Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

EMBRIOLOGI VETERINER

MALFORMASI KONGENITAL I

Oleh :
Nama : Widyadana Lintang Kusumawardhani
NIM 215130107111013
Kelas : 2021 A
Kelompok : A6
Nama Asisten : Shafa Ralia Shalshabela

LABORATORIUM EMBRIOLOGI VETERINER


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2021
LEMBAR PERNYATAAN

“Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa Laporan yang


berjudul Malformasi Kongenital I ini adalah hasil kerja saya sendiri dan tidak
mengandung unsur plagiarism. Pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dan
tanpa paksaan”

Marabahan, 11 November 2021

Widyadana Lintang Kusumawardhani


215130107111013
DAFTAR ISTILAH PENTING

1. Kongenital : kelainan yang sudah ada sejak lahir yang dapat disebabkan oleh
faktor genetik maupun non genetic (Hasanah,2017).
2. Malformasi : suatu kelainan yang disebabkan oleh kegagalan atau
ketidaksempurnaan dari satu atau lebih proses embriogenesis (Hasanah,2017).
3. Malformasi mayor : suatu kelainan yang apabila tidak dikoreksi akan
menyebabkan gangguan fungsi tubuh serta mengurangi angka harapan hidup
(Hasanah,2017).
4. Malformasi minor : kelainan yang tidak akan menyebabkan masalah kesehatan
yang serius dan mungkin hanya berpengaruh pada segi kosmetik (Hasanah,2017).
5. Deformasi : kelainan yang terbentuk akibat adanya tekanan mekanik yang
abnormal sehingga merubah bentuk, ukuran atau posisi sebagian dari tubuh yang
semula berkembang normal (Hasanah,2017).
6. Sindaktili : jari-jari yang menyatu karena tidak terjadi pemisahan jari di bagian
distal sendi metacarpophalangeal (Nabilla,dkk,2017).
7. Conjoined Twins : kelainan kembar identik dengan jenis kelamin yang sama dan
berkembangg dari satu ovum yang dibuahi (Rochadi,2013)
8. Polidaktili : kelainan pada jari sehingga jumlah jari lebih dari lima
(Nabilla,dkk,2017).
9. Teratogen : agen kimia yang menyebabkan teratogenic (Pratiwi,dkk, 2019).
10. Teratologi : studi perkembangan janin abnormal dan malformasi kongenital yang
disebabkan oleh bahan kimia eksogen dan agen fisik (Pratiwi,dkk, 2019).
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kelainan bawaan atau kelainan kongenital adalah kelainan yang sudah ada
sejak lahir yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik. Kelainan
bawaan disebut juga dengan cacat lahir, gangguan bawaan atau cacat bawaan yang
dapat diidentifikasi sebelum lahir atau sesudah lahir. Kelainan bawaan pada bayi baru
lahir dapat berupa satu jenis kelainan saja atau dapat pula beberapa kelainan bawaan
yang terjadi secara bersamaan yang disebut kelainan bawaan multipel (Hasanah,2017).

Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi


yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan kongenital merupakan
penyebab terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir. Kejadian
bayi baru lahir dengan kelainan kongenital kurang lebih 15 per 1000 kelahiran.
Kelainan kongenital pada bayi baru lahir merupakan penyebab kematian nomor tiga
dari kematian bayi dibawah umur satu tahun.(Elyati,dkk,2019)

Walaupun sekitar 50% penyebab kelainan bawaan tidak diketahui secara


spesifik, ada beberapa penyebab dan faktor risiko yang diketahui, yaitu : faktor sosial-
ekonomi dan demografis, faktor genetik (perkawinan sedarah), infeksi pada ibu
(rubella, sitomegalovirus, toxoplasmosis, herpes simpleks dan varicella), penyakit pada
ibu (diabetes melitus, fenilketonuria dan epilepsi), status nutrisi ibu (defisiensi iodin,
insufisiensi asam folat dan obesitas), obat-obatan, kebiasaan ibu saat hamil (minum
alkohol dan merokok), faktor lingkungan (paparan radiasi dan paparan bahan kimia
selama kehamilan) dan faktor umur ibu (Hasanah,2017).

Malformasi adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh kegagalan atau


ketidaksempurnaan dari satu atau lebih proses embriogenesis. Malformasi terjadi
selama pembentukan struktur, yaitu pada saat organogenesis.. Malformasi dapat
disebabkan oleh faktor lingkungan dan genetik. Kebanyakan malformasi berawal dari
minggu ketiga sampai kedelapan kehamilan. Malformasi dapat digolongkan menjadi
malformasi mayor dan minor. Malformasi mayor adalah suatu kelainan yang apabila
tidak dikoreksi akan menyebabkan gangguan fungsi tubuh serta mengurangi angka
harapan hidup. Sedangkan malformasi minor tidak akan menyebabkan masalah
kesehatan yang serius dan mungkin hanya berpengaruh pada segi kosmetik. Malformasi
pada otak, jantung, ginjal, ekstremitas dan saluran cerna termasuk malformasi mayor,
sedangkan kelainan daun telinga, lipatan pada kelopak mata, kelainan pada jari,
lekukan pada kulit (dimple), ekstra puting susu adalah contoh dari malformasi minor
(Hasanah,2017).

Beberapa kelainan bawaan dapat dicegah, misalnya : (1) Mengkonsumsi


garam beryodium dapat menyingkirkan kelainan intelektual dan deformitas tulang. (2)
Melakukan kontrol metabolik yang ketat pada wanita yang memiliki diabetes dapat
mengurangi terjadinya kelainan bawaan pada bayi. (3) Berusaha untuk mencapai atau
mempertahankan berat badan yang sehat, karena wanita dengan Indeks Massa Tubuh ≥
30 meningkatkan risiko mempunyai bayi dengan kelainan bawaan. (4) Mengkonsumsi
asam folat dapat menurunkan kejadian kelainan tabung saraf, misalnya spina bifida dan
anensefali. (5) Menghindari konsumsi alkohol selama kehamilan dapat mengurangi
kejadian bayi lahir dengan kelainan bawaan. (6) Menghindari paparan zat berbahaya
seperti logam berat dan pestisida. (7) Memastikan bahwa paparan ibu hamil terhadap
pengobatan dan radiasi telah dibenarkan berdasarkan pada analisis risiko kesehatan. (8)
Meningkatkan cakupan vaksinasi pada anak-anak (Hasanah,2017).

1.2 Tujuan

1.2.1 Mengetahui berbagai macam abnormalitas yang bisa terjadi pada fase
perkembangan embrio
BAB II

METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan

1. LCD
2. Jurnal
3. Makalah
4. PPT

2.2 Langkah Kerja

Malformasi
Kongenital

Diberikan dan dijelaskan materi oleh asisten praktikum

Didiskusikan materi oleh asisten dan praktikan dalam


bentuk tanya jawab

Diresume dan dijadikan laporan sementara

Hasil
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Pada praktikum embriologi mengenai malformasi kongenital yang
telah dilaksanakan didapatkan hasil yaitu : Malformasi kongenital
merupakan abnormalitas bawaan lahir yang terjadi pada masa
perkembangan fetus dalam kandungan. Kelainan ini disebabkan oleh factor
genetic dan non-genetik.

Gambar 01. Dokumentasi ketika Kakak asisten praktikum menjelaskan


mengenai faktor malformasi kongenital

Gambar 02. Dokumentasi malformasi kongenital Gambar 03. Dokumentasi malformasi


Conjoined Twins kongenital conjoined twins
Gambar 05. Dokumentasi malformasi kongenital
Gambar 04. Dokumentasi malformasi kongenital Abnormalities Of The Entoderm Derivates
Mikroftalmia

Gambar 06. Dokumentasi malformasi


kongenital polidaktili dan sindaktili
Gambar 07. Dokumentasi malformasi kongenital
Achondroplasia dan Dismorfisme wajah
Gambar 08. Dokumentasi malformasi kongenital Gambar 09. Dokumentasi malformasi kongenital
Sindrom Turner Effect Of Electrostatic Fields To Rat

Gambar 10. Dokumentasi malformasi


kongenital Cranioschisis Or Acrania Gambar 11. Dokumentasi malformasi
kongenital Microcephalus
Gambar 12. Dokumentasi malformasi Gambar 13. Dokumentasi malformasi
kongenital Macro or Hydrocephalus kongenital Meningoencephalocoel

Gambar 14. Dokumentasi malformasi Gambar 15. Dokumentasi malformasi


kongenital Cyclopia and proboscis-like nose kongenital Anophtalmia
Gambar 16. Dokumentasi malformasi
kongenital Coloboma of the iris Gambar 17. Dokumentasi malformasi
kongenital Cleft nose

Gambar 18. Dokumentasi malformasi Gambar 19. Dokumentasi malformasi


kongenital Malformed auricle kongenital Rudimenter auricle
Gambar 20. Dokumentasi malformasi
kongenital No external acoustic meatus
3.2 Pembahasan
3.2.1 Analisa Hasil
No. Gambar Malformasi Kongenital Keterangan

1. Gambar 02 dan 03 Conjoined Twins Kondisi dimana Fetus terlahir


kembar dengan kondisi tubuh
saling menempel dan terhubung
satu sama lain. Hal ini tampaknya
sesua dengan Rochadi (2013)
yang menyatakan conjoined
twins adalah kembar identik
dengan jenis kelamin yang sama
dan berkembangg dari satu ovum
yang dibuahi
2. Gambar 04 Mikroftalmia Kelainan dimana bentuk matanya
menjadi kecil dan anatominya
tidak sempurna
3. Gambar 05 Abnormalities Of The Pratiwi,dkk (2019) menyatakan
Entoderm Derivates kelainan pada organ pencernaan
salah satunya adalah hernia
dimana kondisi organ contohnya
usus menonjol atau keluar ke
daerah yang tidak biasanya
diantaranya meckel’s
diverticulum, terjadi peradangan,
persistensi, dan rupture
(rapuh)nya saluran pencernaan.
atresia pada bagian jejunum,
ileum colon(usus besar), dan
rectum. Terjadi karena kegagalan
proses kanalisasi pada bagian
epitel jejunum, ileum, colon, dan
rectum serta perkembangan
dinding usus yang dapat
menyebabkan terjadinya impaksi
aborsi pakan dan menyebabkan
kematian.
4. Gambar 06 polidaktili dan sindaktili Yaitu pertumbuhan jari kaki lebih
dari normal dan ada jari yang
bergabung hal ini tampaknya
sesuai dengan Nabilla,dkk(2017)
yang menyatakan Sindaktili
artinya jari-jari yang menyatu
karena tidak terjadi pemisahan
jari di bagian distal sendi
metacarpophalangeal. Penyatuan
dapat terjadi hanya pada dua jari
atau lebih sedangkan Polidaktili
adalah kelainan pada jari
sehingga jumlah jari lebih dari
lima. Penderita polidaktili
memiliki jari tambahan yang
kadang tidak berfungsi karena
tidak memiliki tendon. Polidaktili
dikategorikan menjadi tiga tipe
yaitu: preaksial (radial), central,
dan postaksial (ulnar)
5 Gambar 07 Achondroplasia dan Biasa dikenal dengan bibir
Dismorfisme wajah
sumbing

6. Gambar 08 Sindrom Turner Kelainan pada perempuan


dimana kromosom sex nya tidak
lengkap yaitu hanya terdapat 1
kromosom x , dapat
menyebabkan
kemandulan,pubertas tertunda
dan tubuh lebih pendek. Hal ini
tampaknya sesuai dengan
Aditiawati,dkk (2017) yang
menyatakan bahwa Sindrom
Turner adalah salah satu kelainan
kromosom yang paling sering
terjadi Anak perempuan yang
menderita sindrom Turner
mengalami kehilangan atau
abnormalitas struktur pada salah
satu kromosom X
7. Gambar 09 Effect Of Electrostatic Kelainan pada tikus yang
Fields To Rat menyebabkan mata nya berwarna
merah
8. Gambar 10 Cranioschisis Or Acrania Kelainan pada tulang tengkorak
pada bayi baru lahir
9. Gambar 11 Microcephalus Kelainan pada bagian cranium
dimana ukuran kepalanya lebih
kecil dari ukuran kepala normal
10. Gambar 12 Macro or Hydrocephalus Kelainan bentuk kepala lebih
besar dari yang normal karena
adanya penumpukkan cairan
11. Gambar 13 Meningoencephalocoel Kelainan pada bagian otak
terdapat penumpukan massa pada
bagian otak ukurannya hamper
menyamai kepala bayi
12. Gambar 14 Cyclopia and proboscis- Kelainan bagian mata dan kepala
like nose
menyatu

13. Gambar 15 Anophtalmia Kelainan dimana bagian mata


dan hidung tidak ada , bagian
kulitnya menyatu
14. Gambar 16 Coloboma of the iris Pada bagian iris mata terdapat
lubang gelembung hal ini
tampaknya sesua dengan
Sujipto,dkk(2013) yang
menyatakan Koloboma kelopak
mata merupakan embryogenic
cleft dan suatu penyakit yang
jarang terjadi. Dapat terjadi
unilateral maupun bilateral,
partial atau fullthickness defect.
Hal ini dapat terjadi karena tidak
adanya fusi antara contigous
tissue, adanya kegagalan
mesenkim untuk mengisi proses
embryogenic, serta akibat
nekrosis karena efek penekanan
pada amniotic band syndrome
15. Gambar 17 Cleft nose Bagian hidung tidak sempurna
terbelah menjadi 2 bagian, Hal
ini sesuai dengan yang dikatakan
Pratiwi,dkk (2019) bahwa cleft
lip disebabkan oleh kegagalan
fusi antara bagian medial dari
nasal dan maxilla dan cleft palate
(bagian langitlangit terbelah), hal
ini terjadi karena kegagalan
bagian medial palatum untuk
berdifusi
16. Gambar 18 Malformed auricle Terdapat penumpukan massa
seperti daging pada bagian
telinga
17. Gambar 19 Rudimenter auricle Bagian telinga menyatu pada sisi
bagian tengkorak
18. Gambar 20 No external acoustic Tidak terdapat bagian external
meatus acoustic meatus. Pada bagian
telinga yang menghubungan ke
bagian pipi nya tampak rata
3.2.2 Menjawab Pertanyaan
1. Sebutkan dan jelaskan macam – macam abnormalitas yang dapat terjadi pada
area wajah , mulut, rongga hidung, dan faring !
- a. cleft lip(bibir sumbing), disebabkan oleh kegagalan fusi antara bagian medial dari
nasal dan maxilla.
b. cleft palate (bagian langit-langit terbelah), disebabkan oleh kegagalan bagian medial
palatum untuk berdifusi.
c. branchial cyst, branchial sinus, fistul branchial. Disebabkan hasil kegagalan involusi
bagian caudal dari apparatus branchial sampai menuju archus branchial II.
d. heterotropic polyodontia (kista dentigerous), pertumbuhan primordial dari organ
enamel yang melepaskan diri ke bagian luar, dan berkembang menjadi struktur gigi
yang berlabuh pada tulang parietal atau pangkal lidah. e.thryoglossal duct cyst, terjadi
karena kegagalan pada saat proses involusi dari ductus thryglossal
(Pratiwi,dkk, 2019).
2. Sebutkan dan jelaskan macam – macam abnormalitas yang dapat terjadi pada
area saluran pencernaan !
- a. meckel’s diverticulum yaitu , terjadinya peradangan, persistensi, dan rupture
(rapuh) pada saluran pencernaan.
b. atresia pada bagian jejunum, ileum, colon(usus besar), dan rectum. Kelainan ini
terjadi karena kegagalan proses kanalisasi pada bagian epitel jejunum, ileum, colon,
dan rectum serta perkembangan dinding usus yang dapat menyebabkan terjadinya
impaksi aborsi pakan dan kematian.
c. imperforate anus, kegagalan dari proses involusi membrane kloaka, dan berakibat
pada terjadinya impaksi penyerapan pakan yang fatal
(Pratiwi,dkk, 2019).
3. Jelaskan mengenai sindrom turner !
- Sindrom Turner adalah salah satu kelainan kromosom yang paling sering terjadi pada
manusia, dengan insidens sekitar 1:2000 kelahiran hidup anak perempuan, tanpa
memandang latar belakang etnisnya. Anak perempuan yang menderita sindrom Turner
mengalami kehilangan atau abnormalitas struktur pada salah satu kromosom X.
Manifestasi klinis sindrom Turner yang klasik adalah perawakan pendek, disgenesis
gonad, wajah dismorfik, limfedema dan masalah lainnya. Sekitar 50-60% pasien
sindrom Turner dilaporkan memiliki kariotipe 45,X. Sebanyak 20-30% pasien
mengalami kelainan struktur pada kromosom X, seperti cincin, isokromosom pada
lengan panjang, dan delesi parsial lengan pendek; dan 30-40% memiliki pola mosaik
(kariotipe yang memiliki dua atau lebih tipe sel yang khas). Berdasarkan hasil
kromosom, terdapat dua tipe sindrom Turner:
1. Sindrom Turner klasik dengan hasil analisis kromosom 45,X atau 46,XiXq
2. Sindrom Turner mosaik dengan hasil analisis kromosom 45,X dengan tambahan lini
sel lain seperti 45,X/46,XX; 45,X/46,X,i(X) dan 45,X/46,XY (Aditiawati,dkk,2017).
4. Sebutkan dan jelaskan factor yang mempengaruhi terjadinya malformasi
kongenital !
- beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kejadian anak dengan kelainan kongenital
diantaranya faktor genetic, infeksi, gizi, usia ibu, obat, hormonal, radiasi, fisik pada
rahim, rokok, dan lingkungan (Elyati,dkk,2019).
- Faktor kelainan genetik dan kromosom, adalah kelainan yang bersifat keturunan dan
terdapat pada keluarga yang berdekatan. Contoh kelainan kongenital akibat faktor
kromosom diantaranya adalah palatoskisis, labioskisis, mongolisme, anensefalus,
meningomielokel. Kelainan seperti aneuploidi, poliploidi dan talasemia.
- Faktor infeksi terutama infeksi yang diderita ibu dalam proses organogenesis (triwulan
pertama kehamilan) dapat menimbulkan kelainan congenital. Adanya infeksi tertentu
dalam periode organogenesis ini dapat menimbulkan gangguan dalam pertumbuhan
suatu organ tubuh. Infeksi pada trimester pertama di samping dapat menimbulkan
kelainan kongenital dapat pula meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus.
Sebagai contoh infeksi virus pada trimester pertama ialah infeksi oleh virus Rubella.
Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita infeksi Rubella pada trimester pertama
dapat menderita kelainan kongenital pada mata sebagai katarak, tuli dan kelainan
jantung bawaan.
- Faktor Obat karena beberapa jenis obat tertentu dan jamu-jamuan yang diminum
wanita hamil pada trimester pertama kehamilan diduga sangat erat hubungannya
dengan terjadinya kelainan kongenital pada bayinya. Salah satu jenis obat yang telah
diketahui dagat menimbulkan kelainan kongenital ialah thalidomide yang dapat
mengakibatkan terjadinya fokomelia atau mikromelia
- Faktor Umur karena usia berisiko mengalami sindrom down adalah usia di atas 35
tahun.
- Faktor Hormonal karena secara teori wanita yang menderita gangguan hipertiroid
dapat mnyebabkan pertumbuhan janin terganggu, termasuk penyakit diabetes mellitus
yang diderita ibu.
- . Faktor Gizi karena kekurangan beberapa zat penting selama hamil dapat
menimbulkan kelainan pada janin. Frekuensi kelainan kongenital lebih tinggi pada
ibu-ibu dengan gizi yang kurang selama kehamilan.
(Yunani,dkk,2016)
- Faktor lingkungan
a. Paparan radiasi
Radiasi ionisasi dapat membunuh sel yang berproliferasi dengan cepat, sehingga radiasi
merupakan teratogen yang potensial. Terpapar radiasi dapat menghasilkan hampir
semua kelainan bawaan tetapi tergantung pada dosis dan usia kehamilan pada saat
terpapar.19 Janin sangat sensitif terhadap paparan radiasi pada awal perkembangannya
yaitu pada minggu kedua sampai ke 18 kehamilan. Radiasi dari ledakan nuklir juga
bersifat teratogenik.
b. Paparan bahan kimia
i. Pestisida
Suatu penelitian di Spanyol menemukan, risiko untuk terjadinya kelainan bawaan
seperti kelainan sistem saraf, kelainan celah bibir, dan kelainan bawaan multipel
lainnya tiga kali lebih tinggi pada bayi yang lahir dari ibu yang bekerja dengan
paparan pestisida pada trimester pertama kehamilan.
ii. Logam Berat
Penelitian di Jepang beberapa tahun yang lalu mencatat bahwa sejumlah ibu yang
melakukan diet terutama yang terdiri dari ikan telah melahirkan bayi dengan beberapa
gejala neurologis menyerupai cerebral palsy. Pemeriksaan lebih lanjut
mengungkapkan bahwa ikan tersebut telah terkontaminasi oleh merkuri organik yang
tinggi dari industri-industri besar di Jepang.
(Hasanah,2017).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum malformasi kongenital I adalah ada berbagai macam
abnormalitas yang bisa terjadi pada fase perkembangan embrio diantaranya : Conjoined
Twins kondisi dimana Fetus terlahir kembar dengan kondisi tubuh saling menempel dan
terhubung satu sama lain, Mikroftalmia yaitu kelainan dimana bentuk matanya menjadi
kecil dan anatominya tidak sempurna, Abnormalities Of The Entoderm Derivates yaitu
kelainan organ pencernaan, polidaktili dan sindaktili yaitu pertumbuhan jari kaki lebih dari
normal dan ada jari yang bergabung, Achondroplasia dan Dismorfisme wajah biasa dikenal
dengan bibir sumbing, Sindrom Turner kelainan jumlah kromosom perempuan yang tidak
lengkap, Effect Of Electrostatic Fields To Rat yaitu kelainan pada tikus yang menyebabkan
matanya berwarna merah, Cranioschisis Or Acrania yaitu kelainan pada tulang tengkorak
pada bayi baru lahir, Microcephalus, Macro or Hydrocephalus, Meningoencephalocoel,
Cyclopia and proboscis-like nose, Anophtalmia, Coloboma of the iris , Cleft nose,
Malformed auricle, Rudimenter auricle dan terakhir yaitu kelainan tidak adanya bagian
external acoustic meatus pada bagian telinga atau dikenal dengan kelainan No external
acoustic meatus.

4.2 Saran
Diharapkan praktikan dapat memahami terkait materi malformasi kongenital
sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai adanya abnormalitas yang dapat
terjadi pada manusia dan hewan.
DAFTAR PUSTAKA

Aditiawati., Hardjoedi,A.,T., Aman,B.P., Eka, A.,R., Indra W.,H,. Nanis S., M.,Jose RL B.
2017. Panduan Praktik Klinis Ikatan Dokter Anak Indonesia Sindrom Turner :
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Ellyati, Sri., Kusharisupeni., dan Sabri Luknis. 2019. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kelainan Kongenital Pada Anak di RSPAD Gatot Soebroto. Journal
Educational of Nursing (JEN). Vol.2 No.2 : 37-45
Hasanah,R. 2017. [Skripsi]. Prevalensi Dan Faktor Risiko Kelainan Bawaan Pada Bayi
Baru Lahir Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2012-
2015. Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera Utara. Medan
Nabila, E., Nita, S. and Larasati, V., 2017. Faktor Risiko Sindaktili dan Polidaktili pada
Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan di Instalasi Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin
dan RSAD Dr. AK Gani Periode 1 Januari 2013-30 Juni 2017. Majalah Kedokteran
Sriwijaya. 49 (3) :138-147.
Pratiwi, Herlina., Firmawati, Aulia & Herawati.2019. Embriologi Hewan. Malang: UB
PRESS:27-29.
Rochadi. 2013. Parapagus dicephalus conjoined twins and evaluation of ischiopagus
tetrapus conjoined twins in Indonesia:a case report. Yogyakarta. Jurnal Med Sci.
Volume 45 No. 3: 146-150.
Sutjipto, D.B. and Hoesin, R.G., 2011. Management of Upper Eyelid Koloboma with
Three Steps Technique Surgery. Jurnal Oftalmologi Indonesia. Volume 7 No. 2 :76-
81
Yunani, Y., Bustami, A. and Febrianti, C.A., 2016. Faktor Kelainan Kongenital Pada Bayi
Baru Lahir Di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Abdul. Jurnal Dunia Kesmas.
Volume 5 No. 2.
LAMPIRAN
'
L
RESUMAN
KEHADIRAN

Anda mungkin juga menyukai