Anda di halaman 1dari 3

TORAKOSKOPI

No Dokumen: No Revisi: Halaman


1 dari 3

Ditetapkan oleh
Direktur,
Tanggal ditetapkan
Prosedur Tetap

dr. Harysinto Linoh, MM


NIP. 19710722 200012 1 002
Pengertian Torakoskopi adalah Prosedur diagnostik atau terapeutik dengan cara
memasukkan alat torakoskop ke dalam rongga pleura dengan atau
tanpa bantuan peralatan video.

Tujuan Torakoskopi digunakan untuk diagnosis dan terapi penyakit pada


pleura dan paru
Kebijakan 1. UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. SK Menkes No. 436 tahun 1993 tentang Penerapan Standar
Pelayaran RS dan Standar Pelayanan Medis.
3. SK Direktur TIM Akreditasi RSUD Ade Mohamad Djoen.
Prosedur
1. PERSIAPAN
a. Penderita :
 Pemeriksaan foto toraks, PA dan Lateral
 Pemeriksaan EKG.
Kalau ada kelainan (aritmia, iskemia, infark) perlu
konsultasi ke bagian kardiologi.
 Sebaiknya puasa sejak 4-6 jam sebelum
tindakan.
 Memberikan penjelasan kepada pasien
tentang rencana tindakan dan meminta pernyataan
persetujuan tertulis.
b. Bahan dan alat :
 Sumber oksigen dan kanul hidung
 Alat penghisap (suction) dengan daya hisap
cukup ( - 20 cm H20) dan berfungsi baik beserta
kateternya
 Meja steril berisi 1 set perlengkapan
torakoskop lentur atau kaku
 Sumber lampu (light source) untuk
torakoskop
 Meja tindakan torakoskopi
 Selang untuk persiapan WSD dan botol
penampung
 Oksimeter
TORAKOSKOPI

No Dokumen: No Revisi: Halaman


2 dari 3
2. PELAKSANAAN / PROSEDUR TINDAKAN
Prosedur
a. Memberikan oksigen 2 liter/menit melalui kanula
(lanjutan) nasal
b. Pemasangan IV line
c. Membaringkan penderita dalam posisi lateral
dekubitus pada sisi sehat berdasarkan lokasi kelainan
pada pemeriksaan radiografi.
d. Menandai tempat yang akan diinsisi.
e. Desinfeksi daerah insisi dan sekitarnya dengan
providone iodine 10%, dilanjutkan dengan alkohol
70%.
f. Menutup lapangan operasi dengan duk lubang steril
g. Pemberian anestesi lokal lidokain 2% 2-4 cc (40-80
mg) dengan spuit 5 cc steril intrakutan, subkutan,
otot sampai pleura parietalis.
h. Melakukan insisi kulit sepanjang ±2 cm pada sela iga,
dan jaringan subkutis dipisahkan secara tumpul.
i. Melakukan jahitan matras sekitar insisi untuk
persiapan pemasangan kateter toraks.
j. Menusukkan troikar torakoskopi melalui ruang
interkosta mencapai kavum plura.
Stilet dicabut dari troikar dan teleskop dimasukkan.
k. Melakukan eksplorasi terhadap keadaan kavum
pleura, kalau perlu dilakukan penghisapan cairan
pleura untuk pemeriksaan mikrobiologi/sitologi, biopsi
untuk pemeriksaan patologi anatomi, atau melakukan
pleurodesis (dengan semprotan talk steril /
dekstrose / tetrasiklin HCL / betadine ). (PR:
Pengenceran, Dosis Betadine)
l. Teleskop bersama troikar dicabut.
m. Kateter toraks dipasang dengan bantuan troikar
kateter toraks, atau secara langsung dengan bantuan
klemp.
n. Kateter dihubungkan dengan botol WSD atau
continous suction.
o. Jahitan matras disimpulkan secara surgeon knot
(ikatan berputar ganda). Selanjutnya ujung bebas
jahitan matras ini dilingkarkan secara berulang pada
kateter sambil sekali-kali dibuat simpul surgeon knot.
p. Dipasang kasa bentuk “Y” untuk menutupi luka,
kemudian ditempelkan plester lebar untuk membantu
fiksasi kateter.
TORAKOSKOPI

No Dokumen: No Revisi: Halaman


3 dari 3

Prosedur
3. PERAWATAN PASKA OPERASI
(lanjutan)  Mengawasi tanda-tanda vital selama
minimal 2 jam paska operasi.
 Foto toraks ulang langsung setelah tindakan
dan diulang menurut kebutuhan.

Komplikasi:

- Hematotoraks.
- Aritmia jantung/ Sinus Takhikardia.
- Emboli paru.
- Hipoksemia ringan
- Empiema
- Trauma paru atau organ lain.

-
Unit terkait

Anda mungkin juga menyukai