0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
258 tayangan2 halaman
CGI dibubarkan pada 2007 karena Indonesia sudah mampu menangani utang luar negerinya sendiri. CGI didirikan pada 1992 untuk membantu pembangunan Indonesia dengan memberikan pinjaman, namun kepentingannya bersifat multilateral sehingga negosiasi utang lebih baik dilakukan secara bilateral. Pembubaran CGI berimplikasi pada proses birokrasi pinjaman luar negeri Indonesia yang menjadi lebih rumit.
CGI dibubarkan pada 2007 karena Indonesia sudah mampu menangani utang luar negerinya sendiri. CGI didirikan pada 1992 untuk membantu pembangunan Indonesia dengan memberikan pinjaman, namun kepentingannya bersifat multilateral sehingga negosiasi utang lebih baik dilakukan secara bilateral. Pembubaran CGI berimplikasi pada proses birokrasi pinjaman luar negeri Indonesia yang menjadi lebih rumit.
CGI dibubarkan pada 2007 karena Indonesia sudah mampu menangani utang luar negerinya sendiri. CGI didirikan pada 1992 untuk membantu pembangunan Indonesia dengan memberikan pinjaman, namun kepentingannya bersifat multilateral sehingga negosiasi utang lebih baik dilakukan secara bilateral. Pembubaran CGI berimplikasi pada proses birokrasi pinjaman luar negeri Indonesia yang menjadi lebih rumit.
Consultative Group on Indonesia (CGI) merupakan konsorsium negara - negara dan lembaga - lembaga kreditur dan donor untuk Indonesia yang dirancang oleh Pemerintah Indonesia dengan Bank Dunia. CGI dibentuk pada tahun 1992 sebagai pengganti dari Inter- Govermental Group on Indonesia (IGGI). Keanggotaan CGI terdiri dari 30 kreditur bilateral dan multilateral, termasuk Bank Dunia, ADB, IMF, dan negara-negara industri seperti Jepang dan Amerika Serikat serta beberapa negara lain yang lebih kecil dan beberapa lembaga pemberi bantuan finansial lainnya. Pada tahun 2006, CGI telah memberikan bantuan pinjaman segar sebesar US $5,4 miliar kepada Indonesia. CGI dibubarkan secara resmi setelah pengumuman Presiden Republik Indonesia pada tanggal 24 Januari 2007. Indonesia tidak lagi membutuhkan bantuan khusus dari CGI karena Indonesia sekarang telah mampu untuk mengatasi masalah utang luar negerinya sendiri. Pembubaran CGI ini ternyata tidak hanya didukung oleh Lembaga-lembaga multilateral seperti Bank Dunia, ADB, dan IMF, akan tetapi juga didukung oleh sebagian besar negara- negara donor itu sendiri. Adapun alasan dibubarkannya IGGI antara lain bahwa Indonesia tidak dapat menerima kredit atau bantuan ekonomi bila dikaitkan dengan hak asasi manusia atau bila bersifat mencampuri urusan dalam negeri Indonesia. Maka kelanjutannya dibentuk konsorsium CGI dengan syarat tanpa Belanda di dalamnya. Keanggotaan CGI adalah Amerika Serikat, Australia, Beigia, Jepang, Jerman, lnggris, Italia, Kanada, Prancis, Selandia Baru, dan Swis. CGI didirikan oleh Bank Dunia atas permintaan pemerintah Indonesia dan lembaga-lembaga internasional yang sebagian besar merupakan mantan anggota IGGI. Tujuan CGI adalah membantu pembangunan Indonesia untuk pengembangan berbagai proyek di lndonesia. Pinjaman melalui angsuran dalam jangka waktu 30 sampai 50 tahun. Membantu Indonesia yang sedang mengadakan pembangunan ekonomi, agar Indonesia dapat berkembang sehingga menjadi negara yang maju. Membantu program pembangunan Indonesia dan mengkoordinasikan bantuan keuangan kepada Indonesia. Sri Mulyani yang pada waktu itu menjabat sebagai Menteri Keuangan menegaskan bahwa CGI tidak lagi dibutuhkan sebagai kreditur utama bagi negara Indonesia karena Indonesia lebih suka melakukan negosiasi bilateral (one-on-one negotiations) dibandingkan dengan perjanjian multilateral (round table negotiations). Hal senada diungkapkan oleh Aviliani (2007), CGI dibubarkan karena kepentingannya bersifat multinasional. Urusan mengenai utang luar negeri akan lebih bagus dalam bentuk bilateral karena nanti bisa mengarah pada peningkatan hubungan perdagangan dan industri. Di samping itu, setelah dibubarkannya CGI “portofolio utang” akan semakin banyak sehingga memperkuat posisi tawar (bargaining position) Indonesia di luar negeri. Selanjutnya, Drajad Wibowo (2007) menyatakan bahwa pembubaran CGI menimbulkan konsekuensi bagi perekonomian Indonesia baik dari segi keuntungan maupun kerugian: 1. Dari segi Keuntungan Keuntungan yang diperoleh Indonesia setelah pembubaran CGI antara lain: a. Utang luar negeri yang dipergunakan untuk infrastruktur dan proyek - proyek yang memiliki arus kas positif akan semakin selektif dan utang luar negeri bisa diperoleh dari negara - negara atau lembaga - lembaga yang memang benar benar tertarik pada proyek tersebut. b. Dengan dibubarkan CGI, kompetisi akan terjadi sehingga tidak ada lagi “kartel utang” terhadap Indonesia.
2. Dari segi Kerugian
Kerugian yang dialami Indonesia setelah pembubaran CGI antara lain: a. Indonesia harus mencari utang luar negeri lewat forum bilateral atau melalui negosiasi dengan negara-negara donor. Dalam hal ini Indonesia harus menghadapi rumitnya proses birokrasi karena Indonesia harus berhadapan satu per satu dengan negara donor. b. Dari sisi neraca pembayaran memang ada risiko berkurangnya arus modal masuk sehingga neraca modal menjadi merosot. Tetapi hal ini bisa diimbangi dengan arus modal dari portofolio jangka pendek dan investasi asing langsung. https://tirto.id/organisasi-pendonor-utang-bwif