b. Plasenta akreta, yaitu plasenta yang tertanam hingga sebagian lapisan otot rahim.
c. Plasenta inkreta, yaitu plasenta yang tertanam hingga keseluruhan lapisan otot rahim.
Persalinan terdiri dari fase laten, ketika serviks dilatasi hingga 3 sentimeter; lalu fase aktif, yang
berlanjut hingga serviks 10 sentimeter dan saatnya mendorong bayi keluar. Hal ini diikuti
pengeluaran plasenta, ketika plasenta dilahirkan selama kontraksi uterus.
Proses ini terjadi dalam waktu 15 hingga 30 menit setelah persalinan, baik melalui vagina
maupun melalui bedah caesar. Kadang-kadang, bagian dari plasenta dapat dipertahankan di
dalam rahim karena sebagian telah tumbuh melalui otot rahim atau "tertangkap" di dalam
sudut rahim saat berkontraksi. Ketika plasenta tidak dapat dikeluarkan secara utuh atau tidak
terjadi dalam 30 hingga 60 menit kelahiran bayi, hal ini dike nal retensi plasenta.
Selain itu, plasenta melekat erat pada dinding uterus disebabkan oleh vili korialis menembus desidua
sampai miometrium, sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta – perkreta). Plasenta yang sudah
lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk
melahirkannya atau karena salah dalam penanganan kala III, sehingga plasenta tertangkap dalam rongga
rahim dan terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta
(inkarseratio placenta), (Wiknjosastro, 2010).
Sumber
https://www.halodoc.com/kesehatan/retensi-plasenta
https://www.google.com/url?q=http://repository.uhamka.ac.id/965/1/ARITKEL%2520NO
%252094%2520-%2520SARAH%2520DAN%2520EMMA%2520%2520R
%2520%25281%2529.pdf&usg=AFQjCNF_fZ4EOqIfKdzOALPVVccPXua7pw