KIMIA LIPIDA
Dosen Pengampu:
Handa Muliasari, S.Si., M.Si
Dr. apt. Lina Permatasari, S.Farm
Disusun Oleh :
Kelompok 7
Ni Luh Ayu Sri Widyasari (K1A020054)
Qori’atul Hafizah (K1A020062)
Rizky Ayu Apriliana (K1A020068)
Suwen Qoffa Haya’nurwanda (K1A020074)
Tiara Yulistia Bahtiar (K1A020078)
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Hari/tanggal : Selasa, 29 Maret 2022
Waktu : 13.00-16.40 WITA
Tempat : Laboratorium Farmakokimia Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran Universitas Mataram
B. TUJUAN
1. Mengidentifikasi kualitas minyak melalui penentuan bilangan asam
2. Mengidentifikasi kualitas minyak melalui penentuan bilangan penyabunan
3. Mengidentifikasi kualitas minyak melalui penentuan bilangan peroksida
C. LANDASAN TEORI
Lipid atau yang dikenal dengan lemak berasal dari Bahasa Yunani (Greece) yaitu
lipos. Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan Lipid. Secara umum lipid atau
lemak didefinisikan sebagai senyawa organik yang tidak larut dalam air tetapi dapat
diekstraksi dengan pelarut nonpolar seperti kloform, eter, dan benzena. Lipid juga
memiliki pengertian yaitu kelompok molekul alami yang meliputi lemak, lilin, sterol,
vitamin yang larut dalam lemak seperti (seperti vitamin A, D, E, dan K), monogliserida,
digliserida, trigliserida, fosfolipid, dan lain-lain. Meskipun Istilah Lipid kadang-kadang
digunakan untuk sinonim dari lemak, namun lemak sebenarnya adalah subkelompok lipid
yang disebut trigliserida. Lipid juga mencakup molekul seperti asam lemak dan
turunannya (termasuk tri-, di-, monogliserida, dan fosfolipid), serta metabolit lainnya yang
mengandung sterol seperti kolesterol (Wahyudiati, 2017).
Lemak netral, trigliserida atau triasil gliserol yang diperoleh dari hewan tingkat
tinggi, dikenal sebagai lemak hewani, dan di Indonesia pada umumnya berupa bahan padat
(fat). Lemak yang diperoleh dari tanaman disebut lemak nabati, dan di Indonesia biasanya
merupakan zat cair (minyak). Perbedaan antara lemak dan minyak hanya pada bentuk
wujud fisiknya. Sebagian besar lemak hewani merupakan zat padat karena unit
penyusunnya berupa asam lemak jenuh atau saturated fat yaitu lemak yang tidak
mempunyai ikatan rangkap dalam struktur kimianya dan memiliki rantai panjang. Pada
suhu karnar, lemak yang terdapat pada ikan paus, ikan kod dan ikan hering, berupa zat cair
sehingga dikenal sebagai minyak ikan. Lemak nabati merupakan zat cair, karena pada
umumnya mengandung satu atau lebih asam lemak tak jenuh atau unsaturated fat yaitu
lemak yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap dua sebagai unit penyusunnya. Lemak
nabati banyak terdapat dalam kacang-kacangan, buah-buahan, biji-bijian dan akar tanaman
(Sumardjo, 2009).
Dalam lemak dan minyak ketiga gugus hidroksil (-OH) dalam molekul gliserol
berikatan dengan asam lemak dengan ikatan ester, sehingga disebut trigliserida atau
gliserida netral. Trigliserida disebut juga dengan triasilgliserol. Reaksi esterifikasi tersebut
disajikan dalam gambar berikut :
Berat Jenis
Berat jenis menunjukkan perbandingan berat suatu volume bahan dengan berat air
dengan volume yang sama pada suhu 25°C. Berat jenis berhubungan dengan berat fraksi-
fraksi komponen yang terbawa didalam minyak. Bertambahnya fraksi berat yang
terkandung di dalam minyak akan menyebabkan bertambahnya nilai berat jenis minyak
tersebut. Pada umumnya minyak yang mengandung molekul berantai panjang atau dengan
banyak ikatan rangkap memiliki berat jenis yang tinggi (Sahrial dkk, 2018).
Bilangan Penyabunan
Bilangan penyabunan merupakan jumlah basa yang dibutuhkan untuk menyabunkan
sejumlah minyak. Bilangan penyabunan ditunjukkan dalam jumlah milligram hidroksida
yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram minyak atau lemak (Warsono dkk, 2013).
Adapun rumus bilangan penyabunan yakni :
(𝐚 − 𝐛) × 𝐍 × 𝟐𝟖, 𝟎𝟓
𝐠
Keterangan :
a = Jumlah mL HCl titrasi blanko
b = Jumlah mL HCl titrasi zat uji
g = Berat Sampel (gram)
N = Normalitas asam klorida
28,05 = Setengah dari bobot molekul KOH (Azizah dkk, 2016)
Bilangan Asam
Bilangan asam merupakan suatu ukuran dari jumlah asam lemak bebas dan dihitung
berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau campuran asam lemak. Bilangan asam
ditunjukkan sebagai jumlah miligram KOH 0.1 N yang digunakan untuk menetralkan asam
lemak bebas yang terdapat dalam satu gram minyak atau lemak. Adanya asam bebas dalam
suatu minyak atau lemak dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya seperti
oksidasi dan hidrolisis. Peristiwa tersebut ditandai dengan timbulnya bau yang tidak sedap
(Warsono dkk, 2013). Adapun rumus bilangan asam yakni :
𝐀 𝐊𝐎𝐇 × 𝐍 𝐊𝐎𝐇 × 𝟓𝟔, 𝟏
𝐠
Keterangan :
A = Jumlah mL KOH dititrasi
N = Normalitas KOH
g = Berat Sampel (gram)
56,1 = bobot molekul KOH (Azizah dkk, 2016)
Bilangan Iod
Bilangan iod digunakan untuk menyatakan derajat ketidakjenuhan suatu minyak atau
lemak. Bilangan iod adalah parameter mutu yang penting bagi minyak mengering, karena
bilangan iod merupakan ukuran ketidakjenuhan minyak mengering. Minyak mengering
yang mempunyai bilangan iod yang lebih tinggi mempunyai daya mengering yang lebih
baik daripada minyak yang memiliki bilangan iod yang rendah (Warsono dkk, 2013).
Adapun rumus bilangan Iod yakni :
(𝐛 − 𝐚) × 𝟎, 𝟎𝟏𝟐𝟔𝟗 × 𝟏𝟎𝟎
𝐠
Keterangan :
b = Jumlah mL Na2S2O3 titrasi blanko
a = Jumlah mL Na2S2O3 titrasi zat uji
g = Berat Sampel (gram)
0,0126 = 1 mL Na2S2O3 mengandung iod (Azizah dkk, 2016)
Bilangan Peroksida
Bilangan peroksida merupakan nilai indeks jumlah lemak atau minyak yang telah
mengalami oksidasi. Minyak yang memiliki angka peroksida melebihi batas yang telah
ditentukan akan membentuk akrolein dan kandungan asam lemak bebas menjadi
meningkat. Meningkatnya kandungan asam lemak bebas sangat berbahaya bagi kesehatan,
seperti berpengaruh terhadap lemak dan darah yang kemudian dapat menimbulkan
kegemukan (obesitas), mendorong penyempitan pembuluh darah arteri (arterioscelorosis)
yang dapat mengakibatkan penyakit jantung (Ferdinan dkk, 2017).
Adapun rumus bilangan Peroksida yakni :
𝐀 × 𝐍 × 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝐠
Keterangan :
A = Jumlah mL larutan Na2S2O3
N = Normalitas larutan Na2S2O3
g = Berat Sampel (gram) (Azizah dkk, 2016)
Grease Spot Test (tes noda lemak)
Minyak sangat erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat. Minyak merupakan
sumber energi dan penting untuk kesehatan. Minyak terdapat pada hampir semua bahan
pangan dengan kandungan yang berbeda-beda. Minyak kelapa yang digunakan sebagai
minyak goreng adalah salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia dalam rangka
pemenuhan kebutuhan sehari-hari (Azizah dkk, 2016). Dalam praktikum ini, kualitas dan
mutu minyak goreng dapat diindentifikasi dengan menggunakan Grease Spot Test (tes
noda lemak). Selain itu, dalam praktikum ini dilakukan pula penentuan bilangan
penyabunan, penentuan bilangan peroksida, dan penentuan bilangan asam sebagai
indikator untuk mengindentifikasi kualitas minyak goreng.
Diambil boggol jagung (bersih tanpa biji) Dipisahkan biji salak dari buahnya
Hasil arangnya ditumbuk dan diayak Hasil arangnya ditumbuk dan diayak
1. Bilangan Penyabunan
Ditimbang 2 gr minyak goreng bersih ke dalam labu alas bulat
Dididihkan kedua campuran dengan pemanas hingga semua minyak tersabunkan atau
diperoleh larutan yang bebas dari butir-butir lemak (selama ± 30 menit)
Larutan dititrasi dengan larutan HCl 0,5 N hingga terjadi perubahan warna
Larutan dititrasi dengan larutan HCl 0,5 N hingga terjadi perubahan warna
Dimasukkan magnetic stirrer ke dalam Erlenmeyer dan dihubungkan dengan pendingin tegak
Dididihkan minyak hingga mendidih (suhu ± 78°C) dan digojog kuat-kuat (selama ± 45
menit) untuk melarutkan asam lemak bebasnya
- Ditambahkan 12 mL Kloroform
- Ditambahkan 18 mL asam asetat glasial
Digojog campuran
Larutan dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N sampai hingga terjadi perubahan warna
Larutan dititrasi kembali dengan Na2S2O3 0,1 N sampai terbentuk warna putih susu
Dituangkan campuran di atas gelas arloji dan diuapkan larutan eternya secara menyeluruh
Diusap permukaan kertas arloji dengan kertas saring atau kertas buram
Rumus:
V KOH × N KOH × BE KOH
Bilangan asam =
Berat Sampel (g)
1. Minyak Jelantah
Diketahui:
V KOH = 0,9 mL
Berat Sampel = 2 gram
0,9 mL × 0,5 N × 56
Bilangan asam Minyak Jelantah =
2 gram
25,2
Bilangan asam Minyak Jelantah =
2 gram
Bilangan asam Minyak Jelantah = 12,6 mgKOH/gram
2. Minyak Bersih
Diketahui:
V KOH = 0,2 mL
Berat Sampel = 2 gram
0,2 mL × 0,5 N × 56
Bilangan asam Minyak Bersih =
2 gram
5,6
Bilangan asam Minyak Bersih =
2 gram
Bilangan asam Minyak Bersih = 2,8 mgKOH/gram
BILANGAN PENYABUNAN
Diketahui:
V HCl blanko = 15 mL
N HCl = 0,5 N
BE KOH = 56
Rumus:
(V HCl blanko − V HCl titrasi sampel) × N HCl × BE KOH
Bilangan asam =
Berat Sampel (g)
1. Minyak Jelantah
Diketahui:
V HCl titrasi sampel = 5,5 mL
Berat Sampel = 2,134 gram
(15 mL − 5,5 mL) × 0,5 N × 56
B. Penyabunan Minyak Jelantah =
2,134 gram
(9,5 mL) × 0,5 N × 56
B. Penyabunan Minyak Jelantah =
2,134 gram
266
B. Penyabunan Minyak Jelantah =
2,134 gram
B. Penyabunan Minyak Jelantah = 124,648 mgKOH/gr
2. Minyak Bersih
Diketahui:
V HCl titrasi sampel = 3,9 mL
Berat Sampel = 2,015 gram
(15 mL − 3,9 mL) × 0,5 N × 56,1
B. Penyabunan Minyak Bersih =
2,015 gram
(11,1 mL) × 0,5 N × 56
B. Penyabunan Minyak Bersih =
2,015 gram
310,8
B. Penyabunan Minyak Bersih =
2,015 gram
B. Penyabunan Minyak Bersih = 154,243 mgKOH/gr
BILANGAN PEROKSIDA
Diketahui:
V Na2S2O3 blanko = 0,5 mL
N Na2S2O3 = 0,1 N
Rumus:
Bilangan Peroksida
(V Na2 S2 O3 sampel − V Na2 S2 O3 blanko) × N Na2 S2 O3 × 1000
=
Berat Sampel (g)
1. Minyak Jelantah
Diketahui:
V Na2S2O3 sampel = 20 mL
Berat Sampel = 5 gram
(20 mL − 0,5 mL) × 0,1 N × 1000
B. Peroksida Minyak Jelantah =
Berat Sampel (g)
(19,5 mL) × 0,1 N × 1000
B. Peroksida Minyak Jelantah =
5 gram
1950
B. Peroksida Minyak Jelantah =
5 gram
B. Peroksida Minyak Jelantah = 390 mg Eq/gr
2. Minyak Bersih
Diketahui:
V Na2S2O3 sampel = 1 mL
Berat Sampel = 5,002 gram
(1 mL − 0,5 mL) × 0,1 N × 1000
B. Peroksida Minyak Bersih =
Berat Sampel (g)
(0,5 mL) × 0,1 N × 1000
B. Peroksida Minyak Bersih =
5,002 gram
50
B. Peroksida Minyak Bersih =
5,002 gram
B. Peroksida Minyak Bersih = 9,996 mg Eq/gr
I. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Semakin tinggi bilangan asam, maka semakin buruk kualitas minyak. Semakin rendah
bilangan asam, maka semakin baik kualitas minyak.
2. Semakin tinggi bilangan penyabunan, maka semakin baik kualitas minyak. Semakin
rendah bilangan penyabunan, maka semakin buruk kualitas minyak.
3. Semakin tinggi bilangan peroksida, maka semakin buruk kualitas minyak. Semakin
rendah bilangan peroksida, maka semakin baik kualitas minyak.
Jadi, minyak yang baik merupakan minyak yang memiliki bilangan asam rendah,
bilangan penyabunan tinggi, dan bilangan peroksida yang rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2002). Standar Nasional Indonesia Minyak Goreng. Jakarta: Badan Standarisasi
Nasional.
Azizah, Z., Rasyid, R., Kartina, D. (2016). Pengaruh Pengulangan Dan Lama Penyimpanan
Terhadap Ketengikan Minyak Kelapa Dengan Metode Asam Thiobarbiturat (Tba). Jurnal
Farmasi Higea, 8 (2): 189-199.
Fathanah, U., & Lubis, M. R. (2022). Pemanfaatan Kulit Jagung sebagai Bioadsorben untuk
Meregenerasi Minyak Goreng Bekas. Jurnal Serambi Engineering, 7(1).
Ferdinan, A., Justicia, A. K., Andhika. (2017). Penurunan Bilangan Peroksida dengan Kulit
Pisang Kepok (Musa normalis L). Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (1): 117-121.
Girsang, E. Kiswandono, A.A., Aziz, H., Chaidir, Z. dan Zein, R. (2015). Serbuk Biji Salak
(Salacca zalacca) Sebagai Biosorben Dalam Memperbaiki Kualitas Minyak Goreng
Bekas. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2015, 19 November 2015,
Surakarta, Indonesia. pp. 583–594.
Mulono A., Rujiah. (2017). Kimia Pangan. Kulon: Trussmedia Grafika.
Ramdja, A.F., Febrina, L., and Krisdianto, D. (2010). Pemurnian Minyak Jelantah
Menggunakan Ampas Tebu sebagai Adsorben, Jurnal Teknik Kimia, 17(1): 7-14
Sahrial, Emanauli, Prihantoro. (2018). Optimasi Suhu Pengeringan Dalam Produksi Minyak
Biji Teh. Prosiding Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Jambi: 519-529.
Sumardjo, D. (2009). Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Wahyudiati, D. (2017). Biokimia. Mataram: LEPPIM Mataram.
Warsono, L. B., Atmaka, W., Amanto, B. S. (2013). Ekstraksi Cashew Nut Shell Liquid (Cnsl)
Dari Kulit Biji Mete Dengan Menggunakan Metode Pengepresan. Jurnal Teknosains
Pangan, 2 (2): 84-92.
Wijayanti, H., Nora, H., and Amelia, R. (2012). Pemanfaatan Arang Aktif dari Serbuk Gergaji
Kayu Ulin untuk Meningkatkan Kualitas Minyak Goreng Bekas, Konversi 1(1): 26-32.