Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pada saat ini media penyampaian pesan sangat bermacam-macam bentuknya,

salah satunya adalah lewat musik. Musik dapat dikatakan sebagai sebuah media

dalam penyampaian pesan. Karena dengan alunan nada, musik merupakan ungkapan

pikiran, isi, hati, dan perasaan manusia dalam bentuk suara. Pesan yang disampaikan

penciptanya tentu saja merupakan hasil dari pola pemikirannya atau kejadian yang

terjadi di lingkungan sekitarnya. Dalam lirik lagu tersebut pencipta dapat

menyampaikan pendapat, perasaan, dan kehidupan sehari-hari. Sehingga banyak lagu

yang tercipta dengan tema yang sangat bermacam-macam mulai dari cinta, religi,

nasionalisme, politik maupun sosial.

Untuk memperkuat penyampaian pesan dalam sebuah lagu dibutuhkan sebuah

video klip. Hal ini dapat memudahkan penyampaian pesan dari komunikator kepada

komunikan. Menurut Cheppy Riyana (2007) media video adalah media yang

menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan, baik yang berisi konten,

infomasi, peringatan, serta promosi. Dalam setiap album yang diciptakan musisi pasti

mereka menciptakan video klip pula, hal itu bertujuan untuk mempromosikan album

1
mereka. Terkadang lagu terpopuler atau lagu andalan yang memiliki makna lebih

yang mereka jadikan sebuah video klip.

Di dalam video klip juga ada pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada

penonton. Pesan yang ingin disampaikan bermacam-macam bentuknya tergantung

dari tema lagu dan kemudian divisualisasikan kedalam bentuk video klip. Ada pesan

cinta, perdamaian, religi, sosial, politik dan masih banyak pesan-pesan yang dapat

disampaikan melalui video klip. Di dalam video klip terdapat unsur visual (gambar)

dan audio (suara) yang pesannya bisa kita tangkap lewat mata dan telinga sekaligus,

sehingga alur cerita dan makna yang disampaikan musik menjadi lebih mudah untuk

dipahami.

Banyak jenis musik yang digarap menjadi video klip dan hasilnya ada yang

sangat bagus dan kreatif, adapula yang kurang pas, dan ada juga yang justru

menimbulkan kontroversi. Seperti dalam video klip grup band Against Me! yang

banyak menampilakan adegan crossdressing atau laki-laki yang suka berpenampilan

seperti wanita atau sebaliknya atau umumnya disebut transgender.

Transgender merupakan sebuah fenomena sosial yang mengerucut kepada

pandangan negatif bagi masyarakat umum kepada kaum transgender maupun

transeksual. Menurut Yash (2003) Transgender adalah kata yang digunakan untuk

mendeskripsikan bagi orang yang melakukan, merasa, berfikir atau terlihat berbeda

dari jenis kelamin yang telah ditetapkan sejak lahir. Transgender tidak mengacu pada

bentuk spesifik apapun ataupun orientasi seksual orangnya. Seorang transgender

dapat saja mengidentifikasikan dirinya sebagai seorang heteroseksual, homoseksual,

atau biseksual.

2
Transgender membentuk identitasnya melalui crossdressing dan

berpenampilan seperti gender yang diinginkannya. Menurut Erikson (1989) dalam

(Ikhwan, 2014:13) identitas diri sebagai ‘gaya hidupku sendiri’ yang berkembang

dalam tahap terdahulu dan menuntukan cara-cara bagaimana peran sosial

diwujudkan. Identitas diri mengenal dan menghayatu dirinya sebagai pribadi sendiri

serta idak tenggelam dalam peran yang dimainkan.

Ada perbedaan pengunaan istilah antara transgender dan transeksual,

transgender merupakan perilaku yang dilakukan oleh laki-laki atau perempuan yang

tidak sesuai dengan kodratnya. Mereka merasa dirinya bukan merupakan gender yang

sekarang membentuk dirinya sehingga berperilaku dan berpenampilan sesuai gender

yang di ingikannya. Sedangkan transeksual merupakan pelaku dari transgender yang

memutuskan untuk merubah jenis kelaminnya sesuai dengan yang diingkannya. Yang

menyamakan mereka adalah perilaku berpenampilan yang tidak sesuai dengan

konstruksi gender yang diterapkan dalam masyarakat.

Mempunyai perbedaan dalam hal kebiasaan dan gayahidup membuat kaum

transgender ini mengalami diskriminasi dari lingkungan sekitar yang menganggap

mereka menyimpang dan menggangu kepentingan sosial. Fenomena sosial tersebut

mengenai kehidupan dari kaum transgender yang dianggap masyarakat menyimpang

karena memiliki perbedaan orientasi seksual. Penyimpangan tersebut tidak dapat

diterima khususnya oleh masyarakat Indonesia yang pada dasarnya menganut adat

ketimuran.

Diskriminasi dan kekerasan bahkan pembunuhan sering terjadi kepada

transgender beberapa tahun belakangan ini. Seperti data yang dikutip dari media

3
online pada 11 November 2018, terjadi peningkatan penganiayaan yang terjadi

kepada transgender. Hampir tiga ribu kelompok transgender dibunuh selama satu

dekade terakhir di seluruh dunia. Penyebab kematian yang paling banyak adalah

penembakan, penusukan, dan pemukulan. Kemudian, setidaknya 369 kelompok

transgender tewas dalam 12 bulan terakhir. Selanjutnya adalah jumlah kelompok

transgender yang dilaporkan dibunuh setiap tahun oleh Trans Murder Monitoring

(TMM) terus meningkat, dari 148 orang sejak 2008 menjadi 358 orang tahun lalu.

Brazil adalah negara paling berbahaya untuk kelompok transgender, kurang lebih 167

orang terbunuh dalam 12 bulan terakhir. Sementara itu, di Meksiko terdapat 71

pembunuhan dan Amerika Serikat 28 orang terbunuh.

Selanjutnya ada hampir dua pertiga dari korban pembunuhan yang dilaporkan selama

dekade terakhir adalah pekerja seks. Sementara itu di Amerika Serikat, ada lebih dari

tiga perempat kelompok transgender perempuan dari etnis minoritas dibunuh tahun

ini dan hampir dua pertiganya berusia di bawah 35 tahun.

Kemudian di Prancis, Italia, Portugal dan Spanyol, sekitar 65% korban pembunuhan

dilaporkan dalam satu dekade terakhir adalah para imigran.

Hampir tiga perempat korban pembunuhan transgender di AS, teridentifikasi melalui

gender mereka sebelumnya dalam laporan kepolisian atau media.1

Di Indonesia sendiri pada tanggal 28 Januari 2018 di Kabupaten Aceh Utara

pihak kepolisian mengamankan 12 transgender di Salon, setelah ditangkap rambut

1
DikutipdariCNNIndonesiahttps://www.cnnindonesia.com/internasional/20181120174211-
134-347921/penganiayaan-kelompok-transgender-di-seluruh-dunia-meningkat (diakses
pada tanggal 23 Juni 2018 pukul 09.37)

4
mereka dicukur dan diberi pakaian pria.2 Kemudian pada tanggal 20 November 2018

di Depok Dua waria di Bekasi dipukuli dan salah seorang di antaranya ditelanjangi

puluhan orang, yang juga melecehkan mereka dengan kalimat-kalimat bernada

kebencian.3

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pada tahun 2016 mengeluarkan surat

edaran yang berisikan tentang larangan untuk stasiun televisi agar tidak

memunculkan identitas pria yang kewanita-wanitaan dalam sebuah acara televisi.4

Hal ini dikarenakan KPI menilai hal tersebut tidak sesuai dengan norma yang ada

serta perlindungan kepada anak dan remaja.

Dengan kenyataan bahwa kehadiran kaum trasgender tidak diterima oleh

masayarakat secara luas, tidak membuat keberadaan kaum transgender menghilang,

justru kaum transgender lebih berani menunjukkan identitas dirinya kepada publik.

Dengan berkembangnya media massa pada saat ini para kaum transgender dengan

mudah untuk menunjukkan identitasnya. Salah satu cara yang dilakukan untuk

menunjukkan identitas mereka adalah dengan menggunakan media video klip.

Dengan semakin berkembangnya teknologi dan kreatifitas manusia tidak

dapat dipungkiri lagi jika video klip menjadi media yang tepat bagi kaum transgender

untuk menunjukkan identitasnya. Penggambaran identitas transgender dalam

2 Dikutip dari DW.com https://www.dw.com/id/belasan-waria-di-aceh-diciduk-dan-dicukur-picu-kegeraman-


aktivis-ham/a-42349375 (diakses pada 23 Juni 2018 pukul 18.46)
3 Dikutip dari VOA Indonesia. https://www.voaindonesia.com/a/lagi-dua-waria-dipersekusi/4672260.html

(diaksespada tanggal 25 November 2018 pukul 19.23)


4 Dalam surat edaran KPI 203/K/KPI/02/16 23 Februari 2016, KPI menjelaskan beberapa larangan diantaranya

:Gaya berpakaian kewanitaan, riasan (make up) kewanitaan, bahasa tubuh kewanitaan, (termasuk namun tidak
terbatas pada gaya berjalan, gaya duduk, gerakan tangan, maupun perilaku lainnya), gaya bicara kewanitaan,
menampilkan pembenaran atau promosi seorang pria untuk berperilaku kewanitaan, menampilkan sapaan
terhadap pria dengan sebutan yang seharusnya diperuntukkan bagi wanita, menampilkan istilah dan ungkapan
khas yang sering dipergunakan kalangan pria kewanitaan. http://www.kpi.go.id/index.php/id/edaran-dan-
sanksi?detail5=5284&detail3=5171&start=60 (diakses pada 3 Juli 2018)

5
videoklip tidak hanya menggunakan simbol-simbol saja, melainkan juga dengan

permainan cahaya, pengambilan angle, kostum, make up, dan gesture. Hal tersebut

dilakukan untuk membuat apa yang disajiak dalam video klip menjadi menarik dan

dapat diterima oleh masyarakat. Seperti yang dilakukan oleh beberapa musisi antara

lain Arcade Fire “We Exist”, Naif “Posesif”, Bad Sun “Salt”, dan Against Me!

“FuckMyLife666”.

Representasi pada umumnya diartikan dengan menjelaskan atau

mempresentasikan ulang sebuah objek atau kajian tertentu. Dalam kajian semiotic

representasi merupakan penggambaran suatu kelompok yang digambarkan secara

negative. Dalam video klip grup band Against Me! yang berjudul FuckMyLife666,

digambarkan seorang laki-laki yang mempunyai keinginan untuk merubah gendernya

menjadi seorang wanita tetapi dia takut dan gelisah terhadap cara pandang dari

keluarga dan orang-orang terdekatnya, apakah masih bisa diterima tanpa mendapat

diskriminasi setelah dia menunjukkan identitas barunya. Laki-laki tersebut

melakukan berbagai macam cara untuk menjadi seorang wanita, seperti memakai

pakaian balet, memakai pakaian dalam wanita, memakai make up, dan lain

sebagainya.

Berdasarkan latar belakang, perlu diteliti bagaimana transgender yang

digambarkan dalam video klip grup band Against Me! yang berjudul FuckMyLife666

yang merepresentasikan identitas transgender?. Peneliti akan menganalisis video klip

tersebut antara lirik dan visualisasinya, menggunakan model semiotika milik Roland

Barthes. Hal tersebut karena semiotika Barthes dapat membantu peneliti menemukan

identitas transgender yang direpresentasikan dalam video klip tersebut. Dalam hal ini,

6
Barthes memfokuskan pada gagasan tentang signifikasi dua tahap, yaitu denotasi dan

konotasi. Denotasi adalah definisi objektif kata tersebut, sedangkan konotasi adalah

makna subjektif atau emosionalnya (Alex Sobur, 2006 : 263). Penandaan dua tahap

ini dirasa, sangat tepat pada penelitian ini karena dengan mengetahui makna

seungguhnya dan makna kiasan dari sebuah tanda maka akan terlihat pesan dalam

penggunaan tanda tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat dibuat rumusan masalah

penelitian yaitu “Bagaimana representasi transgender dalam video klip grup band

Against Me! yang berjudul FuckMyLife666?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini

untuk mengetahui bagaimana transgender direpresentasikan dalam video klip grup

band Against Me! yang berjudul FuckMyLife666.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat akademis

Secara akademis penelitian ini diharapkan memberi sumbangan referensi

mengenai analisis semiotika dalam video klip. Selain itu peneliti juga berharap dapat

menambah wawasan mahasiswa terhadap bagaimana media komunikasi masa dapat

7
merepresentasikan transgender dalam video klip. Serta menjadikan bahan

perbandingan dan referensi penelitian – penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman tentang

representasi transgender dalam video klip. Selain itu juga dapat menjadi bahan

masukan serta evaluasi bagi tim produksi video klip tersebut guna menjaga

keseimbangan antara kreatifitas seni dan tanggung jawab sosial kepada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai