Anda di halaman 1dari 3

Nama : Okta Syatika

Kelas : Globalisme dan Transnsionalisme C


NIM : 2101134804

PBB Sebagai Solusi Pengendalian Eksplotasi Kafala Di Qatar.

Qatar merupakan sebuah negara kecil yang terletak di sebelah semenanjung arab.
Negara ini mulai menjadi sorotan saat dipilih sebagai tuan rumah pada piala dunia 2022.
Infrastruktur yang dibangun menguras banyak biaya mulai dari mulai dari berbagai teknologi
canggih hingga ke pembuatan jalan baru. Bukan hanya itu, bahkan negara kecil yang berada
di sebelah semenanjung arab ini juga membangun sebuah jembatan yang dapat
menghubungkan seluruh negara teluk. Semua hal tersebut dilakukan demi 9 stadion utama
dan seluruh proyek infrastruktur yang memakan banyak biaya itu membawa daya tarik pada
para migran.

Menjadi tuan rumah Piala Dunia merupakan sebuah hal yang sudah sejak lama
diimpikan, sehingga dalam proses mencapai tujuannya pasti menimbulkan masalah. 1.200
pekerja migran meninggal dunia di Qatar pada kisaran tahun 2010 hingga 2013. Namun,
memang sudah sejak lama sekali negara teluk adalah negara yang tidak bisa lepas dari para
pekerja asing. Dengan itu, rata-rata dari migran yang datang ke Qatar merupakan
pengangguran di negara nya sendiri sehingga mereka datang ke negara teluk yang sangat
membutuhkan tenaga kerja asing seperti Qatar untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Namun, sangat disayangkan, untuk mendapatkan pekerjaan para migran ini harus melakukan
pengeluaran yang cukup besar sehingga pada saat mereka sulit untuk membayarnya kembali,
mereka mulai harus bertahan hidup di negara tersebut demi membayar biaya tersebut kembali
dalam bentuk seperti hutang. Hal ini yang memberi akhir pada para pekerja asing tunduk
pada sistem kafala demi bertahan hidup di negara teluk tersebut.

Kafala berasal dari Bahasa arab yang di zaman dahulu memberikan konsep penjaga
atau penanggung-jawaban. Al-Quran memberikan contoh yang meguntungkan, sebagaimana
Nabi Zakariya melindungi dan menjamin kehidupan Maryam dalam kesusahannya. Namun,
ada kisah lain yang diangkat dari Nabi Daud saat dua orang saudara berselisih mengatakan
pernyataan yang berbeda dalam perhuntangan mereka. Yang mana hutang tersebut naik
berlipat ganda dan dari kisah ini artinya sistem kafala juga agak merugikan.
Pemberlakuan kafala ini sangat banyak di negara teluk. Sistem kafala ini sudah di
adopsi oleh negara teluk sejak lama sekali yaitu sekitar tahun 1950-an dan pada saat itu
negara mereka memiliki ekonomi yang sangat stabil karena sektor minyak menghasilkan
pendapatan yang cukup menjanjikan. Sistem kafala terdapat sponsor atau bisa disebut dengan
kafeel yaitu subjek yang kerap membawa kerugian pada para pekerja asing. Rata-rata dari
para pekerja asing ini seringkali mendapat janji palsu mulai dari gakji bahkan hingga dalam
segi tempat tinggal untuk menetap.

Bahkan sistem kafala ini kerap membuat para pekerja asing yang ada di negara teluk
merasa terancam, contohnya seperti mereka harus mendaptkan izin dari kafeel terlebih dahulu
jika ingin berpergian dan jika tidak diperbolehkan, maka paspor mereka akan disita. Hal
tersebut menimbulkan sorotan pada beberapa aktivis sehingga mereka meminta klarifikasi
dari Qatar tentang paksaan dalam pekerjaan yang dialami para pekerja asing. Eksploitasi
yang terjadi dalam sistem kafala ini menuju pada penyalahgunaan sistem dan semakin
mengarah pada pelanggaran HAM.

Jika dilihat dari upaya ILO atau juga merupakan Organisasi Perburuhan Internasional,
sistem kafala sangat bertolak belakang yang mana pekerjaan para migran ini sangat tidak
bebas, tidak adil dan bahkan mengancam yang mana artinya pekerjaan ini tidak aman bagi
mereka. ILO ini merupakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang memiliki matlamat
untuk Hak-Hak tenaga kerja yang layak. Hal ini sangat tidak layak terjadi sehingga
seharusnya sudah diturun tangani oleh Dewan HAM PBB. Setidaknya jika negara yang
melakukan sistem kafala tidak dikenakan sanksi, para pekerja asing tersebut pantas diadili
dengan pekerjaan yang layak.

Bagaimanapun, sistem kafala tetap dapat menjadi sebuah solusi yang baik pada para
pekerja asing jika tidak disalah gunakan karena tidak semua yang menjadi kafeel memberi
kerugian dan pelanggaran HAM pada orang lain, contoh nyata seperti kisah Maryam dan
Nabi Zakariya. Oleh dengan itu, yang harus ditindak lanjuti pada kafala ini adalah sistem
yang didirikan oleh yang pihak yang berkaitan sehingga tidak memberikan dampak buruk
bagi para migran. PBB merupakan sebuah solusi yang paling agak membantu karena hanya
organisasi internasional inilah yang akhirnya bisa menganalisis serta menangani Qatar
sebagai negara yang dipandang memiliki infrastukrur yang baik dan kestabilan dalam
ekonomi.
DAFTAR REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai