PROPOSAL BELLA Cetak Tebal
PROPOSAL BELLA Cetak Tebal
PENDAHULUAN
bisa bersifat sementara atau persisten. Banyak penderita insomnia tergantung pada
obat tidur dan zat penenang lainnya untuk bisa beristirahat. Semua obat sedatif
bahwa mereka tidak dapat tidur tanpa obat tersebut. Penyebab insomnia yang
berperanan terhadap terjadinya disfungsi kognitif, kebiasaan yang tidak sehat, dan
(Rizki, 2013).
dalam rutinitas sehari-hari. Kualitas tidur yang buruk dapat berdampak pada
Insomnia bisa diatasi baik secara farmakologi maupun non farmakologi atau
kecanduan. Selain itu juga bisa menimbulkan efek samping seperti kantuk dan
masyarakat bahwa obat tradisional yang berbahan alami lebih aman dibandingkan
dangan obat sintesis serta efek sampingnya jauh lebih kecil. Penggunaan tanaman
bunga pagoda sebagai anticemas. Secara khusus peneliti akan meneliti pengaruh
membutuhkan waktu dan prosedur yang lama dilakukan dalam masyrakat sekitar
Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti dosis infusa bunga pagoda yang
efektif.
TINJAUAN PUSTAKA
2022).
Kingdom : Plantae
Subkigdom :Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Verbenaceae
Genus : Clerodendron
Bunga Pagoda adalah salah satu tanaman yang termasuk dalam familia
daerah luar kota sebagai tanaman hias. Ciri tumbuhan ini ditunjukan dengan tinggi
yang bisa mencapai 1-3 m, batangnya dipenuhi rambut halus daun bertangkai,
letak berhadapan. Sedangkan pada daun dicirikan dengan bentuk bulat telur
cm. Bunganya majemuk berwarna merah. Terdiri dari bunga kecil-kecil yang
berkumpul membentuk piramida keluar dari ujung tangkai. Buahnya bulat, Bunga
Bagian akar bunga pagoda memiliki rasa pahit, sedangkan bagian daun
memiliki rasa manis,dan asam. Sementara itu, bagian bunganya memiliki rasa
manis dan bersifat hangat. Beberapa efek farmakologis yaitu antiradang, peluruh
batang, akar, dan bunga pagoda mengandung zat flavonoid, garam kalium, zat
Daun berkhasiat sebagai antiradang dan banyak digunakan untuk obat luar seperti
luka memar. Bunga berkhasiat untuk penambah darah pada penderita anemia,
Ekstraksi adalah suatu cara pemisahan secara untuk memisahkan suatu zat
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat dari
semua atau hampir semua pelarut yang diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlukan sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan
(Kemenkes, 2014).
antara lain:
1. Cara dingin
a. Maserasi
alam atau tumbuhan dalam pelarut dan waktu tertentu, sehingga bahan akan
menjadi lunak dan larut. Kecuali dinyatakan lain, dilakukan dengan cara berikut,
biarkan selama 3-5 hari pada tempat yang terlindung cahaya dan diaduk berulang-
ulang, serta diperas, cuci ampas dengan cairan hasil maserasi sebanyak 100 bagian
(Djamal, 2010).
b. Perkolasi
sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu alat perkolator (Djamal, 2010).
2. Cara panas
a. Sokletasi
perkolasi Sokletasi adalah proses penyaringan bahan alam secara kontinu didalam
b. Infusa
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati
dengan air pada suhu 90oC, sambil sekali-kali diaduk, serkahi selagi panas melalui
kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas sehingga diperoleh
c. Dekokta
Dekokta adalah suatu proses penyarian yang hampir sama dengan infusa,
hanya disini dekokta dipanaskan selama 30 menit, terhitung suhu mencapai 90oC.
Cara ini dapat dilakukan untuk simplisia yang mengandung bahan tidak tahan
2.3 Sedatif
Sedatif adalah golongan obat pendepresi susunan saraf pusat (SSP) yang
diberikan dalam dosis yang lebih rendah untuk tujuan menenangkan. Sedatif
Hipnotika atau obat tidur adalah zat-zat yang dalam dosis terapi diperuntukkan
tidur. Lazimnya obat ini diberikan pada malam hari. Bilamana obat ini diberikan
pada siang hari dalam dosis yang lebih rendah untuk tujuan menenangkan, maka
Penggunaan obat sedatif sebagai terapi telah digunakan secara luas, misalnya
pengobatan insomnia, ansietas, kaku otot, medikasi preanestesi, dan anestesi. Obat
sedatif lain seperti hanya barbiturat secara luas telah digantikan oleh diazepin
yang dinilai lebih aman. Tetapi penggunaan barbiturat masih digunakan untuk
terapi darurat kejang, seperti titanus, eklamsia, status epilesi, perdarahan selebral,
ion klorida yang menyebabkan terjadinya hiperpolarisasi, stabilisasi dan sel sukar
penggunaannya dihentikan, seperti gelisah, susah tidur, badan lesu, mudah lelah,
ketergantungan tersebut, banyak diantara obat sedatif memilki efek samping mulai
dari pusing, penglihatan kabur, mulut kering, vertigo, mual, muntah, diare ampai
leuokopenia (menurunnya jumlah sel darah putih) dengan gejala demam dan nyeri
selain untuk beberapa penggunaa yang spesifik, golongaan obat ini telah
otak, tetapi metabolitnya tetap, obat ini tidak mematikan pada dosis tinggi karena
ada batasan untuk dapat mereduksi kegiatan neurologisnya dan batasan tertinggi
yang sangat penting lainnya dihambat. Terapi diazepam dengan dosis tinggi
danVincent, 2007).
gejala demam dan nyeri tenggorokan. Efek samping berbahaya umumnya terjadi
Obat dengan rumus kimia yang berbeda-beda telah lama digunakan sebagai
merupakan depresan SPP, yang dapat menghilangkan efek hipnotik yang nyata.
Dengan sedikit atau tanpa efek analgetik, pengaruhnya terhadap tingkatan tidur
menyerupai barbiturat, indeks terapinya terbatas, dan pada keracunan akut, yang
menyebabkan depresi napas dan hipotensi, dapat diatasi seperti halnya keracunan
ketergantungan fisik dan gejala yang timbul pada penggunaan secara kronik dapat
berat dan fatal. Meprobamat memiliki sifat yang meyerupai benzodiazepin, tapi
obat ini memilki potensi kuat untuk disalahgunakan dan efek antiansietasnya
kurang selektif. Penggunaan obat-obat ini secara klinik sudah sangat menurun,
tapi beberapa dari obat lain berguna pada kedaan tertentu, terutama bagi pasien di
2.4 Diazepam
benzodiazepin yang pertama kali beredar dengan merek dagang valium oleh
mengikat bagian benzodiazepin pada reseptor (melalui atom klor kontituen) yang
insomnia, tambahan pada pasien putus alkohol akut, status epileptikus, kejang
pernapasan, gangguan hati berat, kondisi fobia dan obsesi, psikosis kronik,
serangan asam akut, trimester pertama kehamilan, bayi prematur, tidak boleh
digunakan sendirian pada depresi atau ansietas dengan depresi (Sukandar dkk,
2013).
2.4.2 Farmakokinetik
Diazepam dapat diserap, biovailibias oral adalah sekitar 100% dan sampai
99% terikat dalam plasma. Waktu paruh adalah 43 ± jam. Terapi berkisar 40-100
jam jika kontribusi metabolit aktif disertakan ( Couper dan logan, 2014).
reseptor GABA didalam otak untuk mengurangi gairah dan mempengaruhi gairah
transportasi klorida melalui kanal ion dan pada akhirnya mengurangi kerja dari
sistem korteks dan limbik pada sistem saraf pusat. Diazepam menekan pelepasan
elektrik pada daerah amiglada dan hipokampus dari sistem limbik sehingga
setelah pemberin sediaan uji secara oral 60 menit sebelumnya. Lalu, hewan
percobaan di letakkan pada alat rotarod selama 1 menit. Catat waktu yang
jengukan dari hewan percobaan selama 5 menit. Jika hewan sedang dalam
pengaruh sedatif, maka jumlah jengukan akan lebih sedikit dibandingkan hewan
percobaan. Pada hewan percobaan diletakkan dalam tabung kaca dengan panjang
30 cm dan diameter 2,8 cm (untuk mencit berat20-22 gram) yang telah diberi
tanda pada panjang 20cm ari alas. Tabung dipegang secara horizontal hingga
hewan percobaan mencapai ujung tabung, lalu dengan cepat tabung dipindahkan
sampai ke atas untuk keluar dari tabung. Hewan normal akan keluar dari tabung
dalam waktu 30 detik, sedangkan hewan dengan pengaruh sedatif akan keluar dari
percobaan. Bidang terdiri dari dua papan kayu persegi panjang yang ujungnya
terhubung dengan engsel. Satu papan adalah alas, dan satunya adalah bidang
miring yang bergerak. Sebuah karet dengan punggung 0,2 cm diletakkan pada
bidang miring 65o. Setelah diberikan sediaan uji, hewan percobaan diamati pada
menit ke-30, 60, dan 90. Kemudian pengamatan dilakukan selama 30 detik
dengan menempatkan hewan percobaan pada bagian atas dari bidang miring untuk
menggantungkan tungkai atau lengan depan pada suatu kawat yang telah
percobaan yang normal digantungkan pada kawat akan memiliki waktu bertahan
cukup lama untuk jatuh dari alat sedangkan hewan percobaan dibawah pengaruh
sedatif memiliki durasi waktu bertahan lebih sedikit dan tidak membutuhkan
2.6 Flavonoid
alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat berwarna merah, ungu, kuning, dan
dapat bertindak menyerupai agen agonis maupun antagonis pada sisi alosterik
dapat dengan mudah melewati sawar darah otak sehingga sangat berpotensi
METODE PENELITIAN
Penelitian ini telah dilaksankan dari Januari sampai Februari 2022, bertempat
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : kanul tumpul (sonde
infusa, kompor listrik, beker gelas (Pirex), batang pengaduk, dan kain flanel, alat
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bunga pagoda
Hewan percobaan mencit putih jantan, berumur 2-3 bulan dengan berat
mencit ±20 g. Hewan uji ini dipilih sebanyak 20 ekor mencit jantan secara acak
dibagi menjadi 5 kelompok, masing- masing terdiri dari 5 ekor hewan uji untuk
tiap kelompok. Pada penentuan hewan uji untuk tiap kelompok pengujian
(n-1)(t-1) ≥15
Keterangan :
t = jumlah perlakuan
maka : (n-1)(5-1) ≥ 15
(n01)(4) ≥ 15
4 n ≥ 15 + 4
4 n ≥ 20
19¿
n¿ =4,75 ¿
4
n=5
Mencit yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 5 ekor tiap kelompok
Jambat Akar Kelurahan Jangkar Mas Kecamatan Dempo Utara yaitu bunga
kontrol negatif, kelompok II sebagai kontrol positif dan kelompok III, IV dan V
variasi dosis infusa bunga pagoda. Pada kelompok kontrol negatif hewan
menggunakan 10% simplisia variasi dosis yang digunakan yaitu, 10% b/v, 20%
b/v, dan 40% b/v yang dikonversikan ke mencit putih jantan setara dengan
infusa bunga pagoda 10%, kelompok III diberikan infusa bunga pagoda 20% ,
mencit diaklimatisasi selama 7 hari diberi makan minum, dan diberi sediaan uji.
Pada hari ke 7 setelah 60 menit pemberian sediaan uji seluruh kelompok diuji
One Way.
lakunya. Selama aklimatisasi berat badan naik atau turun tidak tidak boleh dari
Volume sediaan uji kontrol negatif dibuat sebanyak 100 ml. Masukkan tween
selama 15 menit pada suhu 90o C, sambil sesekali diaduk, disaring selagi
panas dengan kain flanel, ditambahkan air panas secukupnya melalui ampas
Timbang Bunga Pagoda sebanyak 20 gram yang telah kering anginkan dan
menit pada suhu 90o C, sambil sesekali diaduk, disaring selagi panas dengan
menit pada suhu 90o C, sambil sesekali diaduk, disaring selagi pana dengan
Volume sediaan uji kontrol positif dibuat sebanyak 10 ml, ambil 1 tablet
diazepam 5mg, lalu masukkan kedalam lumpang, setelah itu digerus halus,
Prosedur pengujian efek sedatif yang digunakan adalah Traction test dan
holeboard test. Uji efek sedatif yang dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Mencit putih jantan yang sehat berumur 2-3 bulan dengan berat ±20 gram
dan minum selama 7 hari. Mencit dipuasakan selama ± 18 jam sebelum pengujian,
air minum tetap diberikan. Pada hari pengujian masing-masing hewan uji
Pemberian sediaan uji dilakukan selama 7 hari dan pada hari ke-7 dilakukan
sediaan uji, masing-masing mencit dari setiap perlakuan diletakan pada alat
Data hasil penelitian berupa durasi waktu jatuh mencit dari bidang silinder
pada alat Traction test dan banyaknya aktivitas jengukan mencit tiap 5 menit
pada alat hole-board. Data yang dikumpulkan dan ditabulasi serta disajikan dalam
bentuk grafik. Jika data diperoleh terdistribusi normal maka dilakukan analisa
secara statistik menggunakan metode Anova One Way lalu uji lanjut Duncam
perlakuan.
4.1 Hasil
Setelah dilakukan penelitian efek sedatif dari infusa bunga dari tanaman
bunga pagoda (Clerodendron Paniculatan) pada mencit putih jantan dapat dilihat
Tabel 4.1 Rata-rata Frekuensi Jengukan selama 5 menit pada mencit pada mencit
di setiap kelompok perlakuan sebagai berikut:
Rerata Frekuensi Jengukan
Kelompok Perlakuan (Mean ± SD)
(Tween) 80 1% b/v 54.00 ± 3.93
Infusa Bunga Pagoda dosis (1g/kgbb) 30.80 ± 2.58
Infusa Bunga Pagoda dosis (2g/kgbb) 23.80 ± 1.92
Infusa Bunga Pagoda dosis (4g/kgbb) 14.20 ± 2.95
Diazepam 5mg/kgbb 9.00 ± 1.22
Frekuensi Jengukan
60
50
40
30
20
10
0
kelompok Perlakuan
Gambar 4.1 Diagram batang rata-rata frekuensi jengukan selama 5 menit masing
masing kelompok perlakuan
Dari diagram diatas menunjukan bahwa hasil respon yang diberikan oleh
terbanyak terdapat pada kontrol negatif, jumlah jengukan terkecil terdapat pada
kontrol positif, dan terdapat pengaruh yang sangat kuat antara peningkatan dosis
Tabel 4.2 Rata-rata waktu bertahan dalam detik pada mencit di setiap kelompok
perlakuan sebagai berikut:
Waktu bertahan dalam detik
Kelompok Perlakuan (Mean ± SD)
(tween) 80 1% b/v 141.60 ± 2.40
Infusa Bunga Pagoda dosi (1g/kgbb) 83.60 ± 3.20
Infusa Bunga Pagoda dosis (2g/kgbb) 70.80 ± 2.77
Infusa Bunga Pagoda dosis (4g/kgbb) 47.20 ± 2.38
Diazepam 5mg/kgbb 34.00 ± 3.53
160
140
Waktu Bertahan
120
100
80
60
40
20
0
Kelompok Perlakuan
Gambar 4.2 Diagram batang rata-rata waktu bertahan mencit dalam detik masing-
masing kelompok perlakuan
4.2 Pembahasan
Pada penelitian ini telah dilakukan pengujian efek sedatif infusa bunga
pagoda terhadap mencit putih jantan. Metode infusa dipilih karena mudah
g/kgbb. Pada penelitian ini hewan percobaan yang digunakan adalah mencit putih
memiliki siklus hidup yang relatif pendek, mudah ditangani, jinak, harga yang
Pengujian efek sedatif ini menggunakan dua metode yaitu hole-board dan
traction test. Kedua metode ini dipilih karena sering digunakan untuk pengujian
rasa penasaran pada hewan percobaan, parameter yang diamati dalah jumlah
jengukan. Semakin sedikit jumlah jengukan maka semakin besar efek sedatifnya.
Traction test digunakan untuk menguji kekuatan otot atau fungsi sistem
jatuh, semakin cepat waktu jatuh mencit maka semakin besar efek sedatifnya,
Berdasarkan tabel 4.1 bahwa infusa bunga pagoda semua variasi dosis dan
diazepam memiliki jumlah jengukan lebih kecil daripada tween 80, dan yang
paling sedikit jumlah jengukan nya ialah diazepam yaitu 9.00. Kemudian dari
variasi dosis infusa bunga pagoda yang paling sedikit jumlah jengukannya ialah
Pada tabel 4.2 dari waktu bertahan menunjukan bahwa dari variasi dosis dan
diazepam juga lebih kecil dibandingkan dengan tween, dan yang paling kecil
sama seperti jengukan ialah diazepam yaitu 34.00. Diikuti dengan infusa bunga
pagoda dosis (4g/kgbb) yaitu 47.20. untuk memastikan hasil tersebut dan untuk
bahwa data jumlah jengukan bersifat homogen (p>0,05), setelah itu dilakukan
analisa statistika One way ANOVA. Berdasarkan uji statistik Anova (Oneway)
(p>0,05).
Hasil uji statistik One Way ANOVA parameter waktu jatuh mencit dari
masing kelompok terhadap jumlah jengukan dan waktu jatuh mencit dilakukan uji
yang memiliki perbedaan dengan kontrol negatif. Dari hasil tersebut didapatkan
bahwa kelompok perlakuan infusa Bunga Pagoda 40% menunjukan efek sedatif
yang paling baik dibandingkan dengan kelompok perlakuan infusa bunga pagoda
yang lainnya.
Pada penelitian ini belum dapat dijelaskan secara pasti kandungan senyawa
Bunga Pagoda yang dapat menyebabkan efek sedatif. Menurut buku wenny
Hal ini menurunkan eksitasi sehingga menimbulkan keadaan tidur. besar terjadi
karena senyawa tersebut untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian efek sedatif infusa bunga pagoda (Clerodendron
paniculatan V.) pada mencit putih jantan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Infusa bunga pagoda dapat memberikan efek sedatif terhadap mencit putih
jantan.
2. Pada dosis 1g/kgbb, 2g/kgbb, dan 4g/kgbb infusa Bunga Pagoda telah
memberikan efek sedatif pada mencit putih jantan, dan untuk efek yang lebih
5.2 Saran
dengan menggunakan metode lain seperti chimney test, inclined plane, dan
DAFTAR PUSTAKA
Alnamer, R, Alaoui, k., Bouidida, eL, h.< Benjoud, A dan Cherrah, Y. (2012).
Sedative and hypnotic activities of the methanolic and aqueous extracts of
lavandula officinalis from marocco. Advaance in Pharmaacological
Sciences. 1-5.
Couper, F.J. dan Loga< B.K. (2014). Drug and human performance fact sheets.
Washington: national Highway Traffic Safety Admimistraction.
Dalimarta. (2004). Atlas Tumbuhan obat Indonesia, (Jilid 1). Jakarta : Trubus
Agriwidya
Devi, Yulia, (2020) Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada (Volume 9 Nomor 2)
fakultas Kedokteran : Universitas Lampung.
Djamal, Rusdji. (2010). kimia bahan alam : Prinsip-prinsip dasar isolasi dan
identifikasi (Cetakan III). Depok : Lembaga Studi dan Konsultasi
Farmakologi.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Raharja K. (2012 ) Obat-Obat Penting, Khasiat
penggunaan, dan Efek-Efk sampingnya. Edisi V. Eley Media Kompulindo.
jakarta
(a)
(b)
Larutan infusa 10% b/v Larutan infusa 20% b/v Larutan infusa 40% b/v
1g/kgbb 2g/kgbb 4g/kgbb
Hewan percobaan
(mencit)
Aklimatisasi Hewan
Percobaan selama 7 hari
diberi sediaan uji
Kontrol Kontrol
Infusa negatif
Negatif
Traction test
Menit ke 30
Hole-Board
test
Analisa Data
STIFI Bhakti Pertiwi
33
34
5 mg
1. Diazepam 5mg/kgbb = x 20 gram
1000 gram
= 0,1 mg/20gbb
= 0,1 mg/0,2 ml
0,1 mg
Jadi, diazepam untuk 10 ml sebanyak = x 10 ml
0,2 ml
= 5 mg
10 gram
Konsentrasi 10 % = x 0,2 ml
100 ml
= 0,02 g/0,2 ml
20 mg
Jadi, bunga pagoda yang akan ditimbang= x 1000 gram = 1gram/ kgbb
20 gr
20 gram
Konsentrasi 20% = x 0,2 ml
100 ml
= 0,04 g/ 20gbb
= 0,04 g/0,2 ml
40 mg
Jadi bunga pagoda yang akan ditimbang= x 1000 gram = 2 gram/kgbb
20 gr am
40 gram
Konsentrasi 40% = x 0,2ml
100 ml
= 0,08 / 20gbb
Lampiran 4. Lanjutan
34
= 0,08 g/ 0,2 ml
80 mg
Jadi, Bunga pagoda yang akan diimbang= x 100o gram = 4 gram/kgbb
20 gram
5. Tween 80 1 % sebanyak 10 ml
1 gram
Tween 80 1 % b/v = x 10 ml = 0,1 g
100 ml
(a)
(b)
Keterangan:
Lampiran 8. Hasil uji statistik One Way ANOVA dan Duncan terhadap
Frekuensi jengukan 38
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
ANOVA
Jumlah respon mencit
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 6197.360 4 1549.340 214.590 .000
Within Groups 144.400 20 7.220
Total 6341.760 24
Lampiran 8. Lanjutan
39
Descriptives
Frekuensi jengukan
Duncan
Subset for alpha = 0.05
Kontrol N 1 2 3 4 5
Positif 5 9.00
40% 5 14.20
20% 5 23.80
10% 5 30.80
Negatif 5 54.00
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Lampiran 9. Hasil uji statistik one way ANOVA dan duncan terhadap waktu
bertahan (detik)
40
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
ANOVA
Respon mencit
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 34900.160 4 8725.040 1038.695 .000
Within Groups 168.000 20 8.400
Total 35068.160 24
Descriptives
41
95% Confidence Interval for
Std. Mean
N Mean Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
Nega 5 141.60 2.408 1.077 138.61 144.59 139 145
tif
10% 5 83.60 3.209 1.435 79.62 87.58 80 88
20% 5 70.80 2.775 1.241 67.35 74.25 68 75
40% 5 47.20 2.387 1.068 44.24 50.16 44 50
Positi 5 34.00 3.536 1.581 29.61 38.39 29 38
f
Total 25 75.44 38.225 7.645 59.66 91.22 29 145
Lampiran 9. Lanjutan
Waktu bertahan
Duncan
Subset for alpha = 0.05
Kontrol N 1 2 3 4 5
Positif 5 9.00
40% 5 14.20
20% 5 23.80
10% 5 30.80
Negatif 5 54.00
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000