Anda di halaman 1dari 4

Belt and Road Initiative: Jalan Cina Menjadi Adidaya Yang Baru

Pada tahun 138 SM, seorang utusan dari Dinasti Han Tiongkok bernama Zhang Qian
memiliki tugas untuk membuat persekutuan dengan suku Yuezhi melawan suku Xiongnu. 1
Singkat cerita, perjalanan Zhang Qian ini tidak membuahkan hasil yang diinginkan namun
hasil perjalanannya membuktikan adanya kehidupan manusia di Asia Tengah. Bahkan dia
kembali diutus untuk kembali ke daerah yang sama dan membuat hubungan perdagangan
dengan suku-suku yang ada di sana. Secara alamiah, perdagangan pun berkembang antara
Tiongkok dan suku-suku yang ada di Asia Tengah ini.

Dari awal yang sederhana, jalur perdagangan ini semakin meluas dan menyentuh
banyak peradaban lain. Jalur perdagangan ini tidak hanya mencakup Asia Tengah tetapi juga
ke India, Timur Tengah, bahkan hingga Eropa sekali pun. Tidak hanya kuda tetapi emas,
perak, sutra, ilmu pengetahuan, hingga agama sekali pun tersebar melalui adanya jalur
perdagangan ini. Jalur perdagangan ini kemudian diberi nama oleh seorang geologis Jerman
pada abad ke-19 bernama Ferdinand von Richthofen dengan komoditas paling terkenal yang
diperdagangkan lewat jalur ini: “Scidenstrassen” atau jalur sutra.2

Jalur sutra ini memiliki banyak andil dalam membentuk sejarah orang-orang dan
negara-negara yang dilewatinya. Dari kemakmuran hingga kehancuran menimpa mereka
yang berada di dekat jalur sutra ini.

Pada tahun 2013, Presiden Republik Rakyat Cina bernama Xi Jinping


mengungkapkan bahwa perlu dibangkitkan kembali jalur sutra kuno ini. Bahwa perlu
dibangun kembali jalur sutra untuk meningkatkan perkembangan dan kesejahteraan bersama
antara Tiongkok dan negara-negara di Asia Tengah.3 Ini merupakan sebagian dari visi besar
Xi Jinping karena proyek yang ingin ia canangkan tidak hanya di Asia Tengah tetapi tersebar
dari Indonesia hingga Kenya, dan dari Pakistan hingga Inggris. Proyek ini kemudian
dinamakan Belt Road Initiative (BRI).4 Mega-Proyek ini memiliki fokus untuk membangun

1
Yang Juping, “The Relations Between China and India and The Opening of The Southern Silk Road
During The Han Dynasty,” Silk Road Foundation Newsletter Vol. 11 (2013), hlm. 82.
2
Peter Frankopan, The Silk Roads A New History of The World, (New York: Vintage Books, 2017), hlm.
xvi.
3
Ministry of Foreign Affairs of The People’s Republic of China, President Xi Jinping Delivers Important
Speech and Proposes to Build a Silk Road Economic Belt with Central Asian Countries,
http://www.fmprc.gov.cn/mfa_eng/topics_665678/xjpfwzysiesgjtfhshzzfh_665686/t1076334.shtml diakses 19
April 2018.
4
Marlene Laurelle, “Introduction. China’s Belt and Road Initiative. Quo Vadis?” dalam China’s Belt and
Road Initiative and Its Impact in Central Asia, ed. Marlene Laurelle (Washington D.C.: Central Asia Program,
2018), hlm. x.
infrastruktur, pendidikan, materi konstruksi, perumahan, jaringan listrik, hingga pipa gas
alam.5 Lebih dari 60 negara dengan PDB gabungan sebesar USD 21 triliun atau 40% PDB
global yang di dalamnya termasuk 65% populasi dunia tergabung dengan proyek ini. 6
Besarnya minat negara-negara ini didasarkan karena Tiongkok mempromosikannya sebagai
Win-Win Solution.7 Dari angka ini dapat dilihat besarnya proyek ini dan potensi dampaknya
bagi perekonomian global.

BRI ini juga dipanggil sebagai One Belt, One Road karena terbagi atas dua macam
jalur. Jalur darat melalui Silk Road Economic Belt dan jalur laut melalui 21st Century
Maritime Silk Road.8 Akan ada enam koridor darat yang terdiri atas jalan tol, rel kereta, pipa
gas alam dan banyak lagi yang menghubungkan Tiongkok dengan negara-negara yang berada
di koridor tersebut. Lalu ada juga jaringan pelabuhan yang digunakan Tiongkok dan negara
yang bersangkutan untuk dapat berdagang.

5
China issues first big data report on B&R Initiative,
http://www.china.org.cn/china/2016-10/28/content_39588318.htm diakses 18 April 2018.
6
‘One Belt One Road’: Connecting China and The World,
https://www.mckinsey.com/industries/capital-projects-and-infrastructure/our-insights/one-belt-and-one-
road-connecting-china-and-the-world diakses 18 April 2018.
7
We Are Complementary, Not Rivals: One Belt One Road Is A Win Win Situation, It Is About Mutual
Interest And Partnership, https://thediplomat.com/2018/04/the-risks-of-one-belt-one-road-for-chinas-
neighbors/ diakses 19 April 2018.
8
Ramasamy, Bala; Yeung, Matthew; Utoktham, Chorthip; Duval, Yann, "Trade and trade facilitation
along the Belt and Road Initiative corridors", (Bangkok: ARTNeT Working Paper Series, No. 172), hlm. 10,
diakses 19 April 2018.
9
Sumber gambar http://china-trade-research.hktdc.com/business-news/article/The-Belt-and-Road-
Initiative/The-Belt-and-Road-Initiative/obor/en/1/1X000000/1X0A36B7.htm
Pembiayaan finansial proyek ini mayoritas dilakukan oleh Tiongkok. Hingga saat ini
total invetasi BRI bernilai 4 hingga 8 triliun dollar Amerika Serikat. 10 Sekitar 50 perusahaan
milik negara Tiongkok telah berinvestasi pada hampir 1,700 proyek BRI sejak tahun 2013. 11
Dananya sendiri datang dari perusahaan sebagai berikut:12

1. Silk Road Fund


2. China Develpment Bank
3. Import Bank Of China
4. Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB)
5. New Development Bank

10
Our Bulldozers, Our Rules, https://www.economist.com/news/china/21701505-chinas-foreign-
policy-could-reshape-good-part-world-economy-our-bulldozers-our-rules diakses 19 April 2018.
11
OBOR An Extremely Simple Guide To Understand China’s One Belt One Road Forum For Its New Silk
Road, https://qz.com/983460/obor-an-extremely-simple-guide-to-understanding-chinas-one-belt-one-road-
forum-for-its-new-silk-road/ diakses 19 April 2018.
12
Ibid.
Selain besarnya jumlah investasi yang diberikan oleh Tiongkok, hal lain yang
membuat banyak negara mau bekerjasama dengan Tiongkok adalah kesiapan Tiongkok untuk
tidak pduli terhadap hak asasi manusia pekerja dan juga rendahnya kesadaran akan
perlindungan terhadap lingkungan.13 Hal ini berbeda dengan banyaknya evaluasi dan
administrasi yang harus dilalui oleh negara-negara ini ketika ingin meminjam modal dari IMF
dan Bank Dunia.

Ada pun hal yang harus dicermati adalah BRI ini merupakan proyek yang risikonya
tinggi. Banyak dari negara yang menerima suntikan investasi ini adalah negara dengan
tingkat keamanan yang rendah dan tingkat korupsi yang tinggi. Lalu, banyak negara ini yang
berpotensi terlilit hutang yang tidak bisa mereka bayar seperti Sri Lanka. 14 Sri Lanka sendiri
memberikan Tiongkok hak untuk menggunakan pelabuhan Hambantonta selama 99 tahun
sebagai pengganti hutang. Ini layaknya Inggris yang mendapatkan Hong Kong selama 99
tahun dari Dinasti Qing Tiongkok.

Walaupun BRI memberikan keuntungan bagi negara-negara yang menerima suntikan


modal sudah jelas Tiongkok akan menjadi pemenang sesungguhnya. Segala investasi ini
dibangun dengan tujuan untuk membuat Tiongkok memiliki pengungkit ekonomi dan politik
di daerah yang dilewati BRI ini. BRI bukan hanya sekedar rute belaka, namun merupakan
suatu strategi cerdas yang meskipun memiliki risiko-risiko yang ada di atas, berpotensi
membuat Tiongkok menjadi adidaya yang berikutnya.

Dalam era di mana Amerika Serikat sebagai de facto adidaya saat ini sedang menuju
ke arah isolasionis dengan kebijakan Donald Trump, Tiongkok melakukan yang sebaliknya
dengan memperbanyak investasi luar negerinya terutama dengan proyek ini. Dengan semakin
banyak negara yang mempercayakan pembangunan infrastruktur ini kepada Tiongkok, maka
daya tawar Tiongkok akan semakin tinggi terhadap mereka. Lalu, dengan akses pasar yang
lebih luas, maka Tiongkok akan dapat memperbesar output ekonominya. Semua hal ini jika
sukses dilaksanakan akan mengantarkan Tiongkok menjadi ekonomi terbesar di dunia, negara
dengan daya tawar politik yang tinggi, serta menjadi jalan menuju adidaya yang baru.

13
Theresa May Is Right To Be Cautious Over China’s Belt and Road Plan,
https://www.ft.com/content/65d22a88-067a-11e8-9650-9c0ad2d7c5b5 diakses 19 April 2018.
14
John Hurley, Scott Morris, and Gailyn Portelance, Examining the Debt Implications of The Belt and
Road Initiatives From A Policy Perspectives, hlm. 2.

Anda mungkin juga menyukai