Anda di halaman 1dari 23

PANDUAN PELAYANAN MATERNAL DAN

NEONATAL

2016

Rumah Sakit Bedah Surabaya


Jl. Raya Manyar no. 9 Surabaya
Phone 031-5999339, 5999369
Fax 031-5995284
www.rsbs.co.id
Email sekretariat@rsbedah-sby.com
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT BEDAH SURABAYA
NOMOR : /KEP/DIR/VIII/2016

TENTANG

PANDUAN PELAYANAN MATERNAL DAN NEONATAL

DIREKTUR RUMAH SAKIT BEDAH SURABAYA

Menimbang : 1. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan mewujudkan


efektivitas pelayanan yang mengacu pada Millenium Development Goal’s
(MDG’s) di rumah sakit, maka perlu dibuatkan panduan pelayanan maternal
dan neonatal guna mencegah terjadinya kekeliruan dalam proses pemberian
pelayanan;
2. Bahwa agar pelayanan pasien dapat berjalan dengan baik dan lancar maka
diperlukan panduan pelaksanaan;
3. Bahwa untuk pelaksanaan butir 1 (satu) dan 2 (dua) tersebut di atas perlu
ditetapkan dengan Keputusan Direktur.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
3. Undang -Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit;
4. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan No. 290/Menkes/Per/III/2008 tentang
Persetujuan Praktek Kedokteran;
6. Peraturan Menteri Kesehatan No. 340/Menkes/Per/III/2010 tentang Klasifikasi
Rumah Sakit;
7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1691/Menkes/Per/VII/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
131/MENKES/SK/II/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
10.Akta Notaris Yahya Abdullah Waber, S.H. nomor 3 tanggal 24 Juni 2008
yang disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI nomor : AHU
05560.AH.01.01 tgl 27/02/2009 tentang Pendirian Perusahaan PT Besturi
Delta Medika dan terakhir dirubah dengan Akta nomor 14 tanggal 28 Oktober
2013 dihadapan Notaris Yahya Abdullah Waber, S.H.
11.Surat Keputusan Direktur PT. Besturi Delta Medika No. 035A/BDM/X/2015
tanggal 9 Oktober 2015 tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit Bedah
Surabaya.
MEMUTUSKAN

Menetapkan : PANDUAN PELAYANAN MATERNAL DAN NEONATAL :


KESATU : Memberlakukan Panduan Pelayanan Maternal dan Neonatal di Rumah Sakit
Bedah Surabaya sebagaimana terlampir dalam Surat Keputusan Direktur;
KEDUA : Apabila dikemudian hari terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam penetapan
keputusan ini maka akan diadakan perubahan dan perbaikan sebagaimana
mestinya.
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditandatangani.

Ditetapkan di : Surabaya
Pada tanggal : Agustus 2016
RUMAH SAKIT BEDAH SURABAYA
DIREKTUR

WIDORINI SUNARYO, dr., MARS


DAFTAR ISI

BAB I DEFINISI.................................................................................................................................1
BAB II RUANG LINGKUP................................................................................................................2
BAB III TATA LAKSANA................................................................................................................3
3.1Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Normal..........................................................3
3.2 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal dengan Masalah...........................................7
3.3 Pendarahan pada Kehamilan Muda.....................................................................................8
3.4 Pendarahan pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan............................................................11
3.5 Pendarahan Pasca Persalinan...............................................................................................12
3.6 Nyeri Kepala, Gangguan Pengelihatan, Kejang dan Tekanan Darah Tinggi.......................14
BAB IV DOKUMENTASI.................................................................................................................18
BAB V PENUTUP..............................................................................................................................19
PANDUAN PELAYANAN MATERNAL DAN NEONATAL
RUMAH SAKIT BEDAH SURABAYA

BAB I
DEFINISI

Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal yaitu melayani dan memberikan tindakan darurat
dalam bidang kesehatan Ibu dan Bayi. Pelayanan obstetri dan neonatal regional merupakan upaya
penyediaan pelayanan bagi ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Konfrehensif (PONEK) di rumah sakit dan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensy Dasar (PONED) ditingkat Puskesmas. Rumah Sakit PONEK 24 jam merupakan bagian
dari sistem rujukan dalam pelayanan kedaruratan dalam maternal dan neonatal, yang sangat berperan
dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Kunci keberhasilan PONEK adalah
ketersediaan tenaga kesehatan yang sesuai kompetensi, prasarana, sarana dan manajemen yang handal.

BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pelayanan kesehatan maternal dan neonatal anatara lain:


1. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal normal
1) Kehamilan normal
2) Persalinan normal
3) Masa nifas normal
4) Asuhan bayi baru lahir normal
2. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal dengan masalah
1) Syok
2) Perdarahan pada kehamilan muda
3) Perdarahan pada kehamilan lanjut dan persalinan
4) Perdarahan pascapersalinan
5) Nyeri kepala, gangguan penglihatan, kejang dan/atau koma, tekanan darah tinggi
BAB III
TATA LAKSANA

3.1 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Normal


1. Kehamilan Normal
a. Diagnosa
Kategori Gambaran
1) Kehamilan Normal 1) Ibu sehat, tidak ada riwayat obstetri
buruk, ukuran uterus sama/sesuai usia
kehamilan, pemeriksaan fisik dan
laboratorium normal
2) Kehamilan dengan masalah khusus 2) Seperti masalah keluarga atau
psikososial, kekerasandalam rumah
tangga dan kebutuhan finansial
3) Kehamilan dengan masalah kesehatan 3) Seperti hipertensi, anemia berat,
yang membutuhkan rujukan untuk preeklampsia, pertumbuhan janin
konsultasi dan atau kerja sama terhambat, infeksi saluran kemih,
penanganannya. penyakit kelamin dan kondisi lain yang
dapat memburuk selama kehamilan
4) Kehamilan dengan kondisi 4) Seperti perdarahan, eklampsia, ketuban
kegawatdaruratan yang membutuhkan pecah dini, atau kondisi-kondisi
rujukan segera kegawatdaruratan lain pada ibu dan
bayi

b. Penanganan
Setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh
karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama
periode antenatal:
1) Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu)
2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28)
3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan sesudah
minggu ke 36)
Beberapa hal yang dilakukan saat kunjungan adalah :
1) Melakukan pemeriksaaan fisik, seperlunya saja
2) Melakukan pemeriksaan laboratorium
3) Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk menilai apakah
kehamilannya normal:
a) Tekanan darah dibawah 130/90
b) Edema hanya pada ekstremitas
c) Tinggi fundus dalam cm atau menggunakan jari-jari tangan sesuai dengan usia
kehamilan
d) Denyut jantung janin 120 sampai 160 denyut per menit
e) Gerakan janin terasa setelah 18-20 minggu hingga melahirkan
4) Membantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran dan kemungkinan
keadaan darurat
5) Memberi konseling:
a) Gizi

Panduan Pelayanan Maternal dan Neonatal 7


b) Latihan : normal tidak berlebihan, istirahat jika lelah
c) Perubahan fisioligis: tambah berat badan, perubahan pada payudara, mual selama
triwulan pertama, rasa panas atau varises
d) Menasehati ibu untuk mencari pertolongan segera jika ia mendapati tanda-tanda
bahaya, sebagai berikut:
(1) Perdarahan pervaginam
(2) Sakit kepala lebih dari biasa
(3) Gangguan penglihatan’
(4) Pembengkakan pada wajah/tangan
(5) Nyeri abdomen
(6) Janin tidak bergerak sebanyak biasanya
e) Merencanakan dan mempersiapkan kelahiran yang bersih dan aman di rumah
f) Menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit
g) Menjelaskan cara merawat payudara
6) Memberi zat besi 90 hari mulai minggu k- 20
7) Memberi imunisasi TT 0,5cc jika sebelumnya telah mendapatkan
8) Menjadwalkan kunjungan berikutnya
9) Mendokumentasikan kunjungan tersebut

2. Persalinan Normal
a. Diagnosis dan Fase Persalinan
Gejala dan Tanda Kala Fase

1) Serviks belum berdilatasi Persalinan palsu / belum


inpartu

2) Serviks berdilatasi kurang I Laten


dari 4 cm
3) Serviks berdilatasi 4-9 cm I Aktif
a. Kecepatan pembukaan
1cm atau lebih per jam
b. Penurunan kepala dimulai
4) Serviks membuka lengkap II Awal (nonekspulsif)
(10cm)
a. Penurunan kepala
berlanjut
b. Belum ada keinginan
meneran
5) Serviks membuka lengkap II Akhir (ekspulsif)
(10cm)
a. Bagian terbawah telah
mencapai dasar panggul
b. Ibu meneran

b. Kala I
1) Diagnosis
Ibu sudah dalam persalinan kala 1 jika pembukaan serviks kurang dari 4cm dan
kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik.

Panduan Pelayanan Maternal dan Neonatal 8


2) Penanganan
a) Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisa, ketakutan dan kesakitam
b) Jika ibu tersebut tampak kesakitan, dukungan/asuhan yang dapat diberikan:
(1) Lakukan perubahan posisi
(2) Posisi sesuai dengan keinginan ibu
(3) Sarankan ia untuk berjalan
c) Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan
d) Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta prosedur yang
akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan
e) Memperbolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya
f) Memenuhi kebutuhan energi ibu dan mencegah dehidrasi
g) Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin
c. Kala II
1) Diagnosis
Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di vulva
dengan diameter 5-6cm.
2) Penanganan
a) Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu dengan mendampingi ibu agar
merasa nyaman, menawarkan ibu minum mengipasi dan memijat ibu
b) Menjaga kebersihan diri
c) Mengipasi dan massase untuk menambah kenyamanan bagi ibu
d) Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu
dengan cara menjaga privasi ibu, menjelaskan tentang proses dan kemajuan
persalinan, penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan
ibu.
e) Mengatur posisi ibu, dalam membimbing mengedan dapat dipilih posisi :
jongkok, menungging, tidur miring, setengah duduk
f) Menjaga kandung kemih tetap kosong, ibu dianjurkan berkemih sesering
mungkin.
g) Memberikan cukup minum : memberi tenaga dan mencegah dehidrasi
d. Kala III
1) Manajemen Aktif Kala III
Penatalaksanaan aktif pada kala III (pengeluaran aktif plasenta) membantu
menghindarkan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penatalaksanaan aktif kala
III meliputi:
a) Pemberian oksitosin dengan segera
b) Pengendalian tarikan pada tali pusat
c) Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir
2) Penanganan
a) Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang juga
mempercepat pelepasan plasenta:
(1) Oksitosin dapat diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran bayi
(2) Jika oksitosin tidak tersedia, rangsang puting payudara ibu atau susukan bayi
guna menghasilkan oksitosin alamiah atau memberikan ergometrin 0,2 mg IM
b) Lakukan Penegangan Tali Pusat Terkendali (PTT)
c) PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi

Panduan Pelayanan Maternal dan Neonatal 9


d) Begitu plasenta terlepas, keluarkan dengan menggunakan tangan atau klem pada
tali pusat mendekati plasenta.
e) Segera setelah plasenta dan selaputnya dikeluarkan, massase fundus agar
menimbulkan kontraksi.
e. Kala IV
1) Diagnosis
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan
bayi.
2) Penanganan
a) Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam
kedua, massase uterus sampai menjadi keras.
b) Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit
pada jam pertama dan 30 menit selama jam kedua
c) Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi
d) Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering.
e) Biarkan ibu beristirahat
f) Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi,
sebagai permulaan dengan menyusui bayinya. Hal ini sangat tepat untuk
memulai memberikan ASI.
g) Ajari ibu atau anggota keluarga tentang: bagaimana memeriksa fundus dan
menimbulkan kontraksi, tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi.

3. Masa Nifas Normal


a. Diagnosa
Masa nifas normal jika involusi uterus, pengeluaran lokhia, pengeluaran ASI dan
perubahan sistem tubuh, termasuk keadaan psikologis normal.
1) Keadaan gawat darurat pada ibu seperti perdarahan, kejang dan panas
2) Adanya penyulit/masalah ibu yang memerlukan rujukan seperti abses payudara.
b. Penanganan
1) Kebersihan diri : anjurkan kebersihan seluruh tubuh, mengajarkan ibu bagaimana
membersihkan daerah disekitar kelamin dengan sabun dan air dimulai dari depan ke
belakang (dari vulva-anus)
2) Istirahat : anjurkan ibu istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
3) Latihan : diskusikan pentingnya otot-otot perut dan panggul kembali normal. Ibu
akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga
mengurangi rasa sakit pada punggung.
4) Gizi : ibu menyusui harus mengkonsumsi tambahan kalori 500 kalori tiap hari,
makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang
cukup; minum sedikitnya 3 liter; pil zat besi harus diminum untuk menambah zat
gizi; minum kapsul vitamin A.
5) Menyusui
6) Perawatan payudara : menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama puting
susu, menggunakan BH yang menyongkong payudara, apabila puting susu lecet,
oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai
menyusui.
7) Senggama
8) Keluarga berencana

Panduan Pelayanan Maternal dan Neonatal 10


4. Asuhan Bayi Baru Lahir Normal
a. Klem dan potong tali pusat
b. Jagalah bayi agar tetap hangat
c. Kontak dini dengan ibu
d. Periksa pernapasan bayi
e. Perawatan mata

5. Asuhan Bayi Baru Lahir


a. Lanjutkan pengamatan pernapasan, warna dan aktivitasnya
b. Pertahankan suhu tubuh bayi: hindari memandikan bayi hingga sedikitnya 6 jam, bungkus
bayi dengan kain kering dan hangat kepala bayi harus tertutup.
c. Pemeriksaan fisik bayi
d. Berikan Vitamin K
e. Identifikasi bayi dengan menggunakan gelang pengenal identitas bayi

3.2 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal dengan Masalah


1. Syok
Syok merupakan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfungsi yang adekuat
ke organ-organ vital. Syok merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa dan
membutuhkan tindakan segera dan intensif.
Penyebab syok pada kasus gawat darurat obstetri biasanya adalah perdarahan (syok
hipovolemik), sepsis (syok septik), gagal jantung(syok kardiogenik), rasa nyeri (syok
neurogenik), alergi (syok anafilatik).
2. Tanda dan Gejala
Diagnosis syok jika terdapat tanda atau gejala berikut:
a. Nadi cepat dan lemah (110 kali per menit atau lebih)
b. Tekanan darah yang rendah (sistolik kurang dari 90 mmHg)
Tanda dan gejala lain dari syok meliputi:
a. Pucat
b. Keringat dingin atau kulit yang lembab
c. Pernapasan yang cepat
d. Gelisah, bingung atau hilangnya kesadaran
e. Urin yang sedikit
3. Penanganan
a. Prinsip dasar penanganan syok
1) Tujuan utama pengobatan syok ialah melakukan penanganan awal dan khusus untuk :
menstabilkan kondisi pasien, memperbaiki volume cairan sirkulasi darah,
mengefisiensikan sistem sirkulasi darah.
2) Setelah pasien stabil tentukan penyebab syok
b. Penanganan Awal
1) Mintalah bantuan. Segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan fasilitas
tindakan gawat darurat.
2) Lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu dan harus dipastikan bahwa
jalan napas bebas.
3) Pantau tanda vital
4) Baringkan ibu tersebut dalam posisi miring untuk meminimalkan resiko terjadinya
aspirasi jika ia muntah dan memastikan jalan napasnya terbuka.
5) Jagalah ibu tersebut tetap hangat

Panduan Pelayanan Maternal dan Neonatal 11


6) Naikkan kaki untuk menambah darah yang kembali ke jantung
c. Penanganan Khusus
1) Mulailah infus intravena dengan menggunakan kanula atau jarum terbesar. Darah
diambil sebelum pemberian infus untuk pemeriksaan golongan darah dan uji
kecocokan, pemeriksaan hemoglobin, dan hematokrit dan pemeriksaan darah lengkap
a) Segera berikan cairan infus awalnya dengan kecepatan 1 liter dalam 15-20 menit
b) Berikan paling sedikit 2 liter cairan pada 1 jam pertama
c) Setelah kehilangan cairan dikoreksi, pemberian cairan infus dipertahankan dalam
kecepatan 1 liter per 6-8jam.
2) Jika vena perifer tidak dapat dikanulasi, lakukan venous cut-down
3) Pantau terus tanda-tanda vital setiap 15 menit dan darah yang hilang
4) Lakukan katerisasi kandung kemih dan pantau cairan yang masuk dan jumlah urin
yang keluar.
5) Berikan oksigen dengan kecepatan 6-8 liter per menit dengan sungkup dan kanula
hidung.

3.3 Pendarahan Pada Kehamilan Muda


1. Diagnosis
a. Pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik pada wanita dengan anemia, penyakit radang
panggul (Pelvic Inflammatory Disease – PID), gejala abortus atau keluhan nyeri yang
tidak biasa.
b. Pikirkan kemungkinan abortus pada wanita usia reproduktif yang mengalami terlambat
haid dengan jangka waktu yang lebih dari satu bulan sejak waktu haid terakhir dan
mempunyai satu atau lebih tanda berikut ini: perdarahan, kaku perut, pengeluaran
sebagian produk konsepsi, serviks yang berdilatasi atau uterus yang lebih kecil dari
seharusnya.
c. Jika abortus merupakan kemungkinan diagnosis, kenali dan segera tangani komplikasi
yang ada.
1) Abortus Komplit
Adalah seluruh buah kehamilan telah dilahirkan dengan lengkap.
Penanganan awal pada abortus komplit antara lain :
a) Tidak perlu evakuasi lagi
b) Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak
c) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
d) Apabila terdapat anemia sedang,berikan tablet sulfas verrosus 600 mg/hari selama
2 minggu,jika anemia berat berikan transfusi darah.
2) Abortus Inkomplit
Adalah sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan namun sebagiannya lagi masih
tertinggal di dalam rahim.
Penanganan awal pada abortus inkomplit antara lain :
a) Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu,
evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunan ovum untuk mengeluarkan
hasil konsepsi yang keluar melalui serviks.
b) Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg I.M atau misosprostol 400 mcg/oral
c) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16
minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan :

Panduan Pelayanan Maternal dan Neonatal 12


(1) Aspirasi vakum manual merupakan metode evakuasi yang terpilih. Evakuasi
dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak
tersedia.
(2) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg I.M atau
misoprostol 400 mcg/oral
(3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu : Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500
cairan iv, dengan kecepatan 40 tetes/menit sampai terjadi eksppulsi hasil konsepsi
d) Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg/vaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspullsi
hasil konsepsi
e) Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus
f) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
3) Abortus insipiens
Abortus ini sudah berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi. Penanganannya yaitu:
a) Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan evakuasi uterus dengan
Aspirasi Vakum Manual (AVM). Jika evakuasi tidak dapat segera di lakukan:
(1) Berikan ergometrin 0,2 mg I.M. atau misoprostol 400 mcg peroral
(2) Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran haasil konsepsi dari uterus.
b) Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu:
(1) Tunggu ekspulsi spontan hasil kosepsi, kemudian evakuasi sisa-sisa hasil konsepsi
(2) Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan I.V dengan
kecepatan 400 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
(3) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
4) Abortus Iminens
Abortus iminens adalah abortus yang baru mengancam dan masih ada harapan untuk
mempertahankannya. Penanganannya yaitu:
a) Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total
b) Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan atau hubungan seksual
c) Jika perdarahan:
(1) Berhenti: lakukan asuhan antenatal seperti biasa. Lakukan penilaian jika
perdarahan terjadi lagi
(2) Terus berlangsung: nilai kondisi janin. Lakukan konfirmasi kemungkinan
penyebab lain. Perdarahan berlanjut, khususnya jika ditemui uterus lebih besar dari
yang di harapkan, mungkin menunjukan kehamilan ganda atau mola.
5) Missed abortion
Missed abortion adalah keadaan dimana janin telaah mati sebelum minggu ke 22, tetapi
tertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.Dilakukan kuretase.
Harus hati-hati karena terkadang plasenta melekat erat pada rahim.
6) Pemantauan Pasca Abortus
a) Sebelum ibu diperbolehkan pulang beritahu ibu bahwa abortus sponts adalah bukan
hal yang biasa terjadi dan paling sedikit 15% dari seluruh kehamilan yang diketahui
secara klinis. Berilah keykinan akan kemungkinan keberhasilan untuk kehamilan
berikut kecuali jika terdapat sepsis atau adnya penyebab abortus yang dapat
mempunyai efek samping pda kehamilan berikut.
b) Beberapa wanita mungkin ingin hamil langsung setelah abortus inkomplit. Ibu ini
sebaiknya untuk menunda kehamilan berikut sampai ia benar-benar pulih. Untuk ibu
dengan riwayat abortus tidak aman, konseling merupakan hal yang penting. Jika
kehamilan tersebut menyebabkan kehamilan yang tidak diingingkan, beberapa metode
kontrsepsi dapat segera dimulai dalam waktu 7 hari dengan syarat:

Panduan Pelayanan Maternal dan Neonatal 13


(1) Tidak terdapat komplikasi berat yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.
(2) Ibu menerima konseling dan bantauan secukupnya dalam memilih metode
kontrasepsi yang paling sesuai.
7) Mola hidatidosa (kista vesikular)
Mola Hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajat dimana tidak
ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi
hidropik.
Penanganan awal adalah:
a) Jika diagnosis kehamilan mola telah ditegakkan laakukan evakuasi uterus:
(1) Jika di butuhkan dilatasi serviks, gunakan blok pada servical
(2) Pengosongan dengan aspirasi vakum manual (AVM) lebih aman dari kuretasi
tajam. Resiko pervorasi dengan menggunakan kuret tajam cukup tiggi.
(3) Jika sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set
agar dapat digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai.
Isi uterus cukup banyak, tetapi penting untuk di kosogkan secara cepat.
b) Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi beerlanjut
berikan infus oksitosin 10 unit dalam 500 ml cairan I.V dengan kecepatan 40-60 tetes
permenit.
8) Ekstrauteri atau ektopik
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur telah dibuahi
tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri.
Penanganan awal:
a) Jika fasilitas memungkinkan, segera lakukan uji silang darah dan laparotomi. Jangan
menunggu darah sebelum melakukan pembedahan.
b) Jika fasilitas tidak memungkinkan, segera rujuk ke fasilitas lebih lengkap dengan
memperhatikan hal-hl yang diuraikan pada bagian penilaian awal.
c) Pada laparotomi, ekplorasi kedua ovaria dan tuba falopi:
(1) Jika terjadi kerusakan berat pada tuba, lakukan salpingektomi
(2) Jika kerusakan pada tuba kecil, lakukan salpingostomi.

3.4 Pendarahan pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan


1. Plasenta Previa
Adalah keadaan dimana implantasi plasenta terletak pada atau di dekat serviks. Penanganan
awal pada plasenta previa antara lain adalah :
a. Perbaiki kekurangan cairan atau darah dengan memberkan infus cairan IV (Nacl 0,9%
atau Ringer laktat).
b. Lakukan penilaian jumlah perdarahan:
1) Jika perdarahan banyak dan berlangsung terus, persiapkan seksio sesarea tanpa
memperhitungkan usia kehamilan atau prematuritas
2) Jika perdarahan sedikit dan berhenti, dan fetus hidup tetapi prematur, pertimbangkan
terapi ekspektatif sampai persalinan atau terjadi perdarahan banyak.
Terapi yang dapat digunakan adalah :
a. Terapi Ekspektatif
Tujuan terapi ekspektatif adalah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita dirawat
tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis serviks.  Upaya diagnosis dilakukan
secara non-invasif.  Pemantauan klinis dilaksanakan secara ketat dan baik.
Syarat-syarat terapi ekspektatif:
1) Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit kemudian berhenti

Panduan Pelayanan Maternal dan Neonatal 14


2) Belum ada tanda-tanda inpartu
3) Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hb dalam batas normal)
4) Janin masih hidup
a) Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotik profilaksis
b) Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta, usia kehamilan
profil biofisik, letak dan presentasi janin.
c) Perbaiki anemia dengan pemberian sulfa ferosus atau ferous fumarat per oral
60mg selama 1 bulan.
d) Pastikan tersedianya sarana untuk melakukan transfusi.
e) Bila setelah usia kehamilan diatas 34minggu, plasenta masih berada di sekitar
ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga perlu
dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan
gawat darurat.
f) Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama,
pasien dapat di pulangkan untuk rawatjalan (kecuali apabila rumah pasie diluar
kota dan jarak untuk encapai rumah sakit lebih dar 2 jam) dengan pesan untuk
segera kembali ke rumah sakit apabila terjadi pendarahan berulang.

b. Terapi Aktif
a) Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak,
harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin.
b) Untuk diagnosis plasenta previa dan menentukan cara menyelesaikan persalinan,
setelah semua persyaratan dipenuhi, lakukan PDMO jika:
(1) Infus/transfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap.
(2) Kehamilan >37 minggu ( berat badan >2500gram ) dan inpartu
(3) Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor ( misal :
anansefali ).
(4) Perdarhan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati pintu atas panggul
( 2/5 atau 3/5 pada palpasi luar ).

2. Solusio Plasenta
Adalah lepasnya plasenta dari tempat melekatnya yang normal pada uterus sebelum janin
dilahirkan.Penangan awal solusio plasenta antara lain adalah :
a. Lakukan uji pembekuan darah. Kegagalan terbentuknya pembekuan darah setelah 7 menit
atau terbentuknya bekuan darah lunak yang mudah terpecah menunjukan adanya
koagulopati
b. Transfusi darah segar
c. Jika terjadi perdarahan hebat lakukan persalinan segera,jika:
1) Pembukaan serviks lengkap,persalinan dengan ekstraksi vakum
2) Pembukaan serviks belum lengkap, persalinan dengan seksio sesarea
d. Jika perdarahan ringan atau sedang (dimana ibu tidak berada dalam bahaya) tindakan
bergantung pada DJJ :
1) DJJ normal atau tidak terdengar, pecahkan ketuban dengan kokher ;
a) Jika kontraksi jelek, perbaiki dengan pemberian oksitosin
b) Jika serviks kenyal, tebal, dan tertutup lakukan seksio sesarrea
2) DJJ abnormal (<100 atau > 180 X/menit) :
a) Lakukan persalinan pervaginam segera

Panduan Pelayanan Maternal dan Neonatal 15


b) Jika persalinan pervaginam tidak memungkinkan, akhiri persalinan dengan seksio
sesarea

3. Ruptur Uteri
Adalah keadaan robekan pada rahim dimana telah terjadi ubungan langsung antara robekan
rongga amnion dan rongga peritoneum.
Penganan awal ruptur uteri antara lain adalah :
a. Perbaiki kehilangan darah dengan pemberian infus IV cairan (Nacl 0,9 % atau ringer
laktat) sebelum tindakan pembedahan.
b. Lakukan seksio sesarea dan lahirkan plasenta segera setelah kondisi stabil.
c. Jika uterus dapat diperbaiki dengan resiko operasi lebih rendah daripada resiko pada
histerektomi dan ujung ruptura uterus tidak nekrosis, lakukan histerorafi. Tindakan ini
akan mengurangi waktu dan kehlangan darah saat histerektomi
d. Jika uterus tidak dapat diperbaiki, lakukan histerktomi supravaginal, atau histerektomi
total jika didaptkan robekan sampai servik dan vagina

3.5 Pendarahan Pasca Persalinan


1. Atonia Uteri
Adalah kontraksi uterus yang tidak terjadi segera setelah dilakukan masase.
Penanganan awal atonia uteri antara lain adalah :
a. Teruskan pemijatan uterus
b. Oksitosin dapat diberikan bersamaan atau berurutan
c. Kenali dan tegakan diagnosis kerja atonia uteri
d. Antisipasi dini akan kebutuhan darah dan lakukan transfusi sesuai kebutuhan
e. Jika perdarahan terus berlangsung,maka :
1) Pastikan plasenta lahir lengkap
2) Jika terdapat tanda-tanda sisa plasenta (tidak adanya bagian permukaan maternal atau
robekya membran dengan pembuluh darahnya), keluarkan sisa plasenta tersebut
f. Lakukan uji pembekuan darah sederhana

2. Robekan serviks vagina dan perineum


Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dar pendarahan paska persalinan.
Penangan awal pada robekan serviks adalah :
a. Periksa dengan saksama dan perbaiki robekan pada serviks.
b. Lakukan uji pembekuan darah sederhana jika perdarahan terus berlangsung

3. Retensio Plasenta
Adalah terlambatnya plasenta keluar setelah 30 menit bayi lahir.
Penangan awal pada retensio plasenta adalah,antara lain :
a. Jika plasenta terlihat di dalam vagina,mintalah iu untuk mengedan.
b. Pastikan kandung kemih sudah kosong. Jika diperlukan, lakukan kateterisasi kandung
kemih.
c. Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin IM jika belum dilakukan penangan aktif
kala III
d. Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit pemberian ositosin dan utrus terasa
berkontraksi, lakukan penarikan tali pusat terkendali.

Panduan Pelayanan Maternal dan Neonatal 16


e. Jika traksi tali pusat terkendali belum berhasil, cobalah untuk melakukan pengeluaran
plasenta secara manual
f. Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji pembekuan darah sederhana.
g. Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, sekret vagina yang berbau) berikan antibiotika
untuk metriris.
4. Sisa Plasenta
Sewaktu suatu bagian dari plasenta satu atau lebih lobus tertinggal, maka uterus tidak dapat
berkontraksi secara efektif.
a. Raba bagian dalam uterus untuk mencari sisa plasenta. Eksplorasi manual uterus
menggunakan teknik yang serupa yang digunakan untuk mengeluarkan plasenta yang
tidak keluar.
b. Keluarkan sisa plasenta dengan tangan, cunam ovum, atau kuret besar
c. Jika perdarahan berlanjut, lakukan uji pembekuan darah dengan menggunakan uji
pembekuan darah sederhana.

5. Inversi uteri
Adalah perdarahan yang disebabkan karena sisa plasenta dalam uterus. Penanganan awal
inversi uteri adalah antara lain :
a. Jika ibu sangat kesakitan, berikan petidin 1 mg/kg berat badan (tetapi jangan lebih dari
100 mg) IM atau IV secara perlahan atau berikan morfin 0,1 mg/kg berat badan IM
b. Jika perdarahan berlanjut, lakukan uji pembekuan darah dengan menggunakan uji
pembekuan darah sederhana.
c. Berikan antibiotika provilaksis dosis tunggal setelah mereposisi uterus ;
1) Ampicilin 2 gram IV ditambah metronidazol 500 mg IV
2) Atau sefazolin 1 gram IV ditambah metronidazol 500 mg IV
d. Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, sekret vagina yang berbau) berikan antibiotika
untuk metritis
e. Jika dicurigai terjadi nekrosis, lakukan histerektomi vagina. Hal ini mungkin
membutuhkan rujukan kepusat pelayanan kesehatan tersier.

6. Perdarahan Pasca persalinan tertunda (sekunder)


Penanganan awal pada perdarhan pasca persalinan tertunda antara lain adalah ;
a. Jika teradi anemia berat (hemoglobin < 8g/dl atau hematokrit < 20 %), siapkan transfusi
dan berikan tablet besi oral dan asam folat.
b. Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, sekret vagina yang berbau) berikan antibiotika
untuk metritis
c. Berikan oksitosin
d. Jika serviks masih berdilatasi, lakukan eksplorasi denga tangan untuk mengeluarkan
bekuan-bekuan besar dan sisa plasenta. Eksplorasi manual uterus menggunakan teknik
yang serupa dengan teknik yang digunakan untuk mengeluarkan plasenta yang tidak
keluar.
e. Jika serviks tidak berdilatasi, evakuadi uterus untuk mengeluarkan sisa plasenta.
f. Pada kasus yang lebih jarang, jka perdarahan terus berlanjut, pikirkan kemungkinan
melakukan ligasi arteri uterina dan utero ovarika atau histerktomi.
g. Lakukan pemeriksaan histologi dari jaringan hasil kuret atau histerektomi, jika
memungkinkan, untuk menyingkirkan penyakit trofoblas ganas.

3.6 Nyeri Kepala, Gangguan Penglihatan, Kejang, dan Tekanan Darah Tinggi

Panduan Pelayanan Maternal dan Neonatal 17


1. Hipertensi dalam Kehamilan
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan meliputi :
a. Hipertensi (tanpa proteinuria atau edema)
b. Preeklampsia ringan
c. Preeklampsia berat
d. Eklampsia
Penanganan Khusus Hipertensi dalam Kehamilan tanpa proteinuria. Tangani secara rawat
jalan :
1. Pantau tekanan darah, urin (untuk protein urin) dan kondisi janin setiap minggu.
2. Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklamsia ringan.
3. Jika kondisi janin memburuk dan terjadi pertumbuhan janin terhambat, rawat untuk
penilaian kesejahteraan janin.
4. Jika tekanan darah stabil janin dapat dilahirkan secara normal

Tabel 3.1 Penegakkan Dignosa Hipertensi pada Kehamilan


Gejala dan Tanda yang Selalu Ada Gejala dan Tanda yang Diagnosis Kemungkinan
Kadang-Kadang Ada
Tekanan diastolik ≥ 90 mmHg pada - Hipertensi kronik
kehamilan ˂ 20 minggu
1. Tekanan diastolik 90-110 mmHg - Hipertensi kronik dengan
2. Proteinuria  + + superimpossed preeklamsia
ringan
1. Tekanan diastolik 90-110 mmHg (2 - Hipertensi dalam kehamilan
kali pengukuran dengan berjarak 4
jam) pada kehamilan ˃ 20 minggu
atau 48 jam setelah kehamilan
2. Proteinuria – (negatif)
1. Tekanan diastolik 90-110 mmHg (2 - Preeklamsia ringan
kali pengukuran dengan berjarak 4
jam) pada kehamilan ˃ 20 minggu
2. Proteinuria sampai + +
1. Tekanan diastolik 90-110 mmHg 1. Hiperrefleksia Preeklamsia berat
pada kehamilan ˃ 20 minggu 2. Nyeri kepala (tidak
2. Proteinuria ≥ + + + hilang dengan
analgetik biasa)
3. Penglihatan kabur
4. Oliguria (˂400 ml /
24 jam)
5. Nyeri abdomen atas
(epigastrium)
6. Edema paru
1. Kejang 1. Koma Eklampsia
2. Tekanan diastolik ≥ 90 mmHg pada 2. Sama seperti
kehamilan ˃ 20 minggu preeklamsia berat
3. Proteinuria ≥ + +

2. Preeklampsia Ringan

Panduan Pelayanan Maternal dan Neonatal 18


a. Kehamilan kurang dari 37 minggu, jika belum ada perbaikan lakukan penilaian 2 kali
seminggu secara rawat jalan :
1) Pantau tekanan darah, urine (untuk protein urine), refleks dan kondisi janin.
2) Konseling kepada pasien dan keluarganya tentang tanda-tanda bahaya preeklamsia
dan eklamsi.
3) Lebih banyak istirahat.
4) Diet biasa (tidak perlu diet rendah garam).
5) Tidak perlu diberi obat-obatan.
6) Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit :
a) Diet biasa.
b) Pantau tekanan darah 2 kali sehari, dan urin (untuk protein urin) sekali sehari.
c) Tidak perlu obat-obatan.
d) Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat oedema paru, dekompensasi kordis, atau
gagal ginjal akut.
7) Jika tekanan diastolik turun sampai normal pasien dapat dipulangkan.
a) Nasihatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda preeklamsi berat.
b) Kontrol 2 kali seminggu untuk memantau tekanan darah, urine, keadaan janin, serta
gejala dan tanda-tanda preeklamsia berat.
c) Jika tekanan darah diastolik naik lagi, rawat kembali. 
8) Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan, tetap dirawat. Lanjutkan penanganan dan
observasi kesejahteraan janin.
9) Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi
kehamilan. Jika tidak rawat sampai aterm.
10) Jika protein urin meningkat, tangani sebagai preeklamsia berat.
b. Kehamilanlebih dari 37 minggu
1) Jika serviks matang, pecahkan ketuban dan induksi persalinan dengan oksitosin atau
prostaglandin
2) Jika serviks belum matang, lakukan pematangan dengan prostaglandin atau kateter
folley atau lakukan seksio sesarea.

3. Preeklampsia Berat
3.2 Tabel Penanganan Pengobatan Pre Eklampsi Berat

1. Dosis awal
1) MgSO4 4g IV sebagai larutan 40% selama 5 menit
2) Segera dilanjutkan dengan pemberian 10g larutan MgSO4 50%, masing-masing 5g di bokong kanan
dan kiri secara IM dalam, ditambah 1ml lignokain 2 % pada semprit yang sama. Pasien akan merasa
agak panas sewaktu pemberian MgSO4.
3) Jika kejang berulang setelah 15menit, berikan MgSO4 2g (larutan 40%) IV selama 5 menit.
2. Dosis pemeliharaan
1) MgSO4 1-2g per jam per infus, 15 tetes/menit atau 5g MgSO4 IM tiap 4 jam
2) Lanjutkan pemberian MgSO4 sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang berakhir.
3. Sebelum pemberian MgSO4, periksa:
1) Frekuensi pernapasan minimal 16/menit
2) Reflek patella (+)
3) Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
4. Berhenti pemberian MgSO4, jika:
1) Frekuensi pernapasan < 16/menit
2) Reflek patella (-)
3) Urin < 30ml/jam dalam 4 jam terakhir
5. Siapkan antidotum:
Jika terjadi henti napas : lakukan ventilasi (masker dan balon, ventilator), beril kalsium glukonas 1 g (20
ml dalam larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai pernapasan mulai lagi.
Panduan Pelayanan Maternal dan Neonatal 19
a. Penanganan Kejang:
1) Beri obat antikonvulsan
2) Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan napas, sedotan, masker, dan balon,
oksigen)
3) Beri oksigen 4-6 liter per menit
4) Lindungi pasien dari kemungkinan trauma, tetapi jangan diikat terlalu keras
5) Baringkan pasien pada sisi kiri untuk mengurangi risiko aspirasi
6) Setelah kejang, aspirasi mulut dan tenggorokan jika perlu
b. Penanganan Umum
1) Jika tekanan diastolik tetap lebih dari 110mmHg, berikan obat antihipertensi, sampai
tekanan diastolik diantara 90-100mmHg.
2) Pasang infus dengan jarum besar
3) Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload cairan
4) Katerisasi urin untuk memantau pengeluaran urin dan proteinuria.
5) Jika jumlah urin kurang dari 30 ml perjam:
a) Hentikan magnesium sulfat (MgSO4) dan berikan cairan IV (NaCl 0,9% atau
Ringer Laktat) pada kecepatan 1 liter per 8 jam
b) Pantau kemungkinan edema paru
6) Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi muntah dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin
7) Observasi tanda-tanda vital, iuret, dan denyut jantung janin setiap jam
8) Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru.
9) Hentikan pemberian cairan IV dan berikan iuretic misalnya furosemid 40mg IV sekali
saja jika ada edema paru
10) Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan sederhana.

Panduan Pelayanan Maternal dan Neonatal 20


BAB IV
DOKUMENTASI

Pencatatandan pelaporan adalah keseluruhan proses pendataan pelaksanaan pelayanan maternal


dan perinatal di rumah sakit dimana petugas pencatatan dan pelaporan serta jalur dan terapan telah
ditetapkan secara jelas.
1. Pencatatan
Dalam pelayanan maternal dan perinatal dirumah sakit diperlukan mekanisme pencatatan yang
akurat.
2. Pelaporan
a. Internal
Laporan harian tetap dilakukan di tiap-tiap bagian di rumah sakit yang nantinya secara periodic
(mingguan) diserahkan kepada penanggung jawab pelayanan.
b. Eksternal
Laporan dari rumah sakit ke dinas kesehatan (LAP RS) Laporan ini berisi informasi mengenai
kesakitan dan kematian (serta sebab kematian) ibu dan bayi baru lahir dibagian kebidanan dan
kandungan serta bagian anak.
Penggunaan buku register dirumah sakit dalam pelayanan maternal dan perinatal berisi data-
data dasar semua pasien termasuk maternal dan perinatal resiko tinggi. Dari data tersebut
diharapkan dapat membantu untuk melakukan analisa dan pencatatan selama penanganan guna
kepentingan dalam peningkatan mutu maupun kinerja pelayanan maternal dan perinatal di
rumahsakit.

Panduan Pelayanan Maternal dan Neonatal 21


BAB V
PENUTUP

Panduan Pelayanan Maternal dan Neonatal ini dibuat dan ditetapkan sebagai panduan di
Rumah Sakit Bedah Surabaya dalam memberikan pelayanan. Bilamana ada perkembangan dan
perbaikan terhadap panduan ini maka dapat dilakukan koreksi demi kemajuan pelayanan di Rumah
Sakit Bedah Surabaya.

Ditetapkan di : Surabaya
Pada tanggal : Agustus 2016
RUMAH SAKIT BEDAH SURABAYA
DIREKTUR

WIDORINI SUNARYO, dr., MARS

Panduan Pelayanan Maternal dan Neonatal 22


TIM PERUMUS
PANDUAN PELAYANAN MATERNAL DAN NEONATAL

Pokja Millenium Development Goal’s Pokja Millenium Development Goal’s

Henky M. Masteryanto, dr., Sp.OG Tri Novitasari, A.Md.Keb


Ketua Sekretaris

Pokja Millenium Development Goal’s Pokja Millenium Development Goal’s

Hari Nugroho, dr., Sp.OG Elly Muflichatin, A.Md.Kep


Anggota Anggota

Panduan Pelayanan Maternal dan Neonatal 23

Anda mungkin juga menyukai