Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

AKTIVITAS ENZIM SECARA KUALITATIF

Dosen Pengampu:
Handa Muliasari, S.Si., M.Si
Dr. apt. Lina Permatasari, S.Farm

Disusun Oleh :
Kelompok 7
Ni Luh Ayu Sri Widyasari (K1A020054)
Qori’atul Hafizah (K1A020062)
Rizky Ayu Apriliana (K1A020068)
Suwen Qoffa Haya’nurwanda (K1A020074)
Tiara Yulistia Bahtiar (K1A020078)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2022
AKTIVITAS ENZIM SECARA KUALITATIF

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Hari/tanggal : Selasa, 17 Mei 2022
Waktu : 13.00-16.40 WITA
Tempat : Laboratorium Farmakokimia Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran Universitas Mataram
B. TUJUAN
Mempelajari hidrolisis enzim amilase pada variasi suhu dan jumlah substrat

C. LANDASAN TEORI
Enzim adalah protein yang berfungsi sebagai biokatalisator, yaitu senyawa yang
meningkatkan kecepatan reaksi kimia. Enzim merupakan biokatalisator organik yang
dihasilkan organisme hidup di dalam protoplasma, yang terdiri atas protein atau suatu
senyawa yang berikatan dengan protein. Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu
substrat tertentu. Enzim disintesis dalam bentuk calon enzim yang tidak aktif, kemudian
diaktifkan dalam lingkungan pada kondisi yang tepat. Misalnya, tripsinogen yang disintesis
dalam pankreas, diaktifkan dengan memecah salah satu peptidanya untuk membentuk
enzim tripsin yang aktif (Wahyudiati, 2017). Bentuk enzim yang tidak aktif ini disebut
sebagai apoenzim. Untuk mengaktifkan apoenzim, terkadang memerlukan senyawa secara
struktur kimia, bukan protein. Senyawa-senyawa ini sering disebut sebagai senyawa
kofaktor. Sementara itu, enzim yang sudah aktif, baik karena pengaruh adanya kofaktor
maupun tidak disebut dengan istilah holoenzim (Bachruddin, 2014). Aktivitas enzim
dihitung dalam satuan U (unit) per mL ekstrak enzim. Satu unit enzim (U) didefinisikan
sebagai banyaknya mL enzim yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 mol standar tiap
menit dengan substrat (Yusirah dan Nengah, 2013).
Setiap proses biokimia yang terjadi dalam tubuh manusia menggunakan katalis enzim
tertentu. Untuk membedakannya maka tiap enzim diberi nama. Secara umum nama tiap
enzim disesuaikan dengan nama substrat dan diakhiri dengan penambahan "ase" di
belakangnya. Contoh enzim urease merupakan enzim yang mengkatalisis hidrolisis urea.
Karena jumlah enzim sangat banyak maka Commission on Enzymes of the International
Union of Biochemistry and Moleculalar Biology telah menetapkan klasifikasi dan
penamaan enzim secara sistematis (Ischak dkk, 2017).
Amilase merupakan salah satu jenis enzim yang penting untuk dipelajari. Enzim ini
memiliki fungsi yang luas mulai dari industri tekstil, konversi pati untuk gula sirup dan
produksi siklodekstrin untuk industri farmasi (Shafarini dkk, 2017). Enzim amilase terdiri
dari 2 yaitu 𝛼-amilase dan β-amilase. Enzim 𝛼-amilase akan memecah pati menjadi glukosa
dan dekstrin, sedangkan β-amilase akan memecah pati menjadi maltosa dan dekstrin, yang
nantinya akan diubah lagi untuk menjadi energi. Amilase dapat bersumber dari hewan,
jamur, dan sumber tanaman. Enzim amilase pada tanaman biasanya terdapat pada
kecambah dari kacang-kacangan (Lombu dkk, 2018).

D. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan pada praktikum ini diantaranya yaitu kain kasa, blender, tabung
reaksi, rak tabung, pipet ukur, pipet tetes, dan Bunsen.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini diantaranya yaitu biji jagung, kecambah,
kacang tanah, benedict, dan amilum 1%.

E. SKEMA KERJA
Preparasi sampel

Ditimbang masing-masing 100 gram sampel (kecambah, biji jagung,


kacang tanah)

Dicampur dengan 100 mL aquades

Diblender hingga halus

Hasil blender disaring dengan kain kasa

Ditampung filtrat yang diperoleh pada gelas beker


Pengujian Kualitatif

Dimasukkan filtrat sampel ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan substrat amilum 1%

Campuran diinkubasi selama 10 menit

Campuran yang sudah diinkubasi diambil 1 mL dan dimasukkan ke dalam


tabung reaksi

Ditambahkan 3 mL reagen Benedict

Campuran dipanaskan

Diamati perubahan yang terjadi


F. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1: Jumlah sampel dan amilum digunakan

HASIL PENGAMATAN
SAMPEL SUHU JUMLAH
(ENZIM) (°C) SUBSTRAT (ML) SETELAH
SEBELUM
PEMANASAN PEMANASAN

Biru Hijau tua kebiruan

4°C 6 ml

Biru Hijau lumut dan


kekuningan

4°C 8 ml

KECAMBA
H
Biru Biru kehijauan
(1 ML)

4°C 12 ml

Biru Hijau kekuningan


dengan endapan
merah bata

25°C 6 ml
Biru Hijau tua dengan
endapan merah bata

25°C 8 ml

Biru Biru kehijauan


dengan endapan
merah bata

25°C 12 ml

Biru Hijau tua dengan


sedikit endapan
merah bata

37°C 6 ml
Biru Hijau tua dengan
banyak endapan
merah bata

37°C 8 ml

Biru Hijau tua tanpa


endapan

37°C 12 ml

6 ml Biru tua Hijau dengan


endapan oren
kekuningan

4°C

JAGUNG
Biru tua Hijau cendol dengan
(1 ML) endapan oren
kekuningan

4°C 8 ml

4°C 12 ml Biru tua Hijau tua (army)


dengan endapan oren
kekuningan

Biru Hijau tua endapan


merah bata

25°C 6 ml

Biru Hijau tua endapan


merah bata

25°C 8 ml

Biru Biru tanpa endapan

25°C 12 ml

Biru hijau tua tanpa


37°C 6 ml
endapan
Biru hijau dengan
endapan merah bata

37°C 8 ml

Biru hijau dengan


endapan merah bata

37°C 12 ml

Biru muda Biru tua keunguan

KACANG 4°C 6 ml
TANAH
(1 ML)

4°C 8 ml Biru muda Biru tua keunguan


Biru muda Biru tua keunguan

4°C 12 ml

Biru muda Biru tua

25°C 6 ml

Biru muda Biru tua

25°C 8 ml

Biru muda Biru tua

25°C 12 ml
Biru Biru

37°C 6 ml

Biru Biru

37°C 8 ml

Biru Biru

37°C 12 ml

G. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, untuk mempelajari hidrolisis enzim amilase pada variasi suhu dan
jumlah substrat, digunakan beberapa bahan sebagai sampel penghasil enzim amilase.
Bahan tersebut antara lain kecambah, biji jagung, dan kacang tanah. Untuk memperoleh
enzim dari ketiga sampel tersebut, masing-masing sampel yang telah ditimbang,
ditambahkan aquades lalu dihaluskan terlebih dahulu kemudian disaring dan diambil
filtratnya. Pada praktikum ini, konsentrasi filtrat kecambah yaitu 80%, sementara biji
jagung dan kacang tanah yaitu masing-masing 100%. Untuk membandingkan aktivitas
enzim amilase pada variasi suhu, digunakan 3 suhu yang berbeda yaitu suhu kulkas (4°C),
suhu ruangan (25°C), dan suhu inkubator (37°C). Sementara untuk variasi jumlah substrat,
yakni jumlah larutan amilum (pati) 100%, digunakan juga 3 variasi yang berbeda yakni 6
ml, 8 ml, dan 12 ml. Setelah filtrat dari masing-masing bahan ditambahkan dan dicampur
dengan substrat yang berbeda-beda, campuran tersebut didiamkan/diinkubasi terlebih
dahulu di masing-masing suhu. Setelah 10 menit, 1 ml campuran tersebut diambil lalu
ditambahkan 3 ml pereaksi benedict. Setelah itu, dipanaskan dan masing-masing diamati
perubahan warnanya sebelum dan setelah pemanasan.

Indikator adanya enzim amilase dalam suatu sampel/sediaan pangan dapat dilihat
dengan penggunaan pereaksi benedict. Pereaksi ini dapat mendeteksi hasil metabolisme
amilum (pati) yang paling sederhana yakni glukosa. Adanya glukosa dapat
diinterpretasikan dari warna akhir setelah pemanasan. Adanya aktivitas enzim amilase
pada suatu sampel, dapat dilihat dengan keberhasilan mendegradasi amilum menjadi
komponen yang lebih kecil, seperti glukosa (Fatimah et al., 2019). Pada praktikum ini
digunakan pereaksi benedict untuk mendeteksi adanya enzim amilase pada sampel. Larutan
Benedict adalah larutan yang mengandung ion-ion tembaga(II) yang di kompleks dalam
sebuah larutan basa. Larutan Benedict mengandung ion-ion tembaga(II) yang
membentuk kompleks dengan ion-ion sitrat dalam larutan natrium karbonat.
Pengompleksan ion-ion tembaga(II) dapat mencegah terbentuknya sebuah endapan
tembaga(II) karbonat. Benedict merupakan reagen yang dapat membuktikan adanya
zat yang mengandung glukosa dan turunannya, hasil yang positif memberikan endapan
berwarna merah bata karena terbentuknya ikatan antara atom Cu atau tembaga yang
berikatan dengan gugus aldehid dari glukosa yang bersifat aktif ((Fatimah et al., 2019).

- Percobaan pada suhu 4°C


Pada suhu 4°C, secara teori, enzim tidak dapat melakukan aktivitasnya atau berada pada
fase inaktif. Pada suhu rendah aktivitas enzim kecil karena tumbukan antar partikel rendah
(Sari, 2017). Hal ini dapat kita lihat pada perubahan warna yang sedikit atau tidak terlalu
signifikan.

Kecambah suhu 4°C

Berdasarkan hasil pengamatan sampel kecambah pada suhu 4°C, warna campuran
setelah ditambahkan reagen benedict dan sebelum dipanaskan adalah sama yakni berwarna
biru di masing-masing jumlah substrat yang berbeda. Sementara setelah dilakukan
pemanasan, sampel dengan jumlah substrat 6 ml berwarna hijau tua kebiruan, pada substrat
8 ml berwarna hijau lumut kekuningan, dan pada substrat 12 ml berwarna biru kehijauan.
Dari hasil pengamatan terhadap perubahan warna ini, dapat dilihat bahwa perlakuan dengan
variasi pada jumlah substrat menghasilkan perubahan warna yang berbeda pula.

Biji jagung suhu 4°C

Berdasarkan hasil pengamatan sampel biji jagung pada suhu 4°C, warna campuran
setelah ditambahkan reagen benedict dan sebelum dipanaskan adalah sama yakni berwarna
biru tanpa endapan di masing-masing jumlah substrat yang berbeda. Sementara itu, setelah
dilakukan pemanasan, sampel dengan jumlah substrat 6 ml berubah menjadi berwarna hijau
dengan endapan oren kekuningan, pada substrat 8 ml berubah menjadi warna hijau cendol
dengan endapan oren kekuningan, dan pada substrat 12 ml berubah menjadi warna hijau
tua (army) dengan endapan oren kekuningan. Adapun setelah didiamkan selama sekitar 5
menit, terbentuk endapan oren kecoklatan yang semakin banyak dibagian dasar tabung
pada ketiga perlakuan tsb. Dari hasil pengamatan terhadap perubahan warna ini, dapat
dilihat bahwa perlakuan dengan variasi pada jumlah substrat menghasilkan perubahan
warna yang berbeda pula.

Kacang tanah suhu 4°C

Berdasarkan hasil pengamatan sampel kacang tanah pada suhu 4°C, warna campuran
setelah ditambahkan reagen benedict dan sebelum dipanaskan adalah sama yakni berwarna
biru muda tanpa endapan di masing-masing jumlah substrat yang berbeda. Sementara itu,
setelah dilakukan pemanasan, sampel dengan jumlah substrat 6 ml, 8ml, dan 12 ml masing-
masing berubah menjadi berwarna biru tua keunguan dengan warna yang semakin pekat
pada jumlah substrat yang semakin besar. Adapun setelah didiamkan selama sekitar 5
menit, terbentuk endapan putih dibagian atas campuran larutan pada ketiga perlakuan tsb.
Dari hasil pengamatan terhadap perubahan warna ini, dapat dilihat bahwa perlakuan dengan
variasi pada jumlah substrat menghasilkan perubahan warna yang berbeda pula.

Hal ini sesuai dengan teori Soeka (2016) bahwa dalam dengan penambahan volume
substrat lima kali lebih besar berhasil meningkatkan aktivitas enzim yang terakumulasi
dalam substrat. Selain itu, menurut Isnaeni (2020), enzim bekerja sesuai dengan
kapasitasnya. Meningkatnya konsentrasi substrat maka laju reaksi akan meningkat karena
lebih banyak enzim yang bekerja. Ketika substrat meningkat, molekul enzim terlibat dalam
pembentukan kompleks enzim-substrat juga meningkat. Akan tetapi, perlu diperhatikan
juga bahwa jumlah substrat yang terlalu banyak bahkan melebihi jumlah enzim justru tidak
akan berpengaruh dikarenakan jumlah enzim untuk membentuk kompleks dengan substrat
telah habis sehingga jumlah substrat akan menjadi jenuh dan kecepatan degradasi enzim
akan menjadi konstan.

Perlu diperhatikan, bahwa pada perlakuan dengan suhu 4°C ini, tidak menunjukkan
perubahan warna yang terlalu signifikan dikarenakan enzim amilase tidak aktif sehingga
glukosa belum bisa terdeteksi atau terdeteksi tetapi hanya sedikit dalam campuran larutan
ini. Jika dilihat dari warnanya, berdasarkan rentang warna yang menunjukkan kadar
glukosa sesuai uji benedict, maka disimpulkan bahwa glukosa dalam larutan sampel
kecambah dan biji jagung sebesar 0,25% sedangkan pada sampel kacang tanah kurang dari
0,25%.

- Percobaan pada suhu 25°C


Suhu di mana enzim menunjukkan aktivitas maksimum dikenal sebagai suhu optimum
untuk aktivitas enzim, sehingga pengaruh suhu optimum sangat menentukan terhadap
aktivitas enzim (Soeka, 2016).

Kecambah suhu 25°C

Berdasarkan hasil pengamatan kecambah pada suhu 25°C yang telah dilakukan, dengan
penambahan substrat sebanyak 6 ml dan proses pemanasan, didapatkan hasil larutan
mengalami perubahan warna menjadi hijau kekuningan dengan endapan merah bata pada
dasar tabung, untuk penambahan substrat sebanyak 8 ml dan proses pemanasan, didapatkan
hasil larutan mengalami perubahan warna menjadi hijau tua dengan endapan merah bata.
Sementara itu saat penambahan substrat sebanyak 12 ml dan proses pemanasan, didapatkan
hasil larutan mengalami perubahan warna menjadi biru kehijauan dengan endapan merah
bata seperti pada penambahan substrat 6 ml dan 12 ml. Penambahan substrat dapat
mempercepat laju reaksi, dimana pada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksi
bertambah seiring dengan bertambahnya konsentrasi enzim. Penambahan konsentrasi
substrat juga akan menambah kecepatan reaksi. Dalam suatu reaksi enzimatik, enzim akan
mengikat substrat membentuk kompleks enzim-substrat, kemudian kompleks ini akan
terurai menjadi enzim dan produk. Semakin banyak kompleks enzim-substrat yang
terbentuk, semakin cepat reaksi berlangsung sampai batas kejenuhan enzim-substrat.

Jagung suhu 25°C

Berdasarkan hasil pengamatan pada larutan sampel jagung yang diberi larutan substrat
amilum berturut-turut sebanyak 6 mL, 8 mL, dan 12 mL kemudian diinkubasi pada suhu
25°C menunjukkan bahwa pada substrat sebanyak 6 ml tidak terjadi perubahan warna
ataupun endapan merah bata, sedangkan pada substrat 8 ml dan 12 ml terlihat perubahan
warna larutan menjadi hijau dan terbentuk endapan. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor
jumlah substrat. Hal ini sesuai dengan teori Soeka (2016) bahwa dengan penambahan
volume substrat akan meningkatkan aktivitas enzim yangterakumulasi dalam substrat.
Meningkatnya konsentrasi substrat maka laju reaksi akan meningkat karena lebih banyak
enzim yang bekerja. Ketika substrat meningkat, molekul enzim terlibat dalam pembentukan
kompleks enzim-substrat juga meningkat.

Kacang tanah suhu 25°C

Berdasarkan hasil pengamatan pada larutan sampel kacang tanah yang diberi larutan
substrat amilum berturut-turut sebanyak 6 mL, 8 mL, dan 12 mL kemudian diinkubasi pada
suhu 25°C menunjukkan bahwa terjadi perubahan warna yang tidak begitu spesifik yaitu
dari biru menjadi biru tua dan tidak terbentuknya endapan merah bata. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh keadaan kacang tanah itu sendiri. Pada praktikum ini, kacang tanah yang
digunakan merupakan kacang tanah yang sudah kering. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa enzim amilase yang terkandung dalam sampel kacang tanah tersebut telah rusak atau
terdenaturasi dan tidak dapat menghidrolisis substrat sehingga amilum tidak dipecah
menjadi glukosa dan reagen benedict tidak bereaksi yang menyebabkan tidak terjadinya
perubahan warna.

Pengaruh suhu inkubasi terhadap aktivitas enzimatik ditunjukkan oleh naiknya suhu
hingga ke tingkat tertentu berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas enzim, karena suhu
meningkatkan energi total dari suatu sistem kimiawi. Di atas suhu optimal, laju reaksi
enzimatik menurun tajam, terutama karena terjadi denaturasi enzim oleh panas, dan sisi
aktif enzim akan terganggu sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim menjadi berkurang
(Soeka, 2016).
- Percobaan pada suhu 37°C
Kecambah suhu 37°C

Pada praktikum biokimia kali ini terkait aktivitas enzim secara kualitatif salah satu
sampel yang digunakan ialah Kecambah.Sampel kecampah yang sudah dipreparasi
dimasukkan sebanyak 1 mL ke tiga tabung reaksi yang berbeda. Setelah itu tambahkan
substrat amilum 1% yang sudah diinkubasi pada suhu 37℃ ke masing-masing tabung
sebanyak 6 ml, 8 ml,dan 12 mL lalu digojok sampai homogen. Setelah semua sampel
homogen, inkubasiselama 10 menit pada suhu 37℃. Tujuan dilakukannya inkubasi sampel
pada suhu 37℃ ini untuk mengetahui perbandingan hasil yang didapatkan dengan sampel
yang diinkubasi pada suhu 4℃ dan suhu 25℃. Setelah selesai dilakukan inkubasi, tiap
sampel diambil 1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berbeda. Kemudian
ditambahkan 3 mL reagen benedict. Tujuan penambahan reagen benedict ini sebagai
indikator pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap aktivitas enzim dan untuk
mendeteksi adanya enzim amilaseSampel dipanaskan diatas bunsen dan diamati masing-
masing perubahan yang terjadi. . Pemanasan karbohidrat pereduksi dengan pereaksi
Benedict akan terjadi perubahan wama dari biru, hijau, kuning, kemerah-merahan dan
akhirnya terbentuk endapan merah bata kuprooksida apabila konsentrasi karbohidrat
pereduksi cukup tinggi. Karbohidrat pereduksi akan teroksidasi menjadi asam onat
sedangkan pereaksi Benedict (Cu ++ ) akan tereduksi menjadi kuprooksida, jadi dalam uji
ini terjadi proses reduksi dan oksidasi (Sumardjo, 2009).Berdasarkan hasil pengamatan
pada larutan sampel kecambah yang diberi larutan substrat amilum berturut-turut sebanyak
6 mL, 8 mL, dan 12 mL setelah dipanaskan didapatkan hasil yaitu hijau tua dengan banyak
endapan merah bata, hijau tua dengan banyak endapan merah bata, dan hijau tua tanpa
endapan. Pengujian aktivitas enzim amilase dipengaruhi oleh berbagai
faktor,salah satunya yaitu konsentrasi enzim.Pada konsentrasi substrat tertentu kecepatan
reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim.

Jagung suhu 37°C

Pada praktikum biokimia kali ini terkait aktivitas enzim secara kualitatif salah satu
sampel yang digunakan ialah biji jagung. Biji jagung yang akan digunakan ditimbang
terlebih dahulu sebanyak 100 gram kemudian ditambahkan 100 mL aquades dan diblender
sampai halus. Hasil biji jagung tersebut kemudian disaring menggunakan kain dan
filtratnya ditampung pada gelas beaker. Masukkan sampel biji jagung sebanyak 1 mL ke
tiga tabung reaksi yang berbeda. Setelah itu tambahkan substrat amilum 1% yang sudah
diinkubasi pada suhu 37℃ ke masing-masing tabung sebanyak 6 ml, 8 ml, dan 12 mL lalu
digojok sampai homogen. Setelah semua sampel homogen, inkubasi selama 10 menit pada
suhu 37℃. Tujuan dilakukannya inkubasi sampel pada suhu 37℃ ini untuk mengetahui
perbandingan hasil yang didapatkan dengan sampel yang diinkubasi pada suhu 4℃ dan
suhu 25℃. Setelah selesai dilakukan inkubasi, tiap sampel diambil 1 mL dan dimasukkan
ke dalam tabung reaksi yang berbeda. Kemudian ditambahkan 3 mL reagen benedict.
Tujuan penambahan reagen benedict ini sebagai indikator pengaruh perlakuan yang
diberikan terhadap aktivitas enzim dan untuk mendeteksi adanya enzim amilase. Sampel
dipanaskan diatas bunsen dan diamati masing-masing perubahan yang terjadi.

Sampel yang awalnya berwarna biru karena penambahan reagen benedict terlihat
mengalami perubahan. Pada sampel dengan jumlah substrat 6 mL menjadi warna hijau tua
tanpa endapan, pada substrat 8 mL dan 12 mL berubah menjadi warna hijau dengan
endapan merah bata pada lapisan paling bawah. Adanya perbedaan hasil yang didapatkan
ini bisa disebabkan karena jumlah substrat yang ditambahkan pada masing-masing sampel.
Semakin banyak jumlah substrat yang ditambahkan akan meningkatkan aktivitas enzim.

Kacang tanah suhu 37°C

Berdasarkan hasil pengamatan pada larutan sampel kacang tanah yang diberi larutan
substrat amilum berturut-turut sebanyak 6 mL, 8 mL, dan 12 mL kemudian diinkubasi pada
suhu 37°C menunjukkan tidak terjadinya perubahan warna setelah diuji kualitatif dengan
reagen benedict dan dipanaskan. Warna larutan sampel kacang tanah setelah ditambahkan
reagen benedict menjadi warna biru, kemudian setelah dipanaskan di atas bunsen warna
larutan ini tetaplah berwarna biru tanpa adanya perubahan warna sedikitpun. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada karbohidrat yang terkandung dalam larutan sampel kacang
tanah. Ketiadaan karbohidrat pada larutan sampel ini menunjukkan bahwa tidak adanya
karbohidrat yang terbentuk oleh enzim amilase ketika diinkubasi pada suhu inkubasi 37°C.
Perlakuan suhu inkubasi 37°C ini kemungkinan menyebabkan enzim amilase pada kacang
tanah menjadi terdegradasi/rusak sehingga tidak dapat bekerja membentuk karbohidrat
sebagaimana mestinya.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum aktivitas enzim secara kualitatif dapat
disimpulkan bahwa :
• Sampel yang memiliki aktivitas enzim amilase terendah adalah kacang tanah
• Semakin tinggi suhu semakin tinggi pula aktivitas enzim amilase yang terjadi
• Semakin tinggi konsentrasi substrat yang digunakan maka aktivitas enzim semakin
meningkat
Jadi, kecepatan aktivitas enzim amilase dalam memecah amilum dipengaruhi oleh suhu
dan konsentrasi substrat yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Bachruddin, Z. (2014). Teknologi Fermentasi Pada Industri Peternakan. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.

Fatimah, S., Surur, M.A., A’tourrohman, M., Rohmah, A., dan Khumaera, F. (2019) Analisis
Enzim Pencernaan menggunakan Variasi Uji. Fisiologi Hewan : 1-8.

Ischak, N. I., Salimi, Y. K., Botutihe, D. N. (2017). Buku Ajar Biokimia Dasar. Gorontalo :
UNG Press.

Isneni, N. (2020). Enzim. Jakarta : Universitas Indonesia.

Lombu, W. K., Wisaniyasa, N. W., Wiadnyani, A.A.I.S. (2018). Perbedaan Karakteristik


Kimia dan Daya Cerna Pati Tepung Jagung dan Tepung Kecambah Jagung (Zea mays
L.). Jurnal ITEPA, 7 (1) : 43-51.

Sari, N. (2017). Pengaruh pH dan Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Fibrinolitik Bacillus
megaterium BM 9.1. Skripsi thesis, Universitas Airlangga.

Shafarini, E. J., Astuti, W., Kartika, R. (2017). Isolasi Amilase Dari Biji Mangga (Mangifera
Indica L.). Prosiding Seminar Nasional Kimia 2017 : 79-81.

Soeka, Y.S. (2016). Karakterisasi Bakteri Penghasil α-amilase dan Identifikasi Isolat C2 yang
Diisolasi dari Terasi Curah Samarinda, Kalmantan Timur. Berita Biologi 15(2) : 185-
193.

Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan.
Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Jakarta: EGC.

Wahyudiati, D. (2017). Biokimia. Mataram : LEPPIM Mataram.

Anda mungkin juga menyukai