Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian


1.1.1 Sekilas Tentang Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat
Sejarah Singkat Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat Berdasarkan undang-
undang Nomor 22 tahun 1999 pasal 60 Sekertariat Daerah merupakan salah satu
unsur perangkat Daerah, yang pembentukannya berdasarkan Undang-undang Nomor
22 tahun 1999 pasal 68 ayat 1 dan peraturan pemerintah nomor 84 tahun 2000 pasal 1
ayat 2 yang kemudian dibentuk berdasarkan peraturan daerah nomor 13 tahun 2000
tentang sekertariat daerah.
Berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 Pasal 6 ayat (1) Sekretaris daerah
merupakan koordinator pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (3) huruf a berkaitan dengan peran dan fungsinya dalam membantu
kepala daerah menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan
pemerintahan daerah termasuk pengelolaan keuangan daerah.
Tugas pokok sekretariat daerah yaitu membantu Gubernur dalam pelaksanaan
tugas pemerintah, organisasi dan tatalaksana serta memberi pelayanan administratif
kepada seluruh perangkat pemerintah. Dalam menyelenggarakan tugas pokoknya
tersebut, Sekretariat Daerah juga
berfungsi sebagai :
1. Pengkoordinasi perumusan kebijakan pemerintah daerah.
2. Penyelenggaraan Administrasi pemerintah dan pelaksanaan pelayanan admnistrasi
kepada seluruh perangkat pemerintah daerah.
3. Pengendalian sumber daya aparatur, keuangan, prasarana dan sarana pemerintah
daerah.
4. Pelaksana tugas lain yang diberikan oleh Gubernur dengan tugas dan fungsinya.
Biro Pelayanan Sosial Dasar adalah salah satu OPD (Organisasi Perangkat
Daerah) yang ada di Asisten Kesejahteraan Rakyat, Sekretariat Daerah Provinsi Jawa
Barat.. Dalam peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 20 Tahun 2008 secara
struktural di gambarkan bahwa Susunan Organisasi Biro Pelayanan Sosial Dasar
Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat dipimpin oleh seorang Kepala Biro yang
dalam tugas dan fungsinya di bantu oleh empat (4) kepala bagian yaitu :
1. Bagian Agama
2. Bagian Pendidikan Dan Kebudayaan
3. Bagian Lingkungan Hidup
4. Bagian Kesehatan
Biro Pelayanan Sosial Dasar mempunyai tugas pokok menyelenggarakan
perumusan bahan kebijakan umum dan koordinasi, fasilitasi, pelaporan serta evaluasi
Agama, pendidikan dan kebudayaan, kesehatan serta lingkungan hidup. Dalam
menyelenggarakan tugas pokok Biro Pelayanan Sosial Dasar mempunyai fungsi
sebagai penyelenggaraan perumusan bahan kebijakan umum, penyeenggaraan
koordinasi dan fasilitasi, penyelenggaraan pelaporan dan evaluasi agama, pendidikan
dan kebudayaan, kesehatan serta lingkungan hidup
Selama penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan, pekerjaan yang
banyak dilakukan seputar kegiatan administrasi seperti pengertian data, pencarian
proposal yang sudah ada dalam penjabaran, dan memberikan lembar cheklis
Kelengkapan Belanja Hibah.
Dari latar belakang yang telah di paparkan tersebut, dalam menyelesaikan
laporan kejapraktik lapangan ini penulis mengambil judul “Prosedur Bantuan Dana
Hibah Di Biro Pelayanan Sosial Dasar Sekertariat Daerah Provinsi Jawa Barat Bagian
Agama”.
1.1.2 Visi dan Misi
1. Visi
Visi propinsi Jawa Barat adalah "Jawa Barat Maju dan Sejahtera Untuk Semua"
Maju: adalah sikap dan kondisi masyarakat yang produktif, berdaya saing dan
mandiri, terampil dan inovatif dengan tetap dapat menjaga tatanan social lmasyarakat
yang toleran, rasional, bijak dan adaptif terhadap dinamika perubahan namun tetap
berpegang pada nilai budaya serta kearifan lokal dan berdaulat secara pangan,
ketahanan ekonomi dan sosial.
Sejahtera: adalah sikap dan kondisi masyarakat Jawa Barat yang secara lahir
dan batin mendapatkan rasa aman dan makmur dalam menjalani kehidupan.
Untuk Semua: adalah kondisi dimana hasil pembangunan dapat dirasakan oleh
seluruh lapisan, elemen dan komponen masyarakat.

2. Misi
a) Membangun Masyarakat yang Berkualitas dan Berdaya saing.
b) Membangun Perekonomian yang Kokoh dan Berkeadilan.
c) Meningkatkan Kinerja Pemerintahan, Profesionalisme Aparatur, dan
Perluasan Partisipasi Publik.
d) Mewujudkan Jawa Barat yang Nyaman dan Pembangunan Infrastruktur
Strategis yang Berkelanjutan.
e) Meningkatkan Kehidupan Sosial, Seni dan Budaya, Peran Pemuda dan Olah
Raga serta Pengembangan Pariwisata dalam Bingkai Kearifan Lokal.

1.1.3 Tugas Pokok dan Pelayanan Instansi


Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan Sosial Dasar Sekertariat Provinsi Jawa
Barat Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 11 Tahun 2015 tentang
Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Sekertariat Daerah Provinsi
Jawa Barat. Biro Pelayanan Sosial Dasar, (YANSOS).
1.1.4 Logo Instansi

Gambar 1 Logo Provinsi Jabar


Sumber: http://www.jabarprov.go.id/, Tahun 2015

Lambang Provinsi Jawa Barat berbentuk bulat telur, diambil dari bentuk
perisai yang biasa digunakan oleh laskar-laskar pada zaman baheula (dahulu).
Dibagian tengahnya terdapat gambar “kujang” yang menjadi gambar pokok.
“Kujang” merupakan alat serba guna yang selama ini dianggap senjata khas
masyarakat Sunda. Pada salah satu sisi “kujang” tersebut terdapat lima buah lubang
yang melambangkan lima dasar pokok negara “pancasila”.

Pada sisi kiri dan kanan gambar ”kujang” terdapat untaian padi dan kapas.
Padi melambangkan bahan makanan pokok masyarakat Jawa Barat. Untaian padi
tersebut terdiri atas 17 butir gabah, melambangkan tanggal hari kemerdekaan
Republik Indonesia. Di sebelah kanannya terdapat gambar kapas yang terdiri atas 8
buah. Angka 8 adalah lambang bulan Agustus, atau bulan kedelapan, saat proklamasi
dikumandangkan. Ketiga gambar tersebut tertera di atas dasar yang berwarna hijau,
sebagai lambang kesuburan tanah Jawa Barat.
Lambang gunung yang memotong bagian tengah, melukiskan bagian terbesar
dari wilayah Jawa Barat yang terdiri atas daerah pegunungan. Di bagian bawahnya
terdapat gambar dua garis putih bergelombang dengan latar belakang warna dasar
biru. Garis putih bergelombang dengan latar belakang warna biru tersebut
melambangkan sungai, terusan, saluran, dan laut yang memberi ciri alamnya.

Selain kekayaan alam tersebut, Jawa Barat memiliki lahan pertanian berupa
sawah, ladang, dan perkebunan yang sangat luas. Kekayaan alam tersebut dituangkan
dalam bentuk gambar berupa kotak-kotak. Di antara gambar berbentuk “garis putih”
dan "kotak-kotak" terdapat lambang bendungan, dam, dan saluran air. Ketiga
bangunan air tersebut merupakan kunci untuk memanfaatkan kekayaan alam Jawa
Barat yang subur menuju kesejahteraan masyarakatnya, sebagaimana motto yang
tertera di bagian paling bawah "Gemah Ripah Repeh Rapih”. Gemah ripah artinya
subur makmur, cukup sandang dan pangan. Repeh rapih artinya rukun, damai, aman,
dan sentosa.

Arti dalam bahasa dari motto daerah Jawa Barat secara keseluruhan ialah
menyatakan bahwa Jawa Barat merupakan daerah yang kaya raya dan subur makmur
serta didiami oleh banyak penduduk yang hidup rukun dan damai
1.1.5 Struktur Organisasi Biro Pelayanan Sosial Dasar Di Sekretariat Daerah
Provinsi Jawa Barat

KEPALA BIRO
PELAYANAN
SOSIAL DASAR

KEPALA KEPALA KEPALA KEPALA


BAGIAN BAGIAN BAGIAN BAGIAN
AGAMA LINGKUNGAN PENDIDIKAN KESEHATAN
HIDUP &
KEBUDAYAAN

KEPALA KEPALA KEPALA KEPALA


SUBBAGIAN SUBBAGIAN SUBBAGIAN SUBBAGIAN
PEMBINAAN KONSERVASI PENDIDIKAN KESEHATAN
KEAGAMAAN MASYARAKA
T

KEPALA KEPALA KEPALA KEPALA


SUBBAGIAN SUBBAGIAN SUBBAGIAN SUBBAGIAN
PENDIDIKAN PENGENDALI KEBUDAYAAN LINGKUNGAN
KEAGAMAAN AN DAMPAK MASYARAKA
T

Gambar 2 Struktur Organisasi Biro Pelayanan Sosial Dasar


1.2 Latar Belakang
Keberhasilan suatu organisasi atau biro tidak terlepas dari peningkatan sumber
daya manusia. Sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas harus selalu
dikelola dan ditekankan oleh organisasi untuk dapat mencapai kinerja yang
diharapkan. Dengan demikian, peningkatan kualitas sumber daya manusia sangat
diperlukan agar karyawan memiliki sikap dan perilaku yang mampu memberikan
pelayanan dan pengayoman serta dapat memberikan kesejahteraan lahir batin kepada
masyarakat (Susilaningsih, 2008: 3).
Pencapaian tujuan berbasis manajemen sumber daya manusia akan
menunjukkan bagaimana seharusnya perusahaan dalam mendapatkan,
mengembangkan, membina, mengevaluasi, serta mensejahterakan karyawan
dalam kuantitas dan kualitas yang tepat. Manajemen sumber daya manusia
merupakan “pengakuan” akan pentingnya sumber daya manusia dalam pencapaian
tujuan organisasi, pemanfaatan berbagai fungsi dan kegiatan karyawan guna
menjamin bahwa mereka dibina secara efektif dan bijak agar bermanfaat bagi
individu, organisasi, bahkan masyarakat secara luas (Handoko, 2003: 5).
Salah satu langkah strategis untuk mengembangkan kemampuan organisasi
yang terdapat pada Pemerintah Daerah yakni upaya penyempurnaan perilaku manusia
sebagai sumber daya yang memegang peranan penting dalam menyelenggarakan
tugas-tugas Pemerintah, sehingga semua tugas dapat terlaksana secara efektif, efisien,
dan produktif.
Kinerja merupakan landasan bagi pencapaian tujuan suatu organisasi.
Keberhasilan organisasi dalam meningkatkan kinerjanya sangat bergantung pada
kualitas sumber daya manusia yang bersangkutan dalam bekerja selama berada pada
organisasi tersebut. Lebih lanjut, peranan sumber daya manusia terhadap kinerja
organisasi sangatlah penting, keputusan-keputusan sumber daya manusia harus dapat
meningkatkan efisiensi bahkan mampu memberikan peningkatan hasil organisasi
serta berdampak pula pada peningkatan kepuasan masyarakat (Logahan, 2009: 3).
Berdasarkan data yang tersedia dari kepegawaian, presentase kinerja karyawan
pada tahun 2015 dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 1 Tabel rata-rata Presentase Kinerja Karyawan (%) pada tahun 2015
Bulan Pencapaian kinerja (%)
Januari 86
Februari 87
Maret 90
April 87,5
Mei 88
Juni 87
Juli 85,5
Agustus 86
September 88
Oktober 87,5
November 87
Desember 89
Rata-rata 87,5

Sumber: Data internal bagian kepegawaian sekretariat daerah Provinsi Jawa Barat
(Januari - Desember 2015).

Berdasarkan tabel 1 penilaian kinerja karyawan pada biro yayasan sosial dasar
jika dibandingkan dengan peraturan pemerintah republik Indonesia tentang penilaian
pelaksanaan pekerjaan pegawai negri sipil kriteria interpretasi skor untuk variable
kinerja pegawai dapat dikatagorikan tergolong baik. Nilai rata-rata dari kinerja dalam
satu tahun adalah 87,5% walaupun demikian setiap badan atau organisasi ataupun
perusahaan menginginkan presentase kinerja karyawannya diatas 95% (mendekati
100%).
Menurut peraturan pemerintah repubublik Indonesia no.10 Tahun 1979 tentang
penilaian pelaksanaan pekerjaan pegawai negri sipil dalam BAB II (daftar penilaian
pelaksanaan pekerjaan) pasal 5, nilai pelaksanaan pekerjaan di nyatakan dengan
sebutan dan angka sebagai berikut:

Tabel 2 Nilai pelaksanaan kinerja dalam PP NO. 46 Tahun 2011

Amat Baik 91-100


Baik 76-90
Cukup 61-75
Sedang 51-60
Kurang 50 - kebawah

Sesuai tabel nilai pelaksanaan kinerja pegawai, kondisi ini masuk dalam
katagori baik. Peranan tersebut tidak terlepas dari upaya positif yang dilakukan dalam
mendapatkannya sebagai wujud dari pencapaian tujuan utama suatu organisasi.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja, antara lain motivasi,
kepemimpinan, lingkungan kerja, disiplin kerja, budaya kerja, komunikasi,
komitmen, jabatan, kualitas kehidupan kerja, pelatihan, kompensasi, kepuasan kerja,
dan masih banyak yang lain. Semua faktor tersebut berpengaruh, tergantung pada
fakta yang terjadi sebenarnya, ada yang dominan dan ada pula yang tidak (Wahyudin,
2006: 2). Dalam penelitian ini, faktor kedisiplinan menjadi fokus faktor utama yang
dapat mempengaruhi kinerja. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan (Pangarso,
2014) tentang disiplin karyawan menjadi bagian yang turut berkontribusi bagi latar
belakang penelitian ini dalam konteks pentingnya topik tentang disiplin karyawan.
Disiplin merupakan tindakan manajemen untuk mendorong para anggota
organisasi guna memenuhi berbagai ketentuan. Dalam penerapannya, disiplin lebih
ditekankan pada unsur kesadaran individu untuk mengikuti peraturan- peraturan yang
berlaku dalam organisasi (Susilaningsih, 2008: 3). Namun berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Raharjo (2012: 7) yang menunjukkan bahwa variabel disiplin
kerja berpengaruh terhadap variabel kinerja pegawai. Dalam hal ini, kedisiplinan
penting bagi organisasi sebab akan ditaati oleh sebagian besar pegawai dan
diharapkan pekerjaan akan dilakukan secara efektif.
Penerapan disiplin bagi karyawan diharapkan dapat meningkatkan kinerja
karyawan. Disamping itu perlu didukung lingkungan kerja yang baik berupa
lingkungan kerja yang dapat menunjang kelancaran, keamanan, keselamatan,
kebersihan, serta kenyamanan dalam bekerja dan adanya fasilitas yang memadai
sehingga karyawan merasa aman, tenang dan senang dalam menjalankan tugas- tugas
yang dibebankan dan menjadi tanggung jawabnya (Suprayitno, 2007: 24).
Salah satu faktor yang mempengaruhi disiplin kerja menurut Hasibuan (2000:
195) adalah hubungan kerja yang erat dan saling membantu antar sesama karyawan,
dan antara karyawan dengan pimpinan akan mempunyai pengaruh yang baik
terhadap kepuasan kerja pegawai dan berujung pada output kinerja yang baik pula.
Faktor tersebut inilah yang diharapkan mampu memberikan pelayanan prima
sehingga memiliki nilai tambah atas pelayanan dari Instansi tersebut.
Semua Instansi pasti memerlukan manajemen yang berkaitan dengan upaya-
upaya guna pencapaian tujuan. Tidak hanya pada sektor swasta, sektor publik juga
memerlukan manajemen yang baik agar dapat memberikan pelayanan kepada
masyarakat yang baik pula. Berhasil atau tidaknya suatu organisasi dalam mencapai
tujuannya tergantung pada tingkat keberhasilan dari tiap individu organisasi itu
sendiri dalam menjalankan tugas mereka (Wahyuddin, 2006: 1).
Penelitian ini akan mengkaji bagaimana pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja
karyawan. Bagi organisasi yang memberikan pelayanan publik, tentu saja kinerja
karyawan itu dapat dilihat dari bagaimana organisasi tersebut dalam memberikan
pelayanan kepada publik, seperti dalam Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat yang
memberikan pelayanan berkaitan dengan masyarakat.

1.3 Rumusan Masalah


Manusia merupakan sumber daya yang paling menentukan dalam mencapai
tujuan yang diinginkan perusahaan. Permasalahan dari biro ini adalah menurunnya
kinerja karyawan pada tahun 2015 akibat kurangnya disiplin kerja pada Biro
pelayanan sosial dasar seketariat daerah Provinsi Jawa Barat. Hal ini masih terdapat
karyawan yang datang terlambat dan tidak masuk kerja. Dengan demikian, suatu
upaya yang dapat meningkatkan kinerja karyawan dengan permasalahan tersebut
diduga faktor disiplin kerja mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka dirumuskan suatu pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
Apakah disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada Biro pelayanan
sosial dasar seketariat daerah Provinsi Jawa Barat?

1.4 Tujuan Penelitian


Mengetahui pengaruh variabel disiplin kerja terhadap kinerja karyawan
pada Biro pelayanan sosial dasar seketariat daerah Provinsi Jawa Barat.

1.5 Kegunaan Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi:
1. Akademik, sebagai pemahaman dan pengembanganilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja pegawai Biro pelayanan
sosial dasar seketariat daerah Provinsi Jawa Barat.
2. Instansi, sebagai kontribusi pengetahuan tentang pentingnya tanggung jawab sosial
Instansi terhadap masyarakat. Penelitian ini juga dapat memberikan kontribusi
pemikiran akan pentingnya kewajiban untuk menjaga disiplin kerja pada Instansi,
sebagai pertimbangan sekaligus masukan dalam upaya meningkatkan kinerja
karyawan yang berpengaruh pula terhadap penilaian masyarakat mengenai kualitas
pelayanan yang telah diberikan.
3. Pemerintah, sebagai referensi untuk menentukan kebijakan mengenai mekanisme
kinerja pegawai instansi yang semakin baik.
4. Masyarakat, sebagai stimulus untuk mengontrol atas perilaku-perilaku
Instansi dan juga memberikan informasi dalam meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap hak-hak berkaitan dengan pelayanan yang harus diperoleh.

1.6 Sistematika Penulisan


Penulisan skripsi ini terdiri atas 5 bab, masing-masing tidak dapat dipisahkan
karena memiliki keterkaitan antara bab satu dengan bab lainnya. Sistematika
penulisan dimaksudkan agar dalam penulisan skripsi ini dapat terarah dan sistematis.
Gambaran lebih rinci mengenai penulisan skripsi ini dapat dilihat dalam setiap bab,
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bagian Tinjauan Pustaka mencakup Landasan Teori, Penelitian Terdahulu, Kerangka
Pemikiran, dan Perumusan Hipotesis, Bab ini memaparkan teori-teori dasar yang
mendukung perumusan hipotesis serta sangat membantu dalam penelitian dan analisis
data. Di samping itu, terdapat ringkasan hasil penelitian terdahulu yang mendukung
penelitian ini. Bab ini juga berisi tentang kerangka pemikiran teoritis dan
rumusan hipotesis yang timbul dari pemikiran tersebut.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bagian Metode Penelitian mencakup Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel, Populasi dan Sampel, Jenis dan Sumber Data, Metode Pengumpulan Data,
dan Metode Analisis. Bab ini menjelaskan secara rinci mengenai deskripsi penelitian
secara operasional.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bagian Hasil dan Pembahasan mencakup Deskripsi Objek Penelitian, Analisis Data,
dan Pembahasan. Bab ini membahas hasil analisis dengan metode penelitian yang
telah ditentukan sebelumnya, disertai dengan interprestasi hasil secara rinci.
BAB V PENUTUP
Bagian Penutup mencakup Kesimpulan, Keterbatasan, dan Saran. Bab ini berisi
penarikan kesimpulan atas hasil analisis dan pembahasan sebelumnya, disertai
dengan keterbatasan dan saran yang bermanfaat untuk penelitian yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai