu tentang jamban sehat?

80
70
55
60
45
50
40 Pre tes Post tes
30
20
10
0
Ya Tidak

Setelah mendapatkan penyuluhan tentang jamban sehat terjadi peningkatan


pengetahuan tentang jamban sehat.
Apakah anda tahu cara membangun jamban sehat?

65
70
60
50
35
40
Pre tes Post tes
30
20
10
0
Ya Tidak

Setelah mendapatkan penyuluhan tentang jamban sehat terjadi peningkatan


pengetahuan tentang cara membangun jamban sehat.

Apakah anda tahu jarak ideal antara jamban dengan sumber air
bersih?

79
80
70
60
50
40 Pre tes Post tes
30 21
20
10
0
Ya Tidak

Setelah mendapatkan penyuluhan tentang jamban sehat terjadi peningkatan


pengetahuan tentang jarak ideal antara jamban dengan sumber air bersih.
Apakah menurut anda lantai jamban perlu diplester?

80 71
70
60
50
40 29 Pre tes Post tes
30
20
10
0
Ya Tidak

Setelah mendapatkan penyuluhan tentang jamban sehat terjadi peningkatan


pengetahuan warga bahwa lantai jamban perlu diplester.

Apakah menurut anda jamban perlu memiliki dinding, atap, dan


pintu?

100 86
90
80
70
60
50 Pre tes Post tes
40
30
14
20
10
0
Ya Tidak

Setelah mendapatkan penyuluhan tentang jamban sehat terjadi peningkatan


pengetahuan warga bahwa jamban perlu memiliki dinding, atap, dan pintu.
Apakah di rumah anda terdapat jamban?

68
70
60
50
40 32
Pre tes Post tes
30
20
10
0
Ya Tidak

Sebagian besar warga yang hadir tidak memiliki jamban di rumah baik
saat dilakukan pre tes maupun post tes.

Apakah jenis jamban yang dimiliki?

70 61
60

50

40
28 Pre tes Post tes
30

20 11
10

0
LA CT CTT

Sebagian besar warga yang memiliki jamban, mempunyai jamban jenis


leher angsa baik pada saat dilakukan pre tes maupun post tes.
Apakah anda selalu cuci tangan setelah BAB?

100
100
90
80
70
60
50 Pre tes Post tes
40
30
20
10 0
0
Ya Tidak

Seluruh warga yang hadir selalu mencuci tangan setelah buang air besar
baik pada saat dilakukan pre tes maupun post tes.

Dimanakah keluarga anda BAB?

57
60

50

40 32

30
Pre tes Post tes
20 11
10

0
WC umum JK Sungai

Sebagian besar warga yang hadir biasanya BAB di WC umum baik pada
saat dilakukan pre tes maupun post tes.
Mengapa anda tidak memiliki jamban sehat?

100 91
90
80
70
60
50 Pre tes Post tes
40
30
20 9
10
0
Ekonomi Praktis

Hampir seluruh warga yang hadir tidak memiliki jamban sehat karena
faktor ekonomi baik pada saat dilakukan pre tes maupun post tes.
BAB V

DISKUSI

Dari hasil diskusi bersama tim puskesmas diperoleh bahwa kegiatan ini
bermanfaat bagi masyarakat, khususnya masyarakat Dusun Olat rawa atas Desa
Olat rawa. Materi-materi yang diberikan saat penyuluhan kesehatan pada kegiatan
ini dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang jamban sehat dan berbagai
manfaatnya. Kegiatan ini juga meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak
BAB di sembarang tempat dan memicu masyarakat untuk membangun jamban
sehat yang sesuai dengan kondisi masyarakat setempat.
Desa Siaga dan aparat pemeritah setempat diharapkan dapat
menindaklanjuti kegiatan ini dengan membuat penerapan sanksi, peraturan atau
upaya lain oleh masyarakat untuk mencegah kjadian BAB di sembarang tempat,
membuat suatu mekanisme monitoring yang dibuat masyarakat untuk mencapai
100% KK mempunyai jamban sehat dan membuat suatu upaya atau strategi yang
jelas dan tertulis untuk dapat mencapai sanitasi total. Hal ini untuk mewujudkan
masyarakat Dusun Olat rawa atas ODF.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah melakukan analisis kemungkinan penyebab masalah rendahnya


jumlah jamban sehat di Dusun Olat rawa atas Desa Olat rawa dengan
menggunakan metode kuesioner dan juga melakukan konfirmasi ke bagian
Program Kesehatan Lingkungan, maka didapatkan penyebab masalah yang
mungkin, antara lain karena faktor ekonomi oleh terbatasnya dana untuk
membangun jamban dan septik tank sendiri di dusun tersebut, pengetahuan
masyarakat mengenai jamban sehat yang masih rendah, dan kurangnya
pengetahuan masyarakat mengenai cara membangun jamban sehat sederhana.
Dengan adanya kegiatan ini masyarakat diharapkan dapat membuat
jamban mereka lebih memenuhi kriteria jamban sehat. Sehingga jamban yang ada
dapat benar-benar memutus mata rantai penyakit. Kegiatan ini diharapkan dapat
dijadikan suatu landasan untuk menuju masyarakat Dusun Olat rawa atas Desa
Olat rawa ODF.
Saran dari kegiatan ini adalah tindak lanjut untuk deklarasi Dusun Olat
rawa atas Desa Olat rawa ODF. Untuk itu dibutuhkan dukungan dan kerja sama
yang baik dengan desa siaga serta aparat pemerintah desa setempat. Dan semoga
kegiatan-kegiatan serupa yang bertujuan membuat masyarakat ODF dapat
dilaksanakan di seluruh desa di wilayah Kecamatan Moyo Hilir, sehingga dapat
mewujudkan Kecamatan Moyo HIlir ODF selanjutnya menuju sanitasi total.

DAFT
AR PUSTAKA

Chandra, B., 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC.

Kemenkes, 2004. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2004


tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes, 2008. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 852 Tahun 2008


tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes, 2016. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. [Online]


Available at: www.depkes.go.id

Kemenkes, 2018. STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat). [Online]


Available at: ww.stbm.kemkes.go.id

Notoatmodjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta. Notoatmodjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan.

Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta:


Rineka Cipta.

Notoatmodjo, 2017. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta.

Oktanasari, W., Laksono, B. & Indriyanti, D. R., 2017. Faktor Determinan


dan Respon Masyarakat terhadap Pemanfaatan Jamban dalam
Program Katajaga di Kecamatan Gunungpati, Semarang. Public
Health Perspective Journal, Volume 2, pp. 279-286.

Pane, E., 2009. Pengaruh Perilaku Keluarga terhadap Penggunaan Jamban.


National Public Health Journal, 3 (Pendidikan Kesehatan Ilmu
Perilaku), pp. 229-234.

Paramitha, R., 2016. Faktor Penyebaba Rendahnya Penggunaan Jamban


di RW 02 Desa Gempolklutuk Kecamatan Tarik Kabupaten
Sidoarjo. Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga.

Putra, G. S., 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepemilikan


Jamban Sehat di Desa Empakan, Kecamatan Kayan Hulu. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Khatulistiwa (JKMK), pp. 238-243.

Qudsiyah, W. A., 2014. Faktor yang Berhubungan dengan Tingginya


Angka Open Defecation di Kabupaten Jember. Skripsi. Jember:
Universitas Jember.

Sayati, D., 2018. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Jamban


Sehat di Wilayah Kerja Puskesmas 23 Ilir Palembang Tahun
2018. Jurnal Aisyiyah Medika, Volume 2, pp. 57-67.

Setiawan, A. T., 2017. Analisis Kualitas Air Sumur Berdasarkan


Parameter Fisika dan Kimia di Kelurahan Ganjar Agung
Kecamatan Metro Barat Kota Metro. Skripsi. Bandar Lampung:
Universitas Lampung.

Soleh, M., 2002. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan


Pemanfaatan Jamban Keluarga Proyek APBD Kabupaten
Jepara. Tesis ed. Semarang: Universitas Diponegoro.

Sugiarto, 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta:


Universitas Indonesia.

Sutrisno, 2004. Teknologi Penyedia Air Bersih. Jakarta: Rineka Cipta.

Talinusa, C. E., M Rattu, J. A. & Adam, H., 2019. Determinan Perilaku


Buang Air Besar Sembarangan di Desa Jayakarsa, Kecamatan
Likupang Barat, Kabupaten Minahasa Utara. Journal Health, pp.
1-8.

Tarigan, E., 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi


Keluarga dalam Penggunaan Jamban di Kota Kabanjahe. Tesis.
Medan: Universitas Sumatera Utara.

WHO, 2016. Progress On Sanitation And Water Update. Switzerland:

WHO. Widaryoto, 2003. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Praktik

Penggunaan
Jamban pada Kepala Keluarga yang Memiliki Jmban di
Kecamatan Kapahiang Kabupaten Rejang Lebong Provinsi
Bengkulu. Tesis. Depok: Universitas Indonesia.

Widyaastutik, O., 2015. Faktor yang Berhubungan dengan Kepemilikan


Jamban Sehat di Desa Malikian, Kalimantan Barat. Jurnal Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak.

Winarsi, 2009. Determinan Penggunaan Jamban Oleh Masyarakat di


Kecamatan Banyuasin 3 Kabupaten Banyuasin Sumatera
Selatan. Tesis. Depok: Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai