Anda di halaman 1dari 119

STANDAR AKUNTANSI

PEMERINTAHAN
Agenda

Standar Akuntansi Pemerintahan

IPSAS

PSAP

Kerangka Konseptual

Laporan Keuangan

2
STANDAR
AKUNTANSI
PEMERINTAHAN
HASIL PEMERIKSAAN BPK 2008-2015
PEMERINTAH DAERAH

OPINI
LKPD JML
WTP % WDP % TW % TMP %
2006 3 1% 327 28% 28 6% 105 23% 463
2007 4 1% 283 59% 59 13% 123 26% 469
2008 13 3% 323 67% 31 6% 118 24% 485
2009 15 3% 330 65% 48 10% 111 22% 504
2010 34 7% 343 66% 26 5% 119 23% 524
2011 67 13% 349 67% 8 2% 100 19% 524
2012 120 23% 319 61% 6 1% 79 15% 524
2013 156 30% 311 59% 11 2% 46 9% 524
2014 252 47% 247 46% 5 1% 35 6% 539
2015 312 59% 187 35% 3 1% 30 6% 532

Kriteria Pemberian Opini Laporan Keuangan oleh BPK (UU 15/2004)


Kesesuaian dengan Standar Akuntansi Pemerintahan
Kecukupan Pengungkapan (adequate disclosure)
Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan

Efektivitas Sistem Pengendalian Intern


Sumber: IHPS BPK
HASIL PEMERIKSAAN BPK 2008-2015
PEMERINTAH PUSAT

OPINI
LKPD JML
WTP % WDP % TW % TMP %
2008 34 41% 31 37% 0 0% 18 22% 83
2009 42 58% 24 33% 0 0% 7 10% 73
2010 50 65% 25 32% 0 0% 2 3% 77
2011 61 76% 17 21% 0 0% 2 3% 80
2012 62 71% 22 25% 0 0% 3 3% 87
2013 65 75% 19 22% 0 0% 3 3% 87
2014 62 71% 18 21% 0 0% 7 8% 87
2015 56 65% 26 30% 0 0% 4 5% 86

Wapres Budiono dalam Rakernas Akuntansi 2014:


“opini WTP bukanlah tujuan akhir, tetapi hanya sasaran antara untuk
mencapai good governance dalam pengelolaan keuangan
pemerintah”.

Sumber: IHPS BPK


DASAR HUKUM
• Pendapatan negara/daerah dalah hak pemerintah
pusat/daerah yang diakui sebagai penambah nilai
Psl 17 kekayaan bersih
UU17/2003 • Belanja negara/daerah adalah kewajiban pemerintah
pusat/daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih

• Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran


Psl 36 ayat pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan
(1) UU selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun
17/2003

• Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran


Psl 70 ayat pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan
(2) UU 1/2004 selambat-lambatnya tahun anggaran 2008
PENYUSUNAN SAP AKRUAL

• SAP Akrual dikembangkan dari SAP yang ditetapkan


dalam PP 24/2005 dengan mengacu pada International
Public Sector Accounting Standards (IPSAS) dan
memperhatikan peraturan perundangan serta kondisi
Indonesia.
• Pertimbangan: SAP yang ditetapkan dengan PP 24/2005
berbasis ”Kas Menuju Akrual” sebagian besar telah
mengacu pada praktik akuntansi berbasis akrual,
– Para Pengguna yang sudah terbiasa dengan SAP PP
24/2005 dapat melihat kesinambungannya.
PERUBAHAN PSAP
(PASAL 5)

• Dalam hal diperlukan perubahan terhadap PSAP,


perubahan tersebut diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan setelah mendapat pertimbangan dari Badan
Pemeriksa Keuangan
• Rancangan perubahan PSAP tersebut disusun oleh KSAP
sesuai dengan mekanisme yang berlaku dalam
penyusunan SAP
PENGATURAN PP 71 / 2010
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

• SAP Berbasis Akrual → Lampiran I


LAMPIRAN I • Berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
BASIS AKRUAL
PP71/2010
dapat segera diterapkan
• Berisi Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintah dan 12 PSAP
• Berlaku paling lambat TA 2015
Menjadi

PP 71
2010
• SAP Berbasis Kas Menuju Akrual →
Lampiran II (PP 24/2005)
• Berlaku selama masa transisi bagi entitas
LAMPIRAN II yang belum siap untuk menerapkan SAP
BASIS CTA
PP24/2005
• Berisi Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintah dan 11 PSAP
• Tidak berlaku mulai TA 2015
STRUKTUR SAP BERBASIS AKRUAL
(LAMPIRAN I & II)

PSAP BASIS KAS MENUJU AKRUAL BASIS AKRUAL (LAMPIRAN I)


(LAMPIRAN II)
PSAP 01 Penyajian Laporan Keuangan Penyajian Laporan Keuangan
PSAP 02 Laporan Realisasi Anggaran Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas
PSAP 03 Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas
PSAP 04 Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas Laporan Keuangan
PSAP 05 Akuntansi Persediaan Akuntansi Persediaan
PSAP 06 Akuntansi Investasi Akuntansi Investasi
PSAP 07 Akuntansi Aset Tetap Akuntansi Aset Tetap
PSAP 08 Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan
PSAP 09 Akuntansi Kewajiban Akuntansi Kewajiban
PSAP 10 Koreksi Kesalahan, Perubahan Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan
Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa Luar Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi
Biasa dan Operasi yang Tidak Dilanjutkan
PSAP 11 Laporan Keuangan Konsolidasian Laporan Keuangan Konsolidasian
PSAP 12 - Laporan Operasional
PSAP 13 Akuntansi Badan Layanan Umum
PUSAP
(PASAL 6)

• Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Pusat dan Sistem


Akuntansi Pemerintah daerah disusun dengan mengacu pada
pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan.
• Pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan tersebut diatur
dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah berkoordinasi dengan
Menteri Dalam Negeri.

PMK No 238/PMK.05/2011
Tentang
PEDOMAN UMUM SISTEM AKUNTANSI
PEMERINTAHAN
APLIKASI AKRUAL DI DAERAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 64 TAHUN 2013 PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI
PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH

• Tujuan → pedoman bagi pemerintah daerah • Ketentuan Umum


dalam rangka penerapan SAP berbasis akrual. • Tujuan
• Ruang lingkup → kebijakan akuntansi
• Ruang Lingkup
pemerintah daerah; . SAPD; dan BAS.
• Permendagri dilengkapi dengan : • Kebijakan Akuntansi
• Lampiran I : Panduan penyusunan Pemerintah Daerah
kebijakan akuntansi pemerintah daerah • Sistem Akuntansi
• Lampiran II : Panduan penyusunan SAPD Pemerintah Daerah
• Lampiran III : Bagan Akun Standar • Bagan Akun Standar
• Lampiran IV : Format konversi penyajian
LRA • Ketentuan Lain-lain
SUBSTANSI PERATURAN

Kebijakan Akuntansi
Pemerintah Daerah

Sistem Akuntansi
Pemerintah Daerah
SUBSTANSI
PERMENDAGRI Bagan Akun Standar
(BAS)
64 TAHUN 2013

Konversi Penyajian LRA

Penyajian kembali
(Restatement)
Peraturan Menteri Keuangan
Penerapan Awal Akrual

PMK 213 Tahun 2013


• Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP)

PMK 214 Tahun 2013


• Bagan Akun Standar

PMK 215 Tahun 2013


• Jurnal Akuntansi Pemerintah

PMK 219 Tahun 2013


• Jurnal Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat

PMK 270 Tahun 2014


• Penerapan SAP Berbasis Akrual pada Pemerintah Pusat

Perdirjen 42 Tahun 2014


• Pedoman Penyusunan LKKL
INTERNATIONAL
PUBLIC SECTOR
ACCOUNTING
STANDAR
Public Sector Accounting Standard

▪ Concern about quality/variability of governmental


financial reporting
▪ lack of transparency/completeness
▪ not timely
▪ Necessary element in strengthening the governance
framework and enhancing transparency
▪ Set appropriate minimum benchmarks
▪ - for discharge of accountability
▪ - transparency
▪ Provide framework against which audit is undertaken

16
The Organization of the IPSASB

The IPSASB sits under the wider parent body of IFAC. The
IPSASB as it stands today was established in 2004.

In November 2011 the terms of reference were expanded


not only to set standards for the general purpose financial
statements but also to work towards strengthening general
purpose financial reports (GPFRs).
GPFRs are all the financial reports that are intended to
meet the information needs of users who are unable to
require the preparation of financial reports and are thus
designed to meet their specific information needs.

17
The Organization of the IPSASB

18
The objective of the IPSASB

"to serve the public interest by developing high-quality


accounting standards and other publications for use
by public sector entities around the world in the
preparation of general purpose financial reports.

"This is intended to enhance the quality and


transparency of public sector financial reporting by
providing better information for public sector financial
management and decision making.

In pursuit of this objective, the IPSASB supports the


convergence of international and national public
sector accounting standards and the convergence of
accounting and statistical bases of financial reporting
where appropriate; and also promotes the
acceptance of its standards and other publications."
(IPSASB, 2014).

19
Public Sector Accounting Standard
▪ Basis for more efficiency in analysis
- international lending agencies
- capital markets
▪ Basis for domestic standards
▪ - (cost efficient approach)

▪ Mobility in financial reporting expertise


▪ Improved information for managers
▪ Underlying philosophy:
▪ promote adoption of an accrual basis
▪ acknowledge wide use of cash basis and develop a Cash Basis Standard
▪ guidance on transition to accrual basis
▪ adopt a “Due Process”
▪ involve the financial reporting, budget, GFS community at least 4 months exposure
for comment)

20
Developing the IPSASs

To develop its IPSASs, the IPSASB actively draws on extant


IFRS/IAS as a basis. IPSASs address public sector
accounting and financial reporting issues in two different ways:
• By attending to public sector accounting and financial
reporting issues
• (1) that have not been comprehensively or appropriately
dealt with in existing International Financial Reporting
Standards (IFRSs) issued by the International Accounting
Standards Board (IASB), or
• (2) for which there is no relevant IFRS and
• By developing IPSASs that are converged with IFRSs by
adapting them to the public sector context.
IPSASB issued a paper in October 2008 that attends to (and is
entitled) the Process for reviewing and modifying IASB
documents.

21
Developing IPSASs

22
IPSAS
IPSAS Bases
IPSAS 1 Presentation of Financial Statements IAS 1
IPSAS 2 Cash Flow Statements IAS 7
IPSAS 3 Net Surplus or Deficit for the Period, Fundamental Errors IAS 8
and Changes in Accounting Policies
IPSAS 4 The Effects of Changes in Foreign Exchange IAS 21
IPSAS 5 Borrowing Costs IAS 23
IPSAS 6 Consolidated Financial Statements and Accounting for IAS 27
Controlled Entities
IPSAS 7 Accounting for Investments in Associates IAS 28
IPSAS 8 Financial reporting of Interests in Joint Ventures IAS 31
IPSAS 9 Revenue from Exchange Transactions IAS 18
IPSAS 10 Financial Reporting in Hyperinflationary Economies IAS 29
IPSAS 11 Construction Contracts IAS 11
IPSAS 12 Inventories IAS 2
IPSAS 13 Leases IAS 17
23
IPSAS
IPSAS Bases
IPSAS 14 Events After the Reporting Date IAS 10
IPSAS 15 Financial Instruments: Disclosure and Presentation IAS 32
IPSAS 16 Investment Property IAS 40
IPSAS 17 Property, Plant and Equipment IAS 16
IPSAS 18 Segment Reporting IAS 14
IPSAS 19 Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets IAS 37
IPSAS 20 Related Party Disclosures IAS 24
IPSAS 21 Impairment of Non-Cash Generating Assets IAS 36
IPSAS 22 Disclosure of Financial Information About the General -
Government Sector
IPSAS 23 Revenue from Non-Exchange Transactions (Taxes and -
Transfers)
IPSAS 24 Presentation of Budget Information in Financial IAS 36
Statements
IPSAS 25 Employee Benefits IAS 19
IPSAS 26 Impairment of Cash-Generating Assets IAS 36
24
IPSAS
IPSAS Bases
IPSAS 27 Agriculture IAS 41
IPSAS 28 Financial Instruments: Presentation IAS 32
IPSAS 29 Financial Instruments: Recognition and Measurement IAS 39
IPSAS 30 Financial Instruments: Disclosure IFRS 7
IPSAS 31 Intangible Assets IAS 38
IPSAS 32 Service Concession Arrangements: Grantor IFRIS
12
IPSAS 33 First time Adoption of Accrual Basis IFRS 1
IPSAS 34 Separate Financial Statements IAS 27
IPSAS 35 Consolidated Financial Statements IFRS 10
IPSAS 36 Investment in Association and Joint Ventures IFRS
IPSAS 37 Joint Arrangement IFRS 11
IPSAS 38 Disclosures in Interest in Other Entity IFRS 12
IPSAS 39 Employee Benefit IAS 19

25
KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

KERANGKA KONSEPTUAL
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
BERBASIS AKRUAL
RUANG LINGKUP KERANGKA KONSPETUAL

1. Tujuan Kerangka Konseptual


2. Lingkungan Akuntansi Pemerintahan
3. Pengguna dan Kebutuhan Informasi Para
Pengguna
4. Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan
5. Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan serta
Komponen Laporan Keuangan
6. Asumsi Dasar, Karakteristik Kualitatif, Prinsip-
prinsip serta Kendala Informasi Akuntansi
7. Unsur Laporan Keuangan, Pengakuan dan
pengukurannya

27
TUJUAN KERANGKA KONSEPTUAL

Sebagai acuan bagi:


✓ Penyusun standar;
✓ Penyusun laporan keuangan;
✓ Pemeriksa;
✓ Para pengguna laporan.
POSISI KERANGKA KONSEPTUAL

 Kerangka Konseptual bukan standar akuntansi

 Kerangka konseptual berfungsi sebagai acuan jika


terdapat masalah akuntansi yg belum dinyatakan dalam
SAP

 Jika terjadi pertentangan antara kerangka konseptual


dan standar akuntansi, maka ketentuan standar
akuntansi diunggulkan relatif terhadap kerangka
konseptual
LINGKUNGAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN

a. Ciri utama struktur pemerintahan dan pelayanan


◼ Bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaaan
◼ Sistem pemerintahan otonomi dan transfer pendapatan antar
pemerintahan
◼ adanya pengaruh proses poltik
◼ Hub. Antara pembayar pajak dgn pelayanan pemerintahan.

b. Ciri keuangan pemerintah


◼ Anggaran sbg pernyatan publik, target fiskal dan sebagai alat
pengendalian
◼ Investasi aset tidak langsung menghasilkan pendapatan
◼ Kemungkinan Penggunaan akuntansi dana
PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN

✓ Masyarakat;
✓ Wakil rakyat, lembaga pengawas, dan
lembaga pemeriksa;
✓ Pihak yang memberi atau berperan dalam
proses donasi, investasi, dan pinjaman
✓ Pemerintah
ENTITAS AKUNTANSI VS ENTITAS PELAPORAN

NO INDIKATOR ENTITAS AKUNTANSI ENTITAS PELAPORAN

1 Definisi Unit pemerintahan Unit pemerintahan yang


pengguna terdiri dari satu atau
anggaran/pengguna barang lebih entitas akuntansi
dan oleh karenanya wajib atau entitas pelaporan
menyelenggarakan yang menurut ketentuan
akuntansi dan menyusun peraturan perundang-
laporan keuangan untuk undangan wajib
digabungkan pada entitas menyampaikan laporan
pelaporan pertanggungjawaban
berupa laporan
keuangan

32
ENTITAS AKUNTANSI VS ENTITAS PELAPORAN

NO INDIKATOR ENTITAS AKUNTANSI ENTITAS PELAPORAN


2 Komponen 1. KPA-K/L yang mempunyai 1. Pemerintah Pusat
dokumen anggaran
tersendiri
2. Bendahara Umum Daerah 2. Pemerintah Daerah
(BUD)
3. Kuasa Pengguna Anggaran di 3. Kementerian Negara/lembaga
lingkungan Pemda bila di lingkungan Pemerintah
mempunyai dokumen Pusat
pelaksanaan anggaran yang
terpisah
4. Satuan organisasi di
lingkungan pusat/daerah atau
organisasi lainnya, jika
menurut peraturan
perundang-undangan satuan
organisasi dimaksud wajib
menyajikan laporan keuangan
33
PERANAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

• mempertanggungjawabkan pengelolaan dan


Akuntabilitas pelaksanaan kebijakan sumber daya dalam mencapai
tujuan

• memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan


Manajemen pengendalian atas aset, kewajiban dan ekuitas dana
pemerintah

• memberikan informasi keuangan yang terbuka, jujur,


Transparansi menyeluruh kepada stakeholders

• mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama


Evaluasi Kinerja dalam menggunakan sumber daya ekonomi untuk
mencapai kinerja Transparansi

• memberikan informasi mengenai kecukupan


Keseimbangan penerimaan pemerintah untuk membiayai seluruh
Antargenerasi pengeluaran, dan apakah generasi y.a.d ikut
menanggung beban pengeluaran tersebut
34
TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

Menyajikan informasi yang bermanfaat


bagi para pengguna dalam menilai
akuntabilitas dan membuat keputusan
ekonomi, sosial maupun politik.

35
KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN POKOK

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)


2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan
Perubahan SAL)
3. Neraca
4. Laporan Operasional (LO)
5. Laporan Arus Kas (LAK)
6. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
ASUMSI DASAR

❑ Asumsi kemandirian entitas


❑ Asumsi kesinambungan entitas
❑ Asumsi keterukuran dalam satuan uang
(monetary measurement)

37
KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN

❑ Relevan;
❑ Andal;
❑ Dapat dibandingkan; dan
❑ Dapat dipahami
PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN

❑ Basis akuntansi;
❑ Prinsip nilai historis;
❑ Prinsip realisasi;
❑ Prinsip substansi mengungguli bentuk
formal;
❑ Prinsip periodisitas;
❑ Prinsip konsistensi;
❑ Prinsip pengungkapan lengkap; dan
❑ Prinsip penyajian wajar.

39
BASIS AKUNTANSI

❑ Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan


keuangan pemerintah entitas adalah Basis Akrual

❑ Basis akrual digunakan untuk pengakuan pendapatan-


LO, beban, aset, kewajiban dan ekuitas

❑ Dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan


berdasarkan basis kas maka LRA disusun berdasarkan
basis kas
PRINSIP NILAI HISTORIS

✓ Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas


yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan
(consideration) untuk memperoleh aset tersebut pada
saat perolehan.

✓ Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas


yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi
kewajiban di masa yang akan datang.

✓ Nilai historis lebih dapat diandalkan daripada


penilaian yang lain karena lebih obyektif dan dapat
diverifikasi.

41
PRINSIP REALISASI

 Pendapatan basis kas yang tersedia yang telah


diotorisasikan melalui anggaran pemerintah
selama suatu periode akuntansi akan digunakan
untuk membiayai utang dan belanja yang terjadi
dalam periode tersebut.

 Prinsip penandingan pendapatan-belanja tidak


mendapat penekanan seperti dalam akuntansi
komersial.

42
SUBSTANSI MENGUNGGULI BENTUK FORMAL

Peristiwa harus dicatat dan disajikan


sesuai dengan substansi dan realitas
ekonomi, bukan hanya mengikuti
aspek formalitas.
KONSISTENSI

 Perlakuan akuntansi yang sama harus ditetapkan pada


kejadian yang serupa dari periode ke periode oleh suatu
entitas (prinsip konsistensi internal).

 Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat


metode yang baru diterapkan menunjukkan hasil yang lebih
baik dari metode yang lama.

 Pengaruh atas perubahan penerapan metode harus


diungkapkan dalam laporan keuangan.

44
PERIODISITAS

Kegiatan akuntansi dan pelaporan


keuangan entitas pemerintah perlu
dibagi menjadi periode-periode
pelaporan sehingga kinerja entitas
dapat diukur dan posisi sumber daya
yang dimilikinya dapat ditentukan

45
PENGUNGKAPAN LENGKAP

 Laporan keuangan harus menyajikan secara


lengkap informasi yang dibutuhkan oleh
pengguna.

 Informasitersebut dapat ditempatkan pada


lembar muka laporan keuangan atau catatan
atas laporan keuangan.

46
PENYAJIAN WAJAR

Dalam penyajian dengan wajar posisi keuangan,


kinerja, dan perubahan posisi keuangan suatu entitas,
diperlukan pertimbangan sehat yang mengandung
unsur-unsur kehati-hatian pada saat melakukan
prakiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga aset
atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan
kewajiban tidak dinyatakan terlalu rendah

47
KENDALA INFORMASI YANG RELEVAN

 MATERIALITAS
 PERTIMBANGAN BIAYA DAN MANFAAT
 KESEIMBANGAN ANTAR KARAKTIRISTIK
KUALITATIF

48
PENGAKUAN ASET

❑ Aset diakui pada saat potensi ekonomi


masa depan diperoleh dan mempunyai
nilai yang dapat diukur dengan andal;
❑ Aset dalam bentuk piutang diakui ketika
hak klaim untuk mendapatkan arus kas
masuk atau manfaat ekonomi lainnya dari
entitas lainnya telah atau tetap masih
terpenuhi,dan nilai klaim tersebut dapat
diukur atau diestimasi
❑ Aset dalam bentuk kas yang diperoleh
pemerintah titik pengakuannya
memerlukan pengaturan yang lebih rinci
49
PENGAKUAN KEWAJIBAN

❑ Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman


diterima atau pada saat kewajiban timbul

50
PENGAKUAN PENDAPATAN

❑ Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya


hak atas pendapatan tersebut atau ada
aliran masuk sumber daya ekonomi
❑ Pendapatan-LRA diakui pada saat kas
diterima di Rekening Kas Umum
Negara/Daerah

51
PENGAKUAN BEBAN DAN BELANJA

❑ Beban diakui pada saat timbulnya


kewajiban, terjadinya konsumsi aset, atau
terjadinya penurunan manfaat ekonomi
atau potensi jasa
❑ Belanja diakui berdasarkan terjadinya
pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah.

52
PENGAKUAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN

❑ Pengukuran adalah proses penetapan nilai


mata uang untuk mengakui dan
memasukkan setiap pos dalam laporan
keuangan menggunakan nilai perolehan
historis
❑ Aset dicatat sebesar pengeluaran/
penggunaan sumber daya ekonomi atau
sebesar nilai wajar dari imbalan yang
diberikan untuk memperoleh aset tersebut
❑ Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar sumber
daya ekonomi yang digunakan pemerintah
untuk memenuhi kewajiban yang
bersangkutan

53
KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

PSAP NO. 01
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
POKOK BAHASAN
1. Tujuan
2. Ruang Lingkup
3. Definisi Unsur Laporan Keuangan
4. Basis Akuntansi
5. Tanggung Jawab Pelaporan Keuangan
6. Informasi Laporan Keuangan
7. Komponen-Komponen Laporan Keuangan
8. Struktur dan Isi Laporan Keuangan
TUJUAN PSAP 01

❑ Tujuan PSAP 01 adalah untuk mengatur


penyajian laporan keuangan untuk tujuan
umum.

❑ Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah


laporan keuangan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar
pengguna laporan termasuk lembaga legislatif
sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan
(Par 1)

56
RUANG LINGKUP

❑ Laporan keuangan untuk tujuan umum disusun


dan disajikan dengan basis akrual

❑ Pernyataan standar ini berlaku untuk entitas


pelaporan dalam menyusun laporan keuangan
suatu entitas pemerintah pusat, pemerintah
daerah dan laporan keuangan konsolidasian,
tidak termasuk perusahaan negara/daerah
(Par 2)

57
DEFINISI

Pendatapan-LRA: semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara /Daerah yang


menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali
oleh pemerintah.
Pendapatan-LO: hak pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai penambah
ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu
dibayar kembali.

Belanja: semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang


mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan
yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Beban: penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan
yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset
atau timbulnya kewajiban.
(Par 8)

58
DEFINISI
Surplus/Defisit-LRA:selisih lebih/kurang antara pendapatan-LRA dan belanja selama
satu periode pelaporan.
Surplus/Defisit-LO: selisih antara pendapatan-LO dan beban selama satu periode
pelaporan, setelah diperhitungkan surplus/ defisit dari kegiatan non operasional dan
pos luar biasa.
Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang dapat
disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang bersangkutan.

Pos luar biasa: pendapatan luar biasa/ beban luar biasa yg terjadi karena kejadian atau
transaksi yg bukan merupakan operasi biasa, tidak diharapkan sering atau rutin terjadi,
dan berada di luar kendali atau pengaruh entitas bersangkutan.
Saldo Anggaran Lebih adalah gunggungan saldo yang berasal dari akumulasi
SiLPA/SiKPA tahun-tahun anggaran sebelumnya dan tahun berjalan serta penyesuaian
lain yang diperkenankan
(Par 8)

59
TANGGUNG JAWAB PELAPORAN KEUANGAN

Tanggung jawab penyusunan dan


penyajian laporan keuangan berada
pada pimpinan entitas
(Par 13)
INFORMASI LAPORAN KEUANGAN
Laporan keuangan menyediakan informasi mengenai
entitas pelaporan dalam hal:
• Aset;
• Kewajiban;
• Ekuitas;
• Pendapatan-LRA;
• Belanja;
• Transfer;
• Pembiayaan;
• Saldo anggaran lebih
• Pendapatan-LO;
• Beban; dan
• Arus kas. (Par 11)
61
KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN
Komponen laporan keuangan pokok:
❑ Laporan Realisasi Anggaran
❑ Laporan Perubahan SAL
❑ Neraca
❑ Laporan Operasional (LO)
❑ LAK
❑ Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
❑ CaLK
(Par 14)
Setiap entitas menyajikan komponen-komponen laporan keuangan tersebut
kecuali :
• LAK yang hanya disajikan oleh entitas yang mempunyai fungsi perbendaharaan
umum;
• Laporan Perubahan SAL yang hanya disajikan oleh Bendahara Umum
Negara/Daerah dan entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan
konsolidasiannya.
(Par 15)
LAPORAN KEUANGAN

• Tetap diperlukan untuk memenuhi kewajiban pemerintah yang


diatur dalam peraturan perundangan (statutory)
• Laporan Perubahan SAL menyajikan secara komparatif dengan periode
sebelumnya pos-pos berikut:
a. Saldo Anggaran Lebih awal;
b. Penggunaan Saldo Anggaran Lebih;
c. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan;
d. Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya; dan
e. Lain-lain;
f. Saldo Anggaran Lebih Akhir.
(Par 41)
• Neraca menggambarkan posisi keuangan pemerintah mengenai aset,
kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.
LAPORAN ARUS KAS
▪ Menyajikan informasi mengenai sumber,
penggunaan, perubahan kas dan setara kas
pada tanggal pelaporan.
▪ Disajikan oleh entitas yang mempunyai fungsi
perbendaharaan umum (Par 15)
▪ Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan
berdasarkan aktivitas operasi, investasi,
pendanaan, dan transitoris (Par 90)
LAPORAN OPERASIONAL

▪ Merupakan Laporan yang menyajikan pos-pos


sebagai berikut:
a) Pendapatan-LO dari kegiatan operasional;
b) Beban dari kegiatan operasional ;
c) Surplus/defisit dari Kegiatan Non Operasional, bila ada;
d) Pos luar biasa, bila ada;
e) Surplus/defisit-LO.
• Kegiatan dapat dianalisis menurut klasifikasi
ekonomi atau fungsi.

(Par 92-93)
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
• Merupakan Laporan yang menyajikan pos-pos:
a) Ekuitas awal;
b) Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;
c) Koreksi-koreksi yang langsung menambah/ mengurangi
ekuitas, yang antara lain berasal dari dampak kumulatif
yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi
dan koreksi kesalahan mendasar, misalnya: koreksi
kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada
periode-periode sebelumnya dan perubahan nilai aset
tetap karena revaluasi aset tetap.
d) Ekuitas akhir.
• Rincian dari unsur dalam LPE disajikan dalam CALK
(Par 101)
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

• Disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam LRA, Laporan


Perubahan SAL, Neraca, LO, LAK, dan LPE harus mempunyai
referensi silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
• Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar
terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam LRA,
Laporan Perubahan SAL, Neraca, LO, LAK, dan LPE.
• Catatan atas laporan keuangan terdiri dari:
– Informasi umum entitas pelaporan dan entitas akuntansi
– Informasi tentang kebijakan fisal / keuangan
– Ikhtisar pencapaian target keuangan
– Dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi
– Informasi yang diharuskan PSAP yang belum disajikan
– Informasi lainnya untuk penyajian yang wajar
(Par 104 sd 113)
KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

PSAP 11
LAPORAN KEUANGAN
KONSOLIDASIAN

68
RUANG LINGKUP

✓ Laporan keuangan untuk tujuan umum dari unit


pemerintahan yang ditetapkan sebagai entitas
pelaporan disajikan secara terkonsolidasi menurut
Pernyataan Standar ini agar mencerminkan satu
kesatuan entitas. (PAR 2)
✓ Laporan keuangan konsolidasian pada pemerintah
pusat sebagai entitas pelaporan mencakup laporan
keuangan semua entitas pelaporan, termasuk
laporan keuangan badan layanan umum. (PAR 3)

69
RUANG LINGKUP

✓ Laporan keuangan konsolidasian pada


Kementerian/Lembaga/ pemerintah daerah sebagai
entitas pelaporan mencakup laporan keuangan semua
entitas akuntansi, termasuk laporan keuangan badan
layanan umum. (par 4)
✓ Laporan keuangan konsolidasian pada pemerintah
pusat sebagai entitas pelaporan mencakup laporan
keuangan semua entitas pelaporan, termasuk laporan
keuangan badan layanan umum.

70
STANDAR TIDAK MENGATUR

✓ Laporan keuangan konsolidasian perusahaan


negara/perusahaan daerah;
✓ Akuntansi untuk investasi dalam perusahaan
asosiasi;
✓ Akuntansi untuk investasi dalam usaha patungan
(joint venture); dan
✓ Laporan statistik gabungan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah

71
PENYAJIAN LAPORAN KONSOLIDASIAN

✓ Laporan keuangan konsolidasian terdiri dari Laporan


Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Neraca,
Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas,
Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
(par 7)

✓ Laporan keuangan konsolidasian disajikan untuk periode


pelaporan yang sama dengan periode pelaporan
keuangan entitas pelaporan dan berisi jumlah komparatif
dengan periode sebelumnya (par 9)

✓ Proses konsolidasi diikuti dengan eliminasi akun-akun


timbal balik (reciprocal accounts). Namun demikian,
apabila eliminasi dimaksud belum dimungkinkan, maka
hal tersebut diungkapkan dalam CaLK. (par 12)

72
ENTITAS PELAPORAN

Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan


yang terdiri dari satu atau lebih entitas
akuntansi yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan wajib
menyampaikan laporan
pertanggungjawaban berupa laporan
keuangan. (par 6)

73
CIRI-CIRI ENTITAS PELAPORAN (par 14)

✓ Dibiayai oleh APBN/APBD atau mendapat


pemisahan kekayaan dari anggaran;
✓ Dibentuk dengan peraturan perundang-undangan;
✓ Pimpinan entitas tersebut adalah pejabat
pemerintah yang diangkat atau pejabat negara yang
ditunjuk atau yang dipilih oleh rakyat; dan
✓ Entitas tersebut membuat pertanggungjawaban
baik langsung maupun tidak langsung kepada wakil
rakyat sebagai pihak yang menyetujui anggaran.

74
ENTITAS PELAPORAN (PP 8/2006)

Terdiri dari:
1) Pemerintah Pusat.
2) Pemerintah Daerah.
3) Kementerian negara/lembaga (KL).
4) Bendahara Umum Negara (BUN).

75
ENTITAS AKUNTANSI (par 6)

Pengguna anggaran/pengguna barang sebagai


entitas akuntansi menyelenggarakan akuntansi
dan menyampaikan laporan keuangan
sehubungan dengan anggaran/barang yang
dikelolanya yang ditujukan kepada entitas
pelaporan.

76
ENTITAS AKUNTANSI (PP 8/2006)

Terdiri dari:
1) Setiap kuasa pengguna anggaran di lingkungan suatu
K/L yang mempunyai dokumen pelaksanaan anggaran
tersendiri.
2) Bendahara Umum Daerah (BUD).
3) Kuasa pengguna anggaran di lingkungan Pemda bila
mempunyai dokumen pelaksanaan anggaran yang
terpisah, jumlah anggarannya relatif besar, dan
pengelolaan kegiatannya dilakukan secara mandiri.

77
PENGERTIAN KONSOLISASI

Konsolidasi adalah proses penggabungan


antara akun-akun yang diselenggarakan oleh
suatu entitas pelaporan dengan entitas
pelaporan lainnya, entitas akuntansi dengan
entitas akuntansi lainnya, dengan
mengeliminasi akun-akun timbal balik agar
dapat disajikan sebagai satu entitas pelaporan
konsolidasian. (par 6)

78
BLU/BLUD

• Selaku penerima anggaran belanja pemerintah


(APBN/APBD) BLU/BLUD adalah entitas akuntansi,
yang laporan keuangannya dikonsolidasikan pada
entitas pelaporan yang secara organisatoris
membawahinya. (par 19)
• Selaku satuan kerja pelayanan berupa Badan,
walaupun bukan berbentuk badan hukum yang
mengelola kekayaan Negara yang dipisahkan,
BLU/BLUD adalah entitas pelaporan. (par 20)

79
PROSEDUR KONSOLIDASI (par 22)

✓ Menggabungkan dan menjumlahkan akun yang


diselenggarakan oleh entitas pelaporan dengan entitas
pelaporan lainnya atau entitas akuntansi dengan
entitas akuntansi lainnya dengan atau tanpa
mengeliminasi akun timbal balik. (par 22)
✓ Entitas pelaporan menyusun laporan keuangan
dengan menggabungkan laporan keuangan seluruh
entitas akuntansi yang secara organisatoris berada di
bawahnya. (par 22)
✓ Dalam hal konsolidasi dilakukan tanpa mengeliminasi
akun-akun yang timbal-balik, maka nama-nama akun
yang timbal balik dan estimasi besaran jumlah dalam
akun yang timbal balik dicantumkan dalam CaLK. (par
25)
80
KONSOLIDASI DAN PENGGABUNGAN

EP LKK
LK
KONSOLIDASI

EP EP EP

PENGGABUNGAN PENGGABUNGAN PENGGABUNGAN

EA EA EA EA EA EA

LK= LAPORAN KEUANGAN, LKK=LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI,


EP=ENTITAS PELAPORAN, EA=ENTITAS AKUNTANSI
81
KONSOLIDASI DITINGKAT PEMERINTAH DAERAH

• Satuan Kerja selaku Kuasa Pengguna Anggaran yang


mengelola anggaran adalah entitas akuntansi yang harus
menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset,
utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pendapatan dan
belanja, yang berada dalam tanggung jawabnya guna
menghasilkan laporan keuangan yang akan disampaikan
kepada entitas pelaporan.
• Penyelenggaran akuntansi mengacu kepada Sistem Akuntansi
Pemerintah Daerah yang sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan.

82
KONSOLIDASI DITINGKAT PEMERINTAH DAERAH

• Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyusun laporan keuangan


gabungan dari satuan kerja yang berada dilingkup SKPD dan
menyampaikannya kepada gubernur/bupati/walikota melalui Pejabat
Pengelola Keuangan Daerah selaku entitas pelaporan untuk dilakukan proses
konsolidasian.
• Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku BUD menyusun laporan keuangan
sebagai pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan daerah yang
selanjutnya akan digabungkan dengan laporan keuangan yang berasal dari
SKPD.
• Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku entitas pelaporan melakukan
proses konsolidasian dan menyusun laporan keuangan PEMDA berdasarkan
laporan keuangan SKPD serta laporan pertanggungjawaban pengelolaan
perbendaharaan daerah dan disampaikan kepada gubernur/bupati/walikota
untuk selanjutnya disampaikan ke BPK dan DPRD.

83
CONTOH JURNAL AKT
PEMERINTAHAN
LRA DALAM AKUNTANSI BERBASIS
AKRUAL
❑ LRA dihasilkan dari siklus anggaran yang
sebaiknya tidak disatukan dengan siklus
akuntansi.
❑ Untuk siklus anggaran, yang dicatat hanyalah
transaksi anggaran dan harus sesuai dengan
pos anggarannya
❑ LRA hanya berfokus pada transaksi dengan
basis kas, sehingga untuk penerimaan dan
pengeluaran yang tidak terkait dengan kas
tidak dicatat dalam LRA. Jika ditambahkan
boleh dimasukkan dalam informasi tambahan
LRA. Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010 85
TRANSAKSI ANGGARAN
❑ Transaksi belanja
Belanja xxxx
Akun Perubahan SAL xxxx
Perantara

❑ Transaksi pendapatan
Perubahan SAL xxxx
Pendapatan xxxx

❑ Jurnal penutup
Pendapatan xxxx
SAL
Belanja xxxx
xxxx
Perubahan SAL xxxx
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010 86
TRANSAKSI BELANJA ASET TETAP & PERSEDIAAN

Pemda pada 5 Desember membayar 500.000.000 untuk


membeli peralatan melalui pengeluaran LS

Tanggal Finansial Anggaran


5 Des Aset tetap – peralatan 500.000.000 Belanja Modal 500.000.000
R/K PPKD 500.000.000 Perubahan SAL 500.000.000

Pemda pada 15 Desember membayar 40.000.000 untuk


membeli persediaan dengan pengeluaran LS

Tanggal Finansial Anggaran


15 Des Persediaan 40.000.000 Belanja Barang 40.000.000
R/K PPKD 40.000.000 Perubahan SAL 40.000.000
TRANSAKSI PENERIMAAN
Pada tanggal 7 Januari, SKPD A mengeluarkan SKP atas restoran Lazata sebesar
10.000.000 dan hotel Melati 300.000.000. Pada tanggal 16 Februari restoran Lazata
membayar ke bendahara penerimaan SKPD A dan pada hari yang sama bendahara
penerimaan menyetorkan ke rekening kas daerah. Pada 25 Februari Hotel Melati
membayar pajak hotel ke kas umum daerah.

Tanggal Finansial Anggaran


7 jan Piutang Pendapatan 310.000.000 Tidak dicatat
Pendapatan Pajak – LO 310.000.000
16 Feb Kas di Bendahara Penerimaan 10.000.000 Perubahan SAL 10.000.000
Piutang Pendapatan 10.000.000 Pendapatan Pajak – LRA 10.000.000
16 Feb R/K PPKD 10.000.000 Tidak dicatat
Kas Dibendahara Pe 10.000.000
nerimaan
25 Feb R/K PPKD 300.000.000 Perubahan SAL 300.000.000
Piutang Pendapatan 300.000.000 Pendapatan Pajak – LRA 300.000.000
TRANSAKSI BELANJA
Pada tanggal 30 Januari, SKPD A membayar gaji pegawai dengan LS
sebesar 80.000.000
Tanggal Finansial Anggaran
30 Jan Beban Gaji 80.000.000 Belanja Gaji 80.000.000
R/K PPKD 80.000.000 Perubahan SAL 80.000.000

Pada tanggal 3 Maret, SKPD A membayar biaya pemeliharaan dengan


kas sebesar 10.000.000
Tanggal Finansial Anggaran
30 Jan Beban pemeliharaan 10.000.000 Belanja Gaji 10.000.000
Kas Bendahara pengeluaran 10.000.000 Perubahan SAL 10.000.000
TRANSAKSI PERSEDIAAN

Saldo persediaan 31 Des 20X1 sebesar 30.000.000.


Entitas pada 1 Feb 20X2 melakukan belanja persediaan
sebesar 200.000.000. Pada 31 Des 20X2 saldo persediaan
50.000.000

Tanggal Finansial Anggaran


1 Feb Persediaan 200.000.000 Belanja Barang 200.000.000
Kas 200.000.000 Perubahan SAL 200.000.000
31 Des Beban Persediaan 180.000.000 Tidak ada jurnal
Persediaan 180.000.000

Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010 90


JURNAL INVESTASI JANGKA
PENDEK
Pada 30 Maret 20X2, Pemerintah Kota Bengawan menempatkan
dananya sebesar 200.000.000 pada deposito berjangka 6 bulan dapat
diperpanjang (ARO) di Bank Amarta, bunga 5%. Pada 30 September
20X2 diterima bunga deposito 5.000.000. Deposito ini sampai akhir
tahun belum dicairkan.
Tanggal Finansial Anggaran
30 Mar Invesasi jangka pendek 200.000.000 Tidak ada jurnal
20X2 Kas 200.000.000
30 Sep Kas 5.000.000 Perubahan SAL 5.000.000
20X2 Pendapatan bunga – 5.000.000 Pendapatan bunga – 5.000.000
LO LRA
31 Des Piutang Bunga 2.500.000
20X2 Pendapatan bunga – 2.500.000
LO
30 Mar Ksd 5.000.000 Perubahan SAL 5.000.000
20X3 Pendapatan bunga – 2.500.000 Pendapatan bunga – 5.000.000
LO LRA
Piutang bunga 2.500.000
JURNAL INVESTASI JANGKA PANJANG-
Alternatif
Pada 1 Jan 20X2, Pemerintah Kota Bengawan mengambilalih investasi
sebuah perusahaan swasta (PT. Lawu) menjadi BUMD dengan nilai
investasi 8.000.000.000 dengan kepemilikan Pemda sebesar 60%.
Selama tahun 20X2 PT. Lawu menghasilkan laba sebesar
800.000.000, hak Pemda 480.000.000 dan membagikan dividen pada
25 Des sebesar 500.000.000 juta, yagn menjadi hak Pemda
300.000.000
Tanggal Finansial Anggaran
1 Jan Invesasi jangka panjang 8.000.000.000 Pengeluaran Pembiayaan 8.000.000.00
0
Kas 8.000.000.000 Perubahan SAL 8.000.000.00
0
31 Des Investasi jangka panjang 480.000.000 Tidak ada jurnal
Pendapatan investasi – 480.000.000
LO
15 Maret Kas 300.000.000 Perubahan SAL 300.000.000
Saldo akhir investasi mencerminkan 8.000 + 480 – 300 = 8.180 terjadi
Investasi
kenaikan investasi 180jangka 300.000.000
karena laba 480 yang menjadi hakPendapatan
Pemda barudividen -
300 yang 300.000.000
dibagikan dalam bentuk dividen
panjang LRA
JURNAL INVESTASI JANGKA PANJANG-
pelepasan

Pada 1 Juli 20X5 nilai investasi di BUMD di neraca sebesar


5.000.000.000. Pemda menjual 20%nya dengan harga 1.750.000.000.
(asumsi telah dilakukan pencatatan atas pengakuan laba sampai dengan
semester tersebut.
Tanggal Finansial Anggaran
1 Juli Kas 1.750.000.000 Perubahan SAL 1.750.000.000
Investasi jangka 1.000.000.000 Penerimaan 1.750.000.000
panjang pembiayaan
dari penjualan
investasi
Surplus penjualan 750.000.000
investasi
JURNAL PEROLEHAN ASET
Pada 1 Juli 20X2 SKPD ABC membeli tanah dengan harga 850juta
ditambah biaya untuk pengurusan surat-surat kepemilikan sebesar
50juta, LS.
Pada 1 Juli 20X2 SKPD ABC membeli tanah dan bangunan dengan
harga 1.000juta. Nilai tanah dan bangunan jika dijual terpisah nilai
tanah 480juta dan bangunan 720 juta, LS.
Tanggal Finansial Anggaran
1 Juli Tanah 850.000.000 Belanja modal 850.000.000
R/K PPKD 850.000.000 Perubahan SAL 850.000.000
1 Juli Tanah 400.000.000 Belanja modal 1.000.000.000
Bangunan 600.000.000 Perubahan SAL 1.050.000.000
Pendapatan bunga – 10.000.000
LO
Nilai tanah 480 / (480+720) x 1.000 = 400juta
Nilai bangunan 720 / (480+720) x 1.000 = 600 juta

Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010 94


JURNAL DEPRESIASI ASET

Pada 1 Juli 20X2 SKPD ABC mengakui dan menghitung


depresiasi. Bangunan nilai perolehan 6.000 juta disusutkan
20 tahun. Kendaraan 800 juta disusutkan 8 tahun, peralatan
A 400juta disusutkan 8 tahun dan peralatan B 200 juta
disusutkan 4 tahun. Penyusutan dengan menggunakan
metode garis lurus
Tanggal Finansial Anggaran
1 Juli Beban depresiasi 140.000.000 Tidak ada jurnal
Akumulasi 140.000.000
Depresiasi
Bangunan 6.000 / 20 x 6/12 = 30juta
Kendaraan 800 / 8 x 6/12 = 50
Peralatan A 480 / 8 x 6/12 = 30
Peralatan B 240 / 4 x 6/12 = 30
TOTAL 140juta
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010 95
JURNAL PENJUALAN ASET

Pada 30 Desember 20X2 SKPD ABC menjual


kendaraan dengan harga 40 juta. Kendaraan tersebut
dibeli 10 tahun yang lalu dengan harga 200juta, telah
disusutkan semua sehingga nilai buku 0.

Tanggal Finansial Anggaran


30 Des Kas 40.000.000 Perubahan SAL 40.000.000
Akumulasi Depresiasi 200.000.000 Pendapatan lain-lain 40.000.000
Kendaraan 200.000.000
Surplus penjualan 40.000.000
kendaraan

Kendaraan nilai buku 0, 40 juta adalah surplus penjualan kendaraan.

Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010 96


JURNAL PENJUALAN ASET
Pada 30 Desember 20X2 SKPD ABC menjual
peralatan dengan harga 30 juta. Peralatan harga
perolehan 80juta, telah didepresiasikan 4 tahun (dari
8 tahun masa mafaat), nilai buku tersisa 40 juta.

Tanggal Finansial Anggaran


30 Des Kas 30.000.000 Perubahan SAL 10.000.000
Akumulasi Depresiasi 40.000.000 Pendapatan lain-lain 10.000.000
Defisit penjualan 10.000.000
peralatan
Peralatan 80.000.000

Peralatan nilai buku 20 juta. Defisit penjualan peralatan 30 – 40 = (10)

Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010 97


JURNAL PENGHAPUSAN ASET

Pada 30 Desember 20X2 SKPD ABC melakukan


penghapusan peralatan yang hilang karena banjir
besar yang terjadi pada tahun tersebut. Nilai aset
yang dihapuskan sebesar 400juta dengan akumulasi
depreasiasi 300juta. Penghapusan aset dilakukan
dengan mengikuti prosedur penghapusan sesuai
dengan regulasi yang berlaku.
Tanggal Finansial Anggaran
30 Des Akumulasi Depresiasi 300.000.000 Tidak ada jurnal
Defisit penghapusan 100.0000.000
peralatan
Peralatan 400.000.000

Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010 98


JURNAL PENERIMAAN HIBAH ASET

Pada 30 Juni 20X2 SKPD ABC menerima kendaraan


senilai 200juta hibah dari sebuah perusahaan.
Kendaraan tersebut didepresiasikan selama 8 tahun.

Tanggal Finansial Anggaran


30 Juni Kendaraan 200.000.000 Tidak ada jurnal
Pendapatan hibah 200.000.000
LO
31 Des Beban Depresiasi 12.500.000 Tidak ada jurnal
Akumulasi 12.500.000
Depresiasi

Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010 99


JURNAL PENYELESAIAN KDP

Pada 30 Juni 20X2 SKPD ABC menyelesaikan KDP


berbentuk gedung yang telah dibangun mulai tahun 20X0.
Saldo KDP pada 1 Januari 20X2 sebesar 800juta.
Penyelesaian KDP di tahun 20X2 sebesar 200juta. Gedung
didepresiasikan 20 tahun.
Tanggal Finansial Anggaran
30 Juni KDP 200.000.000 Belanja Modal 200.000.000
Kas 200.000.000 Perubahan SAL 200.000.000
30 Juni Bangunan 1.000.000.000 Tidak ada jurnal
KDP 1.000.000.000
31 Des Beban Depresiasi 25.000.000 Tidak ada jurnal
Akumulasi 25.000.000
Depresiasi

Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010 100


JURNAL REVALUASI ASET

Pada 30 Desember 20X2 SKPD ABC melakukan revaluasi


bangunan karena berdasarkan hasil pemeriksaan, bangunan
tersebut nilainya tidak mencerminkan keadaan yang
sebenarnya. Nilai bangunan tersebut saat ini 400juta dan
akumulasi depresiasi 400juta. Hasil penilaian menyatan nilai
bangunan tersebut 200juta. Bangunan hasil revaluasi diyakini
masih memiliki masa manfaat 10 tahun ke depan
Tangg Finansial Anggaran
al
30 Des Akumulasi depresiasi 200.000.000 Tidak ada jurnal
Ekuitas 200.000.000
METODE Eliminasi
30 Des Akumulasi depresiasi 400.000.000 Tidak ada jurnal
Bangunan 400.000.000
Bangunan 200.000.000
Ekuitas Lampiran200.000.000
1 PP No. 71 Tahun 2010 101
PENGHENTIAN KDP

Berita Acara
Pembangunan Pemanfaatan
No. Penyelesaian Penyajian
Aset Aset
Pekerjaan (BAPP)
1. Selesai Sudah diperoleh Sudah Aset Tetap
dimanfaatkan
2. Selesai Sudah diperoleh Belum Aset Tetap
dimanfaatkan
3. Selesai Belum diperoleh Sudah KDP
dimanfaatkan
4. Selesai sebagian Belum diperoleh Sebagian sudah KDP
dimanfaatkan
5. Selesai sebagian, karena sebab tertentu (misalnya terkena KDP dapat
bencana alam/force majeur) aset tersebut hilang, maka dihapuskan
penanggung jawab aset tersebut membuat pernyataan
hilang
6. Belum selesai BAST sudah ada - KDP
ILUSTRASI JURNAL KDP

Pada 30 Desember 20X0 SKPD ABC melakukan pengeluaran untuk KDP berbentuk
gedung sebesar 700juta. Pada 30 Desember 20X1 pengeluaran untuk pembangunan
sebesar 500juta. Pada 30 Juni pengeluaran 300 juta dan gedung diserahterimakan
dan mulai digunakan. Depresiasi 20 tahun.

Tanggal Finansial Anggaran


JURNAL PENGELUARAN & PENYELESAIAN KDP
30/12/20X0 KDP 700.000.000 Belanja Modal 700.000.000
Kas 700.000.000 Perubahan SAL 700.000.000
30/12/20X1 KDP 500.000.000 Belanja Modal 500.000.000
Kas 500.000.000 Perubahan SAL 500.000.000
30/6/20X2 KDP 300.000.000 Belanja Modal 300.000.000
Kas 300.000.000 Perubahan SAL 300.000.000
30/6/20X2 Aset Tetap 1.400.000.000 Tidak ada jurnal
KDP 1.400.000.000
31/12/20X2 Beban dep. 75.000.000 Tidak ada jurnal
Ak. Dep 75.000.000
ILUSTRASI
• Kota Bengawan mengadakan suatu kontrak konstruksi
bangunan dengan PT AK pada tahun 20X2 dengan nilai
kontrak Rp1.000.000.000 dan diperkirakan akan
diselesaikan pembangunannya pada 31 Nopember 20X2
dengan 2 termijn pembayaran. Tanggal 30 Nopember
20X2 pembangunan termin pertama telah selesai dan
telah diserahterimakan senilai Rp 300.000.000, tetapi
dikarenakan sesuatu hal, Pemerintah Kota Bengawan
belum membayar tagihan PT AK. Pada 31 Desember 20X2
dicapai kesepakatan antara Pemerintah Kota Bengawan
dengan PT AK, pembayaran termin pertama dilakukan
pada 1 Maret 20X2 dan termin kedua akan dibayar 1 Maret
20X3. Misal tgl 1 Maret 20X3 dan 20X4 pembayaran
dilakukan tepat waktu dan penyelesaian termin kedua
terjadi 30 Desember 20X3. Bangunan disusutkan 20
tahun.

104
ILUSTRASI

Tanggal Finansial Anggaran


30 Nop KDP 300.000.000 Tidak ada jurnal
20X2
Utang 300.000.000
1 Mar 20X3 Utang 300.000.000 Belanja Modal 300.000.000
Kas 300.000.000 Perubahan SAL 300.000.000
30 Des KDP 700.000.000 Tidak ada jurnal
20X3
Utang 700.000.000
30 Des Bangunan 1.000.000.000 Tidak ada jurnal
20X3
KDP 1.000.000.000
1 Mar 20X4 Utang 700.000.000 Belanja Modal 700.000.000
Kas 700.000.000 Perubahan SAL 700.000.000
31 Des Beban Depresiasi 50.000.000 Tidak ada jurnal
20X4
105
Akumulasi 50.000.000
ILUSTRASI UTANG

Pada 30 Desember 20X2 SKPD ABC menerima penagihan


atas kegiatan pemeliharaan rutin AC 10.000.000. Kegiatan
telah diselesaikan Namun tagihan diterima setelah tutup
anggaran sehingga tidak dapat dikeluarkan kas untuk
membayar kegiatan tersebut. Kas baru dibayarkan pada
13 Januari 20X3
Tanggal Finansial Anggaran
30 Des Beban pemeliharaan 200.000.000 Tidak ada jurnal
Utang 200.000.000
13 Jan Utang 10.000.000 Belanja pemeliharaan 10.000.000
Kas 10.000.000 Perubahan SAL 10.000.000

Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010 106


ILUSTRASI UTANG

Pada 1 April 20X2 Kota Bengawan menerima utang dari Luar Negeri
5.000.000.000 untuk pengembangan jaringan transportasi yang dapat
menunjang industri di kota tersebut. Utang tersebut berbunga rendah
4% per tahun. Bunga dibayar setiap tanggal 1 April dan pembayaran
akan dilakukan setelah 5 tahun selama 5 kali angsuran.

Tanggal Finansial Anggaran


1 April 20X2 Kas 5.000.000.000 Perubahan SAL 5.000.000.000
Utang 5.000.000.000 Penerimaan 5.000.000.000
pembiayaan
- utang jangka panjang
31 Des Beban bunga 150.000.000 Tidak ada jurnal
20X3
Utang bunga 150.000.000
1 Des 20X3 Utang bunga 150.000.000 Belanja bunga 200.000.000
Beban bunga 50.000.000 Perubahan SAL 200.000.000
Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010 107
Kas 200.000.000
ILUSTRASI UTANG

Pada 30 September 20X2 Kota Bengawan menerima kas sebesar


40.000.000 akibat kelebihan pembayaran gaji untuk tahun anggaran
20X1.
Pada 30 Septermber 20X2 Kota Bengawan harus membayar kas
sebesar 10.000.000 untuk membayar kekurangan pembayaran biaya
pemeliharaan tahun 20X1 kepada salah seorang rekanan.

Tangga Finansial Anggaran


l
30 Sep Kas 40.000.000 Perubahan SAL 40.000.000
Pendapatan lain-lain - 40.000.000 Pendapatan lain - 40.000.000
LO LRA
30 Sep Ekuitas 10.000.000 Koreksi SAL 10.000.000
Kas 10.000.000 Perubahan SAL 10.000.000

Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010 108


ILUSTRASI UTANG

Pada 30 September 20X2 Kota Bengawan menerima kas sebesar


100.000.000 akibat kelebihan pembayaran belanja modal (gedung)
untuk tahun anggaran 20X1.
Pada 30 Septermber 20X2 Kota Bengawan harus membayar kas
sebesar 20.000.000 untuk membayar kekurangan pembayaran belanja
modal tahun 20X1 kepada salah seorang rekanan.

Tangga Finansial Anggaran


l
30 Sep Kas 40.000.000 Perubahan SAL 40.000.000
Gedung 40.000.000 Pendapatan lain - 40.000.000
LRA
30 Sep Peralatan 20.000.000 Koreksi SAL 20.000.000
Kas 20.000.000 Perubahan SAL 20.000.000

Lampiran 1 PP No. 71 Tahun 2010 109


KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

PSAP 12
LAPORAN OPERASIONAL

11
LINGKUP DAN MANFAAT

RUANG LINGKUP
Berlaku untuk setiap entitas pelaporan dan entitas akuntansi,
baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, dalam
menyusun laporan operasional yang menggambarkan
pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional dalam
suatu periode pelaporan tertentu, tidak termasuk perusahaan
negara/daerah.

• MANFAAT LAPORAN OPERASIONAL


• Menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan
operasional keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan
dalam pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit
operasional dari suatu entitas pelaporan yang penyajiannya
disandingkan dengan periode sebelumnya.
KONSEPSI BASIS

Surplus/defisit
akrual yang Pendapatan
menambah/ dan belanja
mengurangi akrual
ekuitas

Pemisahan Ada
laporan pemisahan
pertanggung kegiatan non
jawaban operasional
anggaran dan dan pos luar
laporan finansial biasa

PP 71/2010

LRA LRA & LO


112
KONSEPSI BASIS

• Pendapatan LO dan beban dalam bentuk


barang/jasa harus dilaporkan berdasarkan nilai
wajarnya pada tanggal transaksi dan diungkap
dalam CaLK
• Transaksi pendapatan dan beban dalam bentuk
barang/jasa antara lain hibah dalam wujud
barang, barang rampasan, dan jasa konsultasi
• Pembiayaan tidak diperhitungkan dalam
perhitungan surplus/defisit LO karena transaksi
pembiayaan tidak terkait dengan operasi pada
periode pelaporan.
KONSEPSI BASIS
PP 24/2005 CTA PP 71/2010 AKRUAL
Opsional (Laporan Laporan pendapatan
Kinerja Keuangan) dan beban akrual

COST Besarnya beban yang harus ditanggung oleh


KONSEPSI BASIS pemerintah dalam menjalankan pelayanan

LO menyediakan Operasi keuangan secara menyeluruh yang


informasi mengenai Performace berguna dalam mengevaluasi kinerja
seluruh kegiatan pemerintah dalam hal efisiensi, efektivitas dan
operasional kehematan perolehan dan penggunaan
keuangan entitas sumber daya ekonomi
pelaporan yang Memprediksi pendapatan LO yang akan
penyajiannya Estimation diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah
disandingkan dengan dalam periode mendatang dengan menyajikan
periode sebelumnya laporan secara komparatif

Equity Peningkatan ekuitas (bila surplus operasional)


dan penurunan ekuitas (bila defisit operasional)
114
PERANAN LAPORAN OPERASIONAL

• Laporan Operasional menyajikan informasi beban akrual


yang dapat digunakan untuk menghitung cost per
program/kegiatan pelayanan

Laporan Operasional Perhitungan Cost


COST untuk
Beban pegawai Labor cost setiap
Beban belanja barang program/
Beban bunga
kegiatan
Beban subsidi Material cost
Beban hibah
Beban bantuan sosial
Beban penyusutan Overhead cost
Beban transfer
Beban lain-lain
GFS
GOVERNMENT
FINANCE STATISTIC
2014
LATAR BELAKANG

• Penjelasan atas UU No. 1 Tahun 2004 tentang


Perbendaharaan Negara mengatur bahwa perlu ditetapkan
ketentuan yang mengatur antara lain, laporan keuangan
pemerintah dapat menghasilkan statistik keuangan yang
mengacu kepada manual Statistik Keuangan Pemerintah
(Government Finance Statistics/GFS) sehingga dapat
memenuhi kebutuhan analisis kebijakan dan kondisi fiskal,
pengelolaan dan analisis perbandingan antara negara (cross
country studies), kegiatan pemerintahan, dan penyajian
statistik keuangan pemerintah.

117
LATAR BELAKANG

• Pasal 6 ayat (2) PP Nomor 71 Tahun 2010 mengatur bahwa pemerintah


menyusun Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintah yang akan
menjadi acuan untuk penyusunan Sistem Akuntansi Pemerintah pusat
dan daerah, yang diperlukan dalam rangka mewujudkan konsolidasi
fiskal dan statistik keuangan pemerintah secara nasional.
• Kementerian Keuangan telah menerbitkan PMK 238/PMK.05/2011 tentang
Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan, dengan berkoordinasi
dengan Kementerian Dalam Negeri. Oleh karena itu Sistem Akuntansi
Pemerintah perlu diselaraskan dengan sistem Government Finance
Statistics (GFS), sebagaimana diatur dalam PMK tersebut
• PMK-169/PMK.01/2012 bahwa bidang Pembinaan Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Kanwil DJPB mempunyai tugas penyusunan statistik
keuangan sesuai dengan Government Finance Statistics

118
Dwi Martani - 081318227080
martani@ui.ac.id atau dwimartani@yahoo.com
http://staff.blog.ui.ac.id/martani/ 119

Anda mungkin juga menyukai