Anda di halaman 1dari 23

1

MODUL PERKULIAHAN

U002100007
PANCASILA
IMPLEMENTASI PANCASILA
DALAM PERUNDANG UNDANGAN DAN
KEBIJAKAN NEGARA

Abstrak Sub-CPMK

Dalam Bab ini akan dijelaskan


Implementasi Pancasila dalam Mahasiswa Memiliki Kemampuan analisis
Perundang - Undangan serta berfikir rasional, bersikap kritis dalam
pembuatan kebijakan negara mengkaji Implementasi Pancasila dalam
dalam bidang Politik, Ekonomi, Perundang – Undangan serta pembuatan
Sosial Budaya dan Hankam. kebijakan negara dalam bidang Politik,
Ekonomi, Sosial Budaya dan Hankam.

DAFTAR ISI

Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh

06
Tim MKCU PANCASILA
Ekonomi dan Bisnis Manajemen
A. Pendahuluan
B. Pancasila Sebagai Dasar Negara
C. Implementas
D. Implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam
bidang politik, ekonomi, sosial – budaya dan Hamkam
1. Implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam
bidang politik
2. Implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam
bidang Ekonomi
3. Implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam
bidang social – budaya
4. Implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam
bidang Hankam
E. Assesment

DAFTAR PUSTAKA

MODUL 6
2021 Pancasila
2 Dr. Siti Munawati, M.Pd.I
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
IMPLEMENTASI PANCASILA
DALAM PERUNDANG UNDANGAN DAN
KEBIJAKAN NEGARA

Sebagai dasar Negara (ground norm)-nya bangsa Indonesia, Pancasila telah terbukti sebagai
salah satu media pemersatu dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di
Indonesia.

Dalam konteks hukum, khususnya dalam pembentukkan peraturan perundang-undangan,


Pancasila semestinya diletakkan dalam wilayah sumber hukum materiil dari pembentukkan
peraturan perundang-undangan.

Semestinya, nilai- nilai yang terkandung di dalam Pancasila harus digali secara lebih rinci
dalam pembahasan terhadap landasan filosofis maupun sosiologis dari proses pembentukkan
peraturan perundang-undangan.

Pendahuluan
Negara Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tentunya sangat
membutuhkan pembinaan dan pengembangan sistem hukum nasional dalam rangka
mendorong dan mendukung pembangunan disegala bidang. Meminjam istilah Roscoe
Pound bahwa “as tool as social engineering”, maka sesungguhnya pembinaan dan
pengembangan hukum nasional sudah semestinya dapat memberikan arah dan jalan
bagi hukum, masyarakat dan negara untuk saling terkait satu dengan yang lainnya.
Tentunya hal itu dapat terwujud jika semangat dalam pembinaan dan pengembangan
hukum nasional itu dilandasi dengan semangat dan nilai- nilai yang dianut dalam
masyarakat dengan tidak mengenyampingkan juga nilai-nilai yang berkembang
lainnya yang sesuai dengan kultur masyarakat Indonesia. Hukum nasional adalah
hukum atau peraturan perundang-undangan yang dibentuk dan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan, dasar, dan cita hukum suatu negara. Dalam konteks ini hukum
nasional Indonesia adalah kesatuan hukum atau peraturan perundang-undangan
yang dibangun untuk mencapai tujuan negara yang bersumber pada Pembukaan
dan pasal-pasal UUD 1945. Sebab, di dalam Pembukaan dan pasal-pasal UUD 1945

2021 Pancasila
3 Dr. Siti Munawati, M.Pd.I
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
itulah terkandung tujuan, dasar, dan cita hukum negara Indonesia. Dengan demikian,
sistem hukum nasional Indonesia adalah sistem hukum yang berlaku di seluruh
Indonesia yang meliputi semua unsur hukum (seperti isi, struktur, budaya, sarana,
peraturan perundang-undangan, dan semua sub unsurnya) yang antara yang satu
dengan yang lain saling bergantung dan yang bersumber dari Pembukaan dan
Pasal-pasal UUD 1945.

A. Pembahasan

1. Pancasila Sebagai Dasar Negara


Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 alenia keempat terdapat rumusan Pancasila sebagai dasar
negara Indonesia. Rumusan Pancasila itulah dalam hukum positif Indonesia
secara yuridis-konstitusional sah, berlaku, dan mengikat seluruh lembaga
negara, lembaga masyarakat, dan setiap warga negara, tanpa kecuali. Rumusan
Pancasila yang terdapat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, dimana pembukaan tersebut sebagai hukum
derajat tinggi yang tidak dapat diubah secara hukum positif, maka Pancasila sebagai
dasar negara Indonesia bersifat final dan mengikat bagi seluruh penyelenggara
negara.
Sebagai dasar Negara (ground norm)-nya bangsa Indonesia, Pancasila telah
terbukti sebagai salah satu media pemersatu dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara di Indonesia. Melalui kelima sila yang terkandung didalam
Pancasila, menjadikan pondasi kehidupan bernegara di Indonesia menjadi kokoh
terhadap ancaman yang dating baik dari luar maupun dari dalam. Norma yang ada
dalam masyarakat atau negara selalu merupakan suatu susunan yang bertingkat,
speerti suatu piramida. Menurut Adolf Merkel dan Hans Kelsen, setiap kaidah hukum
merupakan suatu susunan daripada kaedah-kaedah (stufenbau des Recht). Dalam
“stufentheorie”- nya Hans Kelsen mengemukakan bahwa dipuncak “stufenbau”
terdapat kaedah dasar dari suatu tata hukum nasional yang merupakan suatu kaedah

2021 Pancasila
4 Dr. Siti Munawati, M.Pd.I
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
fundamental. Kaedah dasar tersebut disebut “groundnorm” yang merupakan asas-asas
hukum yang bersifat abstrak, bersifat umum dan hipotetis.
Menurut Hans Nawiasky, dalam suatu negara yang merupakan kesatuan
tatanan hukum, terdapat suatu kaidah tertinggi, yang kedudukannya lebih tinggi dari
undang-undang dasar. Berdasarkan kaidah yang lebih tinggi inilah undang-undang
dasar dibentuk. Kaidah tertinggi dalam kesatuan tatanan hukum dalam negara itu
disebut dengan staatsfundamentalnorm, yang untuk bangsa Indonesia berupa
Pancasila. Hakikat suatu staatsfundamentalnorm adalah syarat bagi berlakunya suatu
undang-undang dasar karena lahir terlebih dahulu dan merupakan akar langsung pada
kehendak sejarah suatu bangsa serta keputusan bersama yang diambil oleh bangsa.
Konsekuensi logis dari diletakkannya Pancasila sebagai ground norm-nya
bangsa Indonesia tentunya harus dapat diimplementasikan dalam setiap aspek
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila harus dijadikan “way
of life” dalam diri setiap masyarakat Indonesia. Setiap aspek kehidupan baik ekonomi,
sosial, budaya, maupun hukum harus senantiasa berlandaskan kepada nilai-nilai yang
terkandung dalam setiap sila yang ada di dalam Pancasila. Hakikat dari
pembangunan di Indonesia sesungguhnya merupakan pengejawantahan dari
semangat tujuan negara Indonesia sebagai mana termuat di dalam pembukaan
UUD 1945. Sedangkan keberlanjutan pembangunan itu sendiri hakikatnya adalah
pengamalan terhadap sila-sila didalam Pancasila. Berikut bagan implementasi
nilai-nilai Pancasila tersebut.

Bagan 1. Implementasi Nilai-Nilai Pancasila


2021 Pancasila
5 Dr. Siti Munawati, M.Pd.I
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
C. Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Peraturan Perundang-Undangan.

Sesungguhnya, dalam alenia keempat pada Pembukaan UUD NKRI sudah


memuat ketentuan dari setiap sila Pancasila yang selanjutnya diturunkan didalam
Pasal-pasal didalam batang tubuh. Dengan kata lain, pasal-pasal yang terkandung
didalam batang tubuh sudah barang tentu membawa semangat yang terkandung
didalam materi pembukaan UUD 1945 itu sendiri.

Rumusan dasar filosofis negara atau ideologi negara yang


terkandung oleh Pembukaan UUD 1945 adalah Pancasila. Rumusan
Pancasila tersebut dapat pula disebut sebagai rumusan dasar dari cita hukum
(rechtsidee) negara Republik Indonesia. Sebagai cita negara, tentunya ia
harus dirumuskan berdasarkan cita yang hidup di dalam masyarakat
(volksgeemenschapside) yang telah ada sebelum negara ini didirikan.
Sebagaimana diketahui cita hukum selain mempunyai fungsi konstitutif yang
menentukan dasar suatu tata hukum, yang tanpa itu suatu tata hukum kehilangan arti
dan maknanya sebagai hukum, juga mempunyai fungsi regulatif yang menentukan
apakah suatu hukum positif itu adil atau tidak adil. Dengan demikian juga, dalam hal
Pancasila merupakan cita hukum, maka nilai-nilai yang terdapat di dalam Pancasila
mempunyai fungsi konstitutif yang menentukan apakah tata hukum Indonesia
merupakan tata hukum yang benar, dan disamping itu mempunyai fungsi regulatif yang
menentukan apakah hukum positif yang berlaku di Indonesia merupakan hukum yang
adil atau tidak.

Terkait dengan hal ini sangat relevan dengan teori hierarchy of norms yang
menyatakan bahwa setiap norma hukum dianggap sah karena ia diciptakan/dibuat
dengan cara yang ditentukan oleh norma lain. Jadi, hubungan hirarkis norma-norma
hukum tersebut menggambarkan bahwa suatu norma hukum yang lebih tinggi menjadi
dasar keabsahan norma yang dibentuknya (norma yang lebih rendah). Hubungan
antar norma yang mengatur pembentukkan norma yang lain dapat dipersentasikan
sebagai suatu hubungan super dan subordinasi. Sebuah norma yang menentukan

2021 Pancasila
6 Dr. Siti Munawati, M.Pd.I
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
pembentukkan norma yang lain adalah norma yang superior, sedangkan norma yang
diciptakan menurut hubungan ini adalah norma yang inferior.

Dalam konteks ini, materi muatan setiap peraturan perundang-


undangan, peran dan aspek filosofis, sosiologis, dan politis sangat urgen dan
strategis untuk melengkapi konsep Hans Kelsen tersebut. Sebagai negara
berdasarkan atas hukum (rechstaat) yang modern berdasarkan ketentuan dalam
UUD 1945, Indonesia secara sadar berkehendak, berusaha, dan berupaya
untuk menggapai tujuan-tujuannya. Untuk itu, perlu dilakukan modifikasi-modifikasi
dalam kehidupan dan penghidupan masyarakat serta rakyatnya. Pengubahan-
pengubahan sosial itu dilakukan dengan penyelenggaraan pembangunan, rencana-
rencana, hukum yang melandasinya, peraturan-peraturan kebijakan yang
menunjang pelaksanaannya. Dalam konteks hukum, khususnya dalam
pembentukkan peraturan perundang-undangan, Pancasila semestinya diletakkan
dalam wilayah sumber hukum materiil dari pembentukkan peraturan
perundang- undangan.

Hal ini diperkuat dengan amanat dari Pasal 2 Undang-Undang Nomor 12


Tahun 2011 Tentang Pembentukkan Peraturan Perundang- Undangan yang
menyebutkan bahwa “ Pancasila merupakan sumber segala sumber hukum
Negara”. Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum
negara adalah sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, dimana Pancasila ditempatkan sebagai dasar
dan ideologi negara serta sekaligus dasar filosofis bangsa dan negara
sehingga setiap materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh

bertentangan dengan nilai- nilai yang terkandung dalam Pancasila. 12 Pada


prinsipnya terdapat dua pandangan mengenai arti penting penyusunan peraturan
perundang-undangan, yakni:

a. Menciptakan kodifikasi bagi norma-norma dan nilai-nilai kehidupan yang sudah


mengendap dalam masyarakat,
b. Menciptakan modifikasi atau perubahan dalam kehidupan masyarakat (T
Koopmans). Menurut IC Van der Vlies, regulasi modifikasi adalah regulasi yang
2021 Pancasila
7 Dr. Siti Munawati, M.Pd.I
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
bertujuan mengubah pendapat hukum yang berlaku dan peraturan perundang-
undangan yang mengubah hubungan-hubungan sosial.
Produk hukum yang dibuat sesungguhnya merupakan interprestasi dari kehendak
masyarakat itu sendiri. Mengutip pendapat Eugen Erlich, yang menyebutkan hukum
sebagai living law-nya masyarakat atau dengan menyetir pendapatnya Von Savigny
yang menyebutkan bahwa hukum itu sebagai volksgeist- masyarakat. Selain itu
juga, pentingnya mengkaji hukum dari aspek sosiologis menurut Soerjono
Soekanto dikarenakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses
penegakkan hukum itu adalah masyarakat itu sendiri. Sehingga dinilai sangat
perlulah untuk melakukan kajian kemasyarakatan atau kondisi terkini
dimasyarakat terhadap upaya penyusunan setiap rancangan peraturan
perundang- undangan. Hal ini dikarenakan pembentukkan peraturan
perundang- undangan yang baik dan mudah diterapkan di masyarakat merupakan
salah satu pilar utama bagi penyelenggaraan suatu Negara. Hal-hal di atas
sebenarnya telah diperkuat di dalam ketentuan Pasal 6 Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2011 Tentang Pembentukkan Peraturan Perundang-Undangan yang
menyebutkan bahwa materi muatan Peraturan Perundang-undangan harus
mencerminkan asas: pengayoman, kemanusiaan, kebangsaan, kekeluargaan,
kenusantaraan, bhinneka tunggal ika, keadilan, kesamaan kedudukan
dalam hukum dan pemerintahan, ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau
keseimbangan, keserasian, dan keselarasan yang notabenenya kesemua asas
tersebut mencerminkan setiap butir pada sila-sila yang terkandung di dalam
Pancasila. Pertanyaan selanjutnya apakah setiap perancang produk peraturan
perundang-undangan telah memperhatikan asas-asas tersebut pada proses
penyusunan peraturan perundang-undangan yang akan dibuat.

Asas-asas hukum di atas sesungguhnya berfungsi untuk menafsirkan aturan-


aturan hukum dan memberikan pedoman bagi suatu perilaku, sekalipun tidak
secara langsung sebagaimana terjadi dengan norma- norma perilaku. Asas-asas
hukum menjelaskan dan menjustifikasi norma- norma hukum, yang didalamnya
terkandung (tertumpu) nilai-nilai ideologis tertib hukum.

2021 Pancasila
8 Dr. Siti Munawati, M.Pd.I
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Selanjutnya, yang menjadi pertanyaan juga dalam penulisan makalah yang
berjudul Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Dasar Negara Dalam
Pembentukkan Peraturan Perundang-Undangan ini adalah apakah nilai-nilai Pancasila
tersebut sudah diimplementasikan pada setiap penyusunan rancangan peraturan
perundang-undangan mulai pada level pusat sampai dengan level daerah?. Mengingat
banyaknya pengujian terhadap Undang-Undang dengan Undang-Undang Dasar di
Mahkamah Konstitusi, maupun pengujian peraturan perundang-undangan lainnya
terhadap Undang-Undang di Mahkamah Agung, tentulah dapat dipahami bahwa masih
terdapat beberapa perancang produk hukum peraturan perundang-undangan yang
belum secara maksimal menjadikan Pancasila sebagai dasar dalam pembentukkan
peraturan perundang-undangan.
Norma-norma maupun nilai-nilai yang terkandung didalam Pancasila
semestinya dapat dielaborasi dalam bentuk Pasal-pasal dalam setiap penyusunan
peraturan perundang-undangan sehingga dapat mencerminkan nilai-nilai yang hidup
didalam masyarakat itu sendiri. Bukankah “The Founding Father” kita menggali nilai-
nilai Pancasila dari kehidupan masyarakat itu sendiri melalui proses yang panjang.
Sehingga dengan demikian jika Pancasila dijadikan dasar dalam setiap proses
penyusunan peraturan perundang-undangan akan dengan mudah untuk diterima oleh
setiap lapisan masyarakat, karena sesungguhnya nilai-nilai tersebut merupakan nilai-
nilai yang hidup, tumbuh dan berkembang dimasyarakat itu sendiri. Berikut dapat
dilihat gambar sebagaimana dimaksud :

2021 Pancasila
9 Dr. Siti Munawati, M.Pd.I
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Bagan 2. Kedudukan Cita Hukum
Untuk selanjutnya, pembangunan sistem hukum Indonesia
seharusnya mengarah kepada cita negara (staatsidee) Indonesia yang sejauh
mungkin harus dibangun secara khas dalam arti tidak meniru paham
individualisme-liberalisme yang justru telah melahirkan kolonialisme dan
imperialisme yang harus ditentang, ataupun paham kolektivisme ekstrim
seperti yang diperlihatkan dalam praktek di lingkungan negara-negara
sosialis-komunis. Dengan kata lain, semangat yang melandasi pemikiran para
pendiri Republik Indonesia adalah semangat sintesis, semangat untuk
melakukan kombinasi atau semangat untuk menciptakan suatu paham baru, yakni
paham yang berlandaskan Pancasila.
Jika hal demikian dilakukan tentunya akan
menyebabkan hukum dapat berlaku secara filosofis yakni produk hukum itu harus
mencerminkan sistem nilai maupun sebagai sarana mewujudkannya dalam tingkah
laku masyarakat maupun secara sosiologis sebagai regulasi yang mencerminkan
kenyataan yang hidup didalam masyarakat dan apabila efektif ini dikarenakan karena
norma maupun nilai-nilai hukum yang terkandung didalam peraturan perundang-
undangan yang dibuat sesuai dengan kenyataan yang hidup didalam masyarakat.Perlu
dicatat, bahwa filsafat atau pandangan hidup sesuatu bangsa tiada lain berisi
nilai-nilai moral atau etika dari bangsa tersebut, moral dan etika pada dasarnya

2021 Pancasila
10 Dr. Siti Munawati, M.Pd.I
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
berisi nilai-nilai yang baik dan yang tidak baik. Nilai yang baik adalah pandangan
dan cita-cita yang dijunjung tinggi. Di dalamnya ada nilai kebenaran, keadilan,
kesusilaan, dan berbagai nilai lainnya yang dianggap baik.

Untuk itu, semangat untuk meng-internalisasi nilai-nilai Pancasila dalam proses


penyusunan peraturan perundang-undangan sesungguhnya sudah tercermin sejak
awal melalui proses penyusunan Naskah Akademik peraturan perundang-undangan
dimana dalam penyusunan naskah akademik peraturan perundang-undangan
mengisyaratkan untuk menyajikan landasan filosofis maupun sosiologis dari setiap
peraturan perundang-undangan yang akan dibentuk. Semestinya, nilai-nilai yang
terkandung di dalam Pancasila harus digali secara lebih rinci dalam pembahasan
terhadap landasan filosofis maupun sosiologis dari proses pembentukkan peraturan

perundang-undangan. Hal ini dapat dilihat pada bagan Analisis Produk Regulasi
berikut ini:

Pengembangan hukum nasional Indonesia merupakan suatu hal yang


mau tidak mau mesti dilakukan oleh pemerintah dalam rangka membentuk
hukum nasional yang mengakar ke seluruh lapisan masyarakat.
Pengembangan hukum nasional Indonesia yang saat ini sangat dipengaruhi
oleh unsur-unsur luar sedapat mungkin untuk tetap mempertahankan sumber-
sumber hukum materil dari hukum-hukum Indonesia. Pengembangan hukum
nasional yang menitik beratkan kepada semangat ke-indonesia-an dan citarasa
Indonesia hanya dapat dilakukan dengan konsensus dari seluruh elemen bangsa.
2021 Pancasila
11 Dr. Siti Munawati, M.Pd.I
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Norma-norma maupun nilai-nilai yang terkandung didalam Pancasila semestinya
dapat dielaborasi dalam bentuk Pasal-pasal dalam setiap penyusunan peraturan
perundang-undangan sehingga dapat mencerminkan nilai-nilai yang hidup didalam
masyarakat itu sendiri. Bukankah “The Founding Father” kita menggali nilai-nilai
Pancasila dari kehidupan masyarakat itu sendiri melalui proses yang panjang.
Sehingga dengan demikian jika Pancasila dijadikan dasar dalam setiap proses
penyusunan peraturan perundang-undangan akan dengan mudah untuk diterima oleh
setiap lapisan masyarakat, karena sesungguhnya nilai-nilai tersebut merupakan nilai-
nilai yang hidup, tumbuh dan berkembang dimasyarakat itu sendiri.
CONTOH IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM PERUNDANG UNDANGAN

NO SILA PANCASILA MAKNA IMPLEMENTASI


DALAM

UNDANG UNDANG

1. Ketuhanan yang Maha Esa Memberikan acuan bahwa Contoh :


dalam pola fikir, sikap dan
tindak bangsa Indonesia
harus mengarah pada
 Undang Undang
prinsip yang terkandung di No 39 Tahun 1999
dalamnya, antara lain Tentang Hak Asasi
terwujudnya Manusia.
keselarasanatau harmoni  Dan Sebagainya.
dan kelestarian alam
semesta. Orang bebas
berfikir, bebas berusaha,
namun sadar dan yakin
bahwa akhirnya yang
menentukan segalanya
adalah Tuhan Yang Maha
Esa (Man proposes, God
disposes), sehingga manusia
rela dan ikhlas diatur. Dalam
menentukan suatu pilihan
tindakan, seseorang memiliki
kebebasan, namun
2021 Pancasila
12 Dr. Siti Munawati, M.Pd.I
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
kebebasan tersebut harus
dipertanggungjawabkan, dan
harus menerima akibat dari
pilihan tindakannya.

2. Kemanusiaan Yang Adil Manusia selalu Contoh :


mendudukkan manusia lain
Dan Beradab sebagai mitra, sesuai  Undang Undang
No 39 Tahun 1999
dengan harkat dan
Tentang Hak
martabatnya. Asasi Manusia
 Rancangan
Undang Undang
Hak dan kewajibannya Penghapusan
Kekerasan
dihormati secara beradab.
Seksual.
Dengan demikian tidak akan  Undang-Undang
terjadi penindasan atau Republik
pemerasan. Segala aktivitas Indonesia Nomor
bersama berlangsung dalam 35 Tahun 2014
keseimbangan, kesetaraan Tentang
dan kerelaan. Perubahan Atas
Undang-Undang
Nomor 23 Tahun
2002 Tentang
Perlindungan
Anak
 Dan lain
sebagainya.

3. Persatuan Indonesia. Memberikan acuan bahwa Contoh :


pola fikir, sikap dan tindak
bangsa indonesia harus  Undang-Undang
Nomor. 34 tahun
mengarah pada keutuhan
2004 Tentang TNI.
dan kokohnya negara
 Undang-Undang
kesatuan republik indonesia. Republik Indonesia
Kita mengaku bahwa negara Nomor 24 Tahun
kesatuan ini memiliki 2009 Tentang
berbagai keanekaragaman Bendera, Bahasa,
ditinjau dari segi agama, Dan Lambang
adat, budaya, ras, suku dan Negara, Serta
2021 Pancasila
13 Dr. Siti Munawati, M.Pd.I
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
sebagainya, yang harus Lagu Kebangsaan
didudukkan secara  Dan Sebagainya
proporsional dalam negara
kesatuan.

Dalam hal terjadi konflik


kepentingan, maka
kepentingan bangsa
diletakkan di atas
kepentingan pribadi,
kelompok, golongan dan
daerah.

4. kerakyatan yang dipimpin memberikan petunjuk bahwa Contoh


oleh hikmat kebijaksanaan dalam berfikir, bersikap dan
bertingkahlaku, yang  Undang Undang
dalam permusyawaratan/ nomor 9 Tahun
berdaulat dalam negara
1998 Tentang
republik indonesia adalah Kebebasan
perwakilan
seluruh rakyat, sehingga menyampaikan
rakyat memiliki kedudukan pendapat dimuka
terhormat dalam kehidupan Umum.
bermasyarakat, berbangsa  Undang Undang
dan bernegara. Aspirasi Pemilu.
rakyat menjadi pangkal tolak  Undang-Undang
Nomor 2 Tahun
penyusunan kesepakatan
2011 Perubahan
bersama dengan cara Atas Undang-
musyawarah/perwakilan. Undang Nomor 2
Apabila dengan musyawarah Tahun 2008
tidak dapat tercapai Tentang Partai
kesepakatan, dapat Politik
dilakukan pemungutan  Dan sebagainya
suara. Setiap keputusan
hasil kesepakatan bersama
mengikat semua fihak tanpa
kecuali, dan semua fihak
wajib melaksanakannya.

2021 Pancasila
14 Dr. Siti Munawati, M.Pd.I
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
5. Keadilan Sosial Bagi Memberikan acuan bagi olah Contoh
Seluruh Rakyat Indonesia. fikir, olah sikap dan olah
tindak harus mengarah pada  Undang Undang
BPJS Kesehatan
terwujudnya kesejahteraan
 Undang Undang
lahir dan batin yang
Koperasi
berkeadilan sosial bagi  Dan Sebagainya
seluruh rakyat indonesia
tanpa kecuali.

Kesejahteraan harus dapat


dirasakan oleh seluruh
lapisan masyarakat dan
merata di seluruh daerah,
dihindari terjadinya
kesenjangan yang mencolok.

C.Implementasi Pancasila Dalam Pembuatan Kebijakan Negara Dalam Bidang


Politik, Ekonomi, Sosial – Budaya dan Hamkam.

1. Implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik.


Pasal 26 UUD NRI 1945, Ayat (1) dengan tegas mengatur siapa - siapa saja yang
dapat menjadi warga negara Republik Indonesia. Selain orang berkebangsaan Indonesia
asli, orang berkebangsaan lain yang bertempat tinggal di Indonesia, mengakui Indonesia
sebagai tanah airnya dan bersikap setia kepada Negara Republik Indonesia yang
disahkan oleh undang-undang sebagai warga negara dapat juga menjadi warga negara
Republik Indonesia. Pasal 26 UUD NRI 1945, Ayat (2) menyatakan bahwa penduduk

2021 Pancasila
15 Dr. Siti Munawati, M.Pd.I
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Hal
ini dimaksudkan agar sistem politik negara dapat menjamin hak-hak asasi manusia.

Dengan kata lain, pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik di Indonesia harus
memperhatikan rakyat yang merupakan pemegang kekuasaan atau kedaulatan. Hal ini
dimakudkan agar sistem politik negara dapat menjamin hak-hak asasi manusia.

Rakyat merupakan asal mula kekuasaan, dan oleh karena itu, politik Indonesia adalah
politik yang bersumber dari rakyat, bukan dari kekuasaan perseorangan atau kelompok
dan golongan. Selain itu, sistem politik yang dikembangkan adalah sistem yang
memperhatikan Pancasila sebagai dasar-dasar moral politik. Kebijakan negara dalam
bidang politik harus mewujudkan budi pekerti kemanusiaan dan memegang teguh
cita-cita moral rakyat yang luhur untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
2. Implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang
ekonomi.
Pasal 27 UUD NRI 1945, Ayat (2) menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Ketentuan ini
memancarkan asas kesejahteraan atau asas keadilan sosial dan kerakyatan yang
merupakan Hak Asasi Manusia atas penghidupan yang layak.

Pasal 33 UUD NRI 1945, Ayat (1) menyatakan perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasar atas asas kekeluargaan, sedangkan pada Ayat (2) ditetapkan bahwa
cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara. Pada Ayat (3) ditegaskan bahwa bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat. Ayat (1) pada Pasal ini menunjukkan
adanya Hak Asasi Manusia atas usaha perekonomian, sedangkan Ayat ( 2 ) menetapkan
adanya Hak Asasi Manusia atas kesejahteraan sosial.

Selanjutnya pada Pasal 33 UUD NRI 1945, Ayat (4) ditetapkan bahwa perekonomian
nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip

2021 Pancasila
16 Dr. Siti Munawati, M.Pd.I
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian,
serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

Pasal 34 UUD NRI 1945, Ayat (1) mengatur bahwa fakir miskin dan anak-anak yang
terlantar dipelihara oleh negara. Selanjutnya pada Ayat (2) dinyatakan negara
mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.
Ketentuan dalam Ayat (2) ini menegaskan adanya hak asasi manusia atas jaminan sosial.
Adapun pada Pasal 34 Ayat (4) ditetapkan bahwa negara bertanggung jawab atas
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

Pasal 27 Ayat (2), Pasal 33, dan Pasal 34 di atas adalah penjabaran dari pokok-pokok
pikiran kedaulatan rakyat dan keadilan sosial yang masing-masing merupakan pancaran
dari sila keempat dan kelima Pancasila. Kedua pokok pikiran ini adalah landasan bagi
pembangunan sistem ekonomi Pancasila dan kehidupan ekonomi nasional.

Pembuatan kebijakan negara dalam bidang ekonomi di Indonesia dimaksudkan untuk


menciptakan sistem perekonomian yang bertumpu pada kepentingan rakyat dan
berkeadilan. Pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan, melainkan
demi kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh bangsa. Dengan kata lain,
pengembangan ekonomi tidak bisa dipisahkan dengan nilai-nilai moral
kemanusiaan.

Berdasarkan penjabaran pokok-pokok pikiran tersebut, maka dengan demikian,


sistem perekonomian yang berdasarkan pada Pancasila dan yang hendak dikembangkan
dalam pembuatan kebijakan negara bidang ekonomi di Indonesia harus terhindar dari
sistem persaingan bebas, monopoli dan lainnya yang berpotensi menimbulkan
penderitaan rakyat dan penindasan terhadap sesama manusia. Sebaliknya, sistem
perekonomian yang dapat dianggap paling sesuai dengan upaya mengimplementasikan
Pancasila dalam bidang ekonomi adalah sistem ekonomi kerakyatan, yaitu sistem
ekonomi yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan rakyat secara luas.

2021 Pancasila
17 Dr. Siti Munawati, M.Pd.I
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
3. Implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang Sosial
Budaya.
Pasal 29, Pasal 31, dan Pasal 32 UUD 1945 adalah penjabaran dari pokok-pokok
pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, dan persatuan
yang masing-masing merupakan pancaran dari sila pertama, kedua, dan ketiga
Pancasila. Ketiga pokok pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan bidang kehidupan
keagamaan, pendidikan, dan kebudayaan nasional. Berdasarkan penjabaran pokok-
pokok pikiran tersebut, maka implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara
dalam bidang sosial budaya mengandung pengertian bahwa nilai-nilai yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat Indonesia harus diwujudkan dalam proses pembangunan
masyarakat dan kebudayaan di Indonesia.

Pancasila sebagai sumber nilai dapat menjadi arah bagi kebijakan negara dalam
mengembangkan bidang kehidupan sosial budaya Indonesia yang beradab, sesuai
dengan sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab. Selain itu, pengembangan
sosial budaya harus dilakukan dengan mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa
Indonesia, yaitu nilai-nilai Pancasila. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari fungsi
Pancasila sebagai sebuah sistem etika yang keseluruhan nilainya bersumber dari
harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab.

Perbenturan kepentingan politik dan konflik sosial yang pada gilirannya


menghancurkan sendi-sendi kehidupan bangsa Indonesia, seperti kebersamaan atau
gotong royong dan sikap saling menghargai terhadap perbedaan suku, agama, dan ras
harus dapat diselesaikan melalui kebijakan negara yang bersifat humanis dan beradab.

4. Implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang


Hankam.
Pasal 27 UUD NRI Tahun 1945, Ayat (3) menetapkan bahwa setiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam pembelaan negara. Dalam ketentuan ini, hak dan
kewajiban warga negara merupakan satu kesatuan, yaitu bahwa untuk turut serta dalam
bela negara pada satu sisi merupakan hak asasi manusia, namun pada sisi lain
merupakan kewajiban asasi manusia. Pasal 30 UUD NRI 1945, Ayat (1) menyatakan hak
2021 Pancasila
18 Dr. Siti Munawati, M.Pd.I
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
dan kewajiban setiap warga negara ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara. Ketentuan ini menunjukkan bahwa usaha pertahanan dan keamanan negara
adalah hak dan kewajiban asasi manusia. Pada Ayat (2) Pasal 30 ini dinyatakan bahwa
usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan pendukung.
Selanjutnya pada Ayat (3) Pasal 30 ini juga dijelaskan bahwa Tentara Nasional
Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, sebagai alat
negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan
kedaulatan negara. Dalam Ayat (4) Pasal 30 dinyatakan Kepolisian Negara Republik
Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat
bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum. Ayat
(5) Pasal 30 menyatakan susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia,
Kepolisian Negara Republik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya.
Pasal 27 Ayat (3) dan Pasal 30 di atas adalah penjabaran dari pokok pikiran persatuan
yang merupakan pancaran dari sila ketiga Pancasila. Pokok pikiran ini adalah landasan
bagi pembangunan bidang pertahanan keamanan nasional. Berdasarkan penjabaran
pokok pikiran persatuan tersebut, maka implementasi Pancasila dalam pembuatan
kebijakan negara dalam bidang pertahanan keamanan harus diawali dengan kesadaran
bahwa Indonesia adalah negara hukum. Dengan demikian dan demi tegaknya hak-hak
warga negara, diperlukan peraturan perundang-undangan negara untuk mengatur
ketertiban warga negara dan dalam rangka melindungi hak-hak warga negara.

Segala sesuatu yang terkait dengan bidang pertahanan keamanan harus diatur dengan
memperhatikan tujuan negara untuk melindungi segenap wilayah dan bangsa
Indonesia. Pertahanan dan keamanan negara diatur dan dikembangkan menurut dasar
kemanusiaan, bukan kekuasaan. Dengan kata lain, pertahanan dan keamanan
Indonesia harus berbasis pada moralitas kemanusiaan sehingga kebijakan yang terkait
dengannya harus terhindar dari pelanggaran Hak-Hak Asasi Manusia.

2021 Pancasila
19 Dr. Siti Munawati, M.Pd.I
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Dalam hal ini, secara sistematis, pertahanan keamanan negara harus berdasarkan
pada tujuan tercapainya kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa (Sila pertama dan kedua), berdasarkan pada tujuan untuk mewujudkan
kepentingan seluruh warga sebagai warga negara (Sila ketiga), harus mampu menjamin
hak-hak dasar, persamaan derajat serta kebebasan kemanusiaan (Sila keempat), dan
ditujukan untuk terwujudnya keadilan dalam hidup masyarakat (Sila kelima).

Semua ini dimaksudkan agar pertahanan dan keamanan dapat ditempatkan dalam
konteks negara hukum, yang menghindari kesewenang-wenangan negara dalam
melindungi dan membela wilayah negara dan bangsa, serta dalam mengayomi
masyarakat. Ketentuan mengenai empat aspek kehidupan bernegara, sebagaimana
tertuang ke dalam Pasal-Pasal UUD NRI tahun 1945 tersebut adalah bentuk nyata dari
implementasi Pancasila sebagai paradigma pembangunan atau kerangka dasar yang
mengarahkan

pembuatan kebijakan negara dalam pembangunan bidang politik, ekonomi, sosial


budaya, dan pertahanan keamanan di Indonesia. Berdasarkan kerangka dasar inilah,
pembuatan kebijakan negara ditujukan untuk mencapai cita-cita nasional kehidupan
bernegara di Indonesia.

E. ASSESMENT

Soal 1

Hubungan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. ( Nilai 10 )


Jelaskan beberapa Sila Pancasila yang dijabarkan dalam UUD NRI Tahun 1945
kemudian diimplementasikan dalam Kebijakan Negara ! ( Jelaskan cukup dua Sila
Pancasila )

Soal 2

Implementasi nilai nilai Pancasila dalam Undang Undang : Revisi Undang Undang
KUHP dilihat dari Nilai Nilai Pancasila.

2021 Pancasila
20 Dr. Siti Munawati, M.Pd.I
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
KUHP atau Kitab Undang-undang Hukum Pidana adalah peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai perbuatan pidana secara materiil di Indonesia. KUHP
yang sekarang diberlakukan adalah KUHP yang bersumber dari hukum kolonial Belanda.
Pada tahun 2014, DPR memutuskan untuk membahas lebih lanjut Revisi KUHP dengan
tujuan agar pada akhirnya kita mempunyai sistem hukum pidana sendiri, sesuai dengan
kepribadian bangsa dan bebas dari nilai nilai dekolonisasi.
Namun, keputusan DPR untuk membahas lebih lanjut revisi KUHP memantik protes keras
dari berbagai elemen masyarakat, termasuk Mahasiswa, Aktifis, Akademisi serta pakar
pakar hukum Lainnya. Mereka menilai ada sejumlah perubahan Pasal dalam RUU KUHP
yang multi tafsir dan kurang memenuhi unsur keadilan, terutama Untuk masyarakat.
Contohnya Pasal Penghinaan Presiden yang bertentangan dengan demokrasi dimana
kebebasan berpendapat dilindungi oleh Undang Undang, Pancasila dan UUD 1945.
Kemudian Pasal tentang Gelandangan yang dapat dipidana denda. Mereka menilai
bahwa sesuai Pancasila dan UUD 1945, fakir miskin termasuk gelandangan seharusnya
dipelihara oleh negara, bukan justru dikenakan denda. Contoh lainnya adalah banyaknya
Pasal Pasal yang menurut mereka sangat Disriminatif terhadap perempuan dan hak dan
kebebasan pribadi warga negara.

Meskipun Pasal tersebut dinilai kontradiktif, namun ada pula beberapa pihak yang menilai
Pasal Pasal tersebut sudah sesuai dengan budaya ketimuran Indonesia dan nilai nilai
universal Hak Asasi Manusia yang ada dalam Pancasila serta Undang Undang Dasar
1945.

Pertanyaan ( Nilai 20 )

Menurut Pendapat anda, apakah revisi RUU KUHP sudah sesuai atau justru
bertentangan dengan nilai nilai moral yang ada dalam Pancasila dan Undang
Undang Dasar 1945 ? ( berikan analisa anda berdasarkan makna dan aktualisasi
sila sila Pancasila )

2021 Pancasila
21 Dr. Siti Munawati, M.Pd.I
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Soal 3

Implementasi dan SIkap Positif Sila Keadilan Sosial Bagi Rakyat Indonesia :
Kebijakan Presiden Meresmikan BBM Satu Harga Di Papua Dan Papua Barat.

Presiden Joko Widodo menyatakan, kebijakan Bahan Bakar Minyak (BBM) satu harga di
Papua dan Papua Barat. Hal ini merupakan upaya pemerintah untuk mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Harga BBM di Papua berkisar Rp 50 ribu -
sampai 100 ribu per liter. Dengan adanya kebijakan BBM satu harga, nantinya harga BBM
di daerah Papua dan Papua Barat akan sama dengan harga di Pulau Jawa, sehingga
bisa menumbuhkan ekonomi dan memperbaiki kesejahteraan masyarakat Papua. Karena
jelas, dengan BBM yang lebih murah maka biaya transportasi lebih murah, biaya logistik
akan lebih murah, sehingga harga juga akan bisa diturunkan.
Dalam hitungan Pertamina, perusahaan minyak negara itu akan rugi jika di Papua
diterapkan harga yang sama dengan di wilayah Indonesia lain. Namun Presiden Jokowi
menyebut: "Ini bukan masalah untung dan rugi. Ini masalah keadilan sosial bagi
seluruh rakyat. Dalam wacana nasional maka barometer yang harus dijunjung
tinggi adalah kepentingan nasional, dan bukan kepentingan pribadi yakni
keuntungan pertamina semata, yang saya mau ada keadilan bagi seluruh rakyat
Indonesia serta tidak ada diskriminasi dalam penentuan harga BBM” ujar Presiden
Jokowi.
Pertanyaan !! ( Nilai 30)

a. Coba uraikan 3 (tiga) sikap positif Sila ke-5 Pancasila yang mencerminkan nilai
keadilan bagi masyarakat banyak !
b. Bagaimana tanggapan anda sebagai masyarakat terhadap kebijakan BBM satu
harga yang dikeluarkan bapak Jokowi tersebut ! (Berikan jawaban saudara dengan
mengacu pada teori yang anda uraikan pada point a )

2021 Pancasila
22 Dr. Siti Munawati, M.Pd.I
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur.
Abdullah, Rozali, 1984, Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup
Bangsa,CV. Rajawali, Jakarta.

Bahar, Saafroedin, Ananda B. Kusuma, dan Nannie Hudawati (peny.), 1995, Risalah
Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI), Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) 28 Mei 1945-22 Agustus 1945,Sekretariat
Negara Republik Indonesia, Jakarta.

Bakry, Noor Ms., 2010, Pendidikan Pancasila, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

C.S.T. Kansil Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia, dkk

Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,


2013, Materi Ajar Mata Kuliah Pendidikan Pancasila, Departemen Pendidikan
Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Hamid Darmadi, 2014, Urgensi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di perguruan


Tinggi.

Kaelan, 2000, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta.

Kusuma, A.B., 2004, Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945, Badan Penerbit Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, Jakarta.

Syahrial Syarbaini, 2014, Pancasila di perguruan tinggi, Jakarta, Ghalia Indonesia.

Taniredja,Tukiran,dkk, Paradigma Baru Pendidikan Pancasila Untuk Mahasiswa,


Bandung, Alfabeta,2012.

Hamzah Halim dan Kemal Redindo Syahrul Putera, Cara Praktis Menyusun &
Merancang Peraturan Daerah, Kencana, Jakarta, 2009
Mahfud MD, Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi, LP3ES, Jakarta.
2006

2021 Pancasila
23 Dr. Siti Munawati, M.Pd.I
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai