PENGANTAR
melimpahkan taufik serta hidayahNya
sehingga Booklet Informasi Industri
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Booklet ini disusun untuk memberikan
gambaran perkembangan yang sudah
cukup baik pada kinerja sektor industri
pada Tahun 2017.
Penyusun,
18%
China, Jepang, Korea Selatan dan
Vietnam dipicu oleh kekuatan
sektor manufaktur. Hal yang sama Industri Pengolahan Non
juga dialami oleh India, Bangladesh, Migas
Laos dan Kamboja. Kekuatan dalam
bidang manufaktur telah menggeser
pendapatan negara di Asia untuk
terus bertumbuh diatas 6% setiap
tahun. Selain terus mempertahankan
kebudayaan agraris, para petani dapat
14%
Perdagangan
mengisi waktu luangnya untuk bekerja
di industri manufaktur sebelum waktu
panen datang.
11%
Konstruksi
2X dibanding
Lainnya
Industri selain manufaktur, sehingga tidak
terjadi kesalah pahaman tentang isu
“Deindustrialisasi”. Seyogianya isu ini
LEBIH BESAR muncul hanya karena penggolongan
DARI CINA Klasifikasi Baku Lapangan Kerja
Indonesia (KBLI) jasa terkait industri
tidak dihitung sebagai akibat multiplier
Industri non Migas.
PERTUMBUHAN
INDUSTRI NON JUMLAH UNIT
Rp MIGAS USAHA INDUSTRI
KAPASITAS UTILITAS
PRODUKSI INDUSTRI PRODUKSI
PENGOLAHAN
Rp 4.379,62 TRILIUN 76 %
Sumber: BPS, Survey IBS 2015 Sumber: BPS, Survey IBS 2015
NILAI IMPOR
INDUSTRI
PENGOLAHAN
US$ 110,59 MILIAR
Sumber: BPS, Jan-Nov 2017
116,30
106,77 100,94
98,64
100,00
-
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
300 236,1
320,5 331,8
Rp. Triliun
198,9
selalu naik sejak tahun 200
100
2014 s.d. 2017 00
2014 2015 2016 2017
Tahun
Industri menjadi salah satu sektor Realisasi Penerimaan Pajak dari Industri
strategis karena berperan penting non migas hingga triwulan III tahun 2017
dalam pembangunan nasional dan turut yaitu sebesar Rp 224,95 Triliun atau 31,2
memacu pertumbuhan ekonomi. Tidak persen dari total penerimaan pajak yaitu
hanya sebagai penyumbang terbesar sebesar Rp 720,05 Triliun
terhadap produk domestik bruto (PDB),
manufaktur juga mampu memberikan
kontribusi tertinggi melalui setoran pajak.
Kontribusi
Industri
Pengolahan
Tahun 2014
terhadap
Ekonomi
Indonesia
Kontribusi
Industri
Pengolahan
Jan-Sep 2017
terhadap
Ekonomi
Indonesia
Kontribusi Sektor Industri Pengolahan Pertambangan turun dari 10% pada tahun
menurun menjadi 20% pada periode Jan 2014 menjadi 7% pada Jan-Sep 2017.
– Sep 2017 dibandingkan dengan tahun Sedangkan untuk Sektor Konstruksi dan
2014, Pergeseran ini terjadi pada Sektor Perdagangan masih memiliki porsi yang
Pertanian yang bergerak naik menjadi sama.
14% pada Jan – Sep 2017 dibandingkan
dengan tahun 2014. Dilain pihak Sektor
100.69
100
2,000
2,114.79
87.12
1,972.25
80 75.49
1,794.32
67.65 1,500
1,614.05
61.72
1,454.92
60 55.58
1,325.78
1,191.44
1,000
40
731.61
682.67
500
628.74
564.73
20
522.63
486.94
346.38
- -
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Wilayah Industri I (L-HS) Wilayah Industri II (R-HS) Wilayah Industri III (R-HS)
Sumber : BPS diolah Pusdatin Kemenperin Catatan : L-HS (Left Hand Scale) R-HS (Right Hand Scale)
16,00 16,00
14,00 14,00
12,00 12,00
10,00 10,00
Juta Orang
persen
8,00 8,00
6,00 6,00
4,00 4,00
2,00 2,00
11,65 11,58 12,09 12,44 12,62 13,05 13,88 14,39 15,00 15,39 16,38 15,98 16,57
0,00 0,00
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
INVESTASI
BOOKLET INFORMASI INDUSTRI 16
NILAI INVESTASI PMA DAN PMDN MENURUT SEKTOR
PERIODE JANUARI – SEPTEMBER 2017
14.000 400
12.000 350
335,6
300
10.000
Nilai Investasi (Rp Triliun)
Jumlah Proyek
250
8.000
236,0
212,6 200
202,4 198,8
6.000
150
4.000
100
2.000 50
4.547 4.015 9.709 13.104 8.431
- 0
2013 2014 2015 2016 Jan-Sep 2017
Periode Jan-Sep 2017, Kontribusi Investasi Industri Agro, Industri Kertas & Barang dari
PMA Industri Agro sebesar 23% terhadap total Kertas (21%),m Industri Kayu, Barang dari Kayu
Investasi PMDN manufaktur. Periode yang sama dan Gabus (16%)
Industri Makanan kontribusi 48% dari Investasi
Periode Jan-Sep 2017, Kontribusi Investasi PMA Investasi IKTA, Industri Karet, Barang dari Karet &
IKTA sebesar 36% terhadap total Investasi PMA Plastik (14%), Industri Barang Galian Bukan Logam
manufaktur. Periode sama Industri Bahan Kimia (13%)
&Barang dari bahan Kimia kontribusi 46% dari
Periode Jan-Sep 2017, Kontribusi Investasi PMA Kendaraan Bermotor (18%) dan Industri Alat
ILMATE sebesar 41% terhadap total investasi PMA Angkutan Lainnya (9%)
manufaktur. Periode yang sama Industri logam
kontribusi 51% dari Investasi ILMATE, Industri
Periode Jan-Sep 2017, Kontribusi Investasi Total Investasi Industri Agro, Industri Kertas &
PMDN Industri Agro sebesar 51% terhadap Barang dari Kertas (21%) dan Industri Pengolahan
total investasi PMDN manufaktur. Periode yang Tembakau (11%).
sama Industri Makanan kontribusi 57% dari
Periode Jan-Sep 2017, Kontribusi Investasi PMDN 30% dari Investasi IKTA, Industri Tekstil (18%) dan
IKTA sebesar 34% terhadap total investasi PMDN Industri Barang Galian Bukan Logam (9%)
manufaktur. Periode yang sama Industri Bahan
Kimia dan Barang dari bahan Kimia kontribusi
Periode Jan-Sep 2017, Kontribusi Investasi PMDN Industri Peralatan Listrik (10%) dan Industri
ILMATE sebesar 16% terhadap total investasi Barang Logam Bukan Mesin dan Peralatannya
PMDN manufaktur. Periode yang sama Industri (8%).
logam kontribusi 64% dari Total Investasi ILMATE,
Beberapa tahun terakhir, ekspor non tinggi. Data fakta tersebut, Indonesia
migas telah mendominasi ekspor masih memiliki peluang memperkuat
Indonesia dengan share mencapai 76%. kontribusi sektor manufaktur lebih
Ini merupakan momentum penting lanjut terhadap ekonomi dengan
bahwa Migas tidak lagi menjadi andalah meningkatkan kapasitas ekspornya
dana pembangunan dan menggeser melalui industri berteknologi menengah
paradigma bahwa Migas harus dijadikan dan tinggi. Untuk mencapai hal tersebut,
aset yang dioptimalkan nilai tambahnya sudah saatnya regulator harus memahai
melalui Industri Petro Kimia. bagaimana bisnis manufaktur global
bekerja di era ekonomi digital saat ini
Pada 2018, pemerintah perlu sehingga kebijakan ekonomi dapat
memberikan perhatian khusus dan dituangkan dengan benar.
insentif agar industri manufaktur
semakin tumbuh dan berkembang. Sementara itu, berbagai desakan
Target pertumbuhan industri manufaktur dari Kementerian/Lembaga sektor
5,67% pada tahun 2018 menunjukan hulu memaksa perusahaan untuk
kurangnya perhatian dan fokus menggunakan konten dari dalam negeri,
dari kebijakan pemerintahan dalam sedangkan industri pendukung belum
‘menggenjot’ ekspor. Padahal produk siap. Hal tersebut justru akan menjadi
manufaktur harusnya dapat berperan kontraproduktif bagi keseluruhan
lebih aktif dalam kinerja ekspor nasional upaya ‘menggenjot’ kinerja ekspor
yang saat ini masih sekitar 76%. manufaktur dan industrialisasi. Dalam
kasus ini, membatasi impor secara
Ekspor manufaktur Indonesia relatif berlebihan berarti mengurangi ekspor.
kecil ( 76%) dibandingkan negara- Di era keterkaitan global, obsesi dengan
negara Asia Tenggara dan Timur. China lokalisasi dan populisme ekonomi akan
misalnya, mampu melakukan ekspor cenderung menghambat daya saing
manufaktur lebih dari 90% dari total industri daripada mendukungnya.
ekspornya. Produk ekspor manufaktur Peluang ekspor produk manufaktur
Indonesia masih didominasi oleh Indonesia ke mancanegara diperkirakan
produk teknologi rendah. Ini berbeda masih cukup prospektif ditengah
dibandingkan dengan Malaysia, membaiknya perekonomian di beberapa
Vietnam, Singapura dan China yang negara tujuan ekspor.
rata-rata sudah mampu mengekspor
manufaktur berteknologi menengah dan
76%
75%
68%
Industri Agro merupakan primadona ekspor Periode yang sama Industri makanan kontribusi
industri pengolahan. Periode Jan-Nov 2017, 64% dari total ekspor Industri Agro, Industri
Kontribusi nilai ekspor Industri Agro sebesar Kertas dan Barang dari Kertas (13%) dan Industri
40% terhadap total ekspor industri pengolahan. karet remah (10%).
Periode Jan-Nov 2017, Kontribusi nilai ekspor total nilai ekspor IKTA, Industri Pakaian Jadi (22%)
IKTA sebesar 29% terhadap total ekspor industri dan Industri Bahan Kimia dan Barang dari bahan
pengolahan. Periode yang sama Industri Kulit, Kimia (36%).
barang dari Kulit & Alas Kaki kontribusi 15% dari
Periode Jan-Nov 2017, Kontribusi nilai ekspor IKTA, Industri Komputer, Barang Elektronik dan
ILMATE sebesar 32% terhadap total ekspor Optik (16%) dan Industri Kendaraan Bermotor
industri pengolahan. Periode yang sama Industri (15%).
logam dasar kontribusi 29% dari total nilai ekspor
80%
78%
70%
Periode Jan-Nov 2017, porsi nilai impor Industri Industri Makanan; kemudian Industri Kertas dan
Agro sebesar 12% terhadap total impor industri Barang dari Kertas (21%) dan Industri Pengolahan
pengolahan. Pada periode yang sama 68% dari Tembakau (4%).
total nilai impor Industri Agro didominasi oleh
Periode Jan-Nov 2017, Kontribusi nilai ekspor 57% dari total nilai impor IKTA; kemudian Industri
IKTA sebesar 30% terhadap total ekspor industri Tekstil (19%); dan Industri Barang dari Karet dan
pengolahan. Periode yang sama Industri Bahan Plastik (10%).
Kimia dan Barang dari Bahan Kimia mendominasi
Periode Jan-Nov 2017, porsi nilai impor ILMATE total nilai impor ILMATE; kemudian Industri
sebesar 58% terhadap total impor industri Komputer, Barang Elektronik dan Optik (21%); dan
pengolahan. Periode yang sama Industri Mesin Industri Logam Dasar (19%).
dan Perlengkapan YTDL berkontribusi 25% dari
Peran Golongan
Bahan Baku/
Penolong
Struktur Biaya
Industri Pengolahan
(%)
Bahan baku dan penolong merupakan komponen terbesar pada Struktur Biaya
Industri Pengolahan serta kontributor terbesar dalam total impor Indonesia.
Walaupun demikian, hanya 23 persen dari total biaya bahan baku yang merupakan
Bahan Baku Impor.
Secara umum Industri Besar Sedang (IBS) Industri Kayu, Barang dari Kayu & Gabus
yang termasuk dalam kelompok Industri Agro (tidak termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman
sejak tahun 2014 sampai dengan triwulan III- Dari Bambu, Rotan & Sejenisnya; dan Industi
2017 memiliki nilai indeks produksi di atas indeks Kertas dan Barang dari Kertas mengalami
produksinya di tahun 2010. penurunan indeks produksi dibanding tahun 2010,
hal ini mengindikasikan bahwa produksinya lebih
rendah dibanding produksi tahun 2010.
Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat Industri Pakaian Jadi; Industri Karet, Barang
Tradisional mengalami lonjakan produksi, pada dari Karet Plastik serta Industri Aneka dan
tahun 2017 nilai indeks produksi hampir mencapai Lainnya cenderung stagnan.
200 artinya dua kali lipat dibanding produksi Selainnya, perkembangan produksi industri
tahun 2010. tersebut menunjukkan peningkatan dari waktu
Industri Tekstil menunjukkan produksinya ke waktu.
dibawah produksi tahun 2010 dan cenderung
stagnan
Industri Barang Logam Bukan Mesin dan tahun 2010 tetapi mengalami penurunan dari
Peralatannya memiliki nilai indeks produksi yang tahun ke tahun.
besar dan peningkatan yang signifikan dibanding Industri Alat angkutan lainnya dan jasa
tahun 2010. reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan
Industri Peralatan Listrik juga memiliki nilai memiliki indeks produksinya di bawah indeks
indeks produksi yang lebih tinggi dibandingkan produksi tahun 2010 dan cenderung stagnan.
-6,00Sumber:
-4,00 BPS
-2,00 diolah
0,00 Pusdatin
2,00 4,00 6,00
Kemenperin8,00 10,00 12,00
Pertumbuhan Produksi IBS triwulan III tahun 2017 dibandingkan triwulan III
tahun 2016 year on year, Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia
tumbuh 9,30 persen dan lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan
industri besar sedang secara total. Sedangkan, produksi Industri Barang Galian
Bukan Logam berkontraksi atau menurun 1,42 persen.
-4,0 -2,0 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0
Sumber: BPS diolah Pusdatin Kemenperin
-15 -10Sumber:
-5 BPS diolah
0 5 10Kemenperin
Pusdatin 15 20 25 30
-20 Sumber:
-10 BPS diolah
0 Pusdatin
10 Kemenperin
20 30 40
Pertumbuhan Produksi IMK triwulan III tahun 2017 dibandingkan triwulan III tahun 2016
year on year, Industri Komputer, Barang Elektronika dan Optik ‘melejit’ tumbuh lebih dari 30
persen dan merupakan angka kenaikan pertumbuhan tertinggi dibandingkan semua industri
dibawah binaan Ditjen ILMATE. Sedangkan, produksi Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL
berkontraksi hampir 15 persen. Namun demikian, Industri ini tercatat mengalami kenaikan
pertumbuhan sebesar 22, 26 persen pada periode sebelumnya (triwulan II 2017).
-5 0 5 BPS10
Sumber: 15
diolah Pusdatin 20 25
Kemenperin 30 35 40