KEWARGANEGARAAN
Oleh:
CINDY PRIYANI SIHOMBING
180406189
DOSEN PENGAMPU:
ROY FACHRABY GINTING, SH.M.Kn.
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada
kelompok yang telah memberikan materi makalah ini sehingga makalah ini dapat siap dengan
benar. Tak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak Roy Fachraby Ginting
selaku dosen pengampu mata kuliah Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan yang juga
telah membantu penulis untuk menyelesaikan tugas makalah ini.
Penulis sadar betul bahwa masih banyak kesalahan dalam penulisan tugas makalah
ini, untuk itu penulis berharap agar pembaca dapat memakluminya dan penulis meminta
kritik dan saran dari pembaca terhadap makalah ini agar makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang makin pesat, nilai-nilai
tersebut makin lama makin hilang dari diri seseorang di dalam suatu bangsa, oleh karena itu
perlu adanya pembelajaran untuk mempertahankan nilai-nilai tersebut agar terus menyatu
dalam setiap warga negara agar setiap warga negara tahu hak dan kewajiban dalam
menjalankan kehidupan berbangasa dan bernegara. Generasi penerus tersebut diharapkanakan
mampu mengantisipasi hari depan mereka yang senantiasa berubah danselalu terkait dengan
konteks dinamika budaya, bangsa, negara, dan hubunganinternasional.
Pada hakekatnya pendidikan merupakan upaya sadar dari suatu masyarakat dan
pemerintah suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi
penerusnya. Pendidikan nasional harus menumbuhkan jiwa patriotik, mempertebal cinta
tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan, kesetiakawanan sosial, kesadaran pada
sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan dan berorientasi kepada masa
depan. Hal tersebut tentunya dipupuk melalui Pendidikan Kewarganegaraan.
1.2 Rumusan Masalah
1
1. Apa saja pengantar pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan.
2. Apa saja dasar hukum mata kuliah pendidikan Pancasila dan kewarnegaraan menjadi
mata kuliah dasar dan wajib di perguruan tingggi dalam mengembangkan kemampuan
utuh sebagai calon sarjana dan profesional.
3. Bagaimana sejarah peradaban bangsa Indonesia pada masa penjajahan.
4. Bagaimana proses lahirnya Pancasila pada masa penjajahan.
5. Bagaimana Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara.
6. Apa yang dimaksud dengan Pancasila sebagai sistem etika.
7. Mengapa Pancasila sebagai sistem etika bagi bangsa Indonesia itu penting.
8. Apa saja jenis pelanggaran kehidupan bernegara.
9. Apa yang dimaksud dengan ilmu?
10. Apa nilai setiap sila Pancasila yang berhubungan dengan perkembangan ilmu.
11. Bagaimana implementasi Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu.
2
12. Dapat mendeskripsikan esensi dan urgensi Pancasila sebagai sistem etika.
13. Memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Pancasila.
14. Memberikan informasi mengenai Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu.
3
BAB 2
ISI
Pendahuluan:
Bagi negara Indonesia yang mempunyai penduduk dengan jumlah dan memiliki
perbedaan yang tinggi, Pancasila dibutuhkan sebagai dasar negara yang berfungsi sebagai
daya ikat serta dasar pemersatu bangsa dan negara. Pancasila jelas merupakan seperangkat
nilai.
Nilai tersebut dapat ditemukan pada alinea keempat Pembukaan UUD 1945 menyatakan
bahwa: “suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,
Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia ”.
Kewarganegaraan adalah keanggotaan secara pasif dan aktif dari seorang individu dalam
sebuah negara-bangsa dengan hak-hak universal tertentu dan kewajiban-kewajiban pada level
yang spesifik dari kesetaraan.
4
Maka dari itu mata kuliah topik PPKn ini sangatlah penting di pelajari agar setiap
generasi Indonesia mampu menumbuhkan rasa cinta terhadap bangsa dan Negara sendiri
serta membantu nilai moral setiap generasi bangsa. Dengan makalah ini kami berharap
mampu membantu pembaca dalam mengetahui tentang pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan secara luas.
Pembahasan:
1. Pengantar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, sesungguhnya nilai-nilai Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa sudah terwujud dalam kehidupan bermasyarakat sejak
sebelum Pancasila sebagai dasar negara dirumuskan dalam satu sistem nilai. Sejak zaman
dahulu, wilayah-wilayah di nusantara ini mempunyai beberapa nilai yang dipegang teguh
oleh masyarakatnya, sebagai contoh:
a. Percaya kepada Tuhan dan toleran.
b. Gotong royong.
c. Musyawarah.
d. Solidaritas atau kesetiakawanan sosial, dan sebagainya.
Pancasila merupakan pernyataan dari niat dan cita-cita yang harus diusahakan
pelaksanaanya di dalam kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Pancasila juga
merupakan sifat-sifat pokok dari kehalusan budi manusia. Dengan Pancasila, Negara dan
politik negara mendapat dasar moral yang kuat dengan demikian Pancasila merupakan
fondamen dari negara Indonesia.
Lahirnya ketentuan dalam pasal 35 ayat (5) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012
yang menyatakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah agama,
5
Pancasila, kewarganegaraan, dan bahasa Indonesia menunjukkan bahwa negara
berkehendak agar pendidikan Pancasila dilaksanakan dan wajib dimuat dalam kurikulum
perguruan tinggi sebagai mata kuliah yang berdiri sendiri. Dengan demikian, mata kuliah
Pancasila dapat lebih fokus dalam membina pemahaman dan penghayatan mahasiswa
mengenai ideologi bangsa Indonesia.
Pancasila diharapkan dapat menjadi ruh dalam membentuk jati diri mahasiswa guna
mengembangkan jiwa profesionalitasnya sesuai dengan bidang studinya masing-masing.
Selain itu, dengan mengacu kepada ketentuan dalam pasal 2 Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2012, sistem pendidikan tinggi di Indonesia harus berdasarkan Pancasila.
Implikasinya, sistem pendidikan tinggi (baca: perguruan tinggi) di Indonesia harus terus
mengembangkan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai segi kebijakannya dan
menyelenggarakan mata kuliah pendidikan Pancasila secara sungguh-sungguh dan
bertanggung jawab.
Sebagai Konsekuensi atas pengakuan kedudukan Pancasila dan lahirlah bidang studi
mata kuliah PPKN yang merupakan usaha dasar untuk mentranformasikan dalam hal ini
tidak hanya mengalihkan saja nilai-nilai tersebut tetapi mengembangkan kepada
mahasiswa untuk membentuk sikap dan pribadi yang perilakunya dijiwai oleh nilai nilai
Pancasila. Mata kuliah PPKN (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan), yang
bertujuan agar anak didik menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
2. Dasar Hukum Mata Kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarnegaraan menjadi Mata
Kuliah Dasar dan Wajib di Perguruan Tingggi Dalam Mengembangkan Kemampuan
Utuh Sebagai Calon Sarjana dan Profesional
Tujuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dapat dipahami dengan menelaah
dasar-dasar pendidikan Pancasila sebagai bagian yang tidak terpisah dalam konsep
pendukung pencapaian dalam penyelenggaraan pendidikan Pancasila di perguruan tinggi
di seluruh Indonesia. Pendidikan Pancasila sangat diperlukan untuk membentuk karakter
manusia yang profesional dan bermoral karena perubahan budaya asing yang mendatangi
masyarakat Indonesia bukan hanya terjadi dalam masalah pengetahuan dan teknologi,
melainkan juga berbagai aliran (mainstream) dalam berbagai kehidupan bangsa. Selain itu
6
untuk menunjukkan pentingnya penanaman nilai-nilai ideologi melalui Pendidikan
Pancasila.
Mata kuliah pendidikan Pancasila adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar mahasiswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki pengetahuan, kepribadian, dan keahlian,
sesuai dengan program studinya masing-masing sehingga mahasiswa mampu memberikan
7
kontribusi yang konstruktif dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, dengan
mengacu kepada nilai-nilai Pancasila.
Pancasila sebagai ideologi negara merupakan kristalisasi nilai-nilai budaya dan agama
dari bangsa Indonesia. Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia mengakomodir
seluruh aktivitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, demikian pula
halnya dalam aktivitas ilmiah.
Kedua, dampak negatif yang ditimbulkan kemajuan iptek terhadap lingkungan hidup
berada dalam titik nadir yang membahayakan eksistensi hidup manusia di masa yang
akan datang. Oleh karena itu, diperlukan tuntunan moral bagi para ilmuwan dalam
pengembangan iptek di Indonesia.
8
Penilaian dapat dipahami sebagai cara yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan
atau kemajuan dalam suatu kegiatan. Dalam konteks pembelajaran PKn, penilaian
merupakan roses untuk mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja peserta didik
dalam mata pelajaran PPKn. (Wahab & Sapriya, 2011, p. 351)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sulkipani (2017: 52) mengungkapkan
bahwa “Implementasi PKn di perguruan tinggi diwujudkan dalam bentuk pembelajaran,
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Ketiga tahapan tersebut didesain
sedemikian rupa sehingga dapat menumbuh kembangkan kesadaran bela negara
mahasiswa”. Tahap perencanaan merupakan tahap awal dalam aktivitas pembelajaran
yang sangat penting sebagai rambu-rambu dalam pelaksanaan pembelajaran itu sendiri.
Diperlukan analisis yang mendalam untuk merancang perencanaan pembelajaran.
Sehingga diperoleh perencanaan pembelajaran yang mengakomodir ketiga kompetensi
yang diharapkan yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Oleh karena Kompetensi yang diharapkan mahasiswa adalah untuk menjadi ilmuwan
dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis,
berkeadaban, Selain itu kompetensi yang diharapkan agar mahasiswa menjadi warga
negara yang memiliki daya saing, berdisiplin, berpartisipasi aktif dalam membangun
kehidupan yang damai berdasarkan system nilai Pancasila (Kaelan & Zubaidi, 2007).
9
Adapun visi dan misi mata kuliah pendidikan Pancasila adalah sebagai berikut:
a. Visi Pendidikan Pancasila
Terwujudnya kepribadian sivitas akademika yang bersumber pada nilai-nilai
Pancasila.
b. Misi Pendidikan Pancasila
Mengembangkan potensi akademik peserta didik.
Menyiapkan peserta didik untuk hidup dan berkehidupan dalam masyarakat,
bangsa dan negara (misi psikososial).
Membangun budaya ber-Pancasila sebagai salah satu determinan kehidupan (misi
sosiokultural).
Mengkaji dan mengembangkan pendidikan Pancasila sebagai sistem pengetahuan
terintegrasi atau disiplin ilmu sintetik (synthetic discipline), sebagai misi
akademik
Dalam hal ini Menteri Ristekdikti juga menyampaikan hal hal yang berkaitan dengan
mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan tersebut sebagai berikut:
10
a. Amanah dalam UUD 1945 pada Pasal 27 ayat (3), “Setiap warga negara berhak dan
wajib turut serta dalam upaya pembelaan negara” dan Pasal 30 ayat (1), “Tiap-tiap warga
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara”.
Sebagai warga negara harus selalu siaga dalam usaha membela bangsa dan negara,
menjaga pertahanan dan keamanan sehingga selalu terwujud kedamaian dan kenyamanan
di masyarakat.
11
kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial;
Bahwa dalam penyelenggaraan pertahanan negara setiap warga negara
mempunyai hak dan kewajiban untuk ikut serta dalam upaya pembelaan negara
sebagai pencerminan kehidupan kebangsaan yang menjamin hak-hak warga
negara untuk hidup setara, adil, aman, damai, dan sejahtera;
Bahwa usaha pertahanan negara dilaksanakan dengan membangun, memelihara,
mengembangkan, dan menggunakan kekuatan pertahanan negara berdasarkan
prinsip prinsip demokrasi, hak asasi manusia, kesejahteraan umum, lingkungan
hidup, ketentuan hukum nasional, hukum internasional dan kebiasaan
internasional, serta prinsip hidup berdampingan secara damai.
Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, d,
dan e perlu dibentuk Undang-Undang tentang Pertahanan Negara.
Mengingat:
Pasal 5 ayat (1), Pasal 10, Pasal 11, Pasal 20 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 27 ayat
(3), dan Pasal 30 Undang-Undang Dasar 1945;
Ketetapan MPR-RI Nomor: VI/MPR/2000 tentang Pemisahan Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Ketetapan MPR-RI
Nomor: VII/MPR/2000 tentang Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Dalam pasal 9, bela negara merupakan upaya setiap warga negara untuk
mempertahankan Republik Indonesia terhadap ancaman baik dari luar maupun dalam
negeri, dan bentuk pengabdian sesuai dengan profesinya. Dalam mensukseskan
pertahanan negara melalui bela negara, dukungan dosen dan mahasiswa baik secara fisik
maupun non fisik diarahkan untuk menghasilkan lulusan berkualitas yang siap
menghadapi tantangan globalisasi memiliki sikap toleran, tanggap terhadap lingkungan,
12
memahami wawasan kebangsaan dan bertanggungjawab dalam keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Nilai nilai luhur yang menjadi panutan hidup tersebut telah hilang otoritasnya,
sehingga manusia menjadi bingung. Kebingungan tersebut dapat menimbulkan krisis
baik itu krisis moneter yang berdampak pada bidang politik, sekaligus krisis moral pada
sikap perilaku manusia. Dalam upaya merespon kondisi tersebut, pemerintah perlu
mengantisipasi agar tidak menuju kearah keadaan yang lebih memprihatinkan.
Salah satu solusi yang dilakukan oleh pemerintah, dalam menjaga nilai-nilai panutan
dalam berbangsa dan bernegara secara lebih efektif yaitu melalui bidang pendidikan. Oleh
karena itu, tujuan pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ini sasarannya adalah bagi
para mahasiswa-mahasiswi di perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
13
Secara historis perjuangan menegakkan hak asasi manusia terjadi di dunia
Barat (Eropa). Adalah John Locke, seorang filsuf Inggris pada abad ke-17, yang
pertama kali merumuskan adanya hak alamiah (natural rights) yang melekat pada
setiap diri manusia, yaitu hak atas hidup, hak kebebasan, dan hak milik.
Perkembangan selanjutnya ditandai adanya tiga peristiwa penting di dunia Barat,
yaitu Magna Charta, Revolusi Amerika, dan Revolusi Perancis.
Magna Charta (1215)
Piagam perjanjian antara Raja John dari Inggris dengan para bangsawan.
Isinya adalah pemberian jaminan beberapa hak oleh raja kepada para
bangsawan beserta keturunannya, seperti hak untuk tidak dipenjarakan tanpa
adanya pemeriksaan pengadilan. Jaminan itu diberikan sebagai balasan atas
bantuan biaya pemerintahan yang telah diberikan oleh para bangsawan. Sejak
saat itu, jaminan hak tersebut berkembang dan menjadi bagian dari sistem
konstitusional Inggris.
14
Kebebasan untuk beragama (freedom of religion).
Kebebasan untuk berbicara dan berpendapat (freedom of speech).
Kebebasan dari kemelaratan (freedom from want).
Kebebasan dari ketakutan (freedom from fear).
Hak asasi manusia kini sudah diakui seluruh dunia dan bersifat universal,
meliputi berbagai bidang kehidupan manusia dan tidak lagi menjadi milik negara
Barat. Sekarang ini, hak asasi manusia telah menjadi isu kontemporer di dunia.
PBB pada tanggal 10 Desember 1948 mencanangkan Universal Declaration of
Human Rights (Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia).
15
merumuskan pandangan dasar (philosophische grondslag) pada sebuah konsep
filosofis yang bernama Pancasila.
Jawabannya antara lain karena perjuangan pada masa itu masih bersifat
kedaerahan, kurang adanya persatuan, mudah dipecah belah, dan kalah dalam
penguasaan IPTEKS termasuk dalam bidang persenjataan. Hal ini berarti bahwa
apabila integrasi diselenggarakan dan sebaiknya diselenggarakan sebagai mata
kuliah yang berdiri sendiri dan harus dimuat dalam kurikulum masing-masing
perguruan tinggi. Dengan demikian, keberadaan mata kuliah pendidikan
Pancasila merupakan kehendak negara, bukan kehendak perseorangan atau
golongan, demi terwujudnya tujuan negara.
Dasar Sosiologis
Salah satu yang menjadi dasar pembentukan nilai dari Pancasila yaitu
sosiologi. Pemilihan aspek sosiologi itu sendiri dikarenakan terjadinya secara
16
langsung hubungan atau interaksi antar manusia. Jika dilihat lebih detail,
sosiologi memiliki pembahasan yang luas. Beberapa hal yang menjadi
pembahasan sosial yaitu latar belakang manusia, pengaruh ataupun lingkup
interaksi dari berbagai kalangan masyarakat, permasalahan sosial yang dialami,
ataupun perubahan hubungan sosial itu sendiri seiring berjalannya waktu.
Dapat kita lihat pada pada Bangsa Indonesia sendiri yang merupakan suatu
negara dengan nilai kebhinekaan yang menyatukan kurang lebih 300 suku yang
tersebar di lebih dari 17.000 pulau. Hal ini menjadikan negara Indonesia sendiri
memiliki tingkat sosial yang sangat tinggi antar suku. Nilai sosiologi pada
Indonesia tercipta bukan hanya dari satu orang saja tetapi ini terjadi karena
seluruh masyarakat Indonesia sendiri yang memiliki nilai-nilai budaya melalui
asal usul pendiri dari bangsa Indonesia.
17
Hal ini akan berdampak baik bagi masyarakat agar tetap menjadi satu kesatuan
jika seluruh masyarakat dapat menerapkan ideologi Pancasila di kehidupan
sehari-hari. Seperti contoh bentuk kuat dan ‘ajaibnya’ kedudukan Pancasila
sebagai kekuatan pemersatu, seperti kegagalan upaya pemberontakan yang
terakhir (G30S/PKI) pada 1 Oktober 1965. Dan hal ini menjadikan hari tersebut
sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
Selain itu salah satu pelopor bangsa yaitu Bung Karno berpendapat bahwa
nilai Pancasila merupakan ilham atau pemberian dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Jika kita melihat keterkaitan Pancasila dengan teori kausalitas (Notonegoro),
kemerdekaan Indonesia berasal dari Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini juga
dicantumkan pada Alinea III Pembukaan UUD 1945. Kemerdekaan Indonesia
haruslah menjadi hal yang patut untuk disyukuri mengingat usaha para pejuang
terdahulu membuat bangsa Indonesia sekarang merasa hidup lebih aman.
Hal yang seharusnya saat ini dilakukan sebagai bentuk syukur kemerdekaan
Indonesia yaitu dengan menerapkan nilai Pancasila di kehidupan sehari-hari tanpa
melupakan norma sosiologi yang tidak tertulis (seperti adat istiadat, kesepakatan
atau kesepahaman, dan konvensi). Salah satu contoh konstribusi yang sering
dilakukan yaitu dengan membayar pajak tepat waktu. Pajak tersebut yang akan
digunakan untuk kepentingan negara menjadi lebih baik lagi. Selain itu
masyarakat juga dapat ikut andil dalam perkembangan negara dengan mengikuti
organisasi yang membahas perkembangan sosiologi dengan menerapkan
Pancasila sebagai acuan.
Dengan hal ini, Pancasila harus dilestarikan turun temurun dari generasi ke
generasi supaya menjaga keutuhan bangsa Indonesia. Pelestarian nilai Pancasila
dapat dilihat melalui pembelajaran formal di sekolah. Penerapan nilai Pancasila
ditanam sejak usia dini sehingga generasi kedepannya akan tumbuh mencintai
bangsa Indonesia dan selalu menerapkan atau mentaati aturan dan nilai dari
Pancasila.
18
Pancasila sebagai norma dasar negara dan dasar negara Republik Indonesia
yang berlaku adalah Pancasila yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Pembukaan UUD NRI Tahun
1945) junctis Keputusan Presiden RI Nomor 150 Tahun 1959 mengenai Dekrit
Presiden RI/Panglima Tertinggi Angkatan Perang Tentang Kembali Kepada
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Naskah Pembukaan UUD NRI 1945 yang berlaku adalah Pembukaan UUD
NRI Tahun 1945 yang disahkan/ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) tanggal 18 Agustus 1945. Sila-sila Pancasila yang tertuang
dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 secara filosofis-sosiologis
berkedudukan sebagai Norma Dasar Indonesia dan dalam konteks politis yuridis
sebagai Dasar Negara Indonesia. Konsekuensi dari Pancasila tercantum dalam
Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, secara yuridis konstitusional mempunyai
kekuatan hukum yang sah, kekuatan hukum berlaku, dan kekuatan hukum
mengikat.
Nilai-nilai Pancasila dari segi implementasi terdiri atas nilai dasar, nilai
instrumental, dan nilai praksis. Nilai dasar terdiri atas nilai Ketuhanan Yang
Maha Esa, nilai Kemanusiaan yang adil dan beradab, nilai Persatuan Indonesia,
nilai Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Nilai dasar ini terdapat pada Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, dan
Penjelasan UUD NRI Tahun 1945 mengamanatkan bahwa nilai dasar tersebut
harus dijabarkan konkret dalam Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945, bahkan
pada semua peraturan perundang-undangan pelaksanaannya.
19
penjabaran dari nilai-nilai dasar Pancasila yang terdapat pada Pembukaan dan
batang tubuh UUD NRI Tahun 1945.
Jika seluruh warga bangsa taat asas pada nilai-nilai instrumental, taat pada
semua peraturan perundang-undangan yang betul-betul merupakan penjabaran
dari nilai dasar Pancasila, maka sesungguhnya nilai praksis Pancasila telah wujud
pada amaliyah setiap warga. Pemahaman perspektif hukum seperti ini sangat
strategis disemaikan pada semua warga negara sesuai dengan usia dan tingkat
pendidikannya, termasuk pada para penyusun peraturan perundang-undangan.
Oleh karena itu menjadi suatu kewajaran, bahkan keharusan, jika Pancasila
disebarluaskan secara massif antara lain melalui pendidikan, baik pendidikan
formal maupun nonformal. Penyelenggaraan pendidikan Pancasila di Perguruan
Tinggi lebih penting lagi karena Perguruan Tinggi sebagai agen perubahan yang
melahirkan intelektual-intelektual muda yang kelak menjadi tenaga inti
pembangunan dan pemegang estafet kepemimpinan bangsa dalam setiap strata
lembaga dan badan-badan negara, lembaga-lembaga daerah, lembaga lembaga
infrastruktur politik dan sosial kemasyarakatan, lembaga-lembaga bisnis, dan
lainnya.
Negara Republik Indonesia adalah negara hukum (rechtsstaat) dan salah satu
cirinya atau istilah yang bernuansa bersinonim, yaitu pemerintahan berdasarkan
hukum (rule of law). Pancasila sebagai dasar negara merupakan landasan dan
sumber dalam membentuk dan menyelenggarakan negara 31 hukum tersebut. Hal
tersebut berarti pendekatan yuridis (hukum) merupakan salah satu pendekatan
20
utama dalam pengembangan atau pengayaan materi mata kuliah pendidikan
Pancasila.
21
Berdasarkan pertimbangan diatas maka Dirjen Dikti memutuskan dengan SK No.
43/DKTI/2006 tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, melalui pendidikan kewarganegaraan.
Silabus pendidikan pancasila semenjak tahun 1983 sampai tahun 1999, telah banyak
mengalami perubahan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang berlaku dalam
masyarakat, bangsa, dan negara yang berlangsung cepat, serta kebutuhan untuk
mengantisipasi tuntunan perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat disertai
dengan pola kehidupan mengglobal.
22
kuliah pendidikan Pancasila adalah mata kuliah yang wajib ditempuh oleh seluruh
mahasiswa baik program diploma maupun program sarjana.
Perubahan dari silabus pancasila adalah dengan keluarnya keputusan Direktur Jendral
Pendidikan Tinggi, Nomor: 265/Dikti/Kep/2000 tentang penyempurnaan kurikulum inti
mata kuliah pengembangan kepribadian pendidikan Pancasila pada perguruan tinggi
Indonesia. Pada 2000, Dirjen Dikti mengeluarkan kebijakan yang memperkokoh
keberadaan dan menyempurnakan penyelenggaraan mata kuliah pendidikan Pancasila,
yaitu:
a. SK Dirjen Dikti, Nomor 232/U/2000, tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum
Pendidikan Tinggi,
b. SK Dirjen Dikti, Nomor 265/Dikti/2000, tentang Penyempurnaan Kurikulum Inti
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK), dan
c. SK Dirjen Dikti, Nomor 38/Dikti/Kep/2002, tentang Rambu-rambu Pelaksanaan
Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.
Dalam keputusan ini dinyatakan, bahwa mata kuliah pendidikan Pancasila yang
mencakup unsur filsafat pancasila, merupakan salah satu komponen yang tidak dapat
dipisahkan dari kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian (MKPK) pada
susunan kurikulum inti perguruan tinggi di Indonesia.
23
tinggi, SK ini adalah penyempurnaan dari SK yang lalu. Ditetapkannya Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003, kembali mengurangi langkah pembudayaan
Pancasila melalui pendidikan. Dalam Undang-Undang tersebut pendidikan Pancasila
tidak disebut sebagai mata kuliah wajib di perguruan tinggi sehingga beberapa
universitas menggabungkannya dalam materi pendidikan kewarganegaraan.
24
kehidupan bangsa. Jadi tujuan penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di Perguruan
Tinggi pun merupakan bagian dari upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kesimpulan:
25
Pancasila dibutuhkan sebagai dasar negara yang berfungsi sebagai daya ikat serta dasar
pemersatu bangsa dan negara. Sehingga, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
merupakan salah satu pengetahuan yang wajib di pelajari mulai dari tingkat SD,SMP,SMA
dan Mahasiswa di seluruh Indonesia. Hal ini, di karenakan Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan membahas banyak tentang sejarah perkembangan bangsa, nilai-nilai
pancasila, norma-norma di dalam negara Indonesia, ideologi pancasila dan masih banyak
yang lebih penting lainnya.
Pendahuluan:
Bangsa Indonesia tentunya tidak pernah luput dari yang namanya Pancasila. Segala
kegiatan baik itu kegiatan sehari-hari ataupun yang jarang dilakukan tidak lepas dari nilai-
nilai Pancasila. Proses lahirnya Pancasila tentu harus di ketahui oleh masyarakat Indonesia,
selain karena pada setiap kegiatan tak boleh lepas dari nilai Pancasila, mengetahui proses
lahirnya Pancasila juga termasuk dalam mengamalkan nilai Pancasila itu sendiri.
Pancasila terdiri dari bahasa Sansekerta yaitu Panca yang berarti lima dan sila berarti batu
sendi atau alas dasar, hal ini dicetuskan oleh Ir. Soekarno. Pancasila dirumuskan pada sidang
badan penyelidik usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau BPUPKI pada 29 Mei
1945 sampai 1 Juni 1945. Awalnya pembentukan BPUPKI bertujuan untuk menyelidiki hal-
hal penting serta menyusun rencana rencana yang berhubungan dengan Persiapan
Kemerdekaan Indonesia BPUPKI juga bertugas untuk mempersiapkan dan merancang dasar
negara Indonesia yang sekarang kita kenal sebagai Pancasila.
Maka sebagai bangsa Indonesia, kita harus mengetahui sejarah Pancasila dan bagaimana
penggunaan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Pembahasan:
1. Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila dalam Arus Sejarah Bangsa Indonesia
26
a. Periode Pengusulan Pancasila
Dalam pembahasan ini akan dikemukakan beberapa peristiwa penting tentang
perumusan Pancasila. Seperti kita ketahui bahwa perumusan Pancasila itu pada
mulanya dilakukan dalam sidang BPUPKI pertama yang dilaksanakan pada 29 Mei -
1 Juni 1945. BPUPKI dibentuk oleh Pemerintah Pendudukan Jepang pada 29 April
1945 dengan jumlah anggota 60 orang. Badan ini diketuai oleh dr. Rajiman
Wedyodiningrat yang didampingi oleh dua orang Ketua Muda (Wakil Ketua), yaitu
Raden Panji Suroso dan Ichibangase (orang Jepang).
BPUPKI dilantik oleh Letjen Kumakichi Harada, panglima tentara ke-16 Jepang
di Jakarta, pada 28 Mei 1945. Sehari setelah dilantik, 29 Mei 1945, dimulailah sidang
yang pertama dengan materi pokok pembicaraan calon dasar negara. Menurut catatan
sejarah, tokoh-tokoh yang berbicara dalam sidang BPUPKI adalah: Mr. Muh Yamin,
Ir. Soekarno, Ki Bagus Hadikusumo, Mr. Soepomo. Mereka berempat memiliki
perbedaan pemikiran, tetapi meskipun begitu tidak mengurangi rasa persatuan dan
kesatuan demi mewujudkan Indonesia merdeka. Sikap toleransi yang berkembang di
kalangan para pendiri negara seperti inilah yang seharusnya perlu diwariskan kepada
generasi-generasi seperti kita dan selanjutnya.
Pada 1 Juni 1945, Ir. Soekarno yang berpidato dalam sidang BPUPKI. Beliau
menyampaikan 5 gagasan tentang dasar negara yaitu:
Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia.
Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan
Mufakat atau Demokrasi
Kesejahteraan Sosial
Ketuhanan yang berkebudayaan. Berdasarkan catatan sejarah, kelima butir
gagasan itu oleh Soekarno diberi nama Pancasila. Selanjutnya, Soekarno juga
mengusulkan jika seandainya peserta sidang tidak menyukai angka 5, maka ia
menawarkan angka 3, yaitu Trisila yang terdiri atas:
Sosio-Nasionalisme
Sosio-Demokrasi
Ketuhanan Yang Maha Esa. Soekarno akhirnya juga menawarkan angka 1,
yaitu Ekasila yang berisi asas Gotong Royong.
27
b. Periode Perumusan Pancasila
Suatu hal terpenting yang mengemuka dalam sidang BPUPKI adalah disetujuinya
naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang kemudian dikenal dengan nama
Piagam Jakarta. Piagam Jakarta itu merupakan naskah awal pernyataan kemerdekaan
Indonesia. Pada alinea keempat Piagam Jakarta itulah terdapat rumusan Pancasila
sebagai berikut: 1.Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemelukpemeluknya. 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab. 3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan. 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada 12 Agustus 1945, ketika itu Soekarno, Hatta, dan Rajiman Wedyodiningrat
dipanggil oleh penguasa militer Jepang di Asia Selatan ke Saigon untuk membahas
tentang hari kemerdekaan Indonesia sebagaimana yang pernah dijanjikan. Namun, di
luar dugaan ternyata pada 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu tanpa
syarat.Melalui jalan berliku, akhirnya dicetuskanlah Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia pada 17 Agustus 1945. Teks kemerdekaan itu didiktekan oleh Moh. Hatta
dan ditulis oleh Soekarno pada dini hari.
28
2. Dibutuhkannya Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
a. Pancasila sebagai Identitas Bangsa Indonesia
Budaya dapat membentuk sebuah bangsa melalui proses akulturasi. Kebudayaan
mempunyai banyak defenisi. Salah satu defisini kebudayaan adalah sebagai berikut:
”Suatu desain untuk hidup yang merupakan suatu perencanaan dan sesuai dengan
perencanaan itu masyarakat mengadaptasikan dirinya pada lingkungan fisik, sosial,
dan gagasan”. (Sastrapratedja, 1991: 144)
Karena tradisi dan kultur bangsa Indonesia dapat diitelusuri melalui peran agama-
agama besar, seperti: peradaban Hindu, Buddha, Islam, dan Kristen. Agama-agama
tersebut menyumbang dan menyempurnakan konstruksi nilai, norma, tradisi, dan
kebiasaan-kebiasaan yang berkembang dalam masyarakat.
29
b. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia
Kepribadian itu mengacu pada sesuatu yang unik dan khas karena tidak ada
pribadi yang benar-benar sama. Setiap pribadi mencerminkan keadaan atau halnya
sendiri, demikian pula halnya dengan ideologi bangsa. (Bakry, 1994: 157)
30
Artinya nilai-nilai Pancasila sebagai jiwa bangsa dan kepribadian bangsa
disepakati oleh para pendiri negara (political consensus) sebagai dasar negara
Indonesia. (Bakry, 1994: 161)
3. Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis Tentang Pancasila dalam Kajian Sejarah
Bangsa Indonesia
Pancasila adalah lima nilai dasar luhur yang ada dan berkembang bersama dengan
bangsa Indonesia sejak dulu. Sejarah merupakan deretan peristiwa yang saling
berhubungan. Peristiwa-peristiwa masa lampau yang berhubungan dengan kejadian masa
sekarang dan semuanya bersumber pada masa yang akan datang. Hal ini berarti bahwa
semua aktivitas manusia pada masa lampau berkaitan dengan kehidupan masa sekarang
untuk mewujudkan masa depan yang berbeda dengan masa sebelumnya. Dasar Negara
merupakan alas, pijakan atau fundamen yang mampu memberikan kekuatan terhadap
berdirinya sebuah Negara.
Negara Indonesia dibangun juga berdasarkan pada suatu landasan atau pijakan yaitu
pancasila. Pancasila, dalam fungsinya sebagai dasar Negara, merupakan sumber kaidah
hukum yang mengatur Negara Republik Indonesia, termasuk di dalamnya seluruh unsur-
unsurnya yaitu pemerintah, wilayah, dan rakyat. Pancasila dalam kedudukannya
merupakan dasar pijakan penyelenggaraan Negara dan seluruh kehidupan Negara
Republik Indonesia.
31
Dalam Philosophy disebutkan beberapa unsur yang ada dalam agama, seperti
kepercayaan kepada. kekuatan supranatural, perbedaan antara yang sakral dan yang
profan, tindakan ritual pada objek sakral, sembahyang atau doa sebagai bentuk
komunikasi kepada Tuhan, takjub sebagai perasaan khas keagamaan, tuntunan moral
diyakini dari Tuhan, konsep hidup di dunia dihubungkan dengan Tuhan, kelompok
sosial seagama dan seiman.
Pada gilirannya ,sektor pemerintah akan menghasut sebuah output politik berupa
kebijakan yang memihak kepentinganrakyat dan diimplementasikan secara
bertanggung jawab dibawah kontrol infrastruktur poli tik. Dengan
demikian ,diharapkan akan terwujud bersih masyarakat yang adil dalam kemakmuran
dan masyarakat yang makmur dalam keadilan.
32
d. Pancasila sebagai Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
Pancasila Era Pra Kemerdekaan
Asal mula Pancasila secara budaya, Menurut Sunoto (1984) melalui kajian
filsafat Pancasila, menyatakan bahwa unsur-unsur Pancasila berasal dari bangsa
Indonesia sendiri, walaupun secara formal Pancasila baru menjadi dasar Negara
Republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945, namun jauh sebelum tanggal
tersebut bangsa Indonesia telah memiliki unsur-unsur Pancasila dan bahkan
melaksanakan di dalam kehidupan merdeka.
Sejarah bangsa Indonesia memberikan bukti yang dapat kita cari dalam
berbagai adat istiadat, tulisan, bahasa, kesenian, kepercayaan, agama dan
kebudayaan pada umumnya. (Sunoto, 1984: 1). Dengan rinci Sunoto
menunjukkan fakta historis, diantaranya adalah :
Ketuhanan Yang Maha Esa : bahwa di Indonesia tidak pernah ada putus-
putusnya orang percaya kepada Tuhan.
Kemanusiaan yang adil dan beradab : bahwa bangsa Indonesia terkenal ramah
tamah, sopan santun, lemah lembut dengan sesama manusia.
Persatuan Indonesia : bahwa bangsa Indonesia dengan ciri-cirinya guyub,
rukun, bersatu, dan kekeluargaan.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan : bahwa unsur-unsur demokrasi sudah ada dalam
masyarakat kita.
Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia : bahwa bangsa Indonesia dalam
menunaikan tugas hidupnya terkenal lebih bersifat social dan berlaku adil
terhadap sesama.
33
Hal ini berarti bahwa semua nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila telah
ada dalam kehidupan rakyat Indonesia sejak zaman nenek moyang.Pada tanggal
22 Juni 1945, Panitia Sembilan berhasil merumuskan Rancangan pembukaan
Hukum Dasar, yang oleh Mr. M. Yamin dinamakan Jakarta Charter atau Piagam
Jakarta. Di dalam rancangan pembukaan alinea keempat terdapat rumusan
Pancasila yang tata urutannya tersusun secara sistematis:
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi
pemelukpemeluknya
Kemanusiaan yang adil dan beradab
Persatuan Indonesia
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Selain itu, dalam piagam Jakarta pada alenia ketiga juga memuat rumusan teks
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang pertama berbunyi “Atas berkat rahmat
Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia dengan ini
menyatakan kemerdekaannya”.Kalimat ini merupakan cetusan hati nurani bangsa
Indonesia yang diungkapkan sebelum Proklamasi kemerdekaan, sehingga dapat
disebut sebagai declaration of Indonesian Independence.
34
tetap memegang kendali politik terhadap berbagai kekuatan mencoba untuk
memerankan politik integrasi paternalistik (Somantri, 2006).
Pada akhirnya, sistem ini seakan mengkhianati nilai-nilai yang ada dalam
Pancasila itu sendiri, salah satunya adalah sila permusyawaratan. Kemudian, pada
1965 terjadi sebuah peristiwa bersejarah di Indonesia dimana partai komunis
berusaha melakukan pemberontakan. Pada 11 Maret 1965, Presiden Soekarno
memberikan wewenang kepada Jenderal Suharto atas Indonesia. Ini merupakan
era awal orde baru dimana kemudian Pancasila mengalami mistifikasi.
Pancasila pada masa itu menjadi kaku dan mutlak pemaknaannya. Pancasila
pada masa pemerintahan presiden Soeharto kemudia menjadi core-
values(Somantri, 2006), yang pada akhirnya kembali menodai nilai-nilai dasar
yang sesungguhnya terkandung dalam Pancasila itu sendiri. Pada 1998,
pemerintahan presiden Suharto berakhir dan Pancasila kemudian masuk ke dalam
era baru yaitu era demokrasi, hingga hari ini.
35
Yang dinamakan demokrasi terimpin yaitu demokrasi khas Indonesia yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
36
Pancasila menjadi alat bagi pemerintah untuk semakin menancapkan
kekuasaan di Indonesia. Pancasila begitu diagung-agungkan; Pancasila begitu
gencar ditanamkan nilai dan hakikatnya kepada rakyat; dan rakyat tidak
memandang hal tersebut sebagai sesuatu yang mengganjal. Menurut Hendro
Muhaimin bahwa Pemerintah di era Orde Baru sendiri terkesan “menunggangi”
Pancasila, karena dianggap menggunakan dasar negara sebagai alat politik untuk
memperoleh kekuasaan.
Disamping hal tersebut, penanaman nilai-nilai Pancasila di era Orde Baru juga
dibarengi dengan praktik dalam kehidupan sosial rakyat Indonesia. Kepedulian
antar warga sangat kental, toleransi di kalangan masyarakat cukup baik, dan
budaya gotong-royong sangat dijunjung tinggi.
37
Pancasila Era Reformasi
Memahami peran Pancasila di era reformasi, khususnya dalam konteks
sebagai dasar negara dan ideologi nasional, merupakan tuntutan hakiki agar setiap
warga negara Indonesia memiliki pemahaman yang sama dan akhirnya memiliki
persepsi
38
dan sikap yang sama terhadap kedudukan, peranan dan fungsi Pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
4. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila dalam Kajian Sejarah
Bangsa Indonesia
a. Argumen tentang Dinamika Pancasila dalam Sejarah Bangsa
Dinamika Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia memperlihatkan adanya
pasang surut dalam pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai Pancasila.
Pancasila sebagai ideologi negara dalam masa pemerintahan Presiden Soekarno.
Pada masa pemerintahan presiden Soekarno, terutama pada 1960- an
NASAKOM(*) lebih populer daripada Pancasila.
Pancasila sebagai ideologi negara dalam masa pemerintahan Presiden Soeharto.
Pada zaman pemerintahan presiden Soeharto, Pancasila dijadikan pembenar
kekuasaan melalui penataran P-4(**) sehingga pasca turunnya Soeharto ada
kalangan yang mengidentikkan Pancasila dengan P-4.
Era Reformasi, Pada masa pemerintahan era reformasi, ada kecenderungan para
penguasa tidak respek terhadap Pancasila, seolah-olah Pancasila ditinggalkan.
40
* NASAKOM = Nasionalis, Agama dan Komunis.
** P-4 = Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau Eka Prasetya Pancakarsa, merupakan sebuah
panduan tentang pengamalan Pancasila dalam kehidupan bernegara semasa Orde Baru.
Faktor Eksternal meliputi :
Pertarungan ideologis antara negara-negara super power antara Amerika Serikat
dan Uni Soviet antara 1945 sampai 1990 yang berakhir dengan bubarnya negara
Soviet sehingga Amerika menjadi satu-satunya negara super power.
Menguatnya isu kebudayaan global yang ditandai dengan masuknya berbagai
ideologi asing dalam kehidupan berbangsa dan bernegara karena keterbukaan
informasi.
Meningkatnya kebutuhan pertambahan penduduk dan kemajuan teknologi
sehingga terjadi eksploitasi terhadap sumber daya alam secara masif. Dampak
konkritnya adalah kerusakan lingkungan, seperti banjir, kebakaran hutan. Faktor
Internal meliputi :
Pergantian rezim yang berkuasa melahirkan kebijakan politik yang berorientasi
pada kepentingan kelompok atau partai sehingga ideologi Pancasila sering
terabaikan.
Penyalahgunaan kekuasaan (korupsi) mengakibatkan rendahnya kepercayaan
masyarakat terhadap rezim yang berkuasa sehingga kepercayaan terhadap ideologi
menurun drastis. Ketidakpercayaan terhadap partai politik (parpol) juga
berdampak terhadap ideologi negara.
Masalah perpajakan di Indonesia.
Masih terdapat perlaku warga Negara khususnya oknum aparat dan anggota
masyarakat yang belum baik dan terpuji, yaitu masih ada praktek
ketidakjujuran dalam pengelolaan dan kepatuhan dalam membayar pajak,
praktek suap dan lain.
Masih terdapat tingkat pemahaman yang rendah bagi sebagian warga Negara
dalam kewajiban perpajakan sehingga diperlukan proses sosialisasi dan
pendidikan secara terus menerus dari pihak pemerintah kepada warga Negara.
Pendapatan Negara dari sector pajak masih menjadi andalan utama bagi
pemerintahan Indonesia untuk membiayai pembangunan nasional sehingga
diperlukan upaya sungguh dalam memanfaatkan potensi bangsa dalam
perpajakan.
41
c. Argumen tentang Tantangan terhadap Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara
Salah satu tantangan terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara adalah meletakkan nilai-nilai Pancasila tidak dalam posisi sebenarnya
sehingga nilai-nilai Pancasila menyimpang dari kenyataan hidup berbangsa dan
bernegara.
Salah satu contohnya, pengangkatan presiden seumur hidup oleh MPRS dalam
TAP No.III/MPRS/1960 Tentang Pengangkatan Soekarno sebagai Presiden Seumur
Hidup. Hal tersebut bertentangan dengan pasal 7 Undang-Undang Dasar 1945 yang
menyatakan bahwa, ”Presiden dan wakil presiden memangku jabatan selama lima (5)
tahun, sesudahnya dapat dipilih kembali”. Pasal ini menunjukkan bahwa
pengangkatan presiden seharusnya dilakukan secara periodik dan ada batas waktu
lima tahun.
5. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
untuk Masa Depan
a. Inti atau esensi sila-sila Pancasila meliputi:
Tuhan, yaitu sebagai kausa prima
Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial
Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri
Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong royong
Adil, yaitu memberikan keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi
haknya.
42
Budaya
Adat istiadat.
c. Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa
Pentingnya Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia dikarenakan beberapa hal
berikut:
Pengidentikan Pancasila dengan ideologi lain
Penyalahgunaan Pancasila sebagai alat justifikasi kekuasaan rezim tertentu
Melemahnya pemahaman dan pelaksanaan nilai Pancasila dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Kesimpulan:
Rangkuman tentang Pengertian dan Pentingnya Pancasila dalam Kajian Sejarah
Bangsa Indonesia. Pengertian Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia menunjukkan
hal-hal sebagai berikut:
1. Pancasila merupakan produk otentik pendiri negara Indonesia (The Founding fathers).
2. Nilai-nilai Pancasila bersumber dan digali dari nilai agama, kebudayaan, dan adat
istiadat.
3. Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan dasar filsafat kenegaraan.
43
Pembahasan:
1. Ideologi Pancasila sebagai Dasar Negara
Dua pendapat yang terkenal antara lain Daniel Bell yang menyimpulkan dalam
bukunya Matinya Ideologi telah meramalkan bahwa ideologi telah sampai kepada
ajalnya.99 Dan ramalan itu terbukti dengan hancurnya komunisme pada abad 20.
Kehancuran komunisme seakan-akan membenarkan “ideologi yang baru” seperti
yang telah dicetuskan oleh Francis Fukuyama dalam bukunya The end of history
and the last men.100 Namun bagaimanapun juga tesis Fukuyama merupakan suatu
ideologi baru yaitu kepercayaan pada ideologi liberalisme.
Hakikat Ideologi
Dalam sejarah di Indonesia, ideologi seringkali dianut karena manfaatnya.109
Akan tetapi orang menganut dan mendukung suatu ideologi pada dasarnya juga
karena keyakinan bahwa ideologi itu benar. Ide-ide atau pengertian itu merupakan
suatu sistem, suatu perangkat yang menjadi suatu kesatuan, menjadi ideologi
mengenai manusia dan seluruh realitas.
44
Setiap ideologi pada intinya pasti mempunyai citra manusia tertentu. Dengan
kata lain, setiap ideologi pasti mempunyai suatu citra dan gambaran: manusia itu
apa, dan bagaimana relasi-relasinya dengan alam semesta dengan sesama manusia
dan dengan Penciptanya. Dikatakan: mengenai manusia dan seluruh realitas,
mengandung arti bahwa manusia itu mempunyai posisi tertentu, mempunyai
kedudukan, berarti mempunyai hubungan atau relasi.
b. Tipe-tipe Ideologi
Terdapat dua tipe ideologi sebagai ideologi suatu negara. Kedua tipe tersebut
adalah ideologi tertutup dan ideologi terbuka.Ideologi tertutup adalah ajaran atau
pandangan dunia atau filsafat yang menentukan tujuan-tujuan dan normanorma politik
dan sosial, yang ditasbihkan sebagai kebenaran yang tidak boleh dipersoalkan lagi,
melainkan harus diterima sebagai sesuatu yang sudah jadi dan harus dipatuhi.
Ideologi Tertutup
Salah satu ciri khas suatu ideologi tertutup adalah tidak hanya menentukan
kebenaran nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar saja, tetapi juga menentukan hal-hal
yang bersifat konkret operasional. Ideologi tertutup tidak mengakui hak masing-
masing orang untuk memiliki keyakinan dan pertimbangannya sendiri. Ideologi
tertutup menuntut ketaatan tanpa reserve.
Ciri lain dari suatu ideologi tertutup adalah tidak bersumber dari masyarakat,
melainkan dari pikiran elit yang harus dipropagandakan kepada masyarakat.
Sebaliknya, baik/buruknya pandangan yang muncul dan berkembang dalam
masyarakat dinilai sesuai tidaknya dengan ideologi tersebut. Dengan sendirinya
ideologi tertutup tersebut harus dipaksakan berlaku dan dipatuhi masyarakat oleh
45
elit tertentu, yang berarti bersifat otoriter dan dijalankan dengan cara yang
totaliter.
Ideologi Terbuka
Tipe kedua adalah ideologi terbuka. Ideologi terbuka hanya berisi orientasi
dasar, sedangkan penerjemahannya ke dalam tujuan-tujuan dan normanorma
sosial-politik selalu dapat dipertanyakan dan disesuaikan dengan nilai dan prinsip
moral yang berkembang di masyarakat. Operasional cita-cita yang akan dicapai
tidak dapat ditentukan secara apriori, melainkan harus disepakati secara
demokratis. Dengan sendirinya ideologi terbuka bersifat inklusif, tidak totaliter
dan tidak dapat dipakai melegitimasi kekuasaan sekelompok orang. Ideologi
terbuka hanya dapat ada dan mengada dalam sistem yang demokratis.
46
bertindak sesuai dengan apa yang digariskan oleh ideologi itu, sehingga
akhirnya mengingkari kebebasan pribadi manusia serta membatasi ruang
geraknya.
Ideologi ditangkap dalam artian positif, terutama pada sekitar Perang Dunia II
karena menunjuk kepada keseluruhan, pandangan cita-cita, nilai, dan
keyakinan.
c. Ideologi Dunia
Istilah ideologi negara mulai banyak digunakan bersamaan dengan perkembangan
pemikiran Karl Marx yang dijadikan sebagai ideologi beberapa negara pada abad ke-
18. Namun sesungguhnya konsepsi ideologi sebagai cara pandang atau sistem berpikir
suatu bangsa berdasarkan nilai dan prinsip dasar tertentu telah ada sebelum kelahiran
Marx sendiri. Bahkan awal dan inti dari ajaran Marx adalah kritik dan gugatan
terhadap sistem dan struktur sosial yang eksploitatif berdasarkan ideologi kapitalis.
Pemikiran Karl Marx kemudian dikembangkan oleh Engels dan Lenin kemudian
disebut sebagai ideologi sosialisme-komunisme. Sosialisme lebih pada sistem
ekonomi yang mengutamakan kolektivisme dengan titik ekstrem menghapuskan hak
milik pribadi, sedangkan komunisme menunjuk pada sistem politik yang juga
mengutamakan hak-hak komunal, bukan hak-hak sipil dan politik individu. Ideologi
tersebut berhadapan dengan ideologi liberalisme-kapitalis yang menekankan pada
individualisme baik dari sisi politik maupun ekonomi.
47
merupakan sebagian dari kepercayaan agama dan adat. Indonesia merupakan negara
majemuk yang dibentuk atas dasar kesadaran bahwa masyarakat. Kemajemukan itu
dinyatakan dalam UUD sebagai wujud dari legitimasi dari rakyat.
e. Pancasila
Pancasila juga mempunyai fungsi dan kedudukan sebagai pokok atau kaidah
negara yang mendasar (fundamental norma). Kedudukan Pancasila sebagai dasar
negara bersifat tetap, kuat, dan tidak dapat diubah oleh siapapun, termasuk oleh
MPR-DPR hasil pemilihan umum. Mengubah Pancasila berarti membubarkan
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17
Agustus 1945.
48
Pengertian pancasila sebagai dasar negara, sesuai dengan bunyi Pembukaan
UUD 1945 pada alinea keempat ”…, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia dalam suatu Pengertian pancasila sebagai dasar negara, sesuai dengan
bunyi Pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat ”…, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam suatu Di dalam Pembukaan UUD 1945
tersebut meskipun tidak tercantum kata Pancasila, namun bangsa Indonesia sudah
bersepakat bahwa lima prinsip yang menjadi dasar Negara Republik Indonesia
disebut Pancasila. Dengan demikian Pancasila dapat disebut sebagai dasar falsafah
negara. Pancasila sebenarnya juga tersirat dalam batang tubuh UndangUndang
Dasar 1945 (UUD 1945)
49
Ketetapan MPRS No. II/MPR/1978
Tentang Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (Ekaprasetia
Pancakarsa) Pancasila seperti dalam tercantum dalam Pembukaan
UndangUndang Dasar 1945 merupakan kesatuan yang bulat dan utuh dari
kelima sila, yaitu KeTuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 Tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan
Peraturan Perundang-Undangan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia
Dalam ketetapan ini di antaranya menyebutkan : Sumber Hukum dasar
nasional yang tertulis dalam Pembukaan UndangUndang Dasar 1945, yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa; kemanusia yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
50
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
51
golongan yang ada. Pancasila memenuhi syarat sebagai dasar negara bagi Negara
Kesatuan Republik Indonesia dengan alasan sebagai berikut:
Pancasila memiliki potensi menampung keadaan pluralistik masyarakat
Indonesia yang beraneka ragam suku, agama, ras dan antar golongan. Pada
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, menjamin kebebasan untuk beribadah sesuai
agama dan keyakinan masing-masing. Kemudian pada Sila Persatuan
Indonesia, mampu mengikat keanekaragaman dalam satu kesatuan bangsa
dengan tetap menghormati sifat masingmasing seperti apa adanya.
Pancasila memberikan jaminan terealisasinya kehidupan yang pluralistik,
dengan menjunjung tinggi dan menghargai manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan secara berkeadilan yang disesuaikan
dengan kemampuan dan hasil usahanya. Hal ini ditunjukkan dengan Sila
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
Pancasila memiliki potensi menjamin keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, yang terdiri atas
ribuan pulau sesuai dengan Sila Persatuan Indonesia.
Pancasila memberikan jaminan berlangsungnya demokrasi dan hak-hak asasi
manusia sesuai dengan budaya bangsa. Hal ini, selaras dengan Sila
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan.
Pancasila menjamin terwujudnya masyarakat yang adil dan sejahtera sesuai
dengan Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat sebagai acuan dalam
mencapai tujuan tersebut. Pancasila sebagai kaidah negara yang fundamental
berarti bahwa hukum dasar tertulis (UUD), hukum tidak tertulis (konvensi),
dan semua hukum atau peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam
negara Republik Indonesia harus bersumber dan berada dibawah pokok
kaidah negara yang fundamental tersebut
52
Kata philosophia merupakan kata majemuk yang terususun dari kata “philos”
atau “philein” yang berarti kekasih, sahabat, mencintai dan kata sophia yang
berarti kebijaksanaan, hikmat, kearifan, pengetahuan.
Dengan demikian philosophia secara harafiah berarti mencintai kebijaksanaan,
mencintai hikmat atau mencintai pengetahuan.
Cinta mempunyai pengertian yang luas. Sedangkan kebijaksanaan mempunyai
arti yang bermacam-macam yang berbeda satu dari yang lainnya.
Istilah philosophos pertama kali digunakan oleh Pythagoras.
Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, sebagai
pandangan hidup, dan dalam arti praktis.
Ini berarti filsafat Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman
dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan
sehari-hari, dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa
Indonesia.
Pengertian Filsafat Pancasila
Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang
dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila.
Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan
rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa,
dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar
dan menyeluruh.
Pancasila dikatakan sebahai filsafat, karena Pancasila merupakan hasil
permenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the founding father
kita, yang dituangkan dalam suatu sistem (Ruslan Abdul Gani).
Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan penngertian ilmiah yaitu tentang
hakikat dari Pancasla (Notonagoro).
53
Ciri Sistem Filsafat Pancasila
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem
filsafat.
Yang dimaksud sistem adalah suatu kesatuan bagianbagian yang saling
berhubungan, saling bekerjasama untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan
suatu kesatuan organis. Artinya, antara sila-sila Pancasila itu saling berkaitan,
saling berhubungan bahkan saling mengkualifikasi. Pemikiran dasar yang
terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia yang
berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesama, dengan
masyarakat bangsa yang nilai-nilai itu dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Dengan demikian Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki ciri khas yang
berbeda dengan sistemsistem filsafat lainnya, seperti materialisme, idealisme,
rasionalisme, liberalisme, komunisme dan sebagainya.
Wawasan Filsafat
54
Meliputi bidang atau aspek penyelidikan ontologi, epistemologi, dan
aksiologi. Ketiga bidang tersebut dapat dianggap mencakup kesemestaan.
Landasan Ontologis Pancasila
- Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang memiliki
hakikat mutlak yaitu monopluralis, atau monodualis, karena itu juga
disebut sebagai dasar antropologis. Subyek pendukung pokok dari sila-sila
Pancasila adalah manusia.
- Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa yang Berketuhan Yang Maha Esa,
yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan, yang
berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta yang berkeadilan sosial pada
hakikatnya adalah manusia.
- Sedangkan manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara
ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat,
raga dan jiwa, jasmani dan rohani. Sifat kodrat manusia adalah sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial serta sebagai makhluk pribadi dan
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
55
- Tentang sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana telah dipahami
bersama adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia sendiri. Nilai-
nilai tersebut merupakan kausa materialis Pancasila.
56
- Nilai praksis, adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam
kenyataan. Nilai ini merupakan batu ujian apakah nilai dasar dan nilai
instrumental itu benar-benar hidup dalam masyarakat. NilaI-nilai dalam
Pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral merupakan nilai dasar yang
mendasari nilai intrumental dan selanjutnya mendasari semua aktivitas
kehidupan masyarakat, berbansa, dan bernegara.
57
adanya stagnasi nilai sosial budaya dalam masyarakat, sehingga tidak
mengherankan jikalau di berbagai wilayah Indonesia terjadi berbagai gejolak yang
sangat meresahkan dan memprihatinkan seperti amuk massa yang cenderung
anarkis, bentrok antara kelompok masyarakat satu dengan lainnya yang muaranya
adalah masalah politik.
Oleh karena itu dalam pengembangan nilai sosial budaya di era reformasi
dewasa ini semua pihak turut ambil bagian mengangkat kembali nilai-nilai yang
dimiliki bangsa Indonesia sebagaimana nilai-nilai yang terkandung di dalam
Pancasila. Dalam prinsip etika pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik,
artinya nilai-nilai pancasila berlandaskan pada nilai yang bersumber pada harkat
dan martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya.
Kesimpulan:
Dengan mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, maka Pancasila merupakan sebuah kompromi dan konsensus nasional
58
karena memuat nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh semua golongan dan lapisan
masyarakat Indonesia. Pancasila harus dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat
dan utuh ialah karena setiap sila dalam Pancasila tidak dapat di-antitesis-kan satu
sama lain.
Bahwa Negara Pancasila adalah suatu Negara yang didirikan, dipertahankan dan
dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan mengembangkan martabat dan
hak-hak azasi semua warga bangsa Indonesia (Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab),
agar dapat hidup layak sebagai manusia, mengembangkan dirinya dan mewujudkan
kesejahteraannya lahir batin seluruh rakyat serta mencerdaskan kehidupan bangsa
yang berkeadilan sosial.
Pendahuluan:
Pancasila dan etika adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena sama-sama
mengajarkan tentang nilai-nilai yang mengandung kebaikan. Etika Pancasila adalah
etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai-nilai Pancasila, yaitu
nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan dan nilai
keadilan. Suatu perbuatan dikatakan baik bukan hanya apabila tidak bertentangan
dengan nilai-nilai Pancasila tersebut, tetapi bagaimana meninggikan nilai-nilai yang
ada menjadi suatu hal yang lebih memberikan manfaat kepada yang lain.
59
mendasar, namun juga realistis dan aplikatif. Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-
nilai ideal yang sudah ada dalam cita-cita bangsa Indonesia yang harus diwujudkan
dalam realitas kehidupan. Nilai-nilai Pancasila apabila benar-benar dipahami,
dihayati dan diamalkan, tentu mampu menurunkan tingkat kejahatan dan
pelanggaran dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. (Amri,
2018)
Etika merupakan cabang falsafah dan sekaligus merupakan cabang dari ilmu
kemanusiaan (humaniora). Etika sebagai cabang falsafah membahas sistem dan
pemikiran mendasar tentang ajaran dan pandangan moral. Etikasebagai cabang
ilmu membahas bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral
tertentu. Etika sosial meliputi cabang etika yang lebih khusus seperti etika keluarga,
etika profesi, etika bisnis, etika lingkungan, etika pendidikan, etika kedokteran, etika
jurnalistik, etika seksual dan etika politik. (Amri, 2018)
Pancasila merupakan nilai dasar yang menjadi pedoman hidup bagi bangsa
Indonesia. Nilai-nilai dasar itu kemudian melahirkan empat kaidah penuntun hukum
yang harus dijadikan pedoman dalam pembangunan hukum. Maka dari itu, untuk
menerapkan etika sesuai dan berdasarkan dari nilai-nilai dasar yaitu Pancasila,
diperlukan pembahasan lebih lanjut, sehingga judul dan pembahasan dari laporan ini
adalah Pancasila sebagai Sistem Etika dan Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.
Pembahasan:
1. Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika
Pancasila sebagai sistem etika di samping merupakan way of life bangsa Indonesia,
juga merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk memberikan tuntunan atau
panduan kepada setiap warga negara Indonesia dalam bersikap dan bertingkah laku.
Pancasila sebagai sistem etika dimaksudkan untuk mengembangkan dimensi moralitas
dalam diri setiap individu sehingga memiliki kemampuan menampilkan sikap spiritualitas
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
60
tanpa pertimbangan moralitas, dapat menjadi bumerang bagi dunia ilmiah itu sendiri
sehingga menjadikan dunia ilmiah itu hampa nilai.
Oleh karena itu, sila-sila Pancasila perlu diaktualisasikan lebih lanjut ke dalam
putusan tindakan sehingga mampu mencerminkan pribadi yang saleh, utuh, dan
berwawasan moral-akademis. Dengan demikian, mahasiswa dapat mengembangkan
karakter yang Pancasilais melalui berbagai sikap yang positif, seperti jujur, disiplin,
tanggung jawab, mandiri, dan lainnya.
Mahasiswa sebagai insan akademis yang bermoral Pancasila juga harus terlibat dan
berkontribusi langsung dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai perwujudan
sikap tanggung jawab warga negara. Tanggung jawab yang penting berupa sikap
menjunjung tinggi moralitas dan menghormati hukum yang berlaku di Indonesia. Untuk
itu, diperlukan penguasaan pengetahuan tentang pengertian etika, aliran etika, dan
pemahaman Pancasila sebagai sistem etika sehingga mahasiswa memiliki keterampilan
menganalisis persoalan-persoalan korupsi dan dekadensi moral dalam kehidupan bangsa
Indonesia.
61
Pengertian Etika
Istilah “etika” berasal dari bahasa Yunani, “Ethos” yang artinya tempat tinggal
yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, dan
cara berpikir. Secara etimologis, etika berarti ilmu tentang segala sesuatu yang
biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam arti ini, etika berkaitan
dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik, baik pada diri
seseorang maupun masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini dianut dan
diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Dalam artian ini, etika sama
maknanya dengan moral. Etika dalam arti yang luas ialah ilmu yang membahas
tentang kriteria baik dan buruk. (Bertens, 1997: 4--6)
Etika selalu terkait dengan masalah nilai sehingga perbincangan tentang etika,
pada umumnya membicarakan tentang masalah nilai (baik atau buruk). Apakah
yang Anda ketahui tentang nilai? Frondizi menerangkan bahwa nilai merupakan
kualitas yang tidak real karena nilai itu tidak ada untuk dirinya sendiri, nilai
membutuhkan pengemban untuk berada (2001:7).
62
Misalnya, nilai kejujuran melekat pada sikap dan kepribadian seseorang.
Istilah nilai mengandung penggunaan yang kompleks dan bervariasi. Lacey
menjelaskan bahwa paling tidak ada enam pengertian nilai dalam penggunaan
secara umum, yaitu sebagai berikut:
Sesuatu yang fundamental yang dicari orang sepanjang hidupnya.
Suatu kualitas atau tindakan yang berharga, kebaikan, makna atau pemenuhan
karakter untuk kehidupan seseorang.
Suatu kualitas atau tindakan sebagian membentuk identitas seseorang sebagai
pengevaluasian diri, penginterpretasian diri, dan pembentukan diri.
Suatu kriteria fundamental bagi seseorang untuk memilih sesuatu yang baik di
antara berbagai kemungkinan tindakan.
Suatu standar yang fundamental yang dipegang oleh seseorang ketika
bertingkah laku bagi dirinya dan orang lain.
Suatu ”objek nilai”, suatu hubungan yang tepat dengan sesuatu yang sekaligus
membentuk hidup yang berharga dengan identitas kepribadian seseorang.
Objek nilai mencakup karya seni, teori ilmiah, teknologi, objek yang
disucikan, budaya, tradisi, lembaga, orang lain, dan alam itu sendiri. (Lacey,
1999: 23)
Etika berarti moral, sedangkan etiket lebih mengacu pada pengertian sopan
santun, adat istiadat. Jika dilihat dari asal usul katanya, etika berasal dari kata
“ethos”, sedangkan etiket berasal dari kata “etiquette”. Keduanya memang
mengatur perilaku manusia secara normatif. tetapi Etika lebih mengacu ke filsafat
moral yang merupakan kajian kritis tentang baik dan buruk, sedangkan etiket
mengacu kepada cara yang tepat, yang diharapkan, serta ditentukan dalam suatu
komunitas tertentu.
63
Contoh, mencuri termasuk pelanggaran moral, tidak penting apakah dia
mencuri dengan tangan kanan atau tangan kiri. Etiket, misalnya terkait dengan tata
cara berperilaku dalam pergaulan, seperti makan dengan tangan kanan dianggap
lebih sopan atau beretiket. (Bertens, 1997: 9)
Aliran-aliran Etika
Ada beberapa aliran etika yang dikenal dalam bidang filsafat, meliputi etika
keutamaan, teleologis, deontologis. Etika keutamaan atau etika kebajikan adalah
teori yang mempelajari keutamaan (virtue), artinya mempelajari tentang perbuatan
64
manusia itu baik atau buruk. Etika kebajikan ini mengarahkan perhatiannya
kepada keberadaan manusia, lebih menekankan pada “saya harus menjadi orang
yang bagaimana?”.
Beberapa watak yang terkandung dalam nilai keutamaan adalah baik hati,
ksatria, belas kasih, terus terang, bersahabat, murah hati, bernalar, percaya diri,
penguasaan diri, sadar, suka bekerja bersama, berani, santun, jujur, terampil, adil,
setia, ugahari (bersahaja), disiplin, mandiri, bijaksana, peduli, dan toleran.
(Mudhofir, 2009: 216--219)
Etika teleologis adalah teori yang menyatakan bahwa hasil dari tindakan moral
menentukan nilai tindakan atau kebenaran tindakan dan dilawankan dengan
kewajiban. Seseorang yang mungkin berniat sangat baik atau mengikuti asas-asas
moral yang tertinggi, akan tetapi hasil tindakan moral itu berbahaya atau jelek,
maka tindakan tersebut dinilai secara moral sebagai tindakan yang tidak etis. Etika
teleologis ini menganggap nilai moral dari suatu tindakan dinilai berdasarkan pada
efektivitas tindakan tersebut dalam mencapai tujuannya. Etika teleologis ini juga
menganggap bahwa di dalamnya kebenaran dan kesalahan suatu tindakan dinilai
berdasarkan tujuan akhir yang diinginkan (Mudhofir, 2009: 214). Aliran-aliran
etika teleologis, meliputi eudaemonisme, hedonisme, utilitarianisme.
Etika deontologis adalah teori etis yang bersangkutan dengan kewajiban moral
sebagai hal yang benar dan bukannya membicarakan tujuan atau akibat.
Kewajiban moral bertalian dengan kewajiban yang seharusnya, kebenaran moral
atau kelayakan, kepatutan. Kewajiban moral mengandung kemestian untuk
melakukan tindakan.
65
Etika Keutamaan atau Disiplin, kejujuran,Moralitas yang didasarkan
Keutamaan kebajikan belas kasih, murah pada agama kebanyakan
hati, dst menganut etika keutamaan
Tleologis Konsekuensi atau Kebenaran dan Aliran etika yang berorientasi
akibat kesalahan pada konsekuensi atau hasil
didasarkan pada seperti: Eudaemonisme,
tujuan akhir Hedonisme, Utilitarianisme.
Deontologis Kewajiban atau Kelayakan, Pandangan etika yang
keharusan kepatutan, mementingkan kewajiban
kepantasan seperti halnya pemikiran
Immanuel Kant yang terkenal
dengan sikap imperatif
kategoris, perbuatan baik
dilakukan tanpa pamrih.
Sumber: Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, 2016.
Etika Pancasila
Etika Pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila Pancasila
untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di
Indonesia. Oleh karena itu, dalam etika Pancasila terkandung nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai
tersebut membentuk perilaku manusia Indonesia dalam semua aspek
kehidupannya.
Etika Pancasila itu lebih dekat pada pengertian etika keutamaan atau etika
kebajikan, meskipun corak kedua mainstream yang lain, deontologis dan
teleologis termuat pula di dalamnya. Namun, etika keutamaan lebih dominan
karena etika Pancasila tercermin dalam empat tabiat saleh, yaitu kebijaksanaan,
kesederhanaan, keteguhan, dan keadilan.
66
Kebijaksanaan artinya melaksanakan suatu tindakan yang didorong oleh
kehendak yang tertuju pada kebaikan serta atas dasar kesatuan akal-rasa-kehendak
yang berupa kepercayaan yang tertuju pada kenyataan mutlak (Tuhan) dengan
memelihara nilai-nilai hidup kemanusiaan dan nilai-nilai hidup religius.
Kesederhaaan artinya membatasi diri dalam arti tidak melampaui batas dalam hal
kenikmatan. Keteguhan artinya membatasi diri dalam arti tidak melampaui batas
dalam menghindari penderitaan. Keadilan artinya memberikan sebagai rasa wajib
kepada diri sendiri dan manusia lain, serta terhadap Tuhan terkait dengan segala
sesuatu yang telah menjadi haknya. (Mudhofir, 2009: 386)
67
Pancasila. Etika Pancasila diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara sebab berisikan tuntunan nilai-nilai moral yang hidup.
68
b. Korupsi
Korupsi akan merajalela karena para penyelenggara negara tidak memiliki rambu-
rambu normatif dalam menjalankan tugasnya. Para penyelenggara negara tidak dapat
membedakan batasan yang boleh dan tidak, pantas dan tidak, baik dan buruk.
Pancasila sebagai sistem etika terkait dengan pemahaman atas kriteria baik dan buruk.
Archie Bahm dalam Axiology of Science, menjelaskan bahwa baik dan buruk
merupakan dua hal yang terpisah. Namun, baik dan buruk itu eksis dalam kehidupan
manusia, maksudnya godaan untuk melakukan perbuatan buruk selalu muncul. Ketika
seseorang menjadi pejabat dan mempunyai peluang untuk melakukan tindakan buruk
(korupsi), maka hal tersebut dapat terjadi pada siapa saja. Oleh karena itu, simpulan
Archie Bahm, ”Maksimalkan kebaikan, minimalkan keburukan”. (Bahm, 1998: 58)
c. Kurangnya Rasa
Kurangnya rasa perlu berkontribusi dalam pembangunan melalui pembayaran
pajak. Hal tersebut terlihat dari kepatuhan pajak yang masih rendah, padahal peranan
pajak dari tahun ke tahun semakin meningkat dalam membiayai APBN. Pancasila
sebagai sistem etika akan dapat mengarahkan wajib pajak untuk secara sadar
memenuhi kewajiban perpajakannya dengan baik. Dengan kesadaran pajak yang
tinggi maka program pembangunan yang tertuang dalam APBN akan dapat dijalankan
dengan sumber penerimaan dari sektor perpajakan. Berikut ini diperlihatkan gambar
tentang iklan layanan masyarakat tentang pendidikan yang dibiayai dengan pajak.
69
ke dalam peraturan perundang-undangan tentang HAM (Lihat Undang-Undang No.
39 Tahun 1999 tentang HAM).
e. Kerusakan Lingkungan
Kerusakan lingkungan yang berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan
manusia, seperti kesehatan, kelancaran penerbangan, nasib generasi yang akan datang,
global warming, perubahan cuaca, dan lain sebagainya. Kasus-kasus tersebut
menunjukkan bahwa kesadaran terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai sistem etika
belum mendapat tempat yang tepat di hati masyarakat. Masyarakat Indonesia dewasa
ini cenderung memutuskan tindakan berdasarkan sikap emosional, mau menang
sendiri, keuntungan sesaat, tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan dari
perbuatannya.
3. Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila sebagai Sistem Etika
a. Sumber Historis
Pada zaman Orde Lama, Pancasila sebagai sistem etika masih berbentuk sebagai
Philosofische Grondslag atau Weltanschauung. Artinya, nilai-nilai Pancasila belum
ditegaskan ke dalam sistem etika, tetapi nilai-nilai moral telah terdapat pandangan
hidup masyarakat. Masyarakat dalam masa orde lama telah mengenal nilai-nilai
kemandirian bangsa yang oleh Presiden Soekarno disebut dengan istilah berdikari
(berdiri di atas kaki sendiri). Pada zaman Orde Baru, Pancasila sebagai sistem etika
disosialisasikan melalui penataran P-4 dan diinstitusionalkan dalam wadah BP-7. Ada
banyak butir Pancasila yang dijabarkan dari kelima sila Pancasila sebagai hasil
70
temuan dari para peneliti BP-7. Untuk memudahkan pemahaman tentang butir-butir
sila Pancasila dapat dilihat pada tabel berikut: (Soeprapto, 1993: 53--55)
71
martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan
keadilan, dengan mengutamakan persatuan dan
kesatuan demi kepentingan bersama.
5 Keadilan Sosial bagi Seluruh a. Mengembangkan perbuatan yang luhur yang
Rakyat Indonesia mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
b. Bersikap adil.
c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Menghormati hak-hak orang lain.
d. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
e. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
f. Tidak bersifat boros.
g. Tidak bergaya hidup mewah.
h. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan
kepentingan umum
i. Suka bekerja keras.
j. Menghargai hasil karya orang lain.
k. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadilan sosial.
Sumber: Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, 2016.
Pada era reformasi, Pancasila sebagai sistem etika tenggelam dalam hiruk-pikuk
perebutan kekuasaan yang menjurus kepada pelanggaraan etika politik. Salah satu
bentuk pelanggaran etika politik adalah abuse of power, baik oleh penyelenggara
negara di legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Penyalahgunaan kekuasaan atau
kewenangan inilah yang menciptakan korupsi di berbagai kalangan penyelenggara
negara.
b. Sumber Sosiologis
Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem etika dapat ditemukan dalam
kehidupan masyarakat berbagai etnik di Indonesia. Misalnya, orang Minangkabau
dalam hal bermusyawarah memakai prinsip “bulat air oleh pembuluh, bulat kata oleh
mufakat”. Masih banyak lagi mutiara kearifan lokal yang bertebaran di bumi
Indonesia ini sehingga memerlukan penelitian yang mendalam.
c. Sumber Politis
Sumber politis Pancasila sebagai sistem etika terdapat dalam norma-norma dasar
(Grundnorm) sebagai sumber penyusunan berbagai peraturan perundangan-undangan
di Indonesia. Hans Kelsen mengatakan bahwa teori hukum itu suatu norma yang
berbentuk piramida. Norma yang lebih rendah memperoleh kekuatannya dari suatu
norma yang lebih tinggi. Semakin tinggi suatu norma, akan semakin abstrak sifatnya,
72
dan sebaliknya, semakin rendah kedudukannya, akan semakin konkrit norma tersebut.
(Kaelan, 2011: 487).
Etika politik memiliki 3 dimensi, yaitu tujuan, sarana, dan aksi politik itu sendiri.
Dimensi tujuan terumuskan dalam upaya mencapai kesejahteraan masyarakat dan
hidup damai yang didasarkan pada kebebasan dan keadilan. Dimensi sarana
memungkinkan pencapaian tujuan yang meliputi sistem dan prinsip-prinsip dasar
pengorganisasian praktik penyelenggaraan negara dan yang mendasari institusi-
institusi sosial. Dimensi aksi politik berkaitan dengan pelaku pemegang peran sebagai
pihak yang menentukan rasionalitas politik. Rasionalitas politik terdiri atas
rasionalitas tindakan dan keutamaan. Tindakan politik dinamakan rasional bila pelaku
mempunyai orientasi situasi dan paham permasalahan. (Haryatmoko, 2003: 25 – 28)
Hubungan antara dimensi tujuan, sarana, dan aksi politik dapat digambarkan
sebagai berikut. (Haryatmoko, 2003: 26)
Gambar 2.4.1 Hubungan antara dimensi tujuan, sarana, dan aksi politik
Sumber: Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, 2016
4. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Sistem Etika
73
a. Argumen tentang Dinamika Pancasila sebagai Sistem Etika
Beberapa argumen tentang dinamika Pancasila sebagai sistem etika dalam
penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut.
Zaman Orde Lama
Pemilu diselenggarakan dengan semangat demokrasi yang diikuti banyak
partai politik, tetapi dimenangkan empat partai politik, yaitu Partai Nasional
Indonesia (PNI), Partai Muslimin Indonesia (PARMUSI), Partai Nahdhatul Ulama
(PNU), dan Partai Komunis Indonesia (PKI).
74
Manusia Indonesia seutuhnya (adalah makhluk mono-pluralis yang terdiri atas:
Susunan kodrat: jiwa dan raga
Kedudukan kodrat: makhluk Tuhan dan makhluk berdiri sendiri
Sifat kodrat: makhluk sosial dan makhluk individual.
Keenam unsur manusia tersebut saling melengkapi satu sama lain dan
merupakan satu kesatuan yang bulat. Manusia Indonesia menjadi pusat persoalan,
pokok dan pelaku utama dalam budaya Pancasila.. (Notonagoro dalam Asdi,
2003: 17-18)
Sistem etika Pancasila pada era reformasi tenggelam dalam eforia demokrasi.
Namun seiring dengan perjalanan waktu, disadari bahwa demokrasi tanpa
dilandasi sistem etika politik akan menjurus pada penyalahgunaan kekuasaan,
serta machiavelisme (menghalalkan segala cara untuk mencapi tujuan). Sofian
Effendi, Rektor Universitas Gadjah Mada dalam sambutan pembukaan Simposium
Nasional Pengembangan Pancasila sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan dan
Pembangunan Nasional (2006: xiv) mengatakan sebagai berikut:
“Bahwa moral bangsa semakin hari semakin merosot dan semakin hanyut
dalam arus konsumerisme, hedonisme, eksklusivisme, dan ketamakan karena
bangsa Indonesia tidak mengembangkan blueprint yang berakar pada sila
Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Kedua, tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman Orde Baru terkait
dengan masalah NKK (Nepotisme, Kolusi, dan Korupsi) yang merugikan
penyelenggaraan negara. Hal tersebut tidak sesuai dengan keadilan social karena
75
nepotisme, kolusi, dan korupsi hanya menguntungkan segelintir orang atau kelompok
tertentu.
Ketiga, tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada era Reformasi berupa
eforia kebebasan berpolitik sehingga mengabaikan norma-norma moral. Misalnya,
munculnya anarkisme yang memaksakan kehendak dengan mengatasnamakan
kebebasan berdemokrasi.
76
(deontologis) atau menekankan pada tujuan belaka (teleologis), tetapi lebih
menonjolkan keutamaan (virtue ethics) yang terkandung dalam nilai keadilan
itu sendiri.
Kedua, Pancasila sebagai sistem etika memberi guidance bagi setiap warga negara
sehingga memiliki orientasi yang jelas dalam tata pergaulan baik lokal, nasional,
regional, maupun internasional.
Ketiga, Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi dasar analisis bagi berbagai
kebijakan yang dibuat oleh penyelenggara negara sehingga tidak keluar dari semangat
negara kebangsaan yang berjiwa Pancasilais.
Keempat, Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi filter untuk menyaring
pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan masyarakat sebagai dampak
globalisasi yang memengaruhi pemikiran warga negara.
Kesimpulan:
Pancasila sebagai sistem etika adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila
Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara di Indonesia. Oleh karena itu, di dalam etika Pancasila terkandung nilai-
nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai
tersebut membentuk perilaku manusia Indonesia dalam semua aspek kehidupannya.
Pentingnya pancasila sebagai sistem etika bagi bangsa Indonesia ialah menjadi
rambu normatif untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara di Indonesia. Dengan demikian, pelanggaran dalam kehidupan bernegara,
seperti korupsi (penyalahgunaan kekuasaan) dapat diminimalkan.
77
2.5 Resume Kelompok 5
Judul:
“PANCASILA SEBAGAI NILAI DASAR PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN”
Pendahuluan:
Pada awalnya ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia relatif masih
sederhana dan belum berkembang. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, ilmu
pengetahuan mengalami perkembangan yang pesat dalam teori dan teknologi, yang
berbanding lurus dengan sikap kritis dan cerdas manusia dalam menanggapi berbagai
peristiwa di sekitarnya.
Perkembangan pesat ilmu pada saat ini memberikan dampak positif dan dampak
negatif pada manusia. Salah satu dampak negatifnya adalah timbulnya gejala
penurunan derajat manusia. Produk yang dihasilkan oleh manusia, baik teori maupun
materi, menjadi lebih bernilai daripada penggagasnya. Hal ini disebabkan karena
perkembangan ilmu saat ini tidak memiliki nilai Pancasila didalamnya dan tidak
adanya implementasi pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu.
Pembahasan:
1. Pengertian Pancasila
Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta (India) yang memiliki dua macam arti, yaitu
“panca” yang artinya lima dan “syila” (vokal “I” pendek) yang artinya batu sendi, alas,
dasar, atau syiila (vokal “I” panjang) yang artinya peraturan tingkah laku yang
78
baik/penting. Kemudian kata-kata tersebut diartikan sebagai “Susila” dalam bahasa Jawa.
Oleh karena itu, secara etimologis kata Pancasila memiliki makna “Berbatu sendi lima”.
2. Pengertian Ilmu
a. Secara Etimologi (segi bahasa)
Ilmu berasal dari bahasa Arab, ‘ilm (Ensiklopedi Islam, 1997), dan bahasa
Yunani, logos, yang memiliki arti “Pengetahuan”. Kata “Ilmu” biasa dipadankan
dengan kata Arab “ma’rifah” yang bermakna pengetahuan dan “syu’ur” yang
bermakna perasaan.
79
c. Secara Umum
Pada dasarnya, ilmu adalah pengetahuan tentang suatu hal atau fenomena, baik
yang menyangkut alam ataupun sosial (kehidupan masyarakat), yang diperoleh
manusia melalui proses berpikir. Setiap ilmu merupakan pengetahuan tentang sesuatu
yang menjadi objek kajian dari suatu penemuan.
Pancasila memiliki banyak fungsi dan salah satu fungsinya adalah sebagai dasar nilai
pengembangan ilmu. Ini artinya, segala upaya pengembangan ilmu di Indonesia harus
diorientasikan pada nilai yang termaktub dalam Pancasila. Kompleksitas ilmu yang tidak
dibentengi dengan pegangan-pegangan moral dapat membawa pada kebebasan berilmu
yang tidak sesuai dengan manfaat hakiki ilmu itu sendiri. Pancasila hadir sebagai
pedoman untuk membatasi gerak-gerik keilmuwan agarsesuai kaidah kebenaran.
Pengembangan ilmu yang didasarkan pada nilai-nilaiPancasila diharapkan dapat
membawa perbaikan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat.
80
penciptaan mobil tanpa bahan bakar berupa minyak untuk menjaga kelestarian
alam.
Sila ini menuntun para kaum berilmu kepada arah pengendalian berilmu. Ilmu
dikembalikan kepada fungsinya semula, yaitu untuk kemanusiaan, tidak hanya
untuk kelompok dan lapisan tertentu. Contoh: diterjunkannya para tenaga
kependidikan ke daerah terpencil untuk melakukan pengabdian, distribusi ilmu,
dan pengajaran kepada masyarakat.
Kesimpulan:
Pancasila adalah dasar atau pedoman dalam menjalankan urusan kenegaraan
Indonesia. Sedangkan ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu hal atau fenomena,
yang diperoleh manusia melalui proses berpikir. Maksud dari Pancasila sebagai dasar
pengembangan ilmu disini adalah dari sekian banyak fungsi Pancasila, Pancasila juga
digunakan sebagai acuan dalam pengembangan ilmu yang semakin hari semakin
kompleks.
81
Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu mencangkup nilai-nilai ketuhanan
(melengkapi ilmu pengetahuan, menciptakan keseimbangan antara yang logis dan
tidak logis, serta mengklasifikasikan antara rasa dan akal), kemanusiaan (menuntun
para kaum berilmu kepada arah pengendalian berilmu), dan persatuan (memberikan
kesadaran kepada bangsa Indonesia bahwa rasa nasionalisme akibat perkembangan
ilmu pengetahuan dapat terwujud dan terpelihara).
Pendahuluan:
Identitas nasional (national identity) berasal dari kata identitas dan nasional.
Identitas (identity) secara harfiah berarti ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri yang
melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain .
Sedangkan kata nasional (national) merupakan identitas yang melekat pada
kelompok- kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik
fisik seperti budaya, agama, bahasa maupun non fisik seperti keinginan, cita-cita dan
tujuan.
Istilah identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki
oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa
lain. Berdasarkan pengertian yang demikian ini maka setiap bangsa di dunia ini akan
memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter
dari bangsa tersebut. Demikian pula hal ini juga sangat ditentukan oleh proses
bagaimana bangsa tersebut terbentuk secara historis. Berdasarkan hakikat pengertian
“identitas nasional” sebagaimana dijelaskan maka identitas nasional suatu bangsa
tidak dapat dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau yang lebih popular disebut
sebagai kepribadian suatu bangsa.
Pembahasan:
1. Identitas Nasional dalam Pembangunan Bangsa dan Karakter
82
a. Pengertian Identitas Nasional
Istilah identitas nasional (national identity) berasal dari kata identitas dan
nasional. Identitas (identity) secara harfiah berarti ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri
yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain
(ICCE, 2005:23). Sedangkan kata nasional (national) merupakan identitas yang
melekat pada kelompok- kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-
kesamaan, baik fisik seperti budaya, agama, bahasa maupun non fisik seperti
keinginan, cita-cita dan tujuan. Unsur-Unsur Identitas Nasional.
Agama
Bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-agama
yang tumbuh dan berkembang di Nusantara adalah agama Islam, Kristen, Katolik,
Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu.
Kebudayaan
Kebudayaan adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya
adalah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektit
digunakan oleh pendukung- pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami
lingkungan yang dihadapi dan digunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk
bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan
lingkungan yang dihadapi.
Bahasa
Bahasa merupakan unsur pendukung identitas nasional yang lain. Bahasa
dipahami sebagai sistem perlambang yang dibentuk atas unsur-unsur bunyi
ucapan manusia dan yang digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia.
83
Istilah identitas nasional (national identity) berasal dari kata identitas dan
nasional.
84
Identitas nasional Indonesia merupakan ciri-ciri yang dapat membedakan negara
Indonesia dengan negara lain. Identitas nasional Indonesia dibuat dan disepakati oleh
para pendiri negara Indonesia. Identitas nasional Indonesia tercantum dalam konstitusi
Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 35-36C. Identitas nasional
yang menunjukkan jati diri Indonesia di antaranya adalah sebagai berikut:
Bahasa Nasional atau Bahasa Perasatuan, yaitu Bahasa Indonesia
Bahasa merupakan unsur pendukung Identitas Nasonal yang lain. Bahasa
dipahami sebagai sistem perlambang yang secara arbiter dibentuk atas unsurunsur
ucapan manusia dan yang digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia. Di
Indonesia menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Meskipun di
Indonesia terdapat berbagai macam suku bangsa tetapi bangsa Indonesia disatukan
oleh bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia.
85
dipublikasikan pertama kali oleh surat kabar Sin Po. Setelah dikumandangkan
tahun 1928, pemerintah colonial Hindia Belanda segera melarang penyebutkan
lagu kebangsaan bagi Indonesia Raya.
Selanjutnya lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan pada setiap rapat partai-
partai politik. Setelah Indonesia merdeka, lagu itu ditetapkan sebagai lagu
kebangsaan perlambang persatuan bangsa.
Pancasila merupakan dasar negara yang dibentuk oleh para pendiri bangsa
Indonesia. sebagai dasar negara, Pancasila mengandung nilai-nilai yang sejatinya
86
sudah ada dalam bangsa Indonesia sendiri. Sehingga Pancasila mampu menjadi
wadah bagi masyarakat Indonesia yang beragam dan menunjukkan identitas
bangsa Indonesia yang sesungguhnya.
Kebudayaan dapat dimaknai sebagai suatu budi dan daya manusia yang tidak
ternilai harganya dan mempunyai manfaat bagi kehidupan umat manusia, baik
pada masa lampau, masa kini, maupun pada masa yang akan datang. Kebudayaan
daerah kita pelihara dan kita kembangkan menjadi kebudayaan nasional yang
dinikmati oleh seluruh bangsa. Jadi, kebudayaan nasional yaitu suatu perpaduan
dan pengembangan berbagai macam kebudayaan daerah yang terus menerus
dibina dan dilestarikan keberadaannya, sehingga menjadi milik bersama.
87
2. Demokrasi Indonesia yang Berlandaskan Pancasila dan UUD Negara Kesatuan Republik
Indonesia Tahun 1945
Pancasila yang dalam keseluruhan konteks pembukaan UUD 1945, harus menjadi
rujukan bagi seluruh kalangan masyarakat. Karena Pancasila dirumuskan dari
kesepakatan tokoh-tokoh yang merumuskan Pancasila ini. Pancasila juga harus menjadi
landasan yang kokoh dalam pembentukan karakter bangsa. Di tengah kehidupan
masyarakat yang pruralistik, baik dari segi agama, kebudayaan, adat istiadat, dan etnis,
peranan Pancasila mempunyai nilai-nilai kebudayaan yang mampu mempersatukan
kemajemukan tersebut.
Dengan bentuk sosialisasi yang benar, maka dasar pancasila akan terimplementasi
dengan sempurna, sehingga dimasa depan nanti mampu menciptakan bangsa yang
berkarakter, berintegritas, bermanfaat dan mandiri yang terbentuk dari peradaban sehat.
a. Pengertian Demokrasi Pancasila
Isitlah “demokrasi” berasal dari bahasa Yunani kuno yang diutarakan di Athena
kuno pada abad ke-5 SM. Kata demokrasi berasal dari dua kata, yaitu “demos” yang
artinya rakyat, dan “kratos” yang artinya pemerintahan. Sehingga dapat diartikan
sebagai pemerintahan rakyat atau yang lebih dikenal sebagai pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
88
dalam proses pengambilan/pembuatan keputusan publik, wakil terpilih juga tidak
mampu mewakili aspirasi yang memilihnya.
89
Menurutnya bahwa pengertian demokrasi pancasila ialah paham demokrasi
yang bersumber dari kepribadian dan falsafah hidup bangsa Indonesia, yang
perwujudannya seperti dalam ketentuan-ketentuan pembukaan UUD 1945.
Menurut Kansil
Pengertian demokrasi pancasila menurut hasil kansil ialah kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan,
yang merupakan sila keempat dari dasar Negara Pancasila seperti yang
tercantum dalam alinea ke-4 pembukaan UUD 1945.
Menurut Prof Notonegoro
Menurutnya pengertian demokrasi pancasila ialah kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang
ber-ketuhanan YME yang berkemanusiaan yang adil dan beradab yang
mempersatukan Indonesia dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
90
Pada masa Orde Baru menerapkan demokrasi Pancasila untuk menegaskan
bahwasanya model demokrasi inilah yang sesungguhnya sesuai dengan ideologi
negara Pancasila. Awal Orde Baru memberi harapan baru pada rakyat,
pembangunan disegala bidang melalui Pelita I,II,III,IV,V dan berhasil
menyelenggarakan PEMILU tahun 1971, 1977, 1982, 1982, 1987, 1992 dan 1997.
Namun demikian perjalanan demokrasi pada masa itu dianggap gagal, sebab:
Rotasi kekuasaan politik yang tertutup.
Rekrutmen politik yang tertutup.
Pemilu yang jauh dari semangat demokratis.
Pengakuan HAM yang terbatas.
Tumbuhnya KKN.
Sebab jatuhnya Orde Baru.
Hancurnya ekonomi nasional.
Terjadinya krisis politik.
TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan Orde Baru.
Gelombang Demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden Soeharto untuk
turun jadi Presiden.
Demokrasi yang diterapkan Negara kita pada era Reformasi ini adalah
Demokrasi Pancasila, namun berbeda dengan orde baru dan sedikit mirip dengan
demokrasi Parlementer. Perbedaan demokrasi Reformasi dengan demokrasi
sebelumnya adalah:
Pemilu yang dilaksanakan jauh lebih demokratis dari yang sebelumnya.
91
Rotasi kekuasaan dilaksanakan dari mulai pemerintahan pusat sampai pada
tingkat desa.
Pola rekruitmen politik untuk pengisian jabatan politik dilakukan secara
terbuka.
Sebagian besar hak dasar bisa terjamin seperti adanya kebebasan menyatakan
pendapat.
92
Ide yang terbaik akan diterima ketimbang dari suara terbanyak.
93
Menjamin adanya hubungan yang sama serasi dan seimbang mengenai lembaga
negara.
Menjamin tetap tegaknya hukum yang berasal dari Pancasila.
Menjamin pemerintahan yang bertanggung jawab.
Hal demikian bisa meminggirkan sistem nilai dan idealisme baru yang
bertentangan dengan kepribadian bangsa. Adapun pengimplementasian tersebut
dirinci dalam berbagai macam bidang, yaitu:
Implementasi Pancasila dalam bidang Politik
Pembangunan dan pengembangan bidang politik harus mendasar pada dasar
ontologis manusia. Hal ini didasarkan pada kenyataan objektif bahwa manusia
adalah sebagi subjek Negara, oleh karena itu kehidupan politik harus benar-benar
merealisasikan tujuan demi harkat dan martabat manusia.
94
Implementasi Pancasila dalam bidang Ekonomi
Di dalam ilmu ekonomi terdapat istilah yang kuat yang menang, sehingga
lazimnya pengembangan ekonomi mengarah pada persaingan bebas dan jarang
mementingkan moralitas kemanusiaan. Hal ini tidak sesuai dengan Pancasila yang
lebih tertuju kepada ekonomi kerakyatan yang mendasar pada tujuan demi
kesejahteraan rakyat secara luas (Mubyarto, 1999). Pengembangan ekonomi
bukan hanya mengejar pertumbuhan saja melainkan demi kemanusiaan, demi
kesejahteraan seluruh masyarakat. Maka sistem ekonomi Indonesia mendasar atas
kekeluargaan seluruh bangsa.
Implementasi Pancasila dalam bidang Sosial Budaya
Dalam pembangunan dan pengembangan aspek sosial budaya hendaknya
didasarkan atas sistem nilai yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki
oleh masyarakat tersebut. Terutama dalam rangka bangsa Indonesia melakukan
reformasi di segala bidang dewasa ini. Sebagai anti-klimaks proses reformasi
dewasa ini sering kita saksikan adanya stagnasi nilai sosial budaya dalam
masyarakat sehingga tidak mengherankan jika diberbagai wilayah Indonesia saat
ini terjadi berbagai gejolak yang sangat memprihatinkan antara lain amuk massa
yang cenderung anarkis, bentrok antara kelompok masyarakat saty dengan yang
lainnya yang muaranya adalah masalah politik.
Oleh karena itu dalam pengembangan sosial budaya pada masa reformasi ini
kita harus menjunjung nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai dasar
nilai yaitu nilai Pancasila. Dalam prinsip etika Pancasila pada hakikatnya bersifat
kemanusiaan., artinya nilai-nilai Pancasila mendasar pada nilai yang bersumber
pada harkat dan martabat manusia sebagi makhluk yang berbudaya.
Karena Pancasila sebagai dasar Negara dan mendasar diri pada hakikat nilai
kemanusiaan monopluralis maka pertahanan dan keamanan negara harus
95
dikembalikan pada tercapainya harkat dan martabat manusia sebagai pendukung
pokok negara, dasar-dasar kemanusiaan yang beradab merupakan basis moralitas
pertahanan dan keamanan negara.
Kesimpulan:
Pancasila sebagai dasar demokrasi suatu negara diharapkan mampu mengatur
jalannya pemerintahan serta membangun bangsa dan negara menjadi lebih baik.
Demokrasi bagi masyarakat Indonesia dijadikan sebagai jalan menyalurkan aspirasi
berupa suara, dan hak-hak yang harus di miliki seluruh rakyat Indonesia.
Dengan adanya Demokrasi bagi suatu negara menjadikan negara tersebut lebih
menghargai semua aspirasi dari masyarakat dan setiap warga negara memiliki hak
penuh dalam penyampaian pendapat terhadap segala sesuatu sebagai warga negara.
Demokrasi Pancasila juga dapat menjadikan kehidupan masyarakat dalam
berdemokrasi menjadi lebih baik, dan menjaga keutuhan berdiri dan tegaknya negara
Republik Indonesia. Demokrasi juga menjadikan pemerintah lebih bertanggung jawab
kepada seluruh warga negaranya.
96
Pendahuluan:
Kondisi nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia sangat beragam dengan
banyak suku bangsa di dalamnya. Setiap suku bangsa memiliki tradisi, bahasa, agama
dan kebudayaan tersendiri yang berbeda satu sama lain. Keberagaman yang amat
kompleks apabila tidak dapat dikelola dengan baik, sangat mungkin akan mudah
menjadi konflik. Namun demikian manakala dapat dikelola dengan baik dalam artian
disatukan melalui integrasi nasional dapat dijadikan modal dasar melaksanakan
pembangunan nasional.
Oleh karena itu dalam mengarungi kehidupannya, sebuah negara bangsa (nation-
state) selalu dihadapkan kepada upaya bagaimana menyatukan keanekargaman orang-
orang yang ada didalamnya agar memiliki rasa persatuan, kehendak untuk bersatu dan
secara bersama-sama bersedia membangun kesejahteraan untuk bangsa yang
bersangkutan. Oleh karena itu bagaimana mungkin suatu negara-bangsa bisa
membangun, jika ada orang-orang didalam negara tersebut tidak mau bersatu, tidak
memiliki perasaan sebagai satu kesatuan dan tidak bersedia mengikatkan diri sebagai
suatu bangsa.
Pembahasan:
Dalam mengarungi kehidupannya, sebuah negara-bangsa (nation state) selalu
dihadapkan pada upaya bagaimana menyatukan keanekaragaman orang–orang yang
ada di dalamnya agar memiliki rasa persatuan, kehendak untuk bersatu dan secara
bersama bersedia membangun kesejahteraan untuk bangsa yang bersangkutan. Oleh
karena itu, bagaimana mungkin suatu negara-bangsa bisa membangun, jika
orangorang yang ada di dalam negara tersebut tidak mau bersatu, tidak memiliki
perasaan sebagai satu kesatuan dan tidak bersedia mengikatkan diri sebagai satu
bangsa.
97
Suatu negara-bangsa membutuhkan persatuan untuk bangsanya yang dinamakan
integrasi nasional. Dapat dikatakan bahwa sebuah negara- bangsa yang mampu
membangun integrasi nasionalnya akan memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan
bangsa-bangsa yang ada di dalamnya. Integrasi nasional merupakan salah satu tolok
ukur persatuan dan kesatuan bangsa
1. Menelusuri konsep dan urgensi integrasi nasional
Makna Integrasi Nasional
Jika ditelusuri istilah integrasi nasional ini, dapat menguraikan istilah tersebut dari
dua pengertian: secara etimologi dan terminologi. Etimologi adalah studi yang
mempelajari asal usul kata, sejarahnya dan juga perubahan yang terjadi dari kata itu.
Pengertian etimologi dari integrasi nasional berarti mempelajari asal usul kata
pembentuk istilah tersebut. Secara etimologi, integrasi nasional terdiri atas dua kata
integrasi dan nasional. Pengertian integrasi nasional secara terminologi dapat
diartikan penggunaan kata sebagai suatu istilah yang telah dihubungkan dengan
konteks tertentu. Konsep integrasi nasional dihubungkan dengan konteks tertentu dan
umumnya dikemukakan oleh para ahlinya.
Beberapa pengertian integrasi nasional dalam konteks Indonesia dari para
ahli/penulis:
Saafroedin Bahar (1996) Integrasi nasional adalah Upaya menyatukan seluruh
unsur suatu bangsa dengan pemerintah dan wilayahnya
Riza Noer Arfani (2001) Integrasi nasional adalah Pembentukan suatu identitas
nasional dan penyatuan berbagai kelompok sosial dan budaya ke dalam suatu
kesatuan wilayah
Djuliati Suroyo (2002) Integrasi nasional adalah Bersatunya suatu bangsa yang
menempati wilayah tertentu dalam sebuah negara yang berdaulat
Ramlan Surbakti (2010) Integrasi nasional adalah Proses penyatuan berbagai
kelompok sosial budaya dalam satu kesatuan wilayah dan dalam suatu identitas
nasional
98
bulat. “Nation” artinya bangsa sebagai bentuk persekutuan dari orang-orang yang
berbeda latar belakangnya, berada dalam suatu wilayah dan di bawah satu kekuasaan
politik.
Ada pengertian dari para ahli atau pakar asing mengenai istilah tersebut.
Misalnya, Kurana (2010) menyatakan integrasi nasional adalah kesadaran identitas
bersama di antara warga negara. Ini berarti bahwa meskipun kita memiliki kasta yang
berbeda, agama dan daerah, dan berbicara bahasa yang berbeda, kita mengakui
kenyataan bahwa kita semua adalah satu. Jenis integrasi ini sangat penting dalam
membangun suatu bangsa yang kuat dan Makmur.
Jenis Integrasi
Tentang pengertian integrasi ini, Myron Weiner dalam Ramlan Surbakti (2010)
lebih cocok menggunakan istilah integrasi politik daripada integrasi nasional.
Menurutnya integrasi politik adalah penyatuan masyarakat dengan sistem politik.
Integrasi politik dibagi menjadi lima jenis, yakni:
Integrasi Bangsa
99
Integrasi bangsa menunjuk pada proses penyatuan berbagai kelompok budaya
dan sosial dalam satu kesatuan wilayah dan dalam suatu pembentukan identitas
nasional.
Integrasi Wilayah
Integrasi Elit
Integrasi Nilai
Integrasi nilai menunjuk pada adanya konsensus terhadap nilai yang minimum
yang diperlukan dalam memelihara tertib sosial.
Dari aspek politik, lazim disebut integrasi politik, aspek ekonomi (integrasi
ekonomi), yakni saling ketergantungan ekonomi antar daerah yang bekerjasama
100
secara sinergi, dan aspek sosial budaya (integrasi sosial budaya) yakni hubungan
antara suku, lapisan dan golongan. Berdasar pendapat ini, integrasi nasional
meliputi:
- Integrasi Politik
Dalam tataran integrasi politik terdapat dimensi vertikal dan horizontal.
Dimensi yang bersifat vertikal menyangkut hubungan elit dan massa, baik
antara elit politik dengan massa pengikut, atau antara penguasa dan rakyat
guna menjembatani celah perbedaan dalam rangka pengembangan proses
politik yang partisipatif. Dimensi horizontal menyangkut hubungan yang
berkaitan dengan masalah teritorial, antar daerah, antar suku, umat beragama
dan golongan masyarakat Indonesia
- Integrasi Ekonomi
Integrasi ekonomi berarti terjadinya saling ketergantungan antar daerah
dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup rakyat. Adanya saling
ketergantungan menjadikan wilayah dan orang-orang dari berbagai latar akan
mengadakan kerjasama yang saling menguntungkan dan sinergis. Di sisi lain,
integrasi ekonomi adalah penghapusan (pencabutan) hambatan-hambatan antar
daerah yang memungkinkan ketidaklancaran hubungan antar keduanya, misal
peraturan, norma dan prosedur dan pembuatan aturan bersama yang mampu
menciptakan Keterpaduan di bidang ekonomi.
101
pembentukan negara-bangsa. Hal ini disebabkan tujuan negara hanya akan dapat
dicapai apabila terdapat suatu pemerintah yang mampu menggerakkan dan
mengarahkan seluruh potensi masyarakat agar mau bersatu dan bekerja bersama.
Kemampuan ini tidak hanya dapat dijalankan melalui kewenangan menggunakan
kekuasaan fisik yang sah tetapi juga persetujuan dan dukungan rakyatnya terhadap
pemerintah itu. Jadi, diperlukan hubungan yang ideal antara pemerintah dengan
rakyatnya sesuai dengan sistem nilai dan politik yang disepakati. Hal demikian
memerlukan integrasi politik.
Kedua, bagi negara-negara baru, tuntutan integrasi ini juga menjadi masalah pelik
bukan saja karena perilaku pemerintah kolonial sebelumnya, tetapi juga latar belakang
bangsa yang bersangkutan. Negara-bangsa (nation state) merupakan negara yang di
dalamnya terdiri dari banyak bangsa (suku) yang selanjutnya bersepakat bersatu
dalam sebuah bangsa yang besar. Suku-suku itu memiliki pertalian primordial yang
merupakan unsur negara dan telah menjelma menjadi kesatuan etnik yang selanjutnya
menuntut pengakuan dan perhatian pada tingkat kenegaraan. Ikatan dan kesetiaan
etnik adalah sesuatu yang alami, bersifat primer. Adapun kesetiaan nasional bersifat
sekunder. Bila ikatan etnik ini tidak diperhatikan atau terganggu, mereka akan mudah
dan akan segera kembali kepada kesatuan asalnya. Sebagai akibatnya mereka akan
melepaskan ikatan komitmennya sebagai satu bangsa.
Ditinjau dari keragaman etnik dan ikatan primordial inilah pembangunan integrasi
bangsa menjadi semakin penting. Ironisnya bahwa pembangunan integrasi nasional
selalu menghadapi situasi dilematis seperti terurai di depan. Setiap penciptaan negara
yang berdaulat dan kuat juga akan semakin membangkitkan sentimen primordial yang
dapat berbentuk gerakan separatis, rasialis atau gerakan keagamaan.
102
Kekacauan dan disintegrasi bangsa yang dialami pada masa-masa awal bernegara
misalnya yang terjadi di India dan Srilanka bisa dikatakan bukan semata akibat politik
“pecah belah” kolonial namun akibat perebutan dominasi kelompok kelompok
primordial untuk memerintah negara. Hal ini menunjukkan bahwa setelah lepas dari
kolonial, mereka berlomba saling mendapatkan dominasinya dalam pemerintahan
negara. Mereka berebut agar identitasnya diangkat dan disepakati sebagai identitas
nasional
103
Model integrasi imperium Majapahit Model integrasi pertama ini bersifat
kemaharajaan (imperium) Majapahit. Struktur kemaharajaan yang begitu luas ini
berstruktur konsentris. Dimulai dengan konsentris pertama yaitu wilayah inti
kerajaan (nagaragung): pulau Jawa dan Madura yang diperintah langsung oleh raja
dan saudarasaudaranya. Konsentris kedua adalah wilayah di luar Jawa
(mancanegara dan pasisiran) yang merupakan kerajaan-kerajaan otonom.
Konsentris ketiga (tanah sabrang) adalah negara-negara sahabat di mana
Majapahit menjalin hubungan diplomatik dan hubungan dagang, antara lain
dengan Champa, Kamboja, Ayudyapura (Thailand).
Model integrasi kolonial Model integrasi kedua atau lebih tepat disebut dengan
integrasi atas wilayah Hindia Belanda baru sepenuhnya dicapai pada awal abad
XX dengan wilayah yang terentang dari Sabang sampai Merauke. Pemerintah
kolonial mampu membangun integrasi wilayah juga dengan menguasai maritim,
sedang integrasi vertikal antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dibina
melalui jaringan birokrasi kolonial yang terdiri dari ambtenaar-ambtenaar
(pegawai) Belanda dan pribumi yang tidak memiliki jaringan dengan massa
rakyat. Dengan kata lain pemerintah tidak memiliki dukungan massa yang berarti.
Integrasi model kolonial ini tidak mampu menyatukan segenap keragaman bangsa
Indonesia tetapi hanya untuk maksud menciptakan kesetiaan tunggal pada
penguasa colonial.
Model integrasi nasional Indonesia Model integrasi ketiga ini merupakan proses
berintegrasinya bangsa Indonesia sejak bernegara merdeka tahun 1945. Meskipun
sebelumnya ada integrasi kolonial, namun integrasi model ketiga ini berbeda
dengan model kedua. Integrasi model kedua lebih dimaksudkan agar rakyat
jajahan (Hindia Belanda) mendukung pemerintahan kolonial melalui penguatan
birokrasi kolonial dan penguasaan wilayah. Integrasi model ketiga dimaksudkan
untuk membentuk kesatuan yang baru yakni bangsa Indonesia yang merdeka,
memiliki semangat kebangsaan (nasionalisme) yang baru atau kesadaran
kebangsaan yang baru. Model integrasi nasional ini diawali dengan tumbuhnya
kesadaran berbangsa khususnya pada diri orang-orang Indonesia yang mengalami
proses pendidikan sebagai dampak dari politik etis pemerintah kolonial Belanda.
104
Mereka mendirikan organisasi-organisasi pergerakan baik yang bersifat
keagamaan, kepemudaan, kedaerahan, politik, ekonomi perdagangan dan
kelompok perempuan. Para kaum terpelajar ini mulai menyadari bahwa bangsa
mereka adalah bangsa jajahan yang harus berjuang meraih kemerdekaan jika ingin
menjadi bangsa merdeka dan sederajat dengan bangsa-bangsa lain. Mereka berasal
dari berbagai daerah dan suku bangsa yang merasa sebagai satu nasib dan
penderitaan sehingga bersatu menggalang kekuatan bersama. Misalnya, Sukarno
berasal dari Jawa, Mohammad Hatta berasal dari Sumatera, AA Maramis dari
Sulawesi, Tengku Mohammad Hasan dari Aceh.
Masa Pendobrak Pada masa tersebut semangat dan gerakan kebangsaan Indonesia
telah berhasil mendobrak belenggu penjajahan dan menghasilkan kemerdekaan.
Kemerdekaan bangsa Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.
105
Sejak saat itu bangsa Indonesia menjadi bangsa merdeka, bebas, dan sederajat
dengan bangsa lain. Nasionalisme telah mendasari bagi pembentukan negara
kebangsaan Indonesia modern.
106
Kekuatan lembaga-lembaga politik
Lembaga politik, misalnya birokrasi, juga dapat menjadi sarana pemersatu
masyarakat bangsa. Birokrasi yang satu dan padu dapat menciptakan sistem
pelayanan yang sama, baik, dan diterima oleh masyarakat yang beragam. Pada
akhirnya masyarakat bersatu dalam satu sistem pelayanan.
Ideologi nasional
Ideologi merupakan seperangkat nilai-nilai yang diterima dan disepakati.
Ideologi juga memberikan visi dan beberapa panduan bagaimana cara menuju visi
atau tujuan itu. Jika suatu masyarakat meskipun berbeda-beda tetapi menerima
satu ideologi yang sama maka memungkinkan masyarakat tersebut bersatu. Bagi
bangsa Indonesia, nilai bersama yang bisa mempersatukan masyarakat Indonesia
adalah Pancasila. Pancasila merupakan nilai sosial bersama yang bisa diterima
oleh seluruh masyarakat Indonesia. Nilai-nilai bersama tidak harus berlaku secara
nasional. Di beberapa daerah di Indonesia terdapat nilai-nilai bersama.
107
Masyarakat dapat menemukan dan menyepakati nilai-nilai fundamental yang
dapat dijadikan rujukan bersama. Jika masyarakat memiliki nilai bersama yang
disepakati maka mereka dapat bersatu, namun jika sudah tidak lagi memiliki nilai
bersama maka mudah untuk berseteru.
Masyarakat terhimpun dalam unit sosial sekaligus, memiliki “cross cutting
affiliation” sehingga menghasilkan “cross cutting loyality”. Jika masyarakat yang
berbeda-beda latar belakangnya menjadi anggota organisasi yang sama, maka
mereka dapat bersatu dan menciptakan loyalitas pada organisasi tersebut, bukan
lagi pada latar belakangnya.
Masyarakat berada di atas memiliki sifat saling ketergantungan di antara unit-unit
sosial yang terhimpun di dalamnya dalam memenuhi kebutuhan ekonomi. Apabila
masyarakat saling memiliki ketergantungan, saling membutuhkan, saling
kerjasama dalam bidang ekonomi, maka mereka akan bersatu. Namun jika ada
yang menguasai suatu usaha atau kepemilikan maka yang lain akan merasa
dirugikan dan dapat menimbulkan perseteruan.
Pendapat lain menyebutkan, integrasi bangsa dapat dilakukan dengan dua strategi
kebijakan yaitu “policy assimilasionis” dan “policy bhinneka tunggal ika”
(Sjamsudin, 1989). Strategi pertama dengan cara penghapusan sifatsifat kultural
utama dari komunitas kecil yang berbeda menjadi semacam kebudayaan nasional.
Asimilasi adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas
kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru. Apabila asimilasi ini menjadi
sebuah strategi bagi integrasi nasional, berarti bahwa negara mengintegrasikan
masyarakatnya dengan mengupayakan agar unsur-unsur budaya yang ada dalam
negara itu benar-benar melebur menjadi satu dan tidak lagi menampakkan identitas
budaya kelompok atau budaya local. Kebijakan strategi yang sebaiknya dilakukan di
Indonesia:
Memperkuat nilai Bersama
Membangun fasilitas
Menciptakan musuh Bersama
Memperkokoh lembaga politik
Membuat organisasi untuk bersama
Menciptakan ketergantungan ekonomi antar kelompok
108
Mewujudkan kepemimpinan yang kuat
Menghapuskan identitas-identitas lokal
Membaurkan antar tradisi dan budaya lokal
Menguatkan identitas nasional
Berbicara tentang keuangan negara yang sehat, tidak bisa dilepaskan dari sumber-
sumber penerimaan negara. Salah satu sumber keuangan negara adalah penerimaan
dari sektor pajak. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir Penerimaan pajak
merupakan sumber pendapatan negara yang utama. Pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara tahun 2016, pemerintah menargetkan pendapatan yang bersumber dari
penerimaan pajak adalah sebesar 1.360 triliun atau sebesar 74,63 % dari penerimaan
negara secara keseluruhan.
109
a. Dinamika Integrasi Nasional di Indonesia
Sejak kita bernegara tahun 1945, upaya membangun integrasi secara terus-
menerus dilakukan. Terdapat banyak perkembangan dan dinamika dari integrasi yang
terjadi di Indonesia. Dinamika integrasi sejalan dengan tantangan zaman waktu itu.
Dinamika itu bisa kita contohkan peristiswa integrasi berdasar 5 (lima) jenis
integrasi sebagai berikut:
Integrasi bangsa Tanggal 15 Agustus 2005 melalui MoU (Memorandum of
Understanding) di Vantaa, Helsinki, Finlandia, pemerintah Indonesia berhasil
secara damai mengajak Gerakan Aceh Merdeka (GAM) untuk kembali bergabung
dan setia memegang teguh kedaulatan bersama Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Proses ini telah berhasil menyelesaikan kasus disintegrasi yang
terjadi di Aceh sejak tahun 1975 sampai 2005.
Integrasi nilai Nilai apa yang bagi bangsa Indonesia merupakan nilai integratif?
Jawabnya adalah Pancasila. Pengalaman mengembangkan Pancasila sebagai nilai
integratif terus-menerus dilakukan, misalnya, melalui kegiatan pendidikan
Pancasila baik dengan mata kuliah di perguruan tinggi dan mata pelajaran di
sekolah. Melalui kurikulum 1975, mulai diberikannya mata pelajaran Pendidikan
Moral Pancasila (PMP) di sekolah. Saat ini, melalui kurikulum 2013 terdapat mata
pelajaran PPKn. Melalui pelajaran ini, Pancasila sebagai nilai bersama dan
sebagai dasar filsafat negara disampaikan kepada generasi muda.
110
ke daerah, temu kader PKK, dan kotak pos presiden. Kegiatan yang sifatnya
mendekatkan elit dan massa akan menguatkan dimensi vertikal integrasi nasional.
Berikut ini contoh peristiwa yang terkait dengan dinamika integrasi elit massa.
Terkait dengan dimensi horizontal ini, salah satu persoalan yang dialami oleh
negara-negara berkembang termasuk Indonesia dalam mewujudkan integrasi nasional
111
adalah masalah primordialisme yang masih kuat. Titik pusat goncangan primordial
biasanya berkisar pada beberapa hal, yaitu masalah hubungan darah (kesukuan), jenis
bangsa (ras), bahasa, daerah, agama, dan kebiasaan.
Terkait dengan dimensi vertikal, tantangan yang ada adalah kesediaan para
pemimpin untuk terus menerus bersedia berhubungan dengan rakyatnya. Pemimpin
mau mendengar keluhan rakyat, mau turun kebawah, dan dekat dengan kelompok-
kelompok yang merasa dipinggirkan.
Tantangan dari dimensi vertikal dan horizontal dalam integrasi nasional Indonesia
tersebut semakin tampak setelah memasuki era reformasi tahun 1998. Konflik
horizontal maupun vertikal sering terjadi bersamaan dengan melemahnya otoritas
pemerintahan di pusat. Kebebasan yang digulirkan pada era reformasi sebagai bagian
dari proses demokratisasi telah banyak disalahgunakan oleh kelompok-kelompok
dalam masyarakat untuk bertindak seenaknya sendiri. Tindakan ini kemudian
memunculkan adanya gesekan-gesekan antar kelompok dalam masyarakat dan
memicu terjadinya konflik atau kerusuhan antar kelompok. Bersamaan dengan itu
demonstrasi menentang kebijakan pemerintah juga banyak terjadi, bahkan seringkali
demonstrasi itu diikuti oleh tindakan-tindakan anarkis.
112
melayani dan memuaskan seluruh warga masyarakat, tetapi setidak- tidaknya
kebijakan pemerintah hendaknya dapat melayani keinginan dan harapan sebagian
besar warga masyarakat.
Di era globalisasi, tantangan itu ditambah oleh adanya tarikan global di mana
keberadaan negara-bangsa sering dirasa terlalu sempit untuk mewadahi tuntutan dan
kecenderungan global. Dengan demikian keberadaan negara berada dalam dua tarikan
sekaligus, yaitu tarikan dari luar berupa globalisasi yang cenderung mangabaikan
batas-batas negarabangsa, dan tarikan dari dalam berupa kecenderungan menguatnya
ikatanikatan yang sempit seperti ikatan etnis, kesukuan, atau kedaerahan. Di situlah
nasionalisme dan keberadaan negara nasional mengalami tantangan yang semakin
berat.
113
Di sisi lain, banyak pula potensi sumber daya yang dimiliki oleh negara di mana
semestinya dapat digunakan untuk melaksanakan pembangunan bagi kesejahteraan
masyarakatakhirnyaharus dikorbankan untuk menyelesaikan konflik tersebut. Dengan
demikian negara yang senantiasa diwarnai dengan konflik di dalamnya akan sulit untuk
mewujudkan kemajuan.
Kesimpulan:
Integrasi nasional berasal dari kata integrasi dan nasional. Integrasi berarti
memberi tempat dalam suatu keseluruhan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
integrasi berarti pembauran hingga menjadi kesatuan yang bulat dan utuh. Kata
nasional berasal dari kata nation (Inggris) yang berarti bangsa sebagai persekutuan
hidup manusia.
114
3. Kekuatan lembaga–lembaga politik,
4. Ideologi Nasional, dan
5. Kesempatan pembangunan ekonomi. Integrasi bangsa diperlukan guna membangkitkan
kesadaran akan identitas bersama, menguatkan identitas nasional, dan membangun
persatuan bangsa.
Pendahuluan:
Konstitusi adalah seperangkat aturan atau hukum yang berisi ketentuan tentang
bagaimana pemerintah diatur dan dijalankan. Oleh karena aturan atau hukum yang
terdapat dalam konstitusi itu mengatur hal-hal yang amat mendasar dari suatu negara,
maka konstitusi dikatakan pula sebagai hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam
penyelenggaraan suatu negara.
Pembahasan:
Konstitusi berfungsi:
1. Membatasi atau mengendalikan kekuasaan penguasa agar dalam menjalankan
kekuasaannya tidak sewenang-wenang terhadap rakyatnya;
2. Memberi suatu rangka dasar hukum bagi perubahan masyarakat yang dicita-citakan tahap
berikutnya;
3. Dijadikan landasan penyelenggaraan negara menurut suatu sistem ketatanegaraantertentu
yang dijunjung tinggi oleh semua warga negaranya;
4. Menjamin hak-hak asasi warga negara.
115
Struycken dalam bukunya “Het Staatsrecht van Het Koninkrijk der Nederlander”
menyatakan bahwa Undang-undang Dasar sebagai konstitusi tertulis merupakan
dokumen formal yang berisikan:
1. Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang lampau.
2. Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa.
3. Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan baik untuk waktu sekarang
maupun untuk waktu yang akan datang.
1. Menggali Sumber Historis, dan Politik tentang Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa-
Negara Indonesia
Menurut Thomas Hobbes (1588-1879), manusia pada “status naturalis” bagaikan
serigala. Hingga timbul adagium homo homini lupus (man is a wolf to [his fellow] man),
artinya yang kuat mengalahkan yang lemah. Lalu timbul pandangan bellum omnium
contra omnes (perang semua lawan semua). Hidup dalam suasana demikian pada
akhirnya menyadarkan manusia untuk membuat perjanjian antara sesama manusia, yang
dikenal dengan istilah factum unionis. Dari pandangan ini, kita akan dapat memahami,
mengapa manusia dalam bernegara membutuhkan konstitusi.
a. Seorang ahli konstitusi berkebangsaan Jepang Naoki Kobayashi mengemukakan
bahwa undang-undang dasar membatasi dan mengendalikan kekuasaan politik untuk
menjamin hak-hak rakyat. Melalui fungsi ini undang undang dasar dapat memberi
sumbangan kepada perkembangan dan pembinaan tatanan politik yang demokratis
(Riyanto, 2009).
b. Konstitusi juga diperlukan untuk membagi kekuasaan dalam negara. Pandangan ini
didasarkan pada fungsi konstitusi yang salah satu di antaranya adalah membagi
kekuasaan dalam negara (Kusnardi dan Ibrahim, 1988).
116
c. Konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis yang lazim disebut Undang-Undang
Dasar, dan dapat pula tidak tertulis. Tidak semua negara memiliki konstitusi tertulis
atau Undang-Undang Dasar.
Konstitusi mempunyai dua macam pengertian, yaitu konstitusi dalam arti sempit dan
konstitusi dalam arti luas.
a. Dalam arti sempit, konstitusi merupakan suatu dokumen atau seperangkat dokumen
yang berisi aturan-aturan dasar untuk menyelenggarakan negara.
b. Dalam arti luas, konstitusi merupakan peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis,
yang menentukan bagaimana lembaga negara dibentuk dan dijalankan.
Pada awal era reformasi (pertengahan 1998), muncul berbagai tuntutan reformasi di
masyarakat. Beberapa tuntutan reformasi itu adalah:
a. Mengamandemen UUD NRI 1945,
b. Menghapuskan doktrin Dwi Fungsi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia,
c. Menegakkan supremasi hukum, penghormatan hak asasi manusia (HAM), serta
pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN),
d. Melakukan desentralisasi dan hubungan yang adil antara pusat dan daerah,
e. Mewujudkan kebebasan pers,
f. Mewujudkan kehidupan demokrasi.
Adanya tuntutan tersebut didasarkan pada pandangan bahwa UUD NRI 1945 belum
cukup memuat landasan bagi kehidupan yang demokratis, pemberdayaan rakyat,
dan penghormatan HAM. Di samping itu, dalam tubuh UUD NRI 1945 terdapat pasal-
pasal yang menimbulkan penafsiran beragam, atau lebih dari satu tafsir (multitafsir) dan
membuka peluang bagi penyelenggaraan negara yang otoriter, sentralistik, tertutup, dan
berpotensi tumbuhnya praktik korupsi kolusi, dan nepotisme (KKN).
117
kewenangannya yang diatur dalam Pasal 37 UUD NRI 1945 melakukan perubahan secara
bertahap dan sistematis dalam empat kali perubahan, yakni:
a. Perubahan Pertama, pada Sidang Umum MPR 1999.
b. Perubahan Kedua, pada Sidang Tahunan MPR 2000.
c. Perubahan Ketiga, pada Sidang Tahunan MPR 2001.
d. Perubahan Keempat, pada Sidang Tahunan MPR 2002.
Proses perubahan UUD NRI 1945 yang dilakukan oleh MPR dapat digambarkan
sebagai berikut: perubahan yang dilakukan dimaksudkan guna menyesuaikan dengan
tuntutan dan tantangan yang dihadapi saat itu. Persoalan bangsa dan tantangan yang
dihadapi saat itu tentunya berbeda dengan masa awal reformasi.
Setelah disahkannya Perubahan Keempat UUD NRI 1945 pada Sidang Tahunan
MPR 2002, agenda reformasi konstitusi Indonesia untuk kurun waktu sekarang ini
dipandang telah tuntas. Perubahan UUD NRI 1945 yang berhasil dilakukan mencakup
21 bab, 72 pasal, 170 ayat, 3 pasal Aturan Peralihan, dan 2 pasal Aturan Tambahan.
Ada enam pasal yang tidak mengalami perubahan, yaitu Pasal 4, Pasal 10, Pasal 12,
Pasal 25, Pasal 29, dan Pasal 35. Berikut isi UUD NRI 1945 sebelum dan sesudah
perubahan:
118
UUD NRI 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia memiliki kedudukan sebagai
hukum tertinggi dan hukum dasar negara. Sebagai hukum tertinggi negara, UUD NRI
1945 menduduki posisi paling tinggi dalam jenjang norma hukum di Indonesia.
Sebagai hukum dasar, UUD NRI 1945 merupakan sumber hukum bagi pembentukan
peraturan perundang-undangan dibawahnya.
Sebagai hukum dasar dan hukum tertinggi negara, maka peraturan perundangan di
bawah UUD NRI 1945, isinya bersumber dan tidak boleh bertentangan dengannya.
Misal isi norma suatu pasal dalam undang-undang, tidak boleh bertentangan dengan
UUD NRI. Dengan demikian UUD NRI 1945 sebagai konstitusi negara menjadi batu
uji apakah isi peraturan dibawahnya bertentangan atau tidak.
119
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-
undang”. Berdasarkan hal di atas, disusunlah undang-undang pelaksanaanya,
yakni Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
a. Dalam sistem hukum di Indonesia, lembaga negara yang berwenang menguji
konstitusionalitas undang-undang terhadap UUD NRI 1945 adalah Mahkamah
Konstitusi.
b. Pengujian konstitusionalitas undang-undang adalah pengujian mengenai nilai
konstitusionalitas undang undang itu baik dari segi formal ataupun material terhadap
UUD.
c. Uji material menyangkut pengujian UU yang berkenaan dengan materi muatan dalam
ayat, pasal, dan/atau bagian UU yang dianggap bertentangan dengan UUD NRI 1945.
d. Uji formal menyangkut pengujian UU yang berkenaan dengan proses pembentukan
UU dan hal-hal lain yang tidak termasuk pengujian material.
e. Warga negara baik secara perseorangan atau kelompok dapat mengajukan pengujian
konstitusionalitas suatu undang-undang yang dianggap bertentangan dengan UUD
NRI 1945 ke Mahkamah Konstitusi.
Pendahuluan:
Hak dan kewajiban merupakan suatu hal yang terikat satu sama lain, sehigga
dalam praktik harus dijalankan dengan seimbang. Hak merupakan segala sesuatu yang
pantas dan mutlak untuk didapatkan individu sebagai anggota warga Negara sejak
masih berada dalam kandungan, sedangkan kewajiban merupakan suatu keharusan
atau kewajiban bagi individu dalam melaksanakan peran sebagai anggota warga
Negara guna mendapat pengakuan akan hak yang sesuai dengan pelaksanaan
kewajiban tersebut. Jika hak dan kewajiban tidak berjalan secara seimbang dalam
praktik kehidupan, maka akan terjadi suatu ketimbangan yang akan menimbulkan
120
gejolak masyarakat dalam pelaksanaan kehidupan individu baik dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara.
Hak dan kewajiban warga negara merupakan wujud dari hubungan yang terbentuk
antara warga negara dan negara itu sendiri. Jadi sifat hak dan kewajiban itu adalah
bersifat timbal balik (resiprokalitas). Maksudnya adalah, bahwa warga negara
memiliki hak dan kewajiban terhadap negara, sebaliknya pula negara memiliki hak
dan kewajiban terhadap warga negara. Masalah pokok antara negara dengan warga
negara adalah masalah hak dan kewajiban. Setiap warga negara diberikan kebebasan
oleh negara dalam hak dan kewajiban semua sama. Berbicara hak dan kewajiban
negara kembali ke warga negara tersebut. Karena hubungan antara negra dengan wrga
negara sangat kuat hal itu bisa dilihat dari sila ke-4 pancasila bahwa kewajiban bangsa
indonesia berlandaskan pada kedaulatan rakyat.
Meningkatkan rasa kesadaran bersama akan tanggung jawab kita terhadap hak dan
kewajiban negara menjadi masalah utama. Warga negara memiliki hak, karena
ketidaksadaran maka hak tadi disalahgunakan orang lain. Begitu juga dengan
kewajiban seseorang terhapa negara, namun karena ketidaksadaran warga negara akan
tugas dan kewajibannya maka hak yang semestinya menjadi hak milik orang lain
dilanggar dan diabaikan.
Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu dengan cara
mengetahui posisi diri kita sendiri. Sebagai seorang warga negara harus tahu hak dan
kewajibannya. Hak dan kewajiban di Indonesia ini tidak akan pernah seimbang.
Apabila masyarakat tidak bergerak untuk merubahnya. Karena para pejabat tidak akan
pernah merubahnya, walaupun rakyat banyak menderita karena hal ini. Mereka lebih
memikirkan bagaimana mendapatkan materi daripada memikirkan rakyat, sampai saat
ini masih banyak rakyat yang belum mendapatkan haknya. Oleh karena itu, kita
sebagai warga negara yang berdemokrasi harus bangun dari mimpi kita yang buruk ini
dan merubahnya untuk mendapatkan hak-hak dan tak lupa melaksanakan kewajiban
kita sebagai rakyat Indonesia.
121
undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Namun secara filosofis tetap
menunjukkan adanya pandangan bangsa Indonesia bahwa hak asasi tidak dapat
berjalan tanpa dibarengi kewajiban asasi. Dalam hal ini, Indonesia menganut paham
harmoni antara kewajiban dan hak maupun sebaliknya.
Hak dan kewajiban antara warga negara dan negara Indonesia mengalami
dinamika, terbukti adanya perubahan-perubahan isi pasal-pasal yang terdapat dalam
undang-undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang melaui proses
amandemen undang-undang dan juga perubahan undang-undang yang menyertainya.
Semua hal itu dilakukan untuk menyesuaikan hak dan kewajiban warga negara dan
negara Indonesia sesuai jamannya. Jika tidak dilakukannya hal tersebut, akan terjadi
ketidakpuasan antara warga negara dengan negaranya karena tidak mendapatkannya
apa yang warganya inginkan di jamannya.
Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam batas-batas tertentu telah dipahami
orang, akan tetapi karena setiap orang melakukan akitivitas yang beraneka ragam
dalam kehidupan kenegaraan, maka apa yang menjadi hak dan kewajibannya
seringkali terlupakan. Hak dan kewajiban warga negara dan hak asasi manusia dewasa
ini menjadi amat penting untuk dikaji lebih mendalam mengingat negara kita sedang
menumbuhkan kehidupan demokrasi. Berikut akan diulas harmoni kewajiban dan hak
negara dan negara dalam demokrasi berdasarkan sistem yang berlaku di negara
Indonesia.
Pembahasan:
1. Menelusuri Konsep dan Urgensi Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan Warga Negara
Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima
atau dilakukan oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain mana pun juga yang
pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya. Wajib adalah beban untuk
memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan oleh pihak tertentu tidak
dapat oleh pihak lain mana pun yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh
yang berkepentingan. Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipis
1ahkan. Menurut “teori korelasi” yang dianut oleh pengikut utilitarianisme, ada hubungan
timbal balik antara hak dan kewajiban. Menurut mereka, setiap kewajiban seseorang
berkaitan dengan hak orang lain, dan begitu pula sebaliknya. Mereka berpendapat bahwa
122
kita baru dapat berbicara tentang hak dalam arti sesungguhnya, jika ada korelasi itu, hak
yang tidak ada kewajiban yang sesuai dengannya tidak pantas disebut hak.
Hak dan kewajiban warga negara dan Negara Kesatuan Republik Indonesia diatur
dalam undang-undang dasar Negara Republik Indonesia yang dimulai dari pasal 27
sampai pasal 34, yang isi pasal tersebut terdapat hak asasi manusia dan kewajiban dasar
manusia. Pengaturan akan hak dan kewajiban tersebut bersifat garis besar yang
penjabarannya dituangkan dalam suatu undang-undang.
2. Alasan Diperlukan Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan Warga Negara
Hak dan kewajiban warga negara dan hak asasi manusia dewasa ini menjadi amat
penting untuk di kaji mendalam mengingat negara kita sedang menumbuhkan kehidupan
demokrasi. Betapa tidak, di satu pihak implementasi hak dan kewajiban menjadi salah
satu indikator keberhasilan tumbuhnya kehidupan demokrasi. Di lain pihak hanya dalam
suatu negara yang menjalankan sistem pemerintah demokrasi, hak asasi manusia maupun
hak dan kewajiban warga negara dapat terjamin. Pengaturan hak asasi manusia maupun
hak dan kewajiban warga negara secara lebih operasional kedalam berbagai peraturan
perundang-undang sangat bermanfaat. Pengaturan demikian itu akan menjadi acuan bagi
penyelenggaraan negara agar terhindar dari tindakan sewenang-wenang ketika
mengoptimalkan tugas kenegaraan. Sedangkan bagi masyarakat atau warga negara hal itu
merupakan pegangangan atau pedoman dalam mengaktualisasikan hak-haknya dengan
penuh rasa tanggung jawab (Handayani, 2015: 2-3).
Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi
terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa setiap warga
Negara memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang layak, tetapi
pada kenyataannya banyak warga Negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam
menjalani kehidupannya. Semua itu terjadi karena pemerintah dan para pejabat tinggi
lebih banyak mendahulukan hak dari pada kewajiban. Padahal menjadi seorang pejabat
itu tidak cukup hanya memiliki pangkat akan tetapi mereka berkewajiban untuk
memikirkan diri sendiri. Jika keadaannya seperti ini, maka tidak ada keseimbangan antara
hak dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada akan terjadi kesenjangan social yang
berkepanjangan.
123
Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, dengan cara mengetahui
posisi diri kita sendiri. Sebagai seorang warga Negara harus tau hak dan kewajibannya.
Seprti yang sudah tercantum dalam hukum dan aturan-aturan yang berlaku. Jika hak dan
kewajiban seimbang dan terpenuhi, maka kehidupan masyarakat akan aman sejahtera.
Hak dan kewajiban di Indonesia ini tidak akan pernah seimbang, apabila masyarakat tidak
bergerak untuk merubahnya. Oleh karena itu, diperlukannya harmoni kewajiban dan hak
Negara dan warga Negara agar terciptanya kehidupan bernegara yang harmonis dan
berkesinambungan antara kepentingan rakyat dalam pemenuhan hak dan kewajibannya
oleh Negara.
3. Sumber Historis, Sosiologis, Politik Tentang Harmoni Kewajiban dan Hak Warga Negara
Indonesia
a. Sumber Historis
Secara historis perjuangan menegakkan hak asasi manusia terjadi di dunia Barat
(Eropa). Adalah John Locke, seorang filsuf Inggris pada abad ke-17, yang pertama
kali merumuskan adanya hak alamiah (natural rights) yang melekat pada setiap diri
manusia, yaitu hak atas hidup, hak kebebasan, dan hak milik. Perkembangan
selanjutnya ditandai adanya tiga peristiwa penting di dunia Barat, yaitu:
Magna Chartha (1215)
Piagam perjanjian antara Raja John dari Inggris dengan para bangsawan.
Isinya adalah pemberian jaminan beberapa hak oleh raja kepada para bangsawan
beserta keturunannya, seperti hak untuk tidak dipenjarakan tanpa adanya
pemeriksaan pengadilan. Jaminan itu diberikan sebagai balasan atas bantuan biaya
pemerintahan yang telah diberikan oleh para bangsawan. Sejak saat itu, jaminan
hak tersebut berkembang dan menjadi bagian dari sistem konstitusional Inggris.
124
Revolusi Prancis adalah bentuk perlawanan rakyat Prancis kepada rajanya
sendiri (Louis XVI) yang telah bertindak sewenang-wenang dan absolut.
Declaration des droits de I’homme et du citoyen (Pernyataan Hak-Hak Manusia
dan Warga Negara) dihasilkan oleh Revolusi Prancis. Pernyataan ini memuat tiga
hal: hak atas kebebasan (liberty), kesamaan (egality), dan persaudaraan
(fraternite).
b. Sumber Sosiologis
Suatu kenyataan yang memprihatinkan bahwa setelah tumbangnya struktur
kekuasaan “otokrasi” yang dimainkan Rezim Orde Baru ternyata bukan demokrasi
yang kita peroleh melainkan oligarki di mana kekuasaan terpusat pada sekelompok
kecil elit, sementara sebagian besar rakyat (demos) tetap jauh dari sumber-sumber
kekuasaan (wewenang, uang, hukum, informasi, pendidikan, dan sebagainya).
Sumber terjadinya berbagai gejolak dalam masyarakat kita saat ini adalah akibat
munculnya kebencian sosial budaya terselubung (sociocultural animosity). Gejala ini
125
muncul dan semakin menjadi-jadi pasca runtuhnya rezim Orde Baru. Ketika rezim
Orde Baru berhasil dilengserkan, pola konflik di Indonesia ternyata bukan hanya
terjadi antara pendukung fanatik Orde Baru dengan pendukung Reformasi, tetapi
justru meluas menjadi konflik antarsuku, antarumat beragama, kelas sosial, kampung,
dan sebagainya. Sifatnya pun bukan vertikal antara kelas atas dengan kelas bawah
tetapi justru lebih sering horizontal, antarsesama rakyat kecil, 128 sehingga konflik
yang terjadi bukan konflik yang korektif tetapi destruktif (bukan fungsional tetapi
disfungsional), sehingga kita menjadi sebuah bangsa yang menghancurkan dirinya
sendiri (self destroying nation).
Ciri lain dari konflik yang terjadi di Indonesia adalah bukan hanya yang bersifat
terbuka (manifest conflict) tetapi yang lebih berbahaya lagi adalah konflik yang
tersembunyi (latent conflict) antara berbagai golongan. Socio-cultural animosity
adalah suatu kebencian sosial budaya yang bersumber dari perbedaan ciri budaya dan
perbedaan nasib yang diberikan oleh sejarah masa lalu, sehingga terkandung unsur
keinginan balas dendam. Konflik terselubung ini bersifat laten karena terdapat
mekanisme sosialisasi kebencian yang berlangsung di hampir seluruh pranata sosial di
masyarakat (mulai dari keluarga, sekolah, kampung, tempat ibadah, media massa,
organisasi massa, organisasi politik, dan sebagainya).
c. Sumber Politik
Sumber politik yang mendasari dinamika kewajiban dan hak negara dan warga
negara Indonesia adalah proses dan hasil perubahan UUD NRI 1945 yang terjadi pada
era reformasi. Pada awal era reformasi (pertengahan 1998), muncul berbagai tuntutan
reformasi di masyarakat, yaitu:
Mengamandemen UUD NRI 1945
Penghapusan doktrin Dwi Fungsi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
(ABRI)
Menegakkan supremasi hukum, penghormatan hak asasi manusia (HAM), serta
pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN)
Melakukan desentralisasi dan hubungan yang adil antara pusat dan daerah
Otonomi daerah
Mewujudkan kebebasan pers
126
Mewujudkan kehidupan demokrasi
Adanya tuntutan tersebut didasarkan pada pandangan bahwa UUD NRI 1945
belum cukup memuat landasan bagi kehidupan yang demokratis, pemberdayaan
rakyat, dan penghormatan HAM. Di samping itu, dalam tubuh UUD NRI 1945
terdapat pasal-pasal yang menimbulkan penafsiran beragam, atau lebih dari satu tafsir
(multitafsir) dan membuka peluang bagi penyelenggaraan negara yang otoriter,
sentralistik, tertutup, berpotensi tumbuhnya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme
(KKN). Penyelenggaraan negara yang demikian itulah yang menyebabkan timbulnya
kemerosotan kehidupan nasional. Salah satu bukti tentang hal itu adalah terjadinya
krisis dalam berbagai bidang kehidupan (krisis multidimensional).
Tuntutan perubahan UUD NRI 1945 merupakan suatu terobosan yang sangat
besar. Dikatakan terobosan yang sangat besar karena pada era sebelumnya tidak
dikehendaki adanya perubahan tersebut. Sikap politik 130 pemerintah yang diperkuat
oleh MPR berkehendak untuk tidak mengubah UUD NRI 1945. Apabila muncul juga
kehendak mengubah UUD NRI 1945, terlebih dahulu harus dilakukan referendum
(meminta pendapat rakyat) dengan persyaratan yang sangat ketat.
Karena persyaratannya yang sangat ketat itulah maka kecil kemungkinan untuk
berhasil melakukan perubahan UUD NRI 1945. Dalam perkembangannya, tuntutan
perubahan UUD NRI 1945 menjadi kebutuhan bersama bangsa Indonesia.
Berdasarkan hal itu MPR hasil Pemilu 1999, sesuai dengan kewenangannya yang
diatur dalam Pasal 3 dan Pasal 37 UUD NRI 1945 melakukan perubahan secara
bertahap dan sistematis dalam empat kali perubahan, yaitu:
Perubahan Pertama, pada Sidang Umum MPR 1999
Perubahan Kedua, pada Sidang Tahunan MPR 2000
Perubahan Ketiga, pada Sidang Tahunan MPR 2001
Perubahan Keempat, pada Sidang Tahunan MPR 2002
Dari empat kali perubahan tesebut dihasilkan berbagai aturan dasar yang baru,
termasuk ihwal hak dan kewajiban asasi manusia yang diatur dalam pasal 28 A
sampai dengan 28 J.
127
4. Argumen Tentang Dinamika dan Tantangan Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan
Warga Negara
Aturan dasar ihwal kewajiban dan hak negara dan warga negara setelah Perubahan
UUD NRI 1945 mengalami dinamika yang luar biasa. Berikut disajikan bentuk-bentuk
perubahan aturan dasar dalam UUD NRI 1945 sebelum dan sesudah Amandemen
tersebut.
a. Aturan Dasar Ihwal Pendidikan dan Kebudayaan, Serta Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
Ketentuan mengenai hak warga negara di bidang pendidikan semula diatur dalam
Pasal 31 Ayat (1) UUD NRI 1945. Setelah perubahan UUD NRI 1945, ketentuannya
tetap diatur dalam Pasal 31 Ayat (1) UUD NRI 1945, namun 131 dengan perubahan.
Perhatikanlah rumusan naskah asli dan rumusan perubahannya berikut ini. Rumusan
naskah asli Pasal 31, (1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.
Rumusan perubahan Pasal 31, (1) Setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan.
Perubahan UUD NRI Tahun 1945 juga memasukkan ketentuan baru tentang
upaya pemerintah dalam memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi. Rumusannya
terdapat dalam Pasal 31 Ayat (5) UUD NRI Tahun 1945: “Pemerintah memajukan
ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan
persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia”.
Perubahan dunia itu pada kenyataannya berlangsung sangat cepat serta dapat
mengancam identitas bangsa dan negara Indonesia. Kita menyadari pula bahwa
budaya kita bukan budaya yang tertutup, sehingga masih terbuka untuk dapat ditinjau
kembali dan dikembangkan sesuai kebutuhan dan kemajuan zaman. Menutup diri
pada era global berarti menutup.kesempatan berkembang. Sebaliknya kita juga tidak
boleh hanyut terbawa arus globalisasi. Karena jika hanyut dalam arus globalisasi akan
kehilangan jati diri kita. Jadi, strategi kebudayaan nasional Indonesia yang kita
pilih.adalah sebagai berikut:
Menerima sepenuhnya: unsur-unsur budaya asing yang sesuai dengan kepribadian
bangsa;
128
Menolak sepenuhnya: unsur-unsur budaya asing yang tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa;
Menerima secara selektif: unsur budaya asing yang belum jelas apakah sesuai atau
bertentangan dengan kepribadian bangsa.
Adapun ketentuan baru yang tercantum dalam Pasal 33 Ayat (4) UUD NRI 1945
menegaskan tentang prinsip-prinsip perekonomian nasional yang perlu dicantumkan
guna melengkapi ketentuan dalam Pasal 33 Ayat (1), (2), dan (3) UUD NRI 1945.
Mari kita bicarakan terlebih dahulu mengenai ketentuan-ketentuan mengenai
perekonomian nasional yang sudah ada sebelum perubahan UUD NRI 1945.
Sebelum diubah Pasal 34 UUD NRI 1945 ditetapkan tanpa ayat. Setelah dilakukan
perubahan UUD NRI 1945 maka Pasal 34 memiliki 4 ayat. Perubahan ini didasarkan
pada kebutuhan meningkatkan jaminan konstitusional yang mengatur kewajiban
negara di bidang kesejahteraan sosial. Adapun ketentuan mengenai kesejahteraan
sosial yang jauh lebih lengkap dibandingkan dengan sebelumnya merupakan bagian
129
dari upaya mewujudkan Indonesia sebagai negara kesejahteraan (welfare state),
sehingga rakyat dapat hidup sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaannya.
Pasal 30 Ayat (2) UUD NRI 1945 menegaskan sebagai berikut: “Usaha
pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia, sebagai komponen utama, dan rakyat, sebagai kekuatan
pendukung”. Dipilihnya sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta
(Sishankamrata) dilatarbelakangi oleh pengalaman sejarah bangsa Indonesia sendiri.
Dengan dasar pengalaman sejarah tersebut maka sistem pertahanan dan keamanan
rakyat semesta tersebut dimasukkan ke dalam ketentuan UUD NRI Tahun 1945.
Tahukah Anda apa maksud upaya tersebut? Jawabannya adalah untuk lebih
mengukuhkan keberadaan sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta tersebut.
Di samping itu juga kedudukan rakyat dan TNI serta Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri) dalam usaha pertahanan dan keamanan negara makin dikukuhkan.
Dalam hal ini kedudukan rakyat adalah sebagai kekuatan pendukung, sedang TNI dan
Polri sebagai kekuatan utama. Sistem ini menjadi salah satu ciri khas sistem
pertahanan dan keamanan Indonesia yang bersifat semesta, yang melibatkan seluruh
potensi rakyat warga negara, wilayah, sumber daya nasional, secara aktif, terpadu,
terarah, dan berkelanjutan.
130
warganegara yang diatur dalam UUD NRI 1945 hanya berkutat pada pasal 27, 28, 29,
30, 31, 32, 33, dan 34, setelah Amandemen keempat UUD NRI 1945 aturan dasar
mengenai hal tersebut diatur tersendiri di bawah judul Hak Asasi Manusia (HAM). Di
samping mengatur perihal hak asasi manusia, diatur juga ihwal kewajiban asasi
manusia.
5. Esensi dan Urgensi Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan Warga Negara
UUD NRI Tahun 1945 tidak hanya memuat aturan dasar ihwal kewajiban dan hak
negara melainkan juga kewajiban dan hak warga negara. Dengan demikian terdapat
harmoni kewajiban dan hak negara di satu pihak dengan kewajiban dan hak warga negara
di pihak lain. Esensi dan urgensi harmoni kewajiban dan hak Negara dan warga Negara
dapat dipahami dengan menggunakan pendekatan kebutuhan warga Negara yang
meliputi:
a. Agama
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang religius. Kepercayaan bangsa kita
kepada Tuhan Yang Maha Esa telah ada semenjak zaman prasejarah, sebelum
datangnya pengaruh agama-agama besar ke tanah air kita. Karena itu dalam
perkembangannya, bangsa kita mudah menerima penyebaran agama-agama besar itu.
Rakyat bangsa kita menganut berbagai agama berdasarkan kitab suci yang
diyakininya. Undang-Undang Dasar merupakan dokumen hukum yang mewujudkan
cita-cita bersama setiap rakyat Indonesia. Dalam hal ini cita-cita bersama untuk
mewujudkan kehidupan beragama juga merupakan bagian yang diatur dalam UUD.
Ketentuan mengenai agama diatur dalam UUD NRI 1945 Pasal 29.
131
Jika kita melihat fungsi-fungsi negara (function of the state) dalam lingkup
pembangunan negara (state-building) cakupannya meliputi hal-hal berikut ini:
Fungsi minimal: melengkapi sarana dan prasarana umum yang memadai, seperti
pertahanan dan keamanan, hukum, kesehatan, dan keadilan.
Fungsi madya: menangani masalah-masalah eksternalitas, seperti pendidikan,
lingkungan, dan monopoli.
Fungsi aktivis: menetapkan kebijakan industrial dan redistribusi kekayaan.
132
d. Pertahanan dan Keamanan
Berdasarkan aturan dasar ihwal pertahanan dan keamanan Negara Pasal 30 Ayat
(2) UUD NRI Tahun 1945 bahwa usaha pertahanan dan keamanan negara
dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta
(Sishankamrata) oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia (Polri), sebagai komponen utama, dan rakyat, sebagai kekuatan
pendukung. Dengan demikian tampak bahwa komponen utama dalam Sishankamrata
adalah TNI dan Polri. Mengenai adanya ketentuan dalam Pasal 30 Ayat (5) UUD NRI
1945 yang menyatakan bahwa kedudukan dan susunan TNI dan Polri lebih lanjut
diatur dengan undang-undang, merupakan dasar hukum bagi DPR dan presiden untuk
membentuk undang-undang. Pengaturan dengan undang-undang mengenai pertahanan
dan keamanan negara merupakan konsekuensi logis dari prinsip yang menempatkan
urusan pertahanan dan keamanan sebagai kepentingan rakyat.
Keamanan nasional suatu negara salah satu evolusi di era modern saat ini adalah
dimana sekala ancaman tidak hanya ditargetkan pada sistem semata namun dapat
menargetkan infrastruktur kritis suatu negara. Oleh sebab itu, untuk menanggapi
ancaman maka suatu negara membutuhkan pengolahan keamanan melalui regulasi
kebijakan di bidang pertahanan dan keamanan nasional. Dalam konteks ini, Indonesia
sebagai salah satu negara dengan tingkat populasi terbesar di dunia akan
membutuhkan pertahanan maupun keamanan baik dari segi regulasi maupun badan
khusus yang menangapi permasalahan. Dengan demikan, kebutuhan membangun
pertahanan dan keamanan nasional sangat penting dan Indonesia juga perlu belajar
dari pengalaman beberapa negara dan membutuhkan kerja sama di bidang pertahanan
dan keamanan (Yasin, 2015: 103).
Kesimpulan:
1. Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau
dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain mana pun juga yang
pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya. Wajib adalah beban untuk
memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan melulu oleh pihak tertentu
133
tidak dapat oleh pihak lain mana pun yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa
oleh yang berkepentingan.
2. Hak dan kewajiban warga negara merupakan wujud dari hubungan warga negara dengan
negara. Hak dan kewajiban bersifat timbal balik, bahwa warga negara memiliki hak dan
kewajiban terhadap negara, sebaliknya pula negara memiliki hak dan kewajiban terhadap
warga negara.
3. Hak dan kewajiban warga negara dan negara Indonesia diatur dalam UUD NRI 1945
mulai pasal 27 sampai 34, termasuk di dalamnya ada hak asasi manusia dan kewajiban
dasar manusia. Pengaturan akan hak dan kewajiban tersebut bersifat garis besar yang
penjabarannya dituangkan dalam suatu undang-undang.
4. Sekalipun aspek kewajiban asasi manusia jumlahnya lebih sedikit jika dibandingkan
dengan aspek hak asasi manusia sebagaimana tertuang dalam UUD NRI 1945, namun
secara filosofis tetap mengindikasikan adanya pandangan bangsa Indonesia bahwa hak
asasi tidak dapat berjalan tanpa dibarengi kewajiban asasi. Dalam konteks ini Indonesia
menganut paham harmoni antara kewajiban dan hak ataupun sebaliknya harmoni antara
hak dan kewajiban.
5. Hak dan kewajiban warga negara dan negara mengalami dinamika terbukti dari adanya
perubahan-perubahan dalam rumusan pasal-pasal UUD NRI 1945 melalui proses
amandemen dan juga perubahan undang-undang yang menyertainya.
6. Jaminan akan hak dan kewajiban warga negara dan negara dengan segala dinamikanya
diupayakan berdampak pada terpenuhinya keseimbangan yang harmonis antara hak dan
kewajiban negara dan warga negara.
Pendahuluan:
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan terletak diantara dua benua benua,
Asia di utara, Australia di Selatan, dan dua samudra yaitu Hindia/Indonesia di barat
dan Pasifik Timur. Dalam perspektif geopolitik, bentangan posisi geografis ini tentu
saja menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki bergaining power dan
134
bergaining position strategis dalam percaturan dan hubungan antarbangsa, baik dalam
lingkup kawasan maupun Global. Hal ini berangkat dari pemikiran bahwa ruang
merupakan inti dari geopolitik karena di sana merupakan wadah dinamika politik dan
militer.
Dalam kaitan kepentingan nasional itulah, bangsa Indonesia tentu saja harus
senantiasa mengembangkan dan memiliki kesadaran ruang (space consciousness) dan
kesadaran geografis (geographical awareness) sebagai Negara kepulauan. Hal ini
logis dan sangat mendasar mengingat, di satu sisi, posisi geografis yang strategis dan
terbuka serta mengandung keragaman potensi sumber kekayaan alam, tentu saja
merupakan peluang dan keuntungan bagi bangsa Indonesia dalam mewujudkan cita-
cita dan tujuan nasionalnya.
Namun di sisi lain, posisi geografis yang menjadi perlintasan dan pertemuan
kepentingan berbagai negara ini, mengandung pula kerawanan dan kerentanan karena
pengaruh perkembangan lingkungan strategis yang dapat berkembang menjadi
ancaman bagi ketahanan bangsa dan pertahanan Negara.
135
Dalam konteks membangun ketahanan nasional aspek pertahanan keamanan,
maka penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan teknologi merupakan cara cerdas
untuk mengantisipasi dan menghadapi ancaman militer maupun ancaman nir militer.
Terkait hal tersebut, keberadaan perguruan tinggi beserta civitas academikanya,
memiliki relevansi yang sangat strategis dalam memperkuat sistem pertahanan negara
di masa damai maupun di masa perang. Sesuai dengan kapasitas, kapabilitas dan
kompetensinya, peranserta dan partisipasi aktif perguruan tinggi semakin dibutuhkan
untuk melipatgandakan kekuatan dan kemampuan pertahanan negara dalam
menghadapi potensi ancaman
Pembahasan:
1. Geopolitik dan Geostrategi Indonesia
Dalam pidato peresmian Lemhannas RI tahun 1965, Presiden pertama RI, Ir.
Soekarno, menegaskan bahwa pertahanan nasional hanya dapat dilaksanakan secara
sempurna, bila suatu bangsa mendasarkan pertahanan nasional atas pengetahuan
geopolitik.
136
a. Wawasan Nusantara
137
akrab dan menyatu dengan perilaku geografis kepulauan indonesia sebagai ruang,
alat dan kondisi juang untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
b. Ketahanan Nasional
Peran dan hubungan diantara kedelapan gatra saling terkait dan saling tergantung
secara utuh menyeluruh membentuk tata laku masyarakat dalam kehidupan nasional.
Dalam implementasinya, ketahanan nasional diselenggarakan dengan mengutamakan
pendekatan kesejahteraan dan pendekatan keamanan yang serasi, selaras dan
seimbang.
138
Dalam perspektif Ketahanan Nasional, pertahanan negara Indonesia tidak terlepas
dari pengaruh dan dinamika kondisi yang terkait dengan delapan aspek kehidupan
nasional. Konsep keseimbangan dan saling keterkaitan antar satu gatra dengan gatra
lainnya serta sistem pertahanan negara yang bersifat kesemestaan, mencerminkan
adanya keterhubungan yang kuat antara kondisi Ketahanan Nasional dengan
Pertahanan Negara secara menyeluruh.
Sejarah mencatat bahwa setidaknya ada empat hal yang dapat menjadi perekat bangsa,
yaitu pertama, jaringan perdagangan di masa lampau. Kedua, penggunaan bahasa yang
sejak 1928 kita sebut sebagai bahasa Indonesia. Ketiga, imperium HindiaBelanda
sesudah pax neerlandica, dan keempat, pengalaman bersama hidup sebagai bangsa
Indonesia sejak 1945.
Proses pembentukan bangsa Indonesia diawali oleh keinginan untuk lepas dari
penjajahan dan ingin memiliki kehidupan yang lebih baik bebas dari penindasan dan
bebas untuk melakukan apa yang diinginkan sebagai sebuah bangsa yang dibalut dalam
rasa Nasionalisme.
Walaupun rasa “persatuan” keIndonesiaan telah bertunas lama dalam sejarah bangsa
Indonesia, namun semangat kebangsaan atau nasionalisme ke-Indonesiaan dalam arti
139
yang sesungguhnya, secara formal baru lahir pada permulaan abad ke-20. Semangat
kebangsaan tersebut lahir sebagai reaksi perlawanan terhadap kolonialisme yang telah
berlangsung berabad abad lamanya. Karena itu, nasionalisme Indonesia kontemporer
terutama berakar pada keadaan bangsa Indonesia pada abad keduapuluh, namun beberapa
dari akar-akarnya berasal dari lapisan sejarah yang jauh lebih tua (Kahin, 1970).
Dalam pidato Bung Karno (7 Mei 1953) di Universitas Indonesia, yang intinya ialah:
Pertama, nasionalisme Indonesia bukan nasionalisme sempit (chauvinism) tetapi
nasionalisme yang mencerminkan perikemanusiaan (humanisme, internasionalisme);
Kedua, kemerdekaan Indonesia tidak hanya bertujuan untuk menjadikan negara yang
berdaulat secara politik dan ekonomi, tetapi juga mengembangkan kepribadian sendiri
atau kebudayaan yang “bhinneka tunggal ika”.
b. Kesatuan Nasib
140
Bangsa Indonesia terbentuk karena memiliki persamaan nasib, yaitu penderitaan
selama masa penjajahan dan perjuangan merebut kemerdekaan secara terpisah dan
bersama-sama.
c. Kesatuan Kebudayaan
Walaupun bangsa Indonesia memiliki keragaman kebudayaan dan menganut
agama yang berbeda, namun keseluruhannya itu merupakan satu kebudayaan yang
serumpun dan mempunyai kaitan dengan agamaagama besar yang dianut bangsa
Indonesia.
d. Kesatuan Wilayah
Bangsa ini hidup dan mencari penghidupan di wilayah yang sama yaitu tumpah
darah Indonesia.
Globalisasi merupakan proses hubungan antarbangsa yang sudah terjadi sejak berabad
lalu. Proses ini berkembang dari waktu ke waktu sejalan dengan perkembangan ideologi,
politik, ekonomi dan sosial budaya. Perkembangan serta kemajuan ilmu pengetahuan
teknologi informasi dan komunikasi, telah mendorong hubungan sosial dan saling
ketergantungan antarbangsa, antarnegara dan antar manusia semakin besar.
141
Globalisasi yang didominasi oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
informasi, telah merubah pola hubungan antar bangsa dalam berbagai aspek dan
menjadikan globalisasi sebagai fenomena yang bersifat multidimensi. Negara seolah
tanpa batas, saling tergantung, dan saling terhubung antara satu negara dengan negara
lainnya.
Era reformasi yang diawali krisis moneter tahun 1998, merupakan bukti kuatnya
pengaruh globalisasi terhadap dinamika kehidupan nasional. Sejak era reformasi
digulirkan tahun 1998, dari perspektif kehidupan demokrasi, kehidupan politik nasional
mengalami kemajuan yang sangat signifikan. Kebebasan dan keterbukaan dalam
menyampaikan pendapat, menjadi ciri kehidupan masyarakat sehari – hari.
Di satu sisi, pencapaian ini tentu saja merupakan kemajuan dan prestasi besar bangsa.
Namun di sisi lain, tidak dapat disangkal, bahwa keseharian kehidupan masyarakat telah
diwarnai pola pikir, pola sikap dan pola tindak individualistis dan kelompok. Masyarakat
luas, dalam berbagai tataran, telah mengadopsi nilai – nilai baru yang belum sepenuhnya
dipahami serta diyakini kebenaran dan kesesuaiannya dengan karakter bangsa.
Nilai – nilai luhur bangsa dianggap sebagai nilai lama yang usang dan sudah tidak
relevan dengan semangat reformasi yang sarat dengan semangat perubahan. Semangat
perubahan telah diartikan secara hitam putih dan bahkan cenderung pragmatis tanpa
memperhatikan dampak yang diakibatkannya.
Dinamika kehidupan nasional berjalan sangat dinamis tapi kontra produktif bagi
penguatan wawasan kebangsaan. Dampak demokratisasi tidak didasari dengan
pemahaman nilai nilai Pancasila telah memunculkan sikap individualistis yang sangat
jauh berbeda dengan nilai-nilai Pancasila yang lebih mengutamakan semangat
142
kegotongroyongan, keseimbangan, kerjasama, saling menghormati, kesamaan, dan
kesederajatan dalam hubungan manusia dengan manusia.
Perubahan tata nilai dan tata laku sebagian besar komponen bangsa tercermin dari
sikap pragmatisme dalam menyikapi dan menyelesaikan berbagai permasalahan bangsa.
Pancasila masih tampak kokoh berdiri mempersatukan berbagai komponen bangsa, suku
bangsa, golongan dan etnik di bawah NKRI. Namun, bangsa ini harus berani jujur untuk
mengakui bahwa Pancasila sebagai dasar negara cenderung dipandang hanya sebatas
simbol yang mulai kehilangan roh dan makna filosofinya.
Tak satu negara pun bisa bertahan hanya dengan sekadar menyejajarkan diri dengan
pesaing atau bahkan dengan mereka yang dianggap unggul, melainkan bangsa ini harus
menyejajarkan diri dengan mereka yang masuk “kelas dunia”. Di tengah semakin
kaburnya wujud dan bentuk ancaman yang berkembang, potensi ancaman tidak lagi
dalam bentuk ancaman yang bersifat fisik.
Invasi dalam bentuk pengerahan kekuatan militer tidak lagi menjadi pilihan bagi
negara – negara memiliki kepentingan atas negara lain. Ideologi, politik, ekonomi dan
budaya kini merupakan pilihan negara – negara lain untuk memaksakan kepentingannya
dan “menaklukan” negara lainnya. Namun demikian, dampak yang ditimbulkan
143
menyentuh hampir seluruh sendi – sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara di perkotaan maupun hingga pelosok desa.
Bangsa Indonesia tidak mengembangkan ajaran tentang kekuasaan dan adu kekuatan,
karena hal tersebut mengandung benih-benih persengketaan, permusuhan dan
ekspansionisme. Indonesia mengembangkan dan menyelenggarakan sistem pertahanan
negaranya dalam nuansa keterbukaan, yang merupakan perwujudan prinsip cinta damai
dan ingin hidup berdampingan secara harmonis dengan negara-negara lain.
144
UU RI Nomor 3 Tahun 2002 pasal 9 ayat (2) juga menjabarkan bahwa
keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, diselenggarakan melalui:
pendidikan kewarganegaraan; pelatihan dasar kemiliteran secara wajib; pengabdian
sebagai prajurit TNI; dan pengabdian sesuai dengan profesi. Dengan demikian,
Sistem Pertahanan Semesta dilaksanakan dengan melibatkan seluruh warga negara,
wilayah, serta segenap sumber daya nasional yang dipersiapkan secara dini oleh
pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut.
Aspek psikologis mencerminkan kondisi jiwa, karakter dan jati diri setiap
warganegara yang dilandasi oleh pemahaman nilai – nilai luhur bangsa, Ideologi
Pancasila dan UUD NRI tahun 1945. Aspek fisik pada dasarnya merupakan
implementasi dan perwujudan bela negara aspek psikologis yang tercermin dari pola
tindak secara nyata dalam perjuangan mengisi kemerdekaan melalui berbagai
aktitifitas, mulai dari pengabdian sesuai profesi, menjunjung tinggi nama bangsa dan
negara dalam berbagai kegiatan nasional maupun internasional, partisipasi aktif dalam
penanganan permasalahan sosial maupun bencana hingga kewaspadaan individual
dalam menghadapi ancaman non fisik dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya.
Bela negara dalam spektrum yang keras merupakan bentuk hak dan kewajiban
perwujudan bela negara secara fisik dalam menghadapi ancaman yang didominasi
oleh ancaman militer negara lain. perang yang melibatkan kekuatan militer secara
langsung sudah tidak menjadi model penyelesaian konflik antar dua negara. Sebagai
bangsa yang merdeka dan berdaulat, bangsa Indonesia harus tetap memiliki
kesadaran bahwa probabilitas terjadinya perang masih sangat terbuka. Perang terbatas
yang terjadi di berbagai kawasan di Afrika, Afganistan dan Irak merupakan gambaran
145
bahwa probabilitas perang masih menjadi pilihan dalam mempertahankan
kepentingan nasional suatu bangsa.
Yang perlu dipahami, spektrum bela negara mulai dari spektrum lunak hingga
spektrum keras merupakan spektrum bela negara yang tidak terputus dan
berkelanjutan. Bela negara spektrum lunak merupakan pondasi dasar terbentuknya
kualitas bela negara spektrum keras. Artinya, kualitas bela negara spektrum lunak
akan berbanding lurus dengan kualitas bela negara spektrum keras. Dengan demikian
tidak dapat dipungkiri bahwa membangun pemahaman bela negara yang
komprehensif di masa damai merupakan faktor kunci keberhasilan terselenggaranya
implementasi konsep bela negara dalam sistem pertahanan semesta.
Perguruan Tinggi, sesungguhnya memiliki peran yang vital dan krusial dalam
pembentukan watak dan karakter bangsa, khususnya generasi muda terpelajarnya. Dalam
kaitan pembentukan manusia Indonesia yang modern dan berwawasan kebangsaan itulah,
peran perguruan tinggi menjadi sangat penting dan menentukan masa depan bangsa. Hal
ini tidak terlepas dari fungsi perguruan tinggi yang mengemban tugas dan tanggung
jawab.
146
teknologi. Masih dibutuhkan kecerdasan emosional dan spiritual untuk memanfaatkan
dan mengelola kemajuan teknologi agar membawa manfaat besar bagi bangsa.
Oleh karena itu, lembaga pendidikan tinggi harus mampu menyajikan keseimbangan
antara peningkatan kecerdasan intelektual dengan kecerdasan emosional maupun
kecerdasan spiritual para mahasiswanya. Dalam bahasa sederhana, kecerdasan emosional
yang bersumber dari budaya dan kearifan lokal diwujudkan dalam bentuk perilaku yang
menjunjung tinggi Moral dan Etika; Kejujuran dan Kebangsaan.
Kesimpulan:
Era reformasi yang membawa semangat perubahan dan keterbukaan telah
membawa banyak perubahan positif maupun negatif bagi kehidupan nasional.
Keterbukaan dan kebebasan individu yang merupakan ciri demokrasi barat semakin
mendominasi pola pikir, pola sikap dan pola tindak generasi penerus bangsa.
Semangat gotong royong yang merupakan jiwa dan semangat yang terkandung
dalam Pancasila, mulai dikesampingkan dan diabaikan. Tata nilai baru yang belum
sepenuhnya dipahami dan diterima oleh bangsa Indonesia telah mengakibatkan
disharmonisasi hubungan vertikal maupun horisontal di antara masyarakat Indonesia
yang majemuk.
Berbagai permasalahan bangsa yang terjadi akhir – akhir ini, disebabkan semakin
lunturnya toleransi atas perbedaan dan kemajemukan di antara komponen bangsa.
Permasalahan ini tidak dapat dibiarkan berlarut-larut karena akan melemahkan sendi
– sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, seluruh
komponen bangsa dalam susunan struktur, Infra struktur dan Sub struktur politik
harus mampu membangun kembali komunikasi politik yang didasarkan atas
kesadaran kolektif bangsa untuk mempertahankan nilai – nilai empat konsensus
nasional.
147
DAFTAR PUSTAKA
Wahab, A. A., & Sapriya. (2011). Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan.
Bandung: Alfabeta.
Amri, S. R. (2018). Pancasila Sebagai Sistem Etika. Voice of Midwifery, 8(01), 760-
768.
iii
Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi,
dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (2016). Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan
Tinggi. Penerbit: Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.
Putri, F. S., & Dewi, D. A. (2021). Implementasi Pancasila sebagai Sistem Etika.
EduPsyCouns: Journal of Education, Psychology and Counseling, 3(1), 176-184.
Afifah, Siti. 2012. Arti Defenisi Pengertian Ilmu dan Filsafat Ilmu. (online).
(http://edu.dzihni.com/2012/06/arti-defenisi-pengertian-ilmu-dalam.html, diakses tanggal 30
September 2021).
[MKRI] Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. 2015. Hak Dan Kewajiban Warga
Negara Indonesia Dengan UUD 45. https://mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=11732
Handayani, Ria. 2015. Hak dan Kewajiban Warga Negara. Vol 3 No.5
Murzanita, Melisa. 2018. Harmoni Kewajiban Dan Hak Negara Dan Warga Negara
Dalam Demokrasi Yang Bersumbu Pada Kedaulatan Rakyat Dan Musyawarah Untuk
Mufakat. Makalah. (http://melisamurzanita.blogspot.com/2018/03/harmoni-hak-dan-
kewajiban-negara-dan.html).
iv
Winarno, dkk.2016. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenrisetdikti Republik Indonesia.
Yasin, Johan. 2015. Hak Azasi Manusia Dan Hak Serta Kewajiban Warga Negara
Dalam Hukum Positif Indonesia. Vol 2 No. 1
Yovita, Fiona. 2020. Bagaimana Harmoni Kewajiban Dan Hak Negara Dan Warga
Negara Dalam Demokrasi Yang Bersumbu Pada Kedaulatan Rakyat Dan Musyawarah Untuk
Mufakat. (http://web.if.unila.ac.id/fionayovita2311/2020/03/29/pendidikan-kewarga-
negaraan-pertemuan-5)>.
Arjoso, Amin . 2000. Pancasila Dasar Falsafah Negara. Yayasan Kepada Bangsaku.
Jakarta.
Kansil, CST dan Kansil, Christine ST . 2001. Pancasila dan Undang – Undang Dasar
1945. Pradnya Paramita, Jakarta.