A. PENDAHULUAN
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue dari golongan flavovirus (family flavividae). Serotype virus ini
terdiri dari 4 jenis yaitu den 1, den 2, den 3, dan den 4. Serangan den 3
biasanya menimbulkan dampak yang parah. Demam berdarah dengue
mengkibatkan spektrum manifestasi klinis yang bervariasi antara yang paling
ringan hingga disertai syok sindrom yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti
dan Albopictus yang terinfeksi
DBD ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti dan nyamuk aedes albopiktus
yang sudah mengandung virus dengue. Pada saat mengisap darah pada tubuh
manusia, nyamuk akan menyemprotkan zat prothrombin untuk mencegah
pembekuan darah. Pada saat bersamaan, virus dengue juga akan
disemprotkan ke dalam aliran darah orang yang digigit tersebut. Virus dengue
menyerang sel darah putih terutama neutrophil dan monosit. Akibat adanya
pirogen eksogen dari virus dengue, maka tubuh akan merespon dengan
mengeluarkan pirogen endogen. Sitokin Pirogenik adalah pirogen endogen
yang spesifik yang dilepaskan sebagai respon terhadap pirogen eksogen.
Sitokin adalah protein kecil (BM 10-20.000 D) yang meregulasi proses imun,
inflamasi dan hematopoietic (Kemenkes RI, 2013).
Dalam 3 dekade terakhir penyakit ini meningkat insiden diberbagai wilayah.
DBD diperkirakan akan masih meningkat dan meluas. Hal ini karena vector
penular DBD tersebar luas baik di tempat pemukiman maupun tempat umum.
Selain kepadatan penduduk, mobilitas penduduk, urbanisasi yang semakin
meningkat terutama sejak 3 edekade terakhir. Factor lain yang mempengaruhi
pernyebar luasan DBD antara lain adalah perilaku masyarakat, perubahan
iklim, pertumbuhan ekonomi dan ketersediaan air bersih.
Survailens epidemiologi merupakan kegiatan yang sangat penting
dalam manajemen kesehatan untuk memberikan dukungan data dan informasi
epidemiologi agar pengelolaan program kesehatan dapat berdaya guna secara
optimal. Informasi epidemiologi yang berkualitas, cepat dan akurat merupakan
evidence atau bukti untuk di gunakan dalam proses pengambilan kebijakan
yang tepat dalam pembangunan kesehatan. Dalam rangka pelaksanaan
survailans epidemiologi. Direktorat jendral PPM & PL telah membuat beberapa
produk hokum survailans sebagai pedoman pelaksanaan survailans yang perlu
di ketahui oleh semua jajaran kesehatan (Dinas kesehatan provinsi,dinas
kesehatan kabupaten/kota, puskesmas dan rumah sakit) khususnya surveilans
serta pihak pihak yang terkait dalam pelaksanaan survailans
B. LATAR BELAKANG
Untuk menuju Indonesia sehat maka pemerintah mencanangkan program
survailans epidemiologi penyakit, penyelenggaraan survailans epidemiologi
kesehatan wajib di lakukan oleh setiap instasi kesehatan provinsi, instansi
kesehatan kabupaten/kota dan lembaga masyarakat dan swasta baik secara
fungsional atau structural. survailans epidemiologi bukan hanya sekedar
pengumpulan data dan penyelidikan KLB saja tetapi kegunaan dari surveilans
epidemiologi lebih dari itu misalnya untuk mengetahui jangkauan dari pelayanan
Masalah kesehatan, untuk meramalkan terjadinya wabah dan masih banyak lagi,
manfaat dari surveilans epidemiologi, umumnya survailans epidemiologi di
gunakan untuk:
1. Mengetahui dan melengkapi gambaran epidemiologi dari suatu
penyakit
2. Untuk menentukan penyakit mana yang di prioritaskan untuk diobati
atau di berantas
3. Untuk meramalkan terjadinya wabah
4. Untuk menilai dan memantau pelaksanaan program pemberantasan
penyakit menular dan program-program kesehatan lainnya seperti
program mengatasi kecelakaan, program kesehatan gigi, program
kesehatan gigi, program gizi dan lain lain
Upaya pencegahan terhadap penularanan DBD dilakukan dengan dengan
pemutus mata rantai penularan DBD berupa pencegahan terhadap gigitan
nyamuk Aedes Aegepty. selain itu juga dapat dilakukan dengan larvasida dan
pengasapan (fogging) Penanggulangan fokus (fogging) adalah kegiatan
pengasapan menggunakan insektisida untuk membunuh nyamuk dewasa.
Kegiatan ini dilakukan bila penyelidikan epidemiologinya ditemukan positif jentik
2. Tujuan Khusus:
Memberantas nyamuk dewasa penular DBD di lingkungan penderita DBD,
yang salah satu alternatif pilihan dalam menanggulangi kejadian DBD
selain PSN dan larvasida
F. SASARAN
Rumah atau tempat-tempat umum dalam radius sekurang-kurangnya 200
meter dari penderita
November
Desember
Februari
Agustus
Oktober
Januari
N
Maret
April
Juni
KEGIATAN
Juli
Mei
1 Foging
Kegiatan foging ini bersifat isidentil yaitu dilakukan apabila ada penemuan
penderita DBD dan PE Positif.
H. PENCATATAN DAN PELAPORAN
1. Pencatatan
- Pencatatan dilakukan di Register DBD oleh Pemegang Program
2. Pelaporan
- Pelaporan Foging melalui aplikasi Sp2TP
I. PENUTUP
Demikian kerangka acuan program ini dibuat untuk dipergunakan sebagai
acuan dalam pelaksanaan kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di
wilayah kerja UPT Puskesmas Sumbermanjing Kulon.