Anda di halaman 1dari 54

KATA

Dengan memanjatkan puji syukur


kehadirat Allah SWT yang telah

PENGANTAR
melimpahkan taufik serta hidayahNya
sehingga Booklet Informasi Industri
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Booklet ini disusun untuk memberikan
gambaran perkembangan yang sudah
cukup baik pada kinerja sektor industri
pada Tahun 2017.

Terselenggaranya penulisan ini tidak


lepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, untuk itu kami sampaikan
terima kasih kepada:

1. Bapak Sekretaris Jenderal


Kementerian Perindustrian, Bpk. Dr.
Haris Munandar N., M.A.
2. Para narasumber yang telah
membantu yang tidak dapat kami
sebutkan satu persatu.

Kami menyadari bahwa Booklet ini


masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu saran dan kritik dari berbagai pihak
kami harapkan guna menyempurnakan
penyajian booklet ini di masa mendatang.

Penyusun,

Ir. Willem Petrus Riwu, MM

1 BOOKLET INFORMASI INDUSTRI


GAMBARAN UMUM DAN HARAPAN TERHADAP
INDUSTRI NASIONAL
Industri dunia masih mengandalkan
keunggulan komparatif Indonesia, sehingga
Indonesia harus mengupayakan keunggulan 1% Peran Perdagangan
Global Indonesia
komparatifnya agar menjadi negara yang besar TIDAK SIGNIFIKAN
dan berdaya saing.

Nilai GDP dihitung dengan


metode perhitungan
Purchasing Power Parity
(PPP)

Industrialisasi menjadi penentu satu mata rantaipun terputus agar


karena Industri adalah salah satu tercipta efisiensi penganggaran dan
sektor strategis dalam pemacu keberlangsungan proses penciptaan
pertumbuhan ekonomi, penyumbang nilai tambah, berkualitas dan
terbesar pada produk domestik keberlanjutannya terjaga. Sebagai
bruto (PDB), memberikan kontribusi jantung industrialisasi, Implementasi
tertinggi pada penerimaan pajak SIINas akan membenderangkan peta
dan konsisten membawa multiplier jalan pengembangan Industri nasional
effect kepada seluruh sektor ekonomi. dengan dukungan Informasi Industri
Pembangunan industri nasional harus yang akurat niscaya akan menjadikan
dikelola rantai pasokannya tanpa industri kuat.

BOOKLET INFORMASI INDUSTRI 2


Sektor Industri Pengolahan Non Migas
merupakan sektor utama sumber
pertumbuhan ekonomi

Kontribusi PDB: 18% (TW I-III 2017)


Kontribusi Investasi: 42% (Jan-Sep 2017)

Sumber Devisa dan Penerimaan


Negara dari Pajak

Ekspor: 74,5% (Jan-Nov 2017)


Investasi Asing: 63,9% (TW I-III 2017)
Penerimaan: 31,32 % (TW III 2017)
98% Cukai dari Industri

Meningkatkan penyerapan tenaga kerja,


nilai tambah, pendapatan masyarakat,
kemampuannya menggerakkan kegiatan
sektor ekonomi lainnya

Penyerapan Tenaga Kerja : 14,1% (Agustus 2017)


Indeks Daya Penyebaran: 1,11
Indeks Derajat Kepekaan: 2,76

PDB sektor Industri non Migas terus-


Kontributor Utama PDB Industri Pengolahan menerus tergantung pada kontribusi
Non Migas Triwulan I-III 2017 industri yang mayoritas bernilai tambah
rendah atau berteknologi rendah.

Industri Makanan & Minuman Sejauh ini ekspor Indonesia masih


didominasi produk dan komoditas
primer yang bernilai tambah rendah
Industri Barang Logam dan berteknologi rendah yaitu CPO,
pakaian jadi, peralatan listrik, karet
Industri Komputer, Barang remah, dan perhiasan. Sedangkan dari
Elektronik, Optik & Peralatan sisi pendorong pertumbuhan melalui
Listrik investasi, sektor utama yang menjadi
tujuan investor masih pada industri
Industri Alat Angkutan logam, industri makanan, dan industri
kimia dan farmasi.

3 BOOKLET INFORMASI INDUSTRI


Globalisasi menyebabkan Indonesia meningkatkan peran dan menentukan
masuk dalam rantai pasok global (GVC) posisi dalam rantai pasok tersebut.
dan meningkatkan ketergantungan Industri Nasional harus bergerak ke arah
Indonesia dengan negara lainnya. Revolusi Industri 4.0 yang menggunakan
Hal ini dapat dilihat salah satunya teknologi terkini untuk menghubungkan
dari dominasi impor bahan baku dan bidang produksi fisik, digital dan
penolong yang mencapai 75,2% pada biologis. Industrialisasi bukan hanya
Januari hingga November 2017. proses di pabrik industri namun juga
Terjadinya kecenderungan pergerakan proses sepanjang rantai nilai dan rantai
modal, barang, sumber daya manusia, pasok penciptaan nilai tambah yang
dan teknologi yang cepat dan dinamis melibatkan seluruh sektor termasuk jasa
akibat dari globalisasi tersebut sudah logistik dan jasa keuangan serta jasa
seyogyanya mendorong Indonesia sosial.

BOOKLET INFORMASI INDUSTRI 4


PERINGKAT DAYA SAING GLOBAL INDONESIA

Berdasarkan penilaian oleh berbagai lembaga dunia, Indonesia memiliki


daya saing global cenderung membaik , ditunjukkan dengan peringkat yang
semakin membaik dari tahun ke tahun. Tahun 2016 Nilai MVA Indonesia
berkontribusi 1,83% terhadap dunia, dan menduduki peringkat 9 dunia.

5 BOOKLET INFORMASI INDUSTRI


SEKTOR INDUSTRI MENJADI PENDORONG (FOREWARD LINKAGE)
DAN PENARIK (BACKWARD LINKAGE) SEKTOR EKONOMI LAINNYA
TERMASUK SEKTOR JASA

International Policy Research Kontribusi Terhadap PDB


mengungkapkan, cepatnya
pertumbuhan yang dialami oleh

18%
China, Jepang, Korea Selatan dan
Vietnam dipicu oleh kekuatan
sektor manufaktur. Hal yang sama Industri Pengolahan Non
juga dialami oleh India, Bangladesh, Migas
Laos dan Kamboja. Kekuatan dalam
bidang manufaktur telah menggeser
pendapatan negara di Asia untuk
terus bertumbuh diatas 6% setiap
tahun. Selain terus mempertahankan
kebudayaan agraris, para petani dapat
14%
Perdagangan
mengisi waktu luangnya untuk bekerja
di industri manufaktur sebelum waktu
panen datang.

11%
Konstruksi

Mengingat keterkaitan industri jasa


cukup luas cakupannya, yaitu mulai
dari industri keuangan, telekomunikasi,
hingga logistik, perlu penegasan dari
pemerintah bahwa sektor ini juga
menjadi salah satu prioritas di era
Industri Digital dan Ekonomi Digital.
Pemerintah bersama Pelaku usaha
perlu bersama membahas roadmap
SEKTOR JASA INDONESIA industri jasa perdagangan dan industri
terkait. Komitmen dari pemerintah ini
sangat diperlukan karena industri jasa
TUMBUH akan menjadi salah satu primadona,

2X dibanding
Lainnya
Industri selain manufaktur, sehingga tidak
terjadi kesalah pahaman tentang isu
“Deindustrialisasi”. Seyogianya isu ini
LEBIH BESAR muncul hanya karena penggolongan
DARI CINA Klasifikasi Baku Lapangan Kerja
Indonesia (KBLI) jasa terkait industri
tidak dihitung sebagai akibat multiplier
Industri non Migas.

BOOKLET INFORMASI INDUSTRI 6


INDUSTRI PENGOLAHAN SEBAGAI
PENGGERAK SEKTOR LAINNYA

Industri Pengolahan memiliki Indeks pertumbuhan seluruh sektor ekonomi


Daya Penyebaran (IDP) dan Indeks juga mampu menarik TUMBUH
Derajat Kepekaan lebih dari 1 (satu). KEMBANG sektor ekonomi yang
Hal ini menunjukkan bahwa Industri berperan sebagai pemasok bagi proses
Pengolahan mempunyai kemampuan industri pabrikasi.
yang TINGGI untuk mendukung

7 BOOKLET INFORMASI INDUSTRI


KINERJA INDUSTRI
Periode Januari – September 2017

PERTUMBUHAN
INDUSTRI NON JUMLAH UNIT
Rp MIGAS USAHA INDUSTRI

4,71% (YoY) 26.322 UNIT


Sumber: BPS, Survey IBS 2015
Sumber: BPS, data kumulatif Triwulan III 2017

KONTRIBUSI INDUSTRI NILAI INVESTASI


NON MIGAS
Rp TERHADAP EKONOMI
SEKTOR
INDUSTRI
NASIONAL
PMA US$ 10,5 M PMDN RP 73,0 T
17,92 %
Sumber: BPS, data kumulatif Triwulan III 2017 Sumber: BKPM, Triwulan III 2017

KAPASITAS UTILITAS
PRODUKSI INDUSTRI PRODUKSI
PENGOLAHAN
Rp 4.379,62 TRILIUN 76 %
Sumber: BPS, Survey IBS 2015 Sumber: BPS, Survey IBS 2015

NILAI EKSPOR JUMLAH TENAGA


INDUSTRI KERJA SEKTOR
PENGOLAHAN INDUSTRI

US$ 114,67 MILIAR 17,01 JUTA ORANG


Sumber: BPS, Jan-Nov 2017 Sumber: Data SAKERNAS, Agustus 2017

NILAI IMPOR
INDUSTRI
PENGOLAHAN
US$ 110,59 MILIAR
Sumber: BPS, Jan-Nov 2017

BOOKLET INFORMASI INDUSTRI 8


PERKEMBANGAN KINERJA INDUSTRI PENGOLAHAN
Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Selalu meningkat
(Triliun Rupiah) nilai PDB sektor
698,18
Industri Non
681,65
648,27
660,97 Migas
635,20 643,99
620,90 617,12
602,82 614,83
575,73 579,82
555,28 563,83
532,74

I II III IV I II III IV I II III IV I II III


2014 2015 2016** 2017***
Rp Triliun

Share Industri Furnitur


Industri Alat Angkutan Industri Pengolahan Lainnya; Jasa
1,4% Reparasi dan Pemasangan Mesin
terhadap PDB 1,8%
10,1%
Industri Mesin dan Perlengkapan da n Peralatan
Industri Makanan dan Minuman
Industri Barang Logam; Komputer, 0,9%
Industri Non Ba ra ng Elektronik, Optik; dan
34,0%
Pera latan Listrik
Migas 10,5%
Industri Logam Dasar
4,0%

Industri Barang Galian bukan


Loga m
3,6% Industri Pengolahan Tembakau
Industri Karet, Barang dari Karet
da n Plastik 5,1%
3,6%
Industri Tekstil dan Pa kaian Jadi
Industri Kimia, Farmasi dan Obat 6,2%
Tra disional Industri Kertas dan Barang dari Industri Kayu, Barang dari Kayu Industri Kulit, Barang dari Kulit dan
9,9% Kerta s; Percetakan dan Reproduksi da n Gabus dan Barang Anyaman Al a s Kaki
Media Rekaman da ri Bambu, Rotan dan Sejenisnya 1,5%
4,0% 3,4%

Impor Menurut Golongan Penggunaan Barang Impor BB&P serta Barang


250,00 Modal untuk Industri
cenderung naik dan
200,00
selalu tinggi
150,00 139,82 141,41 135,69
130,47
Miliar US$

116,30
106,77 100,94
98,64
100,00

50,00 32,97 37,98


26,79 31,46 29,24 24,67 22,28 24,40

-
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Bahan Baku Dan Penolong Barang-Barang Modal


Barang-Barang konsumsi TOTAL

Konsumsi Rumah Tangga (Miliar Rupiah) Konsumsi Pemerintah (Miliar Rupiah)


7.632.138 1.172.420 1.215.666
7.009.578 1.124.812
6.477.577 996.197
5.915.194

2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

Investasi di sektor Investasi Sektor Industri Pengolahan

Industri cenderung 400

300 236,1
320,5 331,8
Rp. Triliun

198,9
selalu naik sejak tahun 200

100
2014 s.d. 2017 00
2014 2015 2016 2017
Tahun

9 BOOKLET INFORMASI INDUSTRI


INDIKASI SEKTOR INDUSTRI SEBAGAI
PENYUMBANG PAJAK PADA TW III 2017

Industri menjadi salah satu sektor Realisasi Penerimaan Pajak dari Industri
strategis karena berperan penting non migas hingga triwulan III tahun 2017
dalam pembangunan nasional dan turut yaitu sebesar Rp 224,95 Triliun atau 31,2
memacu pertumbuhan ekonomi. Tidak persen dari total penerimaan pajak yaitu
hanya sebagai penyumbang terbesar sebesar Rp 720,05 Triliun
terhadap produk domestik bruto (PDB),
manufaktur juga mampu memberikan
kontribusi tertinggi melalui setoran pajak.

BOOKLET INFORMASI INDUSTRI 10


PERTUMBUHAN PDB INDUSTRI NONMIGAS 2017

Produk Domestik Bruto


Semester Tw III (yoy)
Komulatif Semester Tw III (yoy)
Komulatif
I (yoy) Sampai Tw III I (yoy) Sampai Tw III

4,35% 5,49% 4,71% 4,35% 5,49% 4,71%


Industri Nonmigas

Semester Komulatif Pada periode tahun 2014-


Tw III (yoy)
I (yoy) Sampai Tw III 2016 , Pertumbuhan PDB Ekonomi
tumbuh pada 4,95% dan Sektor
5,56% 7,03% 6,07% Industri non Migas tumbuh pada
Industri Agro 4,74%. Sejak tahun 2015 sampai
dengan 2016 Industri non Migas
Semester Tw III (yoy)
Komulatif terus tumbuh tapi melambat dan
I (yoy) Sampai Tw III terlihat kembali naik tinggi diatas

4,00% 2,52% 3,50%


Pertumbuhan ekonomi pada Tw
III tahun 2017. Walau Industri
IKTA non migas Tumbuh komulatif
pada Tw I - Tw III 2017 sebesar
Semester Tw III (yoy)
Komulatif 4,71% namun masih dibawah
I (yoy) Sampai Tw III
Pertumbuhan ekonomi yang
2,61% 5,68% 3,63% sebesar 5,03%.
ILMATE

11 BOOKLET INFORMASI INDUSTRI


KONTRIBUSI PDB INDUSTRI PENGOLAHAN TRIWULAN III 2017 (%)

Kontribusi
Industri
Pengolahan
Tahun 2014
terhadap
Ekonomi
Indonesia

Kontribusi
Industri
Pengolahan
Jan-Sep 2017
terhadap
Ekonomi
Indonesia

Sumber : BPS diolah Pusdatin Kemenperin

Kontribusi Sektor Industri Pengolahan Pertambangan turun dari 10% pada tahun
menurun menjadi 20% pada periode Jan 2014 menjadi 7% pada Jan-Sep 2017.
– Sep 2017 dibandingkan dengan tahun Sedangkan untuk Sektor Konstruksi dan
2014, Pergeseran ini terjadi pada Sektor Perdagangan masih memiliki porsi yang
Pertanian yang bergerak naik menjadi sama.
14% pada Jan – Sep 2017 dibandingkan
dengan tahun 2014. Dilain pihak Sektor

BOOKLET INFORMASI INDUSTRI 12


KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI PADA PEREKONOMIAN (NILAI
TAMBAH BRUTO ) NASIONAL PERIODE JANUARI- SEPTEMBER 2017
Untuk Industri Ditjen
IKTA pada periode yang
sama mencatatkan
NTB sebesar Rp.154,48
triliun (Kontribusi 25%
pada Industri Non
Migas) , sumbangan
terbesar dari Industri
Bahan Kimia dan
Barang dari Bahan Kimia
sebesar Rp.44,14 triliun
(Kontribusi 7% pada
Nilai Tambah Bruto (NTB) Industri Industri Non Migas). Sedangkan Industri
Ditjen Industri Agro (IA) pada Triwulan Ditjen ILMATE pada periode tersebut
III 2017 mencapai Rp.300,36 triliun memberikan NTB sebesar Rp.167,06
(Kontribusi 48% pada Industri Non triliun (Kontribusi 27% pada Industri Non
Migas) , yang didominasi oleh kelompok Migas) , dengan penyumbang terbesar
Industri Makanan yang nilainya sebesar dari Kelompok Industri Kendaraan
Rp.207,31 triliun (Kontribusi 33% pada Bermotor, Trailer dan Semi Trailer yang
Industri Non Migas). mencapai Rp.36,88 triliun (Kontribusi 6%
pada Industri Non Migas).

NILAI TAMBAH BRUTO MENURUT PERWILAYAHAN INDUSTRI


Nilai Tambah Bruto Menurut Perwilayahan Industri
120 2,500
111.52

100.69
100
2,000
2,114.79

87.12
1,972.25

Wilayah Industri II dan III (Miliar Rp)


Wilayah Industri I (Miliar Rp)

80 75.49
1,794.32

67.65 1,500
1,614.05

61.72
1,454.92

60 55.58
1,325.78
1,191.44

1,000
40
731.61
682.67

500
628.74
564.73

20
522.63
486.94
346.38

- -
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Wilayah Industri I (L-HS) Wilayah Industri II (R-HS) Wilayah Industri III (R-HS)
Sumber : BPS diolah Pusdatin Kemenperin Catatan : L-HS (Left Hand Scale) R-HS (Right Hand Scale)

Perkembangan Industrialisasi Wilayah Industri I (Sulawesi,


ke daerah di luar Jawa cukup pesat Maluku dan Papua) dan Wilayah
dan terlihat adanya indikasi kegairahan Industri II (Sumatera dan Kalimantan)
industri untuk berkembang secara terus menunjukkan trend meningkat
merata ke seluruh wilayah tidak lagi untuk menciptakan nilai tambah bruto
terkonsentrasi di Pulau Jawa. sektor industri non migas.

13 BOOKLET INFORMASI INDUSTRI


STRUKTUR LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA

BOOKLET INFORMASI INDUSTRI 14


18,00 18,00

16,00 16,00

14,00 14,00

12,00 12,00

10,00 10,00
Juta Orang

persen
8,00 8,00

6,00 6,00

4,00 4,00

2,00 2,00

11,65 11,58 12,09 12,44 12,62 13,05 13,88 14,39 15,00 15,39 16,38 15,98 16,57
0,00 0,00
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Tenaga Kerja Industri Share Tenaga Kerja Industri

Sejak tahun 2009 sampai


JUMLAH DAN PORSI TENAGA tahun 2015 kontribusi tenaga kerja
INDUSTRI (HASIL SAKERNAS BPS) di sektor Industri terhadap total
pekerja nasional terus meningkat
demikian jumlah tenaga kerja
terus meningkat. Hal ini biasanya
digunakan oleh pengamat untuk
mengukur Deindustrialisasi. Data ini
mengindikasikan bahwa tidak ada
indikasi deindustrialisasi.

15 BOOKLET INFORMASI INDUSTRI


Indonesia masih memiliki peluang memperkuat
kontribusi sektor manufaktur lebih lanjut
memperkuat ekonomi dengan meningkatkan
kapasitas ekspornya melalui Investasi pada
industri berteknologi menengah dan tinggi. Untuk
mencapai hal tersebut, sudah saatnya pemerintah
sebagai regulator harus mempertimbangkan
perilaku bisnis manufaktur global bekerja di era
ekonomi digital saat ini melalui sinkronisasi paket
kebijakan ekonomi yang fokus lebih mendorong
pertumbuhan.

Pada saat ini, manufaktur global melibatkan


banyak rantai nilai yang sering berada di berbagai
negara berkat revolusi informasi teknologi dan
sistem logistik modern. Hal ini menjadikannya
lebih efisien untuk menguraikan sistem produksi.
Menjadi suatu kelaziman ketika suatu negara
hendak menggenjot kinerja ekspor, impor
kebutuhan bahan pendukung pun dilakukan.
Menjadi penting memudahkan dan memfasilitasi
impor bahan baku dan bahan setengah jadi serta
inovasi dan teknologi terbaik terapan. Sebagai
contoh, untuk merakit sebuah ponsel pintar,
diperlukan pasokan layar dari Korea Selatan dan
teknologi panel dari Jepang sebelum diekspor dari
China ke seluruh dunia

INVESTASI
BOOKLET INFORMASI INDUSTRI 16
NILAI INVESTASI PMA DAN PMDN MENURUT SEKTOR
PERIODE JANUARI – SEPTEMBER 2017

Penanaman Modal Asing Penanaman Modal Dalam Negeri

Selama Januari - September 2017, Nilai investasi pada sektor


industri pengolahan masih mendominasi baik pada PMA
(43,9%) ataupun PMDN (45,8%).

REALISASI NILAI INVESTASI SERTA JUMLAH PROYEK PMA & PMDN


PERIODE 2013 - SEPTEMBER 2017 PADA SEKTOR INDUSTRI

14.000 400

12.000 350
335,6
300
10.000
Nilai Investasi (Rp Triliun)
Jumlah Proyek

250
8.000
236,0
212,6 200
202,4 198,8
6.000
150
4.000
100

2.000 50
4.547 4.015 9.709 13.104 8.431
- 0
2013 2014 2015 2016 Jan-Sep 2017

Sumber: BKPM diolah Pusdatin Kemenperin


Proyek Nilai Investasi

Nilai Investasi pada sektor industri menunjukkan kecenderungan meningkat dari


tahun 2013 sampai 2016, demikian juga jumlah proyeknya kecuali pada tahun 2014.

17 BOOKLET INFORMASI INDUSTRI


REALISASI PENANAMAN MODAL SEKTOR
SEKUNDER (INDUSTRI MANUFAKTUR)

Selama periode Januari – September 2017, Jumlah proyek


PMDN relatif lebih banyak pada Industri Agro, sementara
untuk proyek PMA dominan pada IKTA

Dari sisi nilai investasi, PMDN lebih berminat di


Industri Agro, sementara nilai PMA lebih banyak
pada kelompok ILMATE

BOOKLET INFORMASI INDUSTRI 18


NILAI INVESTASI PMA INDUSTRI AGRO
TERHADAP TOTAL INVESTASI INDUSTRI PENGOLAHAN

Periode Jan-Sep 2017, Kontribusi Investasi Industri Agro, Industri Kertas & Barang dari
PMA Industri Agro sebesar 23% terhadap total Kertas (21%),m Industri Kayu, Barang dari Kayu
Investasi PMDN manufaktur. Periode yang sama dan Gabus (16%)
Industri Makanan kontribusi 48% dari Investasi

19 BOOKLET INFORMASI INDUSTRI


NILAI INVESTASI PMA INDUSTRI KIMIA TEKSTIL
DAN ANEKA TERHADAP TOTAL INVESTASI
INDUSTRI PENGOLAHAN

Periode Jan-Sep 2017, Kontribusi Investasi PMA Investasi IKTA, Industri Karet, Barang dari Karet &
IKTA sebesar 36% terhadap total Investasi PMA Plastik (14%), Industri Barang Galian Bukan Logam
manufaktur. Periode sama Industri Bahan Kimia (13%)
&Barang dari bahan Kimia kontribusi 46% dari

BOOKLET INFORMASI INDUSTRI 20


NILAI INVESTASI PMA INDUSTRI LOGAM MESIN ALAT
TRANSPORTASI DAN TELEMATIKA TERHADAP TOTAL
INVESTASI INDUSTRI PENGOLAHAN

Periode Jan-Sep 2017, Kontribusi Investasi PMA Kendaraan Bermotor (18%) dan Industri Alat
ILMATE sebesar 41% terhadap total investasi PMA Angkutan Lainnya (9%)
manufaktur. Periode yang sama Industri logam
kontribusi 51% dari Investasi ILMATE, Industri

21 BOOKLET INFORMASI INDUSTRI


NILAI INVESTASI PMDN INDUSTRI AGRO
TERHADAP TOTAL INVESTASI INDUSTRI PENGOLAHAN

Periode Jan-Sep 2017, Kontribusi Investasi Total Investasi Industri Agro, Industri Kertas &
PMDN Industri Agro sebesar 51% terhadap Barang dari Kertas (21%) dan Industri Pengolahan
total investasi PMDN manufaktur. Periode yang Tembakau (11%).
sama Industri Makanan kontribusi 57% dari

BOOKLET INFORMASI INDUSTRI 22


Nilai Investasi PMDN Industri Kimia Tekstil
dan Aneka Terhadap Total Investasi Industri
Pengolahan

Periode Jan-Sep 2017, Kontribusi Investasi PMDN 30% dari Investasi IKTA, Industri Tekstil (18%) dan
IKTA sebesar 34% terhadap total investasi PMDN Industri Barang Galian Bukan Logam (9%)
manufaktur. Periode yang sama Industri Bahan
Kimia dan Barang dari bahan Kimia kontribusi

23 BOOKLET INFORMASI INDUSTRI


Nilai Investasi PMDN Industri Logam Mesin
Alat Transportasi dan Telematika Terhadap
Total Investasi Industri Pengolahan

Periode Jan-Sep 2017, Kontribusi Investasi PMDN Industri Peralatan Listrik (10%) dan Industri
ILMATE sebesar 16% terhadap total investasi Barang Logam Bukan Mesin dan Peralatannya
PMDN manufaktur. Periode yang sama Industri (8%).
logam kontribusi 64% dari Total Investasi ILMATE,

BOOKLET INFORMASI INDUSTRI 24


EKSPOR
IMPOR

Beberapa tahun terakhir, ekspor non tinggi. Data fakta tersebut, Indonesia
migas telah mendominasi ekspor masih memiliki peluang memperkuat
Indonesia dengan share mencapai 76%. kontribusi sektor manufaktur lebih
Ini merupakan momentum penting lanjut terhadap ekonomi dengan
bahwa Migas tidak lagi menjadi andalah meningkatkan kapasitas ekspornya
dana pembangunan dan menggeser melalui industri berteknologi menengah
paradigma bahwa Migas harus dijadikan dan tinggi. Untuk mencapai hal tersebut,
aset yang dioptimalkan nilai tambahnya sudah saatnya regulator harus memahai
melalui Industri Petro Kimia. bagaimana bisnis manufaktur global
bekerja di era ekonomi digital saat ini
Pada 2018, pemerintah perlu sehingga kebijakan ekonomi dapat
memberikan perhatian khusus dan dituangkan dengan benar.
insentif agar industri manufaktur
semakin tumbuh dan berkembang. Sementara itu, berbagai desakan
Target pertumbuhan industri manufaktur dari Kementerian/Lembaga sektor
5,67% pada tahun 2018 menunjukan hulu memaksa perusahaan untuk
kurangnya perhatian dan fokus menggunakan konten dari dalam negeri,
dari kebijakan pemerintahan dalam sedangkan industri pendukung belum
‘menggenjot’ ekspor. Padahal produk siap. Hal tersebut justru akan menjadi
manufaktur harusnya dapat berperan kontraproduktif bagi keseluruhan
lebih aktif dalam kinerja ekspor nasional upaya ‘menggenjot’ kinerja ekspor
yang saat ini masih sekitar 76%. manufaktur dan industrialisasi. Dalam
kasus ini, membatasi impor secara
Ekspor manufaktur Indonesia relatif berlebihan berarti mengurangi ekspor.
kecil ( 76%) dibandingkan negara- Di era keterkaitan global, obsesi dengan
negara Asia Tenggara dan Timur. China lokalisasi dan populisme ekonomi akan
misalnya, mampu melakukan ekspor cenderung menghambat daya saing
manufaktur lebih dari 90% dari total industri daripada mendukungnya.
ekspornya. Produk ekspor manufaktur Peluang ekspor produk manufaktur
Indonesia masih didominasi oleh Indonesia ke mancanegara diperkirakan
produk teknologi rendah. Ini berbeda masih cukup prospektif ditengah
dibandingkan dengan Malaysia, membaiknya perekonomian di beberapa
Vietnam, Singapura dan China yang negara tujuan ekspor.
rata-rata sudah mampu mengekspor
manufaktur berteknologi menengah dan

25 BOOKLET INFORMASI INDUSTRI


PORSI EKSPOR
INDUSTRI PENGOLAHAN
Rp 1.422 T Rp 1.473 T Rp 1.535 T

76%
75%
68%

2014 2016 Jan-Nov 2017

Nilai Ekspor Industri Pengolahan


Jan-Nov 2017 : US$ 114,67 Miliar
Meningkat 14,91% dibanding Jan-Nov 2016

BOOKLET INFORMASI INDUSTRI 26


NILAI EKSPOR INDUSTRI AGRO
TERHADAP TOTAL INDUSTRI PENGOLAHAN
Jan-Nov
2017

Industri Agro merupakan primadona ekspor Periode yang sama Industri makanan kontribusi
industri pengolahan. Periode Jan-Nov 2017, 64% dari total ekspor Industri Agro, Industri
Kontribusi nilai ekspor Industri Agro sebesar Kertas dan Barang dari Kertas (13%) dan Industri
40% terhadap total ekspor industri pengolahan. karet remah (10%).

27 BOOKLET INFORMASI INDUSTRI


NILAI EKSPOR INDUSTRI KIMIA TEKSTIL DAN ANEKA
TERHADAP TOTAL INDUSTRI PENGOLAHAN
Jan-Nov
2017

Periode Jan-Nov 2017, Kontribusi nilai ekspor total nilai ekspor IKTA, Industri Pakaian Jadi (22%)
IKTA sebesar 29% terhadap total ekspor industri dan Industri Bahan Kimia dan Barang dari bahan
pengolahan. Periode yang sama Industri Kulit, Kimia (36%).
barang dari Kulit & Alas Kaki kontribusi 15% dari

BOOKLET INFORMASI INDUSTRI 28


NILAI EKSPOR INDUSTRI LOGAM MESIN ALAT
TRANSPORTASI DAN TELEMATIKA
Jan-Nov
2017

Periode Jan-Nov 2017, Kontribusi nilai ekspor IKTA, Industri Komputer, Barang Elektronik dan
ILMATE sebesar 32% terhadap total ekspor Optik (16%) dan Industri Kendaraan Bermotor
industri pengolahan. Periode yang sama Industri (15%).
logam dasar kontribusi 29% dari total nilai ekspor

29 BOOKLET INFORMASI INDUSTRI


KOMODITI YANG MENDOMINASI 5 BESAR
EKSPOR INDUSTRI PENGOLAHAN

BOOKLET INFORMASI INDUSTRI 30


PORSI IMPOR
INDUSTRI PENGOLAHAN
Rp 1.480 T Rp 1.440 T Rp 1.480 T

80%
78%
70%

2014 2016 Jan-Nov 2017

Nilai Impor Industri Pengolahan


Jan-Nov 2017: US$ 110,59 Miliar
Meningkat 13,46% dibanding Jan-Nov 2016

31 BOOKLET INFORMASI INDUSTRI


NILAI IMPOR INDUSTRI AGRO
TERHADAP TOTAL INDUSTRI PENGOLAHAN

Periode Jan-Nov 2017, porsi nilai impor Industri Industri Makanan; kemudian Industri Kertas dan
Agro sebesar 12% terhadap total impor industri Barang dari Kertas (21%) dan Industri Pengolahan
pengolahan. Pada periode yang sama 68% dari Tembakau (4%).
total nilai impor Industri Agro didominasi oleh

BOOKLET INFORMASI INDUSTRI 32


NILAI IMPOR INDUSTRI KIMIA TEKSTIL DAN ANEKA
TERHADAP TOTAL INDUSTRI PENGOLAHAN

Periode Jan-Nov 2017, Kontribusi nilai ekspor 57% dari total nilai impor IKTA; kemudian Industri
IKTA sebesar 30% terhadap total ekspor industri Tekstil (19%); dan Industri Barang dari Karet dan
pengolahan. Periode yang sama Industri Bahan Plastik (10%).
Kimia dan Barang dari Bahan Kimia mendominasi

33 BOOKLET INFORMASI INDUSTRI


NILAI IMPOR INDUSTRI LOGAM MESIN ALAT
TRANSPORTASI DAN TELEMATIKA

Periode Jan-Nov 2017, porsi nilai impor ILMATE total nilai impor ILMATE; kemudian Industri
sebesar 58% terhadap total impor industri Komputer, Barang Elektronik dan Optik (21%); dan
pengolahan. Periode yang sama Industri Mesin Industri Logam Dasar (19%).
dan Perlengkapan YTDL berkontribusi 25% dari

BOOKLET INFORMASI INDUSTRI 34


KOMODITI YANG MENDOMINASI 5 BESAR
EKSPOR INDUSTRI PENGOLAHAN

35 BOOKLET INFORMASI INDUSTRI


IMPOR KOMODITI TERBESAR INDUSTRI
PENGOLAHAN, JANUARI-NOVEMBER 2016 & 2017

Nilai Impor Jan-Nov 2017 paling besar


sektor Industri Bahan Kimia dan Barang
dari Bahan Kimia, yaitu USD 18,85 miliar
atau 17,05% dari nilai total impor industri
pengolahan non migas

BOOKLET INFORMASI INDUSTRI 36


IMPOR INDONESIA
MENURUT PENGGUNAAN
BARANG
Impor bahan baku/penolong periode Jan-
Nov* 2017 meningkat 16,31% (YoY) dibanding
periode yang sama pada tahun lalu, dengan
nilai impor dari US$ 91,70 Miliar menjadi
US$ 106,71 Miliar

Peran Golongan
Bahan Baku/
Penolong

75,21%dari total Impor


Jan-Nov 2017

Sumber : BPS diolah Pusdatin Kemenperin

37 BOOKLET INFORMASI INDUSTRI


BAHAN BAKU DAN BAHAN
PENOLONG INDUSTRI BESAR
SEDANG (TRILIUN RUPIAH)

Masih terlihat Peningkatan kinerja industri manufaktur


dari tren peningkatan penggunaan Bahan Baku dan
Bahan Penolong (Industri Besar Sedang), diperkirakan
akan terus naik hingga akhir 2017.
Ket : Angka tahun 2017 merupakan angka perkiraan

Sumber : BPS diolah Pusdatin Kemenperin

BOOKLET INFORMASI INDUSTRI 38


STRUKTUR BIAYA INDUSTRI PENGOLAHAN DAN
IMPOR BAHAN BAKU INDUSTRI
Impor Bahan Baku Menurut Kelompok Barang (BEC)
Januari-November 2017

Struktur Biaya
Industri Pengolahan
(%)

Sumber : BPS diolah Pusdatin Kemenperin

Bahan baku dan penolong merupakan komponen terbesar pada Struktur Biaya
Industri Pengolahan serta kontributor terbesar dalam total impor Indonesia.
Walaupun demikian, hanya 23 persen dari total biaya bahan baku yang merupakan
Bahan Baku Impor.

39 BOOKLET INFORMASI INDUSTRI


PERKEMBANGAN PRODUKSI INDUSTRI BESAR
SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) :
YEAR-ON-YEAR

Sumber : BPS diolah Pusdatin Kemenperin

Pertumbuhan Produksi year on year baik IBS maupun


IMK dari triwulan I tahun 2015 hingga triwulan III
tahun 2017 selalu mengalami pertumbuhan yang
POSITIF, namun pada periode tertentu mengalami
perlambatan pertumbuhan seperti pada periode
triwulan II tahun 2017, baik produksi IBS maupun IMK
melambat dibanding periode sebelumnya.

BOOKLET INFORMASI INDUSTRI 40


INDEKS PRODUKSI INDUSTRI BESAR SEDANG (IBS)

Indeks Produksi th 2010

Secara umum Industri Besar Sedang (IBS) Industri Kayu, Barang dari Kayu & Gabus
yang termasuk dalam kelompok Industri Agro (tidak termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman
sejak tahun 2014 sampai dengan triwulan III- Dari Bambu, Rotan & Sejenisnya; dan Industi
2017 memiliki nilai indeks produksi di atas indeks Kertas dan Barang dari Kertas mengalami
produksinya di tahun 2010. penurunan indeks produksi dibanding tahun 2010,
hal ini mengindikasikan bahwa produksinya lebih
rendah dibanding produksi tahun 2010.

41 BOOKLET INFORMASI INDUSTRI


INDEKS PRODUKSI INDUSTRI BESAR SEDANG (IBS)

Indeks Produksi th 2010

Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat Industri Pakaian Jadi; Industri Karet, Barang
Tradisional mengalami lonjakan produksi, pada dari Karet Plastik serta Industri Aneka dan
tahun 2017 nilai indeks produksi hampir mencapai Lainnya cenderung stagnan.
200 artinya dua kali lipat dibanding produksi Selainnya, perkembangan produksi industri
tahun 2010. tersebut menunjukkan peningkatan dari waktu
Industri Tekstil menunjukkan produksinya ke waktu.
dibawah produksi tahun 2010 dan cenderung
stagnan

BOOKLET INFORMASI INDUSTRI 42


INDEKS PRODUKSI INDUSTRI BESAR SEDANG (IBS)

Indeks Produksi th 2010

Industri Barang Logam Bukan Mesin dan tahun 2010 tetapi mengalami penurunan dari
Peralatannya memiliki nilai indeks produksi yang tahun ke tahun.
besar dan peningkatan yang signifikan dibanding Industri Alat angkutan lainnya dan jasa
tahun 2010. reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan
Industri Peralatan Listrik juga memiliki nilai memiliki indeks produksinya di bawah indeks
indeks produksi yang lebih tinggi dibandingkan produksi tahun 2010 dan cenderung stagnan.

43 BOOKLET INFORMASI INDUSTRI


INDEKS PRODUKSI INDUSTRI BESAR SEDANG (IBS)
Direktorat Jenderal Industri AGRO
Pertumbuhan Produksi IBS Triwulan III 2017 (%, yoy)

9,24 Industri Makanan

5,51 Industri Total

4,46 Industri Furnitur

3,64 Industri Minuman

2,36 Industri Pengolahan Tembakau


Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk
-1,06
Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan…
-2,73 Industri Kertas dan Barang dari Kertas

-4,0 -2,0 BPS


Sumber: 0,0diolah2,0 6,0
Pusdatin4,0Kemenperin 8,0 10,0

Pertumbuhan Produksi IBS triwulan III tahun 2017 dibandingkan


triwulan III tahun 2016 year on year, Industri Makanan tumbuh 9,24
persen dan lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan industri
besar sedang secara total. Sedangkan, produksi Industri Kertas dan
Barang dari Kertas berkontraksi atau menurun 2,73 persen.

Pertumbuhan Produksi IBS Jan-Sep 2017 (%, yoy)

8,14 Industri Makanan

4,62 Industri Total

2,25 Industri Furnitur

1,02 Industri Pengolahan Tembakau

-0,43 Industri Kertas dan Barang dari Kertas

-3,51 Industri Minuman


Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk
-3,70
Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan…
-6,0 -4,0 -2,0 BPS
Sumber: 0,0diolah2,0
Pusdatin4,0 6,0
Kemenperin 8,0 10,0

Secara kumulatif, pertumbuhan Produksi IBS Januari-September


tahun 2017 dibandingkan Januari-September tahun 2016 year
on year, Industri Makanan tetap tumbuh paling tinggi dibanding
dengan industri lainnya. Sedangkan Industri Minuman secara
kumulatif Jan-Sep mengalami kontraksi 3,51 persen. Hal ini
disebabkan pada triwulan I dan II tahun 2017 Industri Minuman
mengalami penurunan produksi yang cukup besar.

BOOKLET INFORMASI INDUSTRI 44


INDEKS PRODUKSI INDUSTRI BESAR SEDANG (IBS)
Direktorat Jenderal IKTA
Pertumbuhan Produksi IBS Triwulan III 2017 (%, yoy)

9,30 Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia

6,98 Industri Pakaian Jadi

5,51 Industri Total

4,64 Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat Tradisional

4,63 Industri Tekstil

4,50 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki

4,46 Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik


-1,42 Industri Barang Galian Bukan Logam

-4,88 Industri Pengolahan Lainnya

-6,00Sumber:
-4,00 BPS
-2,00 diolah
0,00 Pusdatin
2,00 4,00 6,00
Kemenperin8,00 10,00 12,00

Pertumbuhan Produksi IBS triwulan III tahun 2017 dibandingkan triwulan III
tahun 2016 year on year, Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia
tumbuh 9,30 persen dan lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan
industri besar sedang secara total. Sedangkan, produksi Industri Barang Galian
Bukan Logam berkontraksi atau menurun 1,42 persen.

Pertumbuhan Produksi IBS Jan-Sep 2017 (%, yoy)

10,07 Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia

6,93 Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat Tradisional

4,92 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki

4,62 Industri Total

4,22 Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik

2,84 Industri Pakaian Jadi

-1,02 Industri Tekstil

-1,87 Industri Barang Galian Bukan Logam

-4,56 Industri Pengolahan Lainnya

-6,0 -4,0 -2,0


Sumber: 0,0 2,0 Pusdatin
BPS diolah 4,0 Kemenperin
6,0 8,0 10,0 12,0

Secara kumulatif, pertumbuhan Produksi IBS Januari-September tahun 2017


dibandingkan Januari-September tahun 2016 year on year, Industri Bahan Kimia
dan Barang dari Bahan Kimia tetap tumbuh paling tinggi dibanding dengan
industri lainnya. Sedangkan Industri yang berkontraksi pada periode Jan-Sep
secara kumulatif adalah Industri Tekstil dan Industri Barang Galian Bukan
Logam secara berurutan sebesar 1,02 persen dan 1,87 persen. Penurunan pada
produksi Industri Barang Galian Bukan Logam ini disebabkan pada triwulan II
mengalami kontraksi yang cukup besar yaitu 6,47 persen

45 BOOKLET INFORMASI INDUSTRI


INDEKS PRODUKSI INDUSTRI BESAR SEDANG (IBS)
Direktorat Jenderal ILMATE
Pertumbuhan Produksi IBS Triwulan III 2017 (%, yoy)

11,97 Industri Logam Dasar


8,82 Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya
7,01 Industri Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman
6,03 Industri Alat Angkutan Lainnya
5,51 Industri Total
3,98 Industri Mesin dan Perlengkapan ytdl
3,66 Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan
3,37 Industri Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi Trailer
2,16 Industri Peralatan Listrik
-1,78 Industri Komputer, Barang Elektronik dan Optik

-4,0 -2,0 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0 12,0 14,0
Sumber: BPS diolah Pusdatin Kemenperin

Pertumbuhan Produksi IBS triwulan III tahun 2017 dibandingkan triwulan


III tahun 2016 year on year, Industri Logam Dasar tumbuh paling tinggi
dibandingkan dengan sektor lainnya yaitu sebesar 11,97 persen. Sektor industri
dibawah binaan Ditjen ILMATE pada periode triwulan III 2017 satu-satunya
industri yang berkontraksi adalah Industri Komputer, Barang Elektronik dan
Optik yaitu sebesar 1,78 persen.

Pertumbuhan Produksi IBS Jan-Sep 2017 (%, yoy)

6,56 Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya


5,71 Industri Logam Dasar
4,75 Industri Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman
4,62 Industri Total
1,93 Industri Mesin dan Perlengkapan ytdl
1,68 Industri Alat Angkutan Lainnya
0,09 Industri Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi Trailer
0,05 Industri Komputer, Barang Elektronik dan Optik
-0,29 Industri Peralatan Listrik
-2,54 Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan

-4,0 -2,0 BPS diolah


Sumber: 0,0 Pusdatin
2,0Kemenperin
4,0 6,0 8,0

Berbeda dengan periode triwulan III tahun 2017, pertumbuhan Produksi


IBS secara kumulatif Januari-September tahun 2017 dibandingkan Januari-
September tahun 2016 year on year, Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan
Peralatannya tumbuh lebih tinggi dibanding dengan industri Logam Dasar.
Sedangkan sektor industri yang produksinya mengalami penurunan pada
periode Jan-Sep 2017 antara lain Industri Peralatan Listrik sebesar 0,29 persen;
Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan turun sebesar 2,54 persen.

BOOKLET INFORMASI INDUSTRI 46


INDEKS PRODUKSI INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK)
Direktorat Jenderal Industri Agro
Pertumbuhan Produksi IMK Triwulan III 2017 (%, yoy)

19,97 Industri Kertas dan Barang dari Kertas

10,30 Industri Makanan

5,34 Industri Total

4,67 Industri Furnitur

2,39 Industri Minuman

1,76 Industri Kayu, Barang dari Kayu, Anyaman..

-21,92 Industri Pengolahan Tembakau

-25,0 Sumber: BPS diolah


-20,0 -15,0 -10,0Pusdatin
-5,0 Kemenperin
0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0

Berbeda dengan pertumbuhan produksi Industri Besar Sedang (IBS), dimana


Industri Kertas dan Barang dari Kertas mengalami pertumbuhan negatif 2,73
persen, Pertumbuhan Produksi IMK triwulan III tahun 2017 dibandingkan
triwulan III tahun 2016 year on year, Industri Kertas dan Barang dari Kertas justru
tumbuh 19,97 persen dan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan produksi
Industri Makanan. Sedangkan, produksi Industri Pengolahan Tembakau
berkontraksi atau menurun sebesar 21,92 persen.

Pertumbuhan Produksi IMK Jan-Sep 2017 (%, yoy)

18,53 Industri Kertas dan Barang dari Kertas

7,68 Industri Makanan

5,99 Industri Minuman

4,92 Industri Furnitur

4,79 Industri Total

3,34 Industri Kayu, Barang dari Kayu, Anyaman..

-13,99 Industri Pengolahan Tembakau

Sumber: BPS diolah Pusdatin Kemenperin


-20,0 -15,0 -10,0 -5,0 0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0

Secara kumulatif, pertumbuhan Produksi IMK Januari-September tahun 2017


dibandingkan Januari-September tahun 2016 year on year, Industri Kertas dan
Barang dari Kertas tetap tumbuh paling tinggi dibanding dengan industri lainnya.
Sedangkan Industri Pengolahan Tembakau secara kumulatif Jan-Sep mengalami
kontraksi 13,99 persen.

47 BOOKLET INFORMASI INDUSTRI


INDEKS PRODUKSI INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK)
Direktorat Jenderal IKTA
Pertumbuhan Produksi IMK Triwulan III 2017 (%, yoy)

24,56 Industri Bahan Kimia dan barang dari Bahan Kimia

12,84 Industri pengolahan Lainnya

6,96 Industri Pakaian Jadi

5,34 Industri Total

0,47 Industri Barang Galian Bukan Logam

0,00 Industri Tekstil

-0,18 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki

-10,68 Industri Karet, Barang Dari Karet dan Plastik

-11,55 Industri farmasi, Obat dan Obat Tradisional

-15 -10Sumber:
-5 BPS diolah
0 5 10Kemenperin
Pusdatin 15 20 25 30

Sejalan dengan pertumbuhan pada produksi IBS, pertumbuhan produksi IMK


triwulan III tahun 2017 dibandingkan triwulan III tahun 2016 year on year,
Industri Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia tumbuh 24,56 persen dan
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan industri mikro kecil secara
total. Sedangkan, industri mikro kecil yang mengalami kontraksi pertumbuhan
produksi antara lain Industri Kuli, Barang dari Kulit dan Alas Kaki; Industri Karet,
Barang dari Karet dan Plastik; dan Industri Farmasi, Obat dan Obat Tradisional.

Pertumbuhan Produksi IMK Jan-Sep 2017 (%, yoy)

15,69 Industri Bahan Kimia dan barang dari Bahan Kimia

10,28 Industri pengolahan Lainnya

5,47 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki

5,46 Industri Pakaian Jadi

4,79 Industri Total

2,79 Industri Tekstil

-0,77 Industri Barang Galian Bukan Logam

-6,50 Industri Karet, Barang Dari Karet dan Plastik

-8,06 Industri farmasi, Obat dan Obat Tradisional

-10,0 -5,0 BPS diolah


Sumber: 0,0 Pusdatin Kemenperin
5,0 10,0 15,0 20,0

Secara kumulatif, pertumbuhan Produksi IMK Januari-September tahun 2017


dibandingkan Januari-September tahun 2016 year on year, Industri yang
mengalami kenaikan pertumbuhan cukup signifikan adalah Industri Bahan
Kimia dan Barang dari Bahan Kimia yaitu lebih dari 10 persen. Sebaliknya
Industri Farmasi, Obat dan Obat Tradisional secara kumulatif Jan-Sep
mengalami kontraksi paling tinggi yaitu sebesar 8,06 persen.

BOOKLET INFORMASI INDUSTRI 48


INDEKS PRODUKSI INDUSTRI BESAR SEDANG (IBS)
Direktorat Jenderal ILMATE
Pertumbuhan Produksi IMK Triwulan III 2017 (%, yoy)

35,99 Industri Komputer, Barang Elektronika dan Optik

14,48 Industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman


11,93 Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan
8,25 Industri Peralatan Listrik
5,34 Industri Total
3,51 Industri Logam dasar
0,59 Industri Alat Angkutan Lainnya
-0,31 Industri Barang Logam, bukan Mesin & Peralatannya
-0,33 Industri Kendaraan Bermotor
-14,93 Industri Mesin dan perlengkapan YTDL

-20 Sumber:
-10 BPS diolah
0 Pusdatin
10 Kemenperin
20 30 40

Pertumbuhan Produksi IMK triwulan III tahun 2017 dibandingkan triwulan III tahun 2016
year on year, Industri Komputer, Barang Elektronika dan Optik ‘melejit’ tumbuh lebih dari 30
persen dan merupakan angka kenaikan pertumbuhan tertinggi dibandingkan semua industri
dibawah binaan Ditjen ILMATE. Sedangkan, produksi Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL
berkontraksi hampir 15 persen. Namun demikian, Industri ini tercatat mengalami kenaikan
pertumbuhan sebesar 22, 26 persen pada periode sebelumnya (triwulan II 2017).

Pertumbuhan Produksi IMK Jan-Sep 2017 (%, yoy)

37,4 Industri Komputer, Barang Elektronika dan Optik

10,41 Industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman

7,24 Industri Mesin dan perlengkapan YTDL

6,45 Industri Alat Angkutan Lainnya

4,79 Industri Total

3,81 Industri Logam dasar

-1,01 Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan

-1,45 Industri Kendaraan Bermotor

-1,52 Industri Barang Logam, bukan Mesin & Peralatannya

-1,70 Industri Peralatan Listrik

-5 0 5 BPS10
Sumber: 15
diolah Pusdatin 20 25
Kemenperin 30 35 40

Secara kumulatif, pertumbuhan Produksi IMK Januari-September tahun 2017 dibandingkan


Januari-September tahun 2016 year on year, Industri Komputer, Barang Elektronika
dan Optik tetap tumbuh paling tinggi dibanding dengan industri lainnya. Sedangkan
Industri yang menglami penurunan pertumbuhan produksi antara lain jasa Reparasi dan
Pemasangan Mesin dan Peralatan; Industri Kendaraan Motor; Industri Barang Logam, bukan
Mesin dan Peralatannya; serta Industri Peralatan Listrik.

49 BOOKLET INFORMASI INDUSTRI


BOOKLET INFORMASI INDUSTRI 51

Anda mungkin juga menyukai