Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Kelas 2B Kelompok 1
2. Inti
a. Pentingnya Pemberian
Asi Ekslusif
b. Manfaat Pemberian
Asi Ekslusif Mendengarkan dengan 10 menit
c. Resiko Tidak penuh perhatian
Diberikan Pemberian
Asi Ekslusif
d. Frekuensi Menyusui
3. Penutup
a. Tanya jawab a. Menanyakan hal yang
b. Tes akhir belum jelas
10 menit
c. Menyimpulkan hasil b. Aktif bersama
penyuluhan menyimpulkan
d. Memberi salam penutup c. Membalas salam
Evaluasi :
a. Evaluasi Struktur
Persiapan Media
Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan dapat
digunakan dalam penyuluhan yaitu leaflet
b. Evaluasi Proses
1. Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta penyuluhan
memahami materi penyuluhan yang diberikan.
2. Peserta penyuluhan memperhatikan materi yang diberikan.
3. Selama proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara penyuluh
dengan sasaran.
c. Evaluasi Hasil
1. Jangka Pendek
Peserta penyuluhan mengerti 90% dari apa yang telah disampaikan
dengan kriteria aktif dalam sesi tanya jawab.
2. Jangka Panjang
Meningkatkan pengetahuan ibu dengan bayi sehingga dapat
mengetahui Pentingnya Pemberian Asi Ekslusif. Dan menjadi perbaikan
asuhan untuk anak berikutnya sehingga dapat menmberikan ASI Eksklusif
secara maksimal.
MATERI PENYULUHAN
1. ASI Eksklusif
ASI (Air Susu Ibu) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,lactose dan
garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu,
sebagai makanan utama bagi bayi (Haryono & Setianingsih, 2014). Pada usia 6
bulan pertama, bayi hanya perlu diberikan ASI saja atau dikenal dengan sebutan
ASI eksklusif (Maryunani, 2010). ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada
bayi 0-6 bulan tanpa pemberian tambahan cairan lain seperti susu formula, air
jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang,
papaya, bubur susu, biskuit, dan nasi tim (Haryono & Setianingsih, 2014).
1) Kurangnya Nutrisi
Pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu upaya untuk memperoleh
tumbuh kembang bayi yang baik. Karena ASI mengandung semua
nutrisi penting yang diperlukan bayi untuk tumbuh kembangnya dan
mengandung zat antibodi untuk kekebalan tubuh bayi. Jika bayi tidak
diberikan ASI Eksklusif dapat menyebabkan bayi kekurangan nutrisi. (Wilda
Umami & Ani Margawati 2018)
2) Daya Tahan Tubuh Lemah
ASI secara eksklusif memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik dibandingkan
bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif (Bahriyah dkk, 2017)..
3) Berpengaruh pada Tumbuh kembang bayi
Bayi yang diberi ASI Eksklusif selama 6 bulan pasti memiliki tumbuh
kembang yang optimal (normal), sehingga kejadian obesitas pasti dapat
dicegah, karena ASI dapat mengontrol berat badan bayi (Hamzah, 2018).
4) Dapat menyebabkan stunting pada balita
Salah satu penyebab kejadian stunting adalah kurangnya asupan zat gizi, baik
dari segi kualitas maupun kuantitas menurut World Health Organization
(WHO)
ASI yang kurang mengakibatkan kebutuhan gizi bayi menjadi tidak seimbang
Ketidakseimbangan pemenuhan gizi pada bayi akan berdampak buruk pada
kualitas sumber daya manusia yang dapat dilihat dari terhambatnya tumbuh
kembang bayi secara optimal (Bahriyah dkk, 2017).
5) Resiko Kematian dikarnakan Diare
Bila bayi tidak diberi ASI Eksklusif memiliki dampak yang tidak baik
bagi bayi. Adapun dampak memiliki risiko kematian karena diare 3,94 kali
lebih besar dibandingkan bayi yang mendapat ASI Eksklusif (Salamah, U., &
Prasetya, P. H. 2019)
6) Penurunan kemampuan intelektual dan produktivitas
(Ningrum dan Utami, 2017)
5. Frekuensi Menyusui
Frekuensi pemberian ASI berpengaruh pada kualitas kesehatan bayi, semakin
sedikit jumlah bayi yang mendapat ASI, maka kualitas kesehatan bayi dan balita
akan semakin buruk, hal inijuga menyebabkan penurunan berat badan bayi yang
berakibat gangguan pertumbuhan dan meningkatkan Angka Kematian Bayi
(AKB) yang dapat menyebabkan suatu keadaan yang cukup serius dalam hal gizi
bayi (Kementrian Kesehatan RI, 2017).
Proses inisiasi menyusui dini dijalankan dalam satu jam pertama sejak bayi
lahir, menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO). Biasanya, ini berlangsung kurang
lebih selama 15 menit. Sejak saat itu, bayi harus secara intensif diberikan ASI.
Setelah pemberian ASI pertama kali, bayi akan menyusu lagi dua hingga dua
setengah jam.
Kebutuhan bayi laki-laki dan perempuan sama, yakni untuk minggu pertama
sebanyak 80-100 mililiter per kilogram berat badan per hari, menurut dr Lucy
Savitri, Sp.A. Jadi, frekuensi menyusu semua bayi juga sama. Pada usia ini, ASI
lebih mudah dicerna sehingga bayi lebih banyak menyusu. Selama satu bulan,
bayi akan menyusu delapan hingga 12 kali sehari. Pada saat bayi berusia satu
hingga dua bulan, bayi mungkin akan menyusu tujuh hingga sembilan kali sehari.
1. Usia 3 Bulan
Bayi berusia tiga bulan kemungkinan besar akan lebih sering menyusu pada
siang hari, dibandingkan malam hari. Meski begitu, pemberian ASI pada
malam hari tetap harus dilakukan meski mungkin sudah berkurang banyak.
Intinya, pemberian makan dilakukan 6 sampai 8 kali dalam 24 jam, dengan
rentang waktu kurang lebih 2,5 hingga 3,5 jam.
2. Usia 4-5 Bulan
Jadwal pemberian ASI pada bayi usia empat hingga lima bulan biasanya
dilakukan tiga hingga empat jam sekali. Jadi, frekuensi pemberian ASI di usia
ini juga terjadi sekitar enam sampai delapan kali dalam 24 jam, sama seperti
bayi usia tiga bulan.
3. Usia 6 Bulan
ASI tetap menjadi makanan terpenting meski bayi sudah berusia enam bulan.
Jadi, pemberian ASI tetap harus diberikan namun frekuensinya menurun
hingga hanya empat hingga enam kali dalam sehari. Sementara untuk lama
waktu menyusui bayi usia 6 bulan, bisa berkisar antara lima hingga enam jam
sekali.
Aziezah, N., & Adriani, M. (2013). Perbedaan tingkat konsumsi dan status gizi antara
bayi dengan pemberian ASI eksklusif dan non ASI eksklusif. Media Gizi
Indonesia, 9(1), 78–83.
Haryono, R., & Setianingsih, S. (2014). Manfaat ASI eksklusif untuk buah hati anda.
Yogyakarta: Gosyen Publishing, 1–30.
Dwi, Mulyani, Waryana, and Sari Tjarono. 2019. “Pengaruh Pemberian Sertifikat
Lulus ASI Eksklusif Terhadap Pencapaian ASI Eksklusif Di Wilayah Puskesmas
Godean Sleman Yogyakarta.” R Medicine 6: 7–28.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1343/3/4. Chapter 2.pdf.
Bahriyah, F., Putri, M., & Jaelani, A. K. (2017). Hubungan pekerjaan ibu terhadap
pemberian asi eksklusif pada bayi di wilayah kerja puskesmas sipayung. Jurnal
Endurance: Kajian Ilmiah Problema Kesehatan, 2(2), 113-118.
Ningrum, E. W., & Utami, T. (2017). Hubungan antara status gizi stunting dan
perkembangan balita usia 12-59 bulan. Bidan Prada.