Anda di halaman 1dari 14

BB 5.

A.Badan Permusyawaratan Desa (BPD)


Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan demokrasi
dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. BPD dapat dianggap sebagai "parlemen"-
nya desa. BPD merupakan lembaga baru di desa pada era otonomi daerah di
Indonesia.

Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan
wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat. Anggota BPD terdiri
dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh
atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota BPD adalah 6 tahun dan
dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya. Pimpinan dan
Anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan
Perangkat Desa.

Peresmian anggota BPD ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota, dimana


sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama
dihadapan masyarakat dan dipandu oleh Bupati/ Walikota.

Ketua BPD dipilih dari dan oleh anggota BPD secara langsung dalam Rapat BPD yang
diadakan secara khusus. BPD berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala
Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

Wewenang BPD antara lain:

 Membahas rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa


 Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa dan
Peraturan Kepala Desa
 Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa
 Membentuk panitia pemilihan Kepala Desa
 Menggali,menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi
masyarakat; dan

Penggunaan nama/istilah BPD tidak harus seragam pada seluruh desa di Indonesia,
dan dapat disebut dengan nama lain.

1
BB 5.2

B.Karang Taruna
Karang Taruna adalah organisasi kepemudaan di Indonesia. Karang Taruna
merupakan wadah pengembangan generasi muda nonpartisan, yang tumbuh atas
dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat
khususnya generasi muda di wilayah Desa / Kelurahan atau komunitas sosial sederajat,
yang terutama bergerak dibidang kesejahteraan sosial. Sebagai organisasi sosial
kepemudaan Karang Taruna merupakan wadah pembinaan dan pengembangan serta
pemberdayaan dalam upaya mengembangkan kegiatan ekonomis produktif dengan
pendayagunaan semua potensi yang tersedia dilingkungan baik sumber daya manusia
maupun sumber daya alam yang telah ada. Sebagai organisasi kepemudaan, Karang
Taruna berpedoman pada Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga dimana telah
pula diatur tentang struktur penggurus dan masa jabatan dimasing-masing wilayah
mulai dari Desa / Kelurahan sampai pada tingkat Nasional. Semua ini wujud dari pada
regenerasi organisasi demi kelanjutan organisasi serta pembinaan anggota Karang
Taruna baik dimasa sekarang maupun masa yang akan datang.

karang Taruna beranggotakan pemuda dan pemudi (dalam AD/ART nya diatur
keanggotaannya mulai dari pemuda/i berusia mulai dari 11 - 45 tahun) dan batasan
sebagai Pengurus adalah berusia mulai 17 - 35 tahun.

Karang Taruna didirikan dengan tujuan memberikan pembinaan dan pemberdayaan


kepada para remaja, misalnya dalam bidang keorganisasian, ekonomi, olahraga,
ketrampilan, advokasi, keagamaan dan kesenian.

Tujuan, Tugas, dan Fungsi Karang Taruna


  Sesuai Pedoman Dasar Karang Taruna, pengertian Karang Taruna adalah Organisasi  Sosial 
wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas  dasar  kesadaran  dan 
tanggung  jawab  sosial  dari, oleh, dan  untuk  masyarakat  terutama  generasi  muda  di  wilayah
desa/kelurahan  atau  komunitas  adat  sederajat  dan  terutama bergerak dibidang usaha
kesejahteraan sosial.

Pembinaan Karang Taruna diatur dalam Permensos 83/HUK/2005 tentang Pedoman


Dasar Karang Taruna. Berikut kutipan isi pedoman:

Tujuan

Tujuan Karang Taruna adalah :

a.  Terwujudnya pertumbuhan dan perkembangan  kesadaran dan  tanggung  jawab 


sosial  setiap  generasi  muda  warga Karang  Taruna  dalam  mencegah,  menagkal,
menanggulangi  dan  mengantisipasi  berbagai  masalah sosial.

2
BB 5.2

b.  Terbentuknya  jiwa  dan  semangat  kejuangan  generasi muda  warga  Karang 
Taruna  yang  Trampil  dan berkepribadian serta berpengetahuan.

c.  Tumbuhnya  potensi  dan  kemampuan  generasi  muda dalam  rangka


mengembangkan  keberdayaan  warga Karang Taruna.

d.  Termotivasinya  setiap  generasi  muda  warga  Karang Taruna  untuk  mampu 
menjalin  toleransi  dan  menjadi perekat  persatuan  dalam  keberagaman  kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

e.  Terjalinnya kerjasama antara generasi muda warga Karang Taruna  dalam  rangka 
mewujudkan  taraf  kesejahteraan sosial bagi masyarakat.

f.  Terwujudnya  Kesejahteraan  Sosial  yang  semakin meningkat  bagi  generasi 


muda  di  desa/kelurahan  atau komunitas  adat  sederajat  yang  memungkinkan

pelaksanaan  fungsi  sosialnya  sebagai  manusia pembangunan  yang  mampu 


mengatasi  masalah kesejahteraan sosial dilingkungannya.

g.  Terwujudnya pembangunan  kesejahteraan  sosial generasi muda  di 


desa/kelurahan  atau  komunitas  adat  sederajat yang  dilaksanakan  secara 
komprehensif,  terpadu  dan

terarah  serta  berkesinambungan  oleh  Karang  Taruna bersama pemerintah dan


komponen masyarakat lainnya.

Tugas

Setiap  Karang  Taruna  mempunyai  tugas  pokok  secara bersama-sama dengan


Pemerintah dan komponen masyarakat lainnya untuk menanggulangi berbagai masalah
kesejahteraan social  terutama  yang  dihadapi  generasi  muda,  baik  yang bersifat
preventif, rehabilitatif maupun pengembangan potensi generasi muda di lingkungannya.

Fungsi

Setiap Karang Taruna melaksanakan fungsi :

a.  Penyelenggara Usaha Kesejahteraan Sosial.

b.  Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan bagi masyarakat.

c.  Penyelenggara  pemberdayaan  masyarakat  terutama generasi  muda


dilingkunggannya  secara  komprehensif, terpadu dan terarah serta berkesinambungan.

d.  Penyelenggara  kegiatan  pengembangan  jiwa kewirausahaan bagi generasi muda


di lingkungannya.

3
BB 5.2

e.  Penanaman  pengertian,  memupuk  dan  meningkatkan kesadaran tanggung jawab


sosial generasi muda.

f.  Penumbuhan dan pengembangan semangat kebersamaan, jiwa kekeluargaan,


kesetiakawanan sosial dan memperkuat nilai-nilai kearifan dalam bingkai Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

g.  Pemupukan  kreatifitas  generasi  muda  untuk  dapat mengembangkan  tanggung 


jawab  sosial  yang  bersifat rekreatif,  kreatif,  edukatif,  ekonomis  produktif  dan

kegiatan  praktis  lainnya  dengan mendayagunakan  segala sumber dan potensi


kesejahteraan sosial di lingkungannya secara swadaya.

h.  Penyelenggara  rujukan,  pendampingan,  dan  advokasi social bagi penyandang


masalah kesejahteraan sosial.

i.  Penguatan  sistem  jaringan  komunikasi,  kerjasama, informasi dan kemitraan


dengan berbagai sektor lainnya.

j.  Penyelenggara  usaha-usaha  pencegahan  permasalahan sosial yang aktual.

Peraturan Baru Pedoman Karang Taruna

Dengan terbitnya Permensos 77 Tahun 2010 tentang Pedoman Dasar Kaang Taruna
maka Permnesos tahun 2005 dinyatakan tidak berlaku.

4
BB 5.2

C.Posyandu
 A. Pengertian Posyandu
Adalah suatu forum komunikasi, alih tehnologi dan pelayanan kesehatan masyarakat
yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini.
Posyandu juga merupakan tempat kegiatan terpadu antara program Keluarga
Berencana – Kesehatan di tingkat desa.

Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan
keluarga berencana. Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan
kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan
dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian NKKBS.

B. Bentuk kegiatan Posyandu


Beberapa kegiatan diposyandu diantaranya terdiri dari lima kegiatan Posyandu (Panca
Krida Posyandu), antara lain:
1) Kesehatan Ibu dan Anak

 Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan menyusui, serta bayi, anak balita
dan anak prasekolah
 Memberikan nasehat tentang makanan guna mancegah gizi buruk karena kekurangan
protein dan kalori, serta bila ada pemberian makanan tambahan vitamin dan mineral
 Pemberian nasehat tentang perkembangan anak dan cara stimilasinya
 Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program KIA.

2) Keluarga Berencana

 Pelayanan keluarga berencana kepada pasangan usia subur dengan perhatian khusus
kepada mereka yang dalam keadaan bahaya karena melahirkan anak berkali-kali dan
golongan ibu beresiko tinggi
 Cara-cara penggunaan pil, kondom dan sebagainya

3) Immunisasi

 Imunisasi tetanus toksoid 2 kali pada ibu hamil dan BCG, DPT 3x, polio 3x, dan campak
1x pada bayi.

4) Peningkatan gizi

 Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat


 Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan kalori cukup kepada
anak-anak dibawah umur 5 tahun dan kepada ibu yang menyusui
 Memberikan kapsul vitamin A kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun

5
BB 5.2

5) Penanggulangan Diare

Lima kegiatan Posyandu selanjutnya dikembangkan menjadi tujuh kegiatan Posyandu


(Sapta Krida Posyandu), yaitu:

1. Kesehatan Ibu dan Anak


2. Keluarga Berencana
3. Immunisasi
4. Peningkatan gizi
5. Penanggulangan Diare
6. Sanitasi dasar. Cara-cara pengadaan air bersih, pembuangan kotoran dan air limbah
yang benar, pengolahan makanan dan minuman
7. Penyediaan Obat essensial.

C. Pembentukan Posyandu

Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada seperti:


1) Pos penimbangan balita
2) Pos immunisasi
3) Pos keluarga berencana desa
4) Pos kesehatan
5) Pos lainnya yang dibentuk baru.

D. Alasan Pendirian Posyandu


Posyandu didirikan karena mempunyai beberapa alasan sebagai berikut:
1) Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatn khususnya dalam upaya
pencegahan penyakit dan PPPK sekaligus dengan pelayanan KB.
2) Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat, sehingga
menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap upaya dalam bidang kesehatan dan
keluarga berencana (Effendi, 1998).

E. Penyelenggara Posyandu
1) Pelaksana kegiatan, adalah anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader
kesehatan setempat dibawah bimbingan Puskesmas
2) Pengelola posyandu, adalah pengurus yang dibentuk oleh ketua RW yang berasal
dari keder PKK, tokoh masyarakat formal dan informal serta kader kesehatan yang ada
di wilayah tersebut (Effendi, 1998).

F. Lokasi / Letak Posyandu


Syarat lokasi/letak yang harus dipenuhi meliputi:
1) Berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat
2) Ditentukan oleh masyarakat itu sendiri
3) Dapat merupakan lokal tersendiri
4) Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di rumah penduduk, balai rakyat, pos
RT/RW atau pos lainnya.

6
BB 5.2

G. Pelayanan Kesehatan Di Posyandu


Adapun pelayanan kesehatan yang dijalankan oleh posyandu meliputi:
1) Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita

 a) Penimbangan bulanan
 b) Pemberian tambahan makanan bagi yang berat badannya kurang
 c) Immunisasi bayi 3-14 bulan
 d) Pemberian orlit untuk menanggiulangi diare
 e) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama

2) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur

 a) Pemeriksaan kesehatan umum


 b) Pemeriksaan kehamilan dan nifas
 c) Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan tablet besi
 d) Immunisasi TT untuk ibu hamil
 e) Penyuluhan kesehatan dan KB
 f) Pemberian alat kontrasespsi KB
 g) Pemberian oralit pada ibu yang terkena diare
 h) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama
 i) Pertolongan pertama pada kecelakaan (Effendi, 1998).

Dalam pelaksanaan tugasnya kader pada posyandu selalu didampingi oleh tim dari
Puskesmas, seperti pada pelaksanaan pada meja IV, apabila kader menemui masalah
kesehatan, kader harus berkonsultasi pada petugas kesehatan yang ada, masalah
tersebut dapat berupa:

 a) Balita yang berat badanya tidak naik tiga kali berturut-turut.


 b) Balita yang berat badanya di bawah garis merah.
 c) Balita yang sakit; batuk, sukar bernafas, demam dan sakit telinga.
 d) Balita yang mencret.
 e) Anak yang menderita buta senja atau mata keruh.
 f) Balita dengan penyimpangan tumbuh kembang atau perkembangan terlambat.
 g) Ibu yang pucat, sesak nafas, bengkak kaki terutama ibu hamil.
 h) Ibu hamil yang menderita perdarahan, pusing kepala yang terus menerus (Depkes RI-
Unicef, 2000).

Bentuk kegiatan lain yang masih dilokasi Posyandu berupa;


1) Mencatat hasil kegiatan UPGK dalam regester balita sampai terbentuknya balok
SKDN.
2) Membahas bersama - sama kegiatan lain atas saran petugas.
3) Menetapkan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan seperti penyuluhan.
Sedangkan bentuk kegiatan yang dilakukan diluar posyandu berupa:
1) Melaksanakan kunjungan rumah.
2) Menggerakkan masyarakat untuk menghadiri dan ikut serta dalam kegiatan UPGK.

7
BB 5.2

3) Memanfaatkan pekarangan untuk peningkatan gizi keluarga.


4) Membantu petugas dalam pendaftaran, penyuluhan, dan peragaan ketrampilan
(Depkes RI-Unicef, 2000).

Apabila kader menjumpai kesulitan dalam menjalankan tugasnya dalam posyandu,


maka mereka dapat menghubungi orang-orang berikut sebagai upaya untuk mencari
jalan keluar:

 a) Bidan desa.
 b) Kepala Desa.
 c) Tokoh masyarakat / tokoh agama.
 d) Petugas LKMD, RT, RW.
 e) Tim Penggerak PKK.
 f) Petugas PLKB.
 g) Petugas pertanian ( PPL ).
 h) Tutor dari P dan K.

H. Dukungan Dari Puskesmas/ Petugas Kesehatan


Memberikan pelatihan kepada kader yang terdiri dari:

1) Aspek komunikasi.
2) Tehnik berpidato.
3) Kepemimpinan yang mendukung Posyandu.
4) Proses pengembangan.
5) Tehnik pergerakan peranserta masyarakat.
6) Memberikan pembinaan pada kader setelah kegiatan Posyandu berupa:

 Cara melakukan pendataan / pencatatan.


 Cara meningkatkan kemampuan kader dalam menyampaikan pesan kesehatan pada
masyarakat.

7) Memotivasi untuk meningkatkan keaktifan kader dalam kegiatan Posyandu.

I. Dukungan dari Masyarakat / LKMD


LKMD mempunyai peranan besar dalam upaya peningkatan tarap kesehatan
masyarakat di desa / kelurahan. Dalam hal ini termasuk upaya penurunan angka
kematian bayi, anak balita, ibu hamil dan angka kelahiran, khususnya yang diupayakan
melalui posyandu dengan kegiatanya.
Perananan LKMD dalam pembentukan Posyandu;

1. Mengusulkan, mendorong dan membantu kepala desa / kelurahan untuk membentuk


posyandu di wilayahnya.
2. Memberi tahu masyarakat tentang pentingnya posyandu serta cara pembentukannya.
3. Membantu secara aktif pelaksanaan pengumpulan data dan musyawarah masyarakat
dalam rangka membentuk Posyandu, penentuan lokasi, jadwal, pemilihan kader dan
lain-lainnya.

8
BB 5.2

Peranan LKMD dalam pelaksanaan Posyandu:

1. Mengingatkan mendorong dan memberi semangat agar kader selalu melaksanakan


tugasnya di Posyandu dengan baik.
2. Mengingatkan ibu hamil, ibu yang mempunyai bayi dan anak balita serta ibu usia subur
agar datang ke Posyandu sesuai jadwal yang telah ditentukan.

Peranan LKMD dalam pembinaan Posyandu.

1. Mengamati apakah penyelenggaraan Posyandu telah dilakukan secara teratur setiap


bulan, sesuai jadwal yang telah disepakati.
2. Mengamati apakah Posyandu telah melaksanakan pelayanan secara lengkap (KIA, KB,
Gizi, Immunisasi dan penanggulangan diare).
3. Memberikan saran-saran kepada kepala desa / kelurahan dan kader agar Posyandu
dapat berfungsi secara optimal ( agar buka teratur sesuai jadwal, melakukan pelayanan
secara lengkap dan dikunjungi ibu hamil, ibu dan anak balita serta ibu usia subur).
4. Bila dipandang perlu, membantu mencarikan jalan agar Posyandu dapat melakukan
pemberian makanan tambahan kepada bayi dan anak balita secara swadaya.
5. Mengingatkan kader untuk melakukan penyuluhan di rumah-rumah ibu (kunjungan
rumah) dengan bahan penyuluhan yang tersedia.
6. Mencarikan jalan dan memberi saran-saran agar kader dapat bertahan melaksanakan
tugas dan perannya (tidak drop out). Misalnya dengan pemberian penghargaan,
mengupayakan alat tulis atau bantuan lainya.
7. Membahas bersama kepala desa / kelurahan dan tim pembina LKMD Kecamatan cara-
cara pemecahan masalah yang dihadapi Posyandu.
8. Agar pembinaan Posyandu dan pembinaan kader dilakukan oleh LKMD ini dapat
dilaksanakan dengan baik, maka cara dan pesan-pesan penyuluhan yang berkaitan
dengan promosi Posyandu juga perlu dipahami oleh LKMD.

9
BB 5.2

D. Pembinaan Kesejahteraan Keluarga

Logo PKK

Pembinaan Kesejahteraan Keluarga, disingkat PKK, adalah organisasi


kemasyarakatan yang memberdayakan wanita untuk turut berpartisipasi dalam
pembangunan Indonesia. PKK terkenal akan "10 program pokok"-nya.

10 Program Pokok PKK

10 Program Pokok PKK pada hakekatnya merupakan kebutuhan dasar manusia, yaitu :

1. Penghayatan dan Pengamalan Pancasila


2. Gotong Royong
3. Pangan
4. Sandang
5. Perumahan dan Tatalaksana Rumah Tangga
6. Pendidikan dan Ketrampilan
7. Kesehatan
8. Pengembangan Kehidupan Berkoperasi
9. Kelestarian Lingkungan Hidup
10. Perencanaan Sehat

Sejarah

Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) sebagai gerakan pembangunan


masyarakat bermula dari seminar Home Economic di Bogor tahun 1957. Sebagai tindak
lanjut dari seminar tersebut, pada tahun 1961 panitia penyusunan tata susunan
pelajaran pada Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Kementerian Pendidikan
bersama kementerian-kementerian lainnya menyusun 10 segi kehidupan keluarga.
Gerakan PKK dimasyarakatkan berawal dari kepedulian istri gubernur Jawa Tengah
pada tahun 1967 (ibu Isriati Moenadi) setelah melihat keadaan masyarakat yang
menderita busung lapar.

10
BB 5.2

Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui 10 segi pokok keluarga


dengan membentuk Tim Penggerak PKK di semua tingkatan, yang keanggotaan timnya
secara relawan dan terdiri dari tokoh/pemuka masyarakat, para isteri kepala
dinas/jawatan dan isteri kepala daerah s.d tingkat desa dan kelurahan yang
kegiatannya didukung dengan anggaran pendapatan dan belanja daerah.

Pada tanggal 27 Desember 1972 mendagri mengeluarkan surat kawat no. Sus 3/6/12
kepada seluruh gubernur kdh tk. I Jawa Tengah dengan tembusan gubernur kdh
seluruh indonesia, agar mengubah nama pendidikan kesejahteraan keluarga menjadi
pembinaan kesejahteraan keluarga. Sejak itu gerakan PKKdilaksanakan di seluruh
Indonesia dengan nama Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), dan tanggal 27
Desember ditetapkan sebagai "hari kesatuan gerak PKK" yang diperingati pada setiap
tahun.

Dalam era reformasi dan ditetapkannya TAP MPR no. IV/MPR/1999 tentang GBHN
1999-2004, serta pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan undang-undang no.22
tahun 1999 dan undang-undang no.25 tahun 1999, tp pkk pusat taggap dengan
mengadakan penyesuaian-penyesuaian yang disepakati dalam rakernaslub pkk tanggal
31 Oktober s.d 2 November 2000 di bandung dan hasilnya merupakan dasar dalam
perumusan keputusan menteri dalam negeri dan otonomi daerah no. 53 tahun 2000,
yang selanjutnya dijabarkan dalam pedoman umum gerakan Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga (PKK) ini.

Hal yang mendasar antara lain adalah perubahan nama gerakan PKK dari gerakan
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga menjadi gerakan Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga.[1]

11
BB 5.2

E. Bidan Desa
Bidan adalah sebutan bagi orang yang belajar di sekolah khusus untuk menolong
perempuan saat melahirkan. 'Definisi bidan' menurut International Confederation Of
Midwives (ICM) yang dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh
dunia, dan diakui oleh WHO dan Federation of International Gynecologist Obstetrition
(FIGO). Definisi tersebut secara berkala di review dalam pertemuan Internasional /
Kongres ICM. Definisi terakhir disusun melalui konggres ICM ke 27, pada bulan Juli
tahun 2005 di Brisbane Australia ditetapkan sebagai berikut: Bidan adalah seseorang
yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus
dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau
memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan.
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah: seorang
perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi
profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi
untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan
praktik kebidanan.
Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel,
yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan
nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan
atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi.
Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi
komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai,
serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan.
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak
hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini
harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat
meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan
asuhan anak.
Bidan dapat praktik diberbagai tatanan pelayanan, termasuk di rumah, masyarakat,
Rumah Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya.

12
BB 5.2

Peran dan Kompetensi Bidan Desa

 1. a. Peran Teknis b. Peranan non teknis bidan desa 1. Peran Bidan Desa
terbagi 2, yaitu Teknis & Non Teknis (Depkes RI, 1994) 1.Pendayagunaan bidan
desa ditujukan untuk mendukung percepatan penurunan AKI dan AKB 2.
Bertujuan untuk memastikan bahwa mereka melaksankan tugas pokoknya
sesuai standar yang ditetapkan dan mempunyai bekal pengetahuan serta
keterampilan cukup untuk memberikan pelayanan yang berkualitas. 3.
Pembinaan bidan desa hendaknya dikembangkan per kabupaten sesuai kondisi
setempat di bawah pembinaan tingkat propinsi dengan mengacu kepada pola
pembinaan teknis yang berlaku nasional. 1.Melakukan penyuluhan kes
Penyuluhan yg khususnya mengenai kespro kpd masy.. Penyuluhan ini
diharapkan dpt meningkatkan pengetahuan masy. mengenai pentingnya
melakukan pemeriksaan kehamilan serta persalinan yg ditolong oleh tenaga
bides. 2.Melakukan pelayanan rujukan Jika bides tak mampu menangani pasien
atau pasien mengalami kegawatdaruratan,mk diharapkan bides dptmelakukan
rujukan ke PKM atau RS 3 Memberikan pelayanan antenatal Antenatal care
adalah merupakan cara penting untuk memonitoring & mendukung kes. ibu hamil
normal & mendeteksi ibu dgn kehamilan normal, ibu hamil sebaiknya dianjurkan
mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil
untuk mendapatkan pelayanan dan asuhan antenatal
 2. 2. Kompetensi Bidan Poskesdes Berdasarkan Kepmenkes 900 tahun 2002
tentang registrasi dan praktik bidan dan memperhatikan draft ke VI kompetensi
inti bidan yang disusun oleh ICM Februari 1999, kompetensi bidan sbb: 1.Bidan
memiliki persyarakatan pengetahuan dan keterampilan. 2. Bidan memberikan
asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap
budaya dan pelayanan menyeluruh di masyarakat untuk meningkatkan
kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi
orang tua. 3. Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untuk

13
BB 5.2

mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi deteksi dini,


pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu 4. Bidan memberikan asuhan
bermutu tinggi serta tanggap terhadap budaya setempat selama persalinan,
memimpin suatu persalinan yang bersih, aman, menangani situasi
kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan BBL 5.
Bidan memberikan asuhan kepada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi
terhadap budaya setempat. 6. BIdan memberikan asuhan yang brmutu tinggi
komprehensif pada BBl s.d. 1 bulan. 7. Bidan memberikan asuhan yang bermutu
tinggi komprehensif padabayi dan balita sehat (1 bulan s.d. 5 tahun) 8.Bidan
memberikan asuhan yang bermutu tinggi komprehensif pada keluarga, kelompok
dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat. 9. Melaksanakan asuhan
kebidanan pada perempuan/ ibu dengan gangguan sistem reproduksi
 3. 1.Pencatatan Pencatatan dilakukan oleh kader dan tenaga kesehatan segera
setelah kegiatan dilaksanakan. Pencatatan dilakukan dengan menggunakan
format yang ada, antara lain : a.Buku catatan sasaran Poskesdes, yang
mencatat jumlah seluruh warga & masyarakat sekitarnya. b.Buku catatan
rekapitulasi kegiatan pelayanan Poskesdes. c.Buku catatan kegiatan pertemuan
yang diselenggarakan oleh Poskesdes. d.Buku catatan kegiatan usaha, apabila
Poskesdes menyelenggarakan kegiatan usaha. e.Buku pengelolaan keuangan. f.
Dan lain-lain sesuai kegiatan yang dilaksanakan dan kebutuhan Poskesdes yang
bersangkutan. 3. Sistem Pencatatan & Pelaporan 2. Pelaporan Pada dasarnya
kader Poskesdes tidak wajib melaporkan kegiatannya kepada Puskesmas. Akan
tetapi kegiatan yang menyangkut pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
Poskesdes, tetap harus dilaporkan dengan mengacu format pelaporan
Puskesmas disesuaikan dengan kegiatan di Poskesdes. Untuk itu, setiap
puskesmas harus menunjuk petugas yang bertanggung jawab untuk melakukan
pembinaan pencatatan dan pelaporan Poskesdes. Berkaitan dengan
pertanggung jawaban keuangan, Poskesdes melaporkan kepada Pengurus
Poskesdes dan dan Kepala Desa.

14

Anda mungkin juga menyukai