Anda di halaman 1dari 3

A.

Ruang Lingkup Masail Fiqh


Hukum Islam terkandung didalamnya sasaran pasti yaitu mewujudkan
kemaslahatan. Tidak ada hal yang sia-sia di dalam syari’at melalui Al-Qur’an dan al-
Sunnah kecuali terdapat kemaslahatan hakiki di dalamnya.
Ruang lingkup masail fiqh meliputi :
1. Hubungan manusia dengan Allah SWT
Ilmu fiqih mengatur tentang ibadah yaitu ibadah mahdzah dan ghairu mahdzah.
Ibadah mahdzah adalah ajaran agama yang mengatur perbuatan-perbuatan manusia
yang murni mencerminkan hubungan manusia itu dengan sang pencipta yaitu Allah
SWT. Sedangkan ibadah ghairu mahdzah adalah ajaran agama yang mengatur
perbuatan antar manusia itu sendiri serta manusia dengan lingkungan.
Contoh masail fiqhiyyah yang berhubungan dengan ibadah yaitu hukum fiqh
menyikapi shalat jum’at pada masa pandemi covid 19. Pada masa awal pandemi
terdapat himbauan Majelis Ulama dan Pemerintah untuk tidak melaksanakan sholat
Jum’at pada daerah dengan zona merah disebabkan kondisi darurat. Hal ini terkadang
menimbulkan masalah disaat keadaan menuntut sebagian masyarakat untuk
melakukan sholat Jum’at karena wajib tetapi keadaan waspada dari pemerintah
dengan Tim Kesehatannya menganjurkan masyarakat untuk mengganti sholat Jum’at
dengan sholat Dhuhur, karena itulah yang terbaik dengan alasan kondisi pemukiman,
kapasitas tempat peribadatan dan interaksi sosial di tengah-tengah mereka adalah
faktor-faktor potensial pemicu tertularnya wabah Covid 19. Menyikapi
perkembangan di atas, pernyataan mayoritas ulama secara tegas menghukumi tidak
wajib melakukan shalat jum’at di satu tempatyang terkena zona merah wabah covid
19.
2. Hubungan manusia dengan sesama manusia
Didalam buku Paradigma Fiqh Modern, Masalah-masalah fiqh yang berhubungan
dengan situasi kontemporer (modern). Kajian tersebut dikategorikan kedalam
beberapa aspek :1
a. Aspek hukum keluarga, seperti : pembagian harta waris, akad nikah via
telepon, perwakafan dan KB.

1
Solikul Hadi, Paradigma Fiqh Modern, Jogjakarta, Idea Press, 2009, hlm : 99-101
b. Aspek ekonomi, seperti : sistem bunga (interest) dalam bank, zakat mal dan
perpajakan, kredit dan arisan, zakat profesi dan asuransi.
c. Aspek pidana, Biasanya pembahasan tentang aspek pidana sarat dengan isu-
isu HAM dan humanisme agama. Hukum Islam kontemporer mencoba
memberikan tafsiran baru terhadap masalah qishash, potong tangan, hukum
Islam dalam sistem hukum nasional dan seterusnya.
d. Aspek kewanitaan, seperti : busana muslim, jilbab, wanita karir dan
kepemimpinan wanita.
e. Aspek medis, seperti : pencangkokan organ tubuh atau bagian organ tubuh,
pembedahan mayat, euthanasia, infertilitas dan fertilitas, klonning, bayi
tabung, bank darah, bank susu, tranfusi darah.
f. Aspek teknologi, seperti : menyembelih hewan secara mekanis, seruan azan
atau ikrar basmalah dengan kaset, memberi salam dengan bel.
g. Aspek politik atau kenegaraan, yakni tentang perbedaan sekitar istilah “negara
islam”, proses pemilihan pemimpin, loyalitas kepada penguasa(kekuasaan).
3. Hubungan manusia dengan alam sekitar
Islam menekankan umatnya untuk menjaga kelestarian lingkungan dan berlaku
arif terhadap alam (ecology wisdom). Akan tetapi, doktrin tersebut tidak diindahkan.
Perusakan lingkungan tidak pernah berhenti. Eksplorasi alam tidak terukur dan makin
merajalela. Dampaknya, ekosistem alam menjadi limbung. Ini tentunya sangat
mengkhawatirkan. Alam akan menjadi ancaman yang serius. Fiqh Islam pun tumpul.
Fiqh belum mampu menjadi jembatan yang mengantarkan norma Islam kepada
perilaku umat yang sadar lingkungan. Sampai saat ini, belum ada fiqh yang secara
komprehensif dan tematik berbicara tentang persoalan lingkungan. Fiqh-fiqh klasik
yang ditulis oleh para imam mazhab hanya berbicara persoalan ibadah, mu’amalah,
jinayah, munakahat dan lain sebagainya. Sementara, persoalan lingkungan (ekologi)
tidak mendapat tempat yang proporsional dalam khazanah Islam klasik. Karena
itulah, merumuskan sebuah fiqh lingkungan (fiqh al-bi’ah) menjadi sebuah kebutuhan
yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Yaitu, sebuah fiqh yang menjelaskan sebuah
aturan tentang perilaku ekologis masyarakat muslim berdasarkan teks syar’i dengan
tujuan mencapai kemaslahatan dan melestarikan lingkungan.
4. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
Contoh masail fiqhiyyah yang mengatur hubungan manusia dengan dirinya
sendiri yaitu tentang hukum rebonding. Rebonding adalah meluruskan rambut agar
rambut jatuh lebih lurus dan lebih indah. Prosesnya dua tahap. Pertama, rambut diberi
krim tahap pertama untuk membuka ikatan protein rambut. Kemudian rambut
dicatok, yaitu diberi perlakuan seperti disetrika dengan alat pelurus rambut bersuhu
tinggi. Kedua, rambut diberi krim tahap kedua untuk mempertahankan pelurusan
rambut. Proses rebonding melibatkan proses kimiawi yang mengubah struktur protein
dalam rambut. Proses rebonding menghasilkan perubahan permanen pada rambut
yang terkena aplikasi. Namun rambut baru yang tumbuh dari akar rambut akan tetap
mempunyai bentuk rambut yang asli. Jadi, rebonding bukan pelurusan rambut biasa
yang hanya menggunakan perlakuan fisik, tapi juga menggunakan perlakuan kimiawi
yang mengubah struktur protein dalam rambut secara permanen. Inilah fakta (manath)
rebonding.

B. Manfaat dan keutamaan mempelajari masail fiqh


Mempelajari masail fiqh secara garis besar yakni untuk mengetahui jawaban
syari’at islam tentang berbagai persoalan-persoalan kontemporer dan menyelesaikannnya
melalui metodologi ilmiah secara sistematis dan analitis.
Adapun keutamaan mempelajari masail fiqh diantaranya :
a. Memperbaiki kualitas hidup dan penghidupan manusia secara individu dan
kolektif agar dapat menjadi sumber kebaikan bagi masyarakat.
b. Menegakkan keadilan dalam masyarakat islam
c. Mewujudkan kemaslahatan dengan keyakinan bahwa tidak ada hal yang sia-
sia dalam syari’at melalui al-qur’an dan sunnah kecuali di dalamnya terdapat
kemaslahatan hakiki untuk sseluruh umat manusia.

Anda mungkin juga menyukai