Anda di halaman 1dari 3

Belt Road Initiatives

Perspective Politics
Pada 2013, Xi mengusung program One Belt One Road (OBOR) Initiative. Program itu
bertujuan membangun sistem perdagangan internasional yang terkoneksi. Baik melalui jalan
darat dari Tiongkok ke Eropa dan sebaliknya. Maupun jalur laut dari Tiongkok ke kawasan Asia
dan Afrika BRI merupakan salah satu program China untuk mengimbangi/mengalahkan
power/dominasi negara barat (Amerika) dalam sistem percaturan ekonomi dunia. Ditengarai
bahwa Tiongkok menginginkan sistem yang dipimpinnya untuk harmoni mutualitas ini terdapat
strategi substantif untuk menumbuhkan sistem operasi ekonomi internasional. Untuk berpotensi
menggantikan sistem Konsensus Washington dan Bretton Woods yang dipimpin AS.
Apa yang ditawarkan China dalam BRI
China menginvestasikan dana sebesar 150 miliar USD untuk mendanai program BRI. Dana ini
nantinya dapat dipinjam oleh negara-negara anggota BRI untuk pembangunan infrastruktur
penunjang kemajuan ekonomi di negara peminjam.
BRI dan Indonesia
1. Investasi Tiongkok senilai US$ 2,3 miliar untuk 1.562 proyek di Indonesia. Angka ini
melibatkan seribu perusahaan dan 25 ribu pekerja dari Tiongkok. (TKI Id di China
85.900)
Contoh: Pembangunan bandara di Sulawesi dan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung 

2. Volume perdagangan antara Tiongkok-Indonesia meningkat 23,5% menjadi US$ 72,6


miliar pada 2018. Tiongkok mengekspor barang-barang berteknologi tinggi, seperti
mesin dan peralatan elektronik. Adapun Indonesia mengekspor hasil sumber daya alam,
seperti batu bara dan minyak sawit mentah (CPO)
Akan tetapi, meskipun volume perdagangan meningkat, Indonesia justru mengalami
defisit neraca perdagangan di sektor non-migas sebesar 18,98 miliar USD (2018) angka
ini melonjak drastis daripada defisit 2013 sebesar 8,25 miliar USD.

Negara yang terancam terjerat Belt Road Initiatives


1. Pakistan
Negara tersebut terikat perjanjian China-Pakistan Economic Corridor senilai USD 62
miliar atau Rp 903 triliun. Belum termasuk pinjaman lain. Pemerintah Tiongkok
mengambil jatah 80 persen pinjaman dari proyek yang sebagian besar digunakan proyek
pembangkit listrik
2. Tonga
Perdana Menteri Tonga Akalisi Pohiva meminta ada penghapusan pinjaman USD 160
juta atau Rp 2 triliun. Dia mengajak negara Oseania lain untuk memohon penghapusan
utang
3. Maladewa
Hutang Maladewa ke China mencapai 1,5 – 2 miliar USD dan hampir mencapai 80% dari
total hutang nasional Maladewa. Nasheed (mantan presiden Maladewa) menyebut China
telah menduduki 26 pulau Maladewa.
Jika gagal bayar, Negara-negara tersebut bisa jadi harus melewati skema tukar aset.
Contohnya Sri Lanka. Negara yang bertetangga dengan India itu memperoleh pinjaman
pada 2015. Saat itu Sri Lanka terpojok karena Presiden Mahinda Rajapaksa dituduh
melanggar HAM. Meski sedang dalam kondisinya terkucil. Namun, Tiongkok tetap
mengucurkan dana bertubi-tubi. Jumlahnya mencapai USD 8 miliar atau Rp 116 triliun.

Saat tak sanggup membayar, Sri Lanka harus menyerahkan 70 persen saham kepemilikan
Pelabuhan Hambantota serta hak pengelolaan ke pemerintah Tiongkok. Hak pengelolaan
selama 99 tahun itu mengganti utang USD 1,1 miliar atau Rp 16 triliun.

Ringkasan Penting
1. Belt and Road Initiative (BRI) merupakan upaya Tiongkok untuk mengulang
kejayaan Jalur Sutra.
2. Terdiri atas jalur ekonomi darat yang membentang ke Eropa dan jalur laut menuju
Asia dan Afrika.
3. Program BRI melingkupi 68 negara dengan skema pinjaman hingga 2018 (hutang
periode jangka pendek, 5 tahunan, periode I 2013-2018)
4. Terdiri atas 14 negara di Asia Timur dan Tenggara, 13 negara di Asia Selatan dan
Tengah, 17 negara di Timur Tengah, serta 24 negara di Eropa.
5. 31 di antara total 36 negara miskin utang tinggi (HIPC) mendapatkan suntikan BRI.
6. Di antara 68 negara yang berutang ke Tiongkok melalui BRI, 23 berisiko mengalami
gagal bayar.
7. Delapan negara dengan risiko kegagalan membayar hutang paling tinggi: Djibouti,
Kyrgyzstan, Laos, Maladewa, Mongolia, Montenegro, Pakistan, dan Tajikistan.
8. Tiongkok menukar utang yang tak terbayar dengan aset negara dalam beberapa kasus.
Misalnya, penyerahan lahan sengketa Tajikistan pada 2011. Atau, hak pengelolaan
Pelabuhan Hambantota selama 99 tahun di Sri Lanka

Pros Cons
BRI sebagai counter balance atas Justru akan terjadi alih dominasi China
dominasi ekonomi
Dengan ambisi yang besar utuk
Selama ini, kemajuan ekonomi di mengulangi kejayaan masa lalu, bukan
dominasi oleh negara-negara Eropa dan tidak mungkin China memanfaatkan BRI
Amerika. Mereka cenderung kurang untuk keuntungan pribadi mereka semata.
mempercayakan investasi/pinjaman Utang yang diberikan kepada negara-
mereka ke negara-negara Asia. negara yang dirasa tidak akan mempu
untuk melunasi semakin menguatkan
narasi niat akan China melakukan
kolonialisme pada negara-negara tersebut.
Hal ini dibuktikan dengan 23 negara
anggota BRI yang terancam gagal
mengembalikan pinjaman.

Kemudahan aturan dagang Negara anggota BRI justru akan menjadi


market China
Seperti Uni Eropa serta ASEAN, BRI juga
akan membuka pasar yang lebih luas lagi Dengan tingginya produktivitas China,
untuk kegiatan ekspor-impor dari negara- variasi produk, serta herga produk yang
negara anggota karena adanya kemudahan lebih terjangkau produk China dapat
regulasi yang telah disepakati. Apalagi dengan mudah diterima negara-negara
dengan anggota 68 negara, BRI menjadi BRI. Negara-negara anggota BRI
pasar yang lebih besar dari segala kerja sebagian besar dirasa memiliki posisi
sama yang telah ada selama ini. tawar dibawah China.
Bahkan Indonesia mengalami defisit
neraca perdagangan.
Pun dirasa, negara-negara BRI dan China
tidak memiliki kesamaan background
yang menyatukan mereka dan memiliki
interest yang berbeda.

Kesempatan untuk negara-negara Adanya niat China untuk mengalahkan


“miskin” untuk berkembang secara US dalam dominasi percaturan ekonomi,
signifikan dengan bergabung BRI justru akan
memperburuk huungan bilateran negara
BRI membantu negara-negara miskin (Indonesia) dengan US
yang selama ini tidak cukup mendapat
kepercayaan untuk kembali membangun US sendiri telah menjalin hubungan yang
negaranya. baik dengan Indonesia serta telah
menginvestasikan banyak hal spt:
Pelatihan gabungan kemiliteran, suplai
senjata perang, bahkan pinjaman serta
pengabulan rekonsiliasi hutang.

Anda mungkin juga menyukai