Anda di halaman 1dari 14

Wanita di Pusat Rehabilitasi

. PENGERTIAN
PENGERTIAN WANITA
Wanita adalah sebutan yang digunakan untuk spesies manusia berjenis kelamin betina. lawan
jenis dari wanita adalah pria. Wanita adalah kata yang umum digunakan untuk menggambarkan
perempuan dewasa. Perempuan yang sudah menikah juga biasa dipanggil dengan sebutan ibu.
Untuk perempuan yang belum menikah atau berada antara umur 16 hingga 21 tahun disebut
juga dengan anak gadis. Perempuan yang memiliki organ reproduksi yang baik akan memiliki
kemampuan untuk mengandung, melahirkan dan menyusui.

PENGERTIAN REHABILITASI
Rehabilitasi adalah program untuk membantu memulihkan orang yang memilki penyakit
kronis baik dari fisik ataupun psikologisnya. Program Rehabilitasi individu adalah program yang
mencangkup penilaian awal, pendidikan pasien, pelatihan, bantuan psikologis, dan pencegahan
penyakit.

Selain itu, ada beberapa definisi tentang rehabilitasi yang tercantum dalam ketentuan-ketentuan
yaitu:

a. Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Narkotika, Rehabilitasi Medis adalah
“suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu untuk membebaskan pecandu dari
ketergantungan narkotika”.

b. Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika Rehabilitasi Sosial adalah
”suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik, mental maupun sosial agar bekas
pecandu narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat”.

c. Menurut KEPMENKES 996/MENKES/SK/VIII/2002 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sarana


Pelayanan Rehabilitasi Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA. Rehabilitasi adalah ”Upaya
kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpadu melalui pendekatan non-medis, psikologis,
sosial dan religi agar pengguna NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan dapat
mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin”.

d. KEPMENKES 996/MENKES/SK/VIII/2002 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sarana Pelayanan


Rehabilitasi Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA, Sarana Pelayanan Rehabilitasi adalah
”tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan rehabilitasi penyalahgunaan dan
ketergantungan NAPZA, berupa Kegiatan Pemulihan dan Pengembangan secara terpadu baik
fisik, mental, sosial dan agama”.

Dengan prinsip utama bahwa rehabilitasi tersebut adalah dalam upaya melakukan pemulihan
terhadap korban secara komprehensif (baik medis mapun sosial) dan dalam prinsip untuk
memanusiakan-manusia

Pada dasarnya Rehabilitasi yang diatur dalam regulasi tersebut ada 2 yaitu:
a. Rehabilitasi Medis
Rehabilitasi medis adalah suatu bentuk layanan kesehatan terpadu di bawah naungan rumah sakit
yang dikoordinasi dokter spesialis rehabilitasi medis
b. Rehabilitasi Sosial
Rehabilitasi sosial adalah proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan
seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.

Tim rehabilitasi medik :


1. Dokter spesialis rehabilitasi medik : penanggung jawab tim, coordinator, dokter fungsional dan
terapis rehabilitasi medik.
2. Fisioterapis : tindakan terapi fisik.
3. Terapis Wicara.
4. Terapis Okupasi.
5. Psikolog.
6. Ortotis / Prostetis.
7. Petugas sosial medis.
8. Perawat rehabilitasi medik.

Rehabilitasi medik membantu penanganan :

1. Gangguan tumbuh kembang / cacat bawaan sejak bayi hingga dewasa.


2. Ancaman kecacatan karena penyakit atau cidera.
3. Kecacatan penyakit atau cidera.
4. Dampak psikologis sosial budaya dan vokasional.
5. Kecuali cacat pada mata, telinga, dan gangguan jiwa.

Program Rehabilitasi
Program rehabilitasi yang lamanya 3 bulan mencakup :
a. Pendidikan agama (kognitif, afektif, dan psikomotor)
b. Psikoterapi kelompok (group psychotherapy) dan psikoterapi perorangan (Individual
Psychotherapy)
c. Pendidikan umum
d. Pendidikan keterampilan
e. Pendidikan jasmani (olahraga)
f. Rekreasi

Hasil yang Diharapkan


Seusai menjalani program rehabilitasi hasil yang diharapkan adalah :
a. Beriman dan bertakwa
b. Memiliki kekebalan fisik maupun mental terhadap NAZA
c. Memiliki keterampilan
d. Dapat kembali berfungsi secara wajar (layak) dalam kehidupan sehari-hari, baik di rumah
(keluarga), di sekolah/kampus, di tempat kerja, maupun masyarakat.
Pusat Rehabilitasi menggunakan berbagai metode yang berbeda terhadap si pasien, perawatan
pun disesuaikan menurut penyakit si pasien dan seluk-beluk dari awal terhadap si pasien
tersebut. Waktu juga menentukan perbedaan perawatan antar pasien. Dan pengobatan rawat
jalan adalah program yang sangat bermanfaat bagi para pasien di tahap awal, khususnya bagi
pasien yang kecanduan atau addiction.

Gejala penyakit yang banyak ditemui pada pusat Rehabilitasi:

* Watak Pemarah
* Perilaku yang aneh
* Kehilangan nafsu makan
* Kehilangan berat badan

Para pasien yang masuk di pusat Rehabilitasi kebanyakan menderita rendah diri dan kurangnya
pandangan positif terhadap kehidupan, oleh karena itu psikologi memainkan peranan yang
sangat besar dalam program Rehabilitasi, dan hal ini juga sangat penting untuk menjaga pasien
dari teman-teman dan lingkungan yang memungkinkan kecanduan kembali terhadap obat-obat
terlarang.
Sangat dianjurkan untuk tidak memilih pusat Rehabilitasi yang terletak dekat dengan rumah si
Pasien, uang pun memainkan peranan penting dalam perawatan, tidak lupa kesabaran juga
merupakan faktor yang penting baik itu dari pihak individu dan keluarga itu sendiri.

Pusat Rehabilitasi
Pusat rehabilitasi adalah tempat atau sarana yg digunakan untuk proses pemulihan atau
perbaikan untuk kembali seperti semula misal ketergantungan narkoba, penyandang cacat baik
fisik atau mental dan masalah yg lain.

1. Subyek Rehabilitasi
· Pribadi korban narkoba.
· Orang-orang terdekat.
· Masyarakat sekitar dan umum.
· Gembong dan pengedar narkoba.

2. Sarana Dan Prasarana Rehabilitasi


· Tersedia dukungan, pertolongan dan harapan.
· Perpustakaan dan buku, bahan audiovisual dan alat peraga.
· Sarana peningkatan minat dan ketrampilan.
· Sarana rekreasi.
· Jadwal harian atau program kegiatan.
· Fasilitas angkutan dan komunikasi.
· Tenaga professional seperti dokter, psikiater, psikolog, sosiolog, ahli kerohanian, TOGA,
fisioterapi.

3. Pola Dasar Rancangan Rehabilitasi


· Tahap I adalah proses transisi awal (1-8minggu).
· Tahap II adalah proses rehabilitasi intensif (3-18 bulan).
· Tahap III adalah proses transisi akhir (1-6 tahun).
· Tahap IV adalah pemeliharaan lanjut (seumur hidup).

4. Jenjang Proses Kesembuhan


· Jenjang Transisi.
· Jenjang stabilisasi Dini.
· Jenjang kesembuhan awal.
· Jenjang kesembuhan menengah.
· Jenjang akhir kesembuhan.
· Jenjang Pemantapan
Pusat rehabilitasi wanita meliputi :
a. Maslah sosial, contohnya PSK.
b. Masalah psikologis, misalnya trauma pada korban kekerasan.
c. Masalah drug abuse.

Rehabilitasi bagi para PSK dilakukan :


a. Di luar panti ditempat lokalisasi.
b. Di dalam panti.

Upaya rehabilitasi yang dilakukan meliputi :


a. Bimbingan agama.
b. Bimbingan sosial.
c. Latihan keterampilan.
d. Pendidikan kesehatan.
e. Pendidikan dan kesejahteraan pribadi.

Rehabilitasi wanita korban kekerasan, trauma psikologis


Upaya yang dilakukan dengan membangkan dan membangkitkan rasa percaya diri. Salah
satu cara dengan therapy psikologis. Mereka membutuhkan pendampingan agar bisa kembali
pada keadaan semula. Upaya rehabilitasi korban kekerasan tercantum dalam UUPKDRT.

8. Pekerja Seks Komersial


Pekerja seks komersial adalah suatu pekerjaan dimana seorang perempuan menggunakan
atau mengeksploitasi tubuhnya untuk mendapatkan uang. Akibatnya semakin banyak ditemukan
penyakit menular seksual. Profesi sebagai pekerja seks komersial dengan penyakit menular
seksual merupakan satu lingkaran setan. Biasanya penyakit menular seksual ini diidap oleh PSK,
dimana dalam menjajakan dirinya terhadap pasangan kencan yang berganti-ganti tanpa
menggunakan pengaman sseperti kondom.
Faktor-faktor penyebab adanya PSK
a. Kemiskinan
Kebutuhan yang semakin banyak pada seorang perempuan memaksa dia untuk mencari sebuah
pekerjaan dengan penghasilan yang memuaskan namun kadang dari beberapa mereka harus
bekerja sebagai PSK untuk pemenuhan kebutuhan tersebut.
b. Kekerasan Seksual
Penelitian menunjukkan banyak faktor penyebab perempuan menjadi PSK diantaranya kekerasan
seksual seperti perkosaan oleh bapak kandung, paman, guru, dan sebagainya.
c. Penipuan
Faktor lain yaitu penipuan dan pemaksaan dengan berkedok agen penyalur kerja. Kasus
penjualan anak perempuan oleh orangtua sendiripun kerap ditemui.
d. Pornografi
Menurut definisi Undang-Undang Anti Pornografi, pornografi adalah bentuk ekspresi visual
berupa gambar, lukisan, tulisan, foto, film atau yang dipersamakan dengan film, video, tayangan
atau media komunikasi lainnya yang sengaja dibuat untuk memperlihatkan secara terang-
terangan atau tersamar kepada publik alat vital dan bagian-bagian tubuh serta gerakan-gerakan
erotis yang menonjolkan sensualitas dan/atau seksualitas, serta segala bentuk perilaku seksual
dan hubungan seks manusia yang patut diduga menimbulkan rangsangan nafsu birahi pada orang
lain.

Persoalan-persoalan psikologis
a. Akibat gaya hidup modern
Seorang perempuan pastinya ingin tampil dengan keindahan tubuh dan barang-barang yang
dikenakannya. Namun ada dari beberapa mereka yang terpojok karena masalah keuangan
untuk pemenuhan keinginan tersebut maka mereka mengambil jalan akhir dengan menjadi
PSK untuk pemuasan dirinya.
b. Broken Home
Kehidupan keluarga yang kurang baik dapat memaksa seorang remaja untuk melakukan hal-
hal yang kurang baik diluar rumah dan itu dimanfaatkan oleh seseorang yang tidak
bertanggungjawab dengan mengajaknya bekerja sebagai PSK.
c. Kenangan masa kecil yang buruk
Tindak pelecehan yang semakin meningkat pada seorang perempuan bahkan adanya
perkosaan pada anak kecil bisa menjadi faktor dia menjadi seorang PSK.
Dampak yang ditimbulkan bila seseorang bekerja sebagai PSK
a. Keluarga dan masyarakat tidak dapat lagi memandang nilainya sebagai seorang perempuan.
b. Stabilitas sosial pada dirinya akan terhambat, karena masyarakat hanya akan
selalu mencemooh dirinya.
c. Memberikan citra buruk bagi keluarga.
d. Mempermudah penyebaran penyakit menular seksual, seperti gonore, klamidia, herpes
kelamin, sifilis, hepatitis B, HIV/AIDS.

Penanganan masalah PSK


Adapun penangana PSK adalah sebagai berikut:
a. Keluarga
1) Meningkatkan pendidikan anak-anak terutama mengenalkan pendidikan seks secara dini
agar terhindar dari perilaku seks bebas.
2) Meningkatkan bimbingan agama sesuai tameng agar terhindar dari perbuatan dosa.
b. Masyarakat
Meningkatkan kepedulian dan melakukan pendekatan terhadap kehidupan PSK.
c. Pemerintah
1) Memperbanyak tempat atau panti rehabilitasi.
2) Meregulasi undang-undang khusus tentang PSK.
3) Meningkatkan keamanan dengan lebih menggiatkan razia lokalisasi PSK untuk dijaring
dan mendapatkan rehabilitasi.
Aspek kesehatan reproduksi
Diantara remaja putri berusia 11-15 tahun, yang diteliti, ada yang mengidap penyakit
menular seksual Trikhomonas dan Human Papilloma Virus. Ini mengisyaratkan bahwa remaja
putri dalam usia yang sangat masih muda sudah melakukan huungan seks dengan laki-laki,
bahkan tertular penyakit. Yang lebih menarik lagi adalah penelitian ini dilakukan diklinik
spesialis swasta. Ini menunjukkan bahwa mereka yang datang kesana adalah kalangan menengah
keatas. Kembali hendak dikemukakan disini bahwa, bukan masalah ekonomi yang mendorong
remaja putri menjadi PSK, tetapi lebih pengaruh selera hedonistik. Dampak perilaku seksual
yang sudah merambah dalam usia yang masih sangat muda ini akan mempengaruhi kesehatan
reproduksi mereka dikemudian. Akibatnya bisa terjadi kemandulan atau beberapa penyakit
saluran reproduksi lainnya, terutama mereka yang sudah pernah terinfeksi oleh HPV (Human
Papilloma Virus).

9. Drug Abuse
Penyalahgunaan obat dimaksud bila suatu obat digunakan tidak untuk tujuan mengobati
penyakit, akan tetapi digunakan dengan sengaja untuk mencari atau mencapai kesadaran tertentu
karena pengaruh obat pada jiwa.
Dari segi hukum obat-obat yangs ering disalah gunakan dapat dibagi dalam dua
kelompok, yaitu: narkotika atau obat bius dan bahan psikotropika. Untuk mencegah
penyalahgunaan obat, pemerintah baru-baru ini telah mengesahkan dua Undang-Undang penting
yaitu:
a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997 tanggal 11 Maret 1997 tentang
Psikotropika.
b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 tahun 1997 tanggal 1 September 1997 tentang
Narkotika.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan. Contohnya adalah opium, morphine, cocaine, ganja/marihuana, dan sebagainya.

Narkotika dibedakan menjadi :


a. Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi
mengakibatkan ketergantungan.
b. Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan
terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
c. Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Bahan psikotropika adalah bahan/obat yang
mempengaruhi jiwa atau keadaan jiwa, yaitu :
a. Keadaan kejiwaan diubah menjadi lebih tenang, ada perasaan nyaman sampai tidur.
b. Dalam hal inni pemakai menjadi gembira, hilang rasa susah/sedih, capek/depresi.
c. Bahan memberi halusinasi, yaitu si pemakai melihat/merasakan segala sesuatu lebih indah dari
yang sebenarnya dihadapi.
Psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindroma ketergantungan
digolongkan menjadi :
a. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan.
b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan an dapat digunakan
dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai poensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan.
c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiatpengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindroma ketergantungan.
d. Psikotropika golongan IV psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan
dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindroma ketergantungan.

Cara Pencegahan Tindak Penyalahgunaan Obat Terlarang


Penggunaan obat terlarang tersebut sudah melanggar hukum, agar generasi muda tidak
semakin terjerumus maka perlu adanya pencegahan. Upaya-upaya yang dapat ditempuh antar
lain:
a. Melakukan kerjasama dengan pihak yang berwenang untuk melakukan penyuluhan tentang
bahaya narkoba. Misalnya dengan mengadakan seminar, maupun temu wicara antara gerakan
anti narkobadengan para pelajar, penyuluhan kepada masyarakat umum maupun sekolah-sekolah
mengnai bahaya narkoba.
b. Mengadakan razia mendadak secara rutin. Razia ini perlu dilakukan agar para pengedar,
pengguna dapat terjaring disaat tanpa mereka ketahui (saat transaksi jual beli obat terlarang).
Razia dapat dilakukan di sekolah, diskotik, club malam, cafe, maupun tempat-tempat sunyi yang
diduga sebagai tempat transaksi.
c. Pendampingan dari orangtua siswa itu senadiridengan memberikan perhatian dan kasih sayang.
Salah satu penyebab banyaknya remaja terjerumus dalam pemakaian obat terlarang adalah
kurang kasih sayang dari keluarga, sebab mereka berpikir tidak perlu lagi ada beban pikiran
keluarga ketika mereka memakai obat tersebut.
d. Pihak sekolah harus melakukan pengawasan yang ketat terhadap gerak-gerik anak didiknya,
karena biasanya penyebaran (transaksi) narkoba sering terjadi disekitar lingkingan sekolah.
e. Pendidikan moral keagamaan harus lebih ditekankan kepada siswa, karena salah satu penyebab
terjerumusnya anak-anak kedalam lingkaran setan ini adalah kurangnya pendidikan moral dan
keagamaan yang mereka serap, sehingga perbuatan tercela seperti inipun akhirnya mereka jalani.

Solusi atau cara mengatasi tindak penyalahgunaan obat terlarang


a. Membawa anggota keluarga (pemakai) ke panti rehabilitasi untuk mendapatkan penanganan
yang memadai.
b. Pembinaan kehidupan beragama, baik disekolah, keluarga dan lingkungan.
c. Adanya komunikasi yang harmonis antara remaja dan orang tua, guru serta lingkungannya.
d. Selalu berperilaku positif dengan melakukan aktivitas fisik dalam penyaluran energi remaja yang
tinggi seperti berolahraga.
e. Perlunya pengembangan diri dengan berbagai program/hobi baik di sekolah maupun dirumah
dan lingkungan sekitar.
f. Mengetahui secraa pasti gaya hidup sehat sehingga mampu menangkal pengaruh atau bujukan
memakai obat terlarang.
g. Saling menghargain sesama remaja (peer group) dan anggota keluarga.
h. Penyelaesaian berbagai masalah dikalangan remaja/pelajar serta positif dan konstruktif.

Rehabilitasi Kanker Payudara


Kanker Payudara adalah penyakit di mana sel-sel (kanker) yang ganas terdeteksi dalam jaringan
payudara. Sel-sel kanker ini kemudian bisa menyebar di dalam jaringan atau organ tubuh dan
juga bisa menyebar ke bagian tubuh yang lain.

Faktor pemicu kanker jenis ini masih belum diketahui. Kanker ini bisa terkait dengan riwayat
kanker payudara dalam keluarga, menstruasi dini atau kemungkinan faktor risiko lainnya.
Karena sukar dipastikan, maka semua orang berisiko, khususnya ketika berusia 40 tahun ke
atas. Meskipun faktor-faktor penyebabnya masih belum diketahui, penyembuhan sempurna
sudah mungkin terjadi berkat deteksi dini melalui pemeriksaan payudara yang teratur.

Tanda-Tanda Peringatan Kanker Payudara :

· benjolan yang tidak menyakitkan di payudara

· rasa gatal dan ruam merah yang tidak kunjung sembuh di puting

· perdarahan atau lendir yang tidak normal dari puting

· kulit payudara membengkak dan menebal

· cekungan atau kerutan pada kulit payudara

· puting tertarik masuk

Pengobatan

Sebagian besar adalah pembedahan untuk mengangkat kanker. Bentuk pembedahannya antara
lain:

 Bedah yang mempertahankan payudara. Lumpektomi - pengangkatan kanker dan sedikit


jaringan di sekitarnya.

 Mastektomi - pengangkatan seluruh payudara dengan atau tanpa kelenjar getah bening di
bawah ketiak

Pengobatan lain

Biasanya pembedahan diikuti dengan terapi sistematis, yang bisa mencakup rehabilitasi,
kemoterapi, radioterapi dan/atau terapi hormon untuk meningkatkan peluang kesembuhan.

Langkah-langkah untuk rehabilitasi

Rehabilitasi fisik mencakup:

· Latihan bahu setelah pembedahan


· Perawatan lengan atas untuk mencegah pembekakan kerusakan getah bening.

· Gizi seimbang dan perubahan gaya hidup untuk meningkatkan kesembuhan

Rehabilitasi mental mencakup:

· Dukungan yang kuat dari pasangan, keluarga, teman & kelompok pendukung

· Wanita bisa merasa aman jika dia tahu kemungkinannya untuk sembuh.

· Memeriksakan diri ke dokter secara teratur

d. Pusat Rehabilitasi Osteoporosis

Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang ditandai dengan berkurangnya massa tulang,
sehingga tulang menjadi rapuh dan resiko terjadinya patah tulang meningkat. Dalam keadaan
Fisiologis/normal, tulang kita juga mengalami pengeroposan yang diikuti dengan pembentukan
sel-sel tulang baru di bagian tulang yang keropos, sedangkan pada penyakit tulang
osteoporosis, pengeroposan tulang terjadi berlebihan dan tidak diikuti proses pembentukan
yang cukup sehingga tulang jadi lebih tipis dan rapuh.

80% persen penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang
mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon estrogen setelah
menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis.

Penyakit osteoporosis yang kerap disebut penyakit keropos tulang ini ternyata menyerang
wanita sejak masih muda. Tidak dapat dipungkiri penyakit osteoporosis pada wanita ini
dipengaruhi oleh hormon estrogen. Namun, karena gejala baru muncul setelah usia 50 tahun,
penyakit osteoporosis tidak mudah dideteksi secara dini.

Penderita osteoporosis rentan mengalami patah tulang. Karena itu, jika sudah mengalami gejala
seperti nyeri di pinggang, ada baiknya langsung melakukan pemeriksaan tulang. Dan kalau
terdeteksi osteoporosis, terang dia lagi, harus dilakuan kombinasi pengobatan dengan
perubahan gaya hidup termasuk memperbaiki asupan nutrisi, melakukan olahraga seperti
senam rehabilitasi osteoporosis, menggunakan obatan-obatan untuk osteoporosis, serta
mengurangi risiko patah tulang dengan mencegah kejatuhan.

Rehabilitasi untuk penyakit osteoporosis

dapat dilakukan dengan cara senam osteoporosis yang bisa membantu penderita osteoporosis
dengan meningkatkan kepadatan tulang, menguatkan otot, memperbaiki kelenturan, serta
mengurangi rasa sakit. Para penderita osteoporosis disarankan untuk melakukan senam 3 kali
per minggu.

Selain senam, penderita sebaiknya menghindari risiko jatuh. Patah tulang seringkali terjadi
akibat jatuh. Dan untuk mencegah jatuh, terang dia, penderita sebaiknya memperhatikan
semua hal termasuk hal-hal yang sederhana di rumah. Jika rumah dilengkapi tangga, terang dia,
sebaiknya dipasang pegangan, hindari alas kaki yang licin, hindari kabel-kabel atau sepatu
berserakan, serta jangan naik ke atas kursi saat hendak meletakkan atau menjangkau sesuatu
dari tempat yang tinggi.

Perawatan ketiga, adalah mengikuti terapi dengan obat-obatan osteoporosis. Ketiga cara ini,
bukanlah pilihan. Tetapi, sebaiknya dikombinasikan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Sebuah studi di tahun 2008 menunjukan, hasil kombinasi olahraga dengan terapi obat jauh
lebih baik. Selain itu untuk mendapatkan hasil masksimal, penggunaan obat osteoporosis ini
paling tidak harus dilakukan selama 1 tahun

Anda mungkin juga menyukai