NEONATAL
2016
TENTANG
Ditetapkan di : Surabaya
Pada tanggal : Agustus 2016
RUMAH SAKIT BEDAH SURABAYA
DIREKTUR
BAB I DEFINISI.................................................................................................................................1
BAB II RUANG LINGKUP................................................................................................................2
BAB III TATA LAKSANA................................................................................................................3
3.1Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Normal..........................................................3
3.2 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal dengan Masalah...........................................7
3.3 Pendarahan pada Kehamilan Muda.....................................................................................8
3.4 Pendarahan pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan............................................................11
3.5 Pendarahan Pasca Persalinan...............................................................................................12
3.6 Nyeri Kepala, Gangguan Pengelihatan, Kejang dan Tekanan Darah Tinggi.......................14
BAB IV DOKUMENTASI.................................................................................................................18
BAB V PENUTUP..............................................................................................................................19
PANDUAN PELAYANAN MATERNAL DAN NEONATAL
RUMAH SAKIT BEDAH SURABAYA
BAB I
DEFINISI
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal yaitu melayani dan memberikan tindakan darurat
dalam bidang kesehatan Ibu dan Bayi. Pelayanan obstetri dan neonatal regional merupakan upaya
penyediaan pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Konfrehensif (PONEK) di rumah sakit dan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensy Dasar (PONED) ditingkat Puskesmas. Rumah Sakit PONEK 24 jam merupakan bagian
dari sistem rujukan dalam pelayanan kedaruratan dalam maternal dan neonatal, yang sangat berperan
dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Kunci keberhasilan PONEK adalah
ketersediaan tenaga kesehatan yang sesuai kompetensi, prasarana, sarana dan manajemen yang handal.
BAB II
RUANG LINGKUP
b. Penanganan
Setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh
karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama
periode antenatal:
1) Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu)
2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28)
3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan sesudah
minggu ke 36)
Beberapa hal yang dilakukan saat kunjungan adalah :
1) Melakukan pemeriksaaan fisik, seperlunya saja
2) Melakukan pemeriksaan laboratorium
3) Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk menilai apakah
kehamilannya normal:
a) Tekanan darah dibawah 130/90
b) Edema hanya pada ekstremitas
c) Tinggi fundus dalam cm atau menggunakan jari-jari tangan sesuai dengan usia
kehamilan
d) Denyut jantung janin 120 sampai 160 denyut per menit
e) Gerakan janin terasa setelah 18-20 minggu hingga melahirkan
4) Membantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran dan kemungkinan
keadaan darurat
5) Memberi konseling:
a) Gizi
2. Persalinan Normal
a. Diagnosis dan Fase Persalinan
Gejala dan Tanda Kala Fase
b. Kala I
1) Diagnosis
Ibu sudah dalam persalinan kala 1 jika pembukaan serviks kurang dari 4cm dan
kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik.
b. Terapi Aktif
a) Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak,
harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin.
b) Untuk diagnosis plasenta previa dan menentukan cara menyelesaikan persalinan,
setelah semua persyaratan dipenuhi, lakukan PDMO jika:
(1) Infus/transfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap.
(2) Kehamilan >37 minggu ( berat badan >2500gram ) dan inpartu
(3) Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor ( misal :
anansefali ).
(4) Perdarhan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati pintu atas panggul
( 2/5 atau 3/5 pada palpasi luar ).
2. Solusio Plasenta
Adalah lepasnya plasenta dari tempat melekatnya yang normal pada uterus sebelum janin
dilahirkan.Penangan awal solusio plasenta antara lain adalah :
a. Lakukan uji pembekuan darah. Kegagalan terbentuknya pembekuan darah setelah 7 menit
atau terbentuknya bekuan darah lunak yang mudah terpecah menunjukan adanya
koagulopati
b. Transfusi darah segar
c. Jika terjadi perdarahan hebat lakukan persalinan segera,jika:
1) Pembukaan serviks lengkap,persalinan dengan ekstraksi vakum
2) Pembukaan serviks belum lengkap, persalinan dengan seksio sesarea
d. Jika perdarahan ringan atau sedang (dimana ibu tidak berada dalam bahaya) tindakan
bergantung pada DJJ :
1) DJJ normal atau tidak terdengar, pecahkan ketuban dengan kokher ;
a) Jika kontraksi jelek, perbaiki dengan pemberian oksitosin
b) Jika serviks kenyal, tebal, dan tertutup lakukan seksio sesarrea
2) DJJ abnormal (<100 atau > 180 X/menit) :
a) Lakukan persalinan pervaginam segera
3. Ruptur Uteri
Adalah keadaan robekan pada rahim dimana telah terjadi ubungan langsung antara robekan
rongga amnion dan rongga peritoneum.
Penganan awal ruptur uteri antara lain adalah :
a. Perbaiki kehilangan darah dengan pemberian infus IV cairan (Nacl 0,9 % atau ringer
laktat) sebelum tindakan pembedahan.
b. Lakukan seksio sesarea dan lahirkan plasenta segera setelah kondisi stabil.
c. Jika uterus dapat diperbaiki dengan resiko operasi lebih rendah daripada resiko pada
histerektomi dan ujung ruptura uterus tidak nekrosis, lakukan histerorafi. Tindakan ini
akan mengurangi waktu dan kehlangan darah saat histerektomi
d. Jika uterus tidak dapat diperbaiki, lakukan histerktomi supravaginal, atau histerektomi
total jika didaptkan robekan sampai servik dan vagina
3. Retensio Plasenta
Adalah terlambatnya plasenta keluar setelah 30 menit bayi lahir.
Penangan awal pada retensio plasenta adalah,antara lain :
a. Jika plasenta terlihat di dalam vagina,mintalah iu untuk mengedan.
b. Pastikan kandung kemih sudah kosong. Jika diperlukan, lakukan kateterisasi kandung
kemih.
c. Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin IM jika belum dilakukan penangan aktif
kala III
d. Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit pemberian ositosin dan utrus terasa
berkontraksi, lakukan penarikan tali pusat terkendali.
5. Inversi uteri
Adalah perdarahan yang disebabkan karena sisa plasenta dalam uterus. Penanganan awal
inversi uteri adalah antara lain :
a. Jika ibu sangat kesakitan, berikan petidin 1 mg/kg berat badan (tetapi jangan lebih dari
100 mg) IM atau IV secara perlahan atau berikan morfin 0,1 mg/kg berat badan IM
b. Jika perdarahan berlanjut, lakukan uji pembekuan darah dengan menggunakan uji
pembekuan darah sederhana.
c. Berikan antibiotika provilaksis dosis tunggal setelah mereposisi uterus ;
1) Ampicilin 2 gram IV ditambah metronidazol 500 mg IV
2) Atau sefazolin 1 gram IV ditambah metronidazol 500 mg IV
d. Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, sekret vagina yang berbau) berikan antibiotika
untuk metritis
e. Jika dicurigai terjadi nekrosis, lakukan histerektomi vagina. Hal ini mungkin
membutuhkan rujukan kepusat pelayanan kesehatan tersier.
3.6 Nyeri Kepala, Gangguan Penglihatan, Kejang, dan Tekanan Darah Tinggi
2. Preeklampsia Ringan
3. Preeklampsia Berat
3.2 Tabel Penanganan Pengobatan Pre Eklampsi Berat
1. Dosis awal
1) MgSO4 4g IV sebagai larutan 40% selama 5 menit
2) Segera dilanjutkan dengan pemberian 10g larutan MgSO4 50%, masing-masing 5g di bokong kanan
dan kiri secara IM dalam, ditambah 1ml lignokain 2 % pada semprit yang sama. Pasien akan merasa
agak panas sewaktu pemberian MgSO4.
3) Jika kejang berulang setelah 15menit, berikan MgSO4 2g (larutan 40%) IV selama 5 menit.
2. Dosis pemeliharaan
1) MgSO4 1-2g per jam per infus, 15 tetes/menit atau 5g MgSO4 IM tiap 4 jam
2) Lanjutkan pemberian MgSO4 sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang berakhir.
3. Sebelum pemberian MgSO4, periksa:
1) Frekuensi pernapasan minimal 16/menit
2) Reflek patella (+)
3) Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
4. Berhenti pemberian MgSO4, jika:
1) Frekuensi pernapasan < 16/menit
2) Reflek patella (-)
3) Urin < 30ml/jam dalam 4 jam terakhir
5. Siapkan antidotum:
Jika terjadi henti napas : lakukan ventilasi (masker dan balon, ventilator), beril kalsium glukonas 1 g (20
ml dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai pernapasan mulai lagi.
Panduan Pelayanan Maternal dan Neonatal 19
a. Penanganan Kejang:
1) Beri obat antikonvulsan
2) Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan napas, sedotan, masker, dan balon,
oksigen)
3) Beri oksigen 4-6 liter per menit
4) Lindungi pasien dari kemungkinan trauma, tetapi jangan diikat terlalu keras
5) Baringkan pasien pada sisi kiri untuk mengurangi risiko aspirasi
6) Setelah kejang, aspirasi mulut dan tenggorokan jika perlu
b. Penanganan Umum
1) Jika tekanan diastolik tetap lebih dari 110mmHg, berikan obat antihipertensi, sampai
tekanan diastolik diantara 90-100mmHg.
2) Pasang infus dengan jarum besar
3) Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload cairan
4) Katerisasi urin untuk memantau pengeluaran urin dan proteinuria.
5) Jika jumlah urin kurang dari 30 ml perjam:
a) Hentikan magnesium sulfat (MgSO4) dan berikan cairan IV (NaCl 0,9% atau
Ringer Laktat) pada kecepatan 1 liter per 8 jam
b) Pantau kemungkinan edema paru
6) Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi muntah dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin
7) Observasi tanda-tanda vital, iuret, dan denyut jantung janin setiap jam
8) Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru.
9) Hentikan pemberian cairan IV dan berikan iuretic misalnya furosemid 40mg IV sekali
saja jika ada edema paru
10) Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan sederhana.
Panduan Pelayanan Maternal dan Neonatal ini dibuat dan ditetapkan sebagai panduan di
Rumah Sakit Bedah Surabaya dalam memberikan pelayanan. Bilamana ada perkembangan dan
perbaikan terhadap panduan ini maka dapat dilakukan koreksi demi kemajuan pelayanan di Rumah
Sakit Bedah Surabaya.
Ditetapkan di : Surabaya
Pada tanggal : Agustus 2016
RUMAH SAKIT BEDAH SURABAYA
DIREKTUR