Anda di halaman 1dari 10

Analisis Pengaruh Strategi Program One Belt One Road Tiongkok

sebagai Negara Penguasa Kawasan Asia Timur terhadap Kawasan Asia


Tenggara

Nama

Nama

email :

Intisari -- Mesi.

Kata Kunci : Mesin Oven Cat, Sensor Suhu, Panel Box, Logika Kontrol Fuzzy.

Abstract -- Paint oven

Keywords : Paint Oven Machine, Temperature Sensor, Panel Box, Fuzzy Logic
Contro.
I. PENDAHULUAN

Tiongkok merupakan salah satu negara besar yang berada di Kawasan Asia Timur.
Seperti yang telah diketahui bahwa saat ini Tiongkok telah menguasai bidang
ekonomi, teknologi, bahkan geopolitik yang tidak hanya menguasai Asia Timur,
namun juga Asia, bahkan di tingkat dunia. Tiongkok saat ini telah melakukan
transformasi dengan sangat cepat dengan melakukan banyak gerakan dan program
yang sangat masif, khususnya di bidang ekonomi. Tiongkok melakukan reformasi
terhadap birokrasi yang menjadikannya sebagai salah satu negara yang akan memiliki
ekonomi nomor satu di dunia. Untuk dapat terus memacu pertumbuhan ekonomi yang
ada di Negara Tiongkok, maka dari itu Tiongkok membuat suatu program yang dapat
meningkatkan konektivitas Tiongkok terhadap seluruh dunia dan menguatkan Negara
Tiongkok dalam aspek geopolitis. Program tersebut adalah Program One Belt One
Road (OBOR).
Program One Belt One Road (OBOR) merupakan salah satu program prestisius yang
dimiliki oleh Negara Tiongkok di mana Pemerintah Tiongkok menawarkan program
kerja sama kepada negara-negara yang ada di dunia khususnya yang berada di
Kawasan Asia Timur, Asia Selatan, Asia Barat, Asia Tenggara, Benua Afrika, hingga
Eropa dengan kerja sama multilateral lintas kawasan, yang lebih spesifiknya kerja
sama pembangunan infrastruktur sebagai pendukung mitra perdagangan yang dimiliki
oleh Negara Tiongkok dengan kawasan lain. Program ini tentunya merupakan salah
satu program geostrategis yang dimiliki oleh Negara Tiongkok. Aspek geostrategis
merupakan suatu hal yang penting karena dengan adanya konektivitas dalam segi
infrastruktur akan sangat memudahkan bagi negara Tiongkok untuk dapat melakukan
aktivitas perdagangan ke berbagai negara yang ada di dunia terutama yang ada di Asia
Tenggara.
Tiongkok sebagai negara yang memiliki sektor produksi barang dan bahan mentah
yang paling besar di dunia tentunya akan membutuhkan pasar yang dapat mereka
manfaatkan untuk menjualkan produknya sehingga penting bagi Negara Tiongkok
untuk dapat melakukan suatu pendekatan bagi negara lain untuk mau bergabung
dengan Tiongkok. Perkembangan dari adanya geostrategi yang dilakukan oleh Negara
Tiongkok ini juga dapat terlihat dengan adanya berbagai kebjakan yang disesuaikan
dengan kondisi geografis dari masing – masing negara. Misalkan pembangunan kereta
dari Tiongkok hingga Singapura di mana negara – negara tersebut terhubung secara
darat dengan Negara Tiongkok, namun untuk negara seperti Indonesia mereka
memiliki penanganan dalam pembuatan kebijakan yang berbeda di mana mereka
melakukan konektivitas dalam sektor kelautan dan udara yang diiringi dengan
penghubungan jalan – jalan di kawasan yang strategis misalnya di Pulau Jawa,
Sumatra, Kalimantan, dan lain sebagainya.
Di sisi lain, kehebatan dari Negara Tiongkok ini adalah bahwa negara tersebut mampu
memetakan jalur perdagangan yang dimilikinya berdasarkan kelebihan dan
kekurangan dari kawasan yang ingin diajak diplomasi di mana jalur tersebut dikenal
sebagai jalur sutra atau silk road. Oleh karena itu Tiongkok dapat dengan mudah untuk
melakukan ekspansi usaha yang mereka miliki. Kemudian juga Tiongkok juga
mempertimbangkan dari aspek geopolitik di mana mereka mempertimbangkan negara
– negara mana saja yang akan mereka ajak kerja sama dan juga akan mereka berikan
investasi. Negara – negara yang Negara Tiongkok kemudian ajak untuk melakukan
investasi pada dasarnya bergantung dari segi stabilitas politik, bagaimana idealisme
dan ideologi yang dianut oleh negara tersebut, dan bagaimana negara tersebut
memberikan respon terhadap kebijakan yang dimiliki oleh Tiongkok. Oleh karena itu
Tiongkok memiliki pengaruh yang luar biasa tidak hanya dari segi politik namun juga
kondisi ekonomi, terutama di negara – negara di Asia Tenggara di mana Tiongkok
melakukan investasi besar – besaran di kawasan tersebut karena kedekatan geografis
dan juga bagaimana negara – negara di Asia Tenggara memiliki potensi yang luar
biasa.
Oleh karena itu, melihat dari besarnya dari dampak dan juga kebijakan yang
ditawarkan oleh Negara Tiongkok, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
terkait dengan pengaruh strategi program one belt one road yang diinisiasi oleh Negara
Tiongkok yang memperkuat geostrategis mereka terhadap kondisi di kawasan Asia
Tenggara.

II. METODE
Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian kualitatif analisis deskriptif di
mana pada pmakalah ini akan dikumpulkan berbagai macam referensi dan kajian
pustaka yang didapat dari berbagai macam sumber seperti buku, makalah, jurnal,
paper, dan sumber – sumber yang valid lainnya. Dari data-data tersebut kemudian
akan dianalisis secara deskriptif pada bab pembahasan untuk kemudian akan
dijabarkan mengenai beberapa poin berdasarkan teori penunjang dan hasil dari
observasi atau pengamatan untuk kemudian dapat diambil kesimpulan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Program One Belt One Road


Tiongkok merupakan salah satu negara besar yang berada di Kawasan Asia
Timur. Sebagai salah satu negara besar, Tiongkok telah memiliki riwayat dan
sejarah sebagai salah satu negara yang berkuasa dan memiliki pengaruh yang
besar di sektor ekonomi. Walaupun di abad 20, keberadaan dari Negara
Tiongkok dan pengaruhnya di dunia tidak sebesar pengaruhnya di era abad
21 karena pengaruh dari Amerika Serikat dan negara barat yang melakukan
penjajahan terhadap negara-negara di hampir seluruh dunia dan bagaimana
Negara Tiongkok bahkan di tingkat Asia juga masih dikalahkan
keberadaannya dengan Negara Jepang. Oleh karena itu Negara Tiongkok
memiliki visi untuk menjadikan negaranya sebagai negara dengan ekonomi
nomor satu di dunia dengan memaksimalkan segala potensi yang ada,
terutama dalam penguatan hilirasi industri, manufaktur, energi, dan finansial.
Dalam hal ini Negara Tiongkok mengeluarkan beberapa kebijakan yang
dijadikan sebagai strategi untuk dapat mewujudkan visi tersebut. Salah
satunya adalah dengan program One Belt One Road (OBOR) Initiative.
Program tersebut dimulai pada tahun 2013 di mana program tersebut melihat
bahwa adanya potensi yang besar terhadap pergeseran kekuatan yang sangat
besar di mana sebelumnya kekuatan ekonomi dan politik di dunia sangat
didominasi oleh negara barat khususnya Amerika Serikat dan hal tersebut
akan bergeser dengan kekuatan yang dimiliki oleh Negara Tiongkok dan
negara di kawasan Benua Asia yang lainnya. Negara Tiongkok yang saat ini
memiliki visi untuk dapat mengembalikan kejayaannya seperti beberapa abad
silam menjadi salah satu alasan perlunya adanya kerja sama ekonomi dan
politik yang dibangun oleh Negara Tiongkok di masa yang akan datang
terhadap negara-negara lain di kawasan Asia dan Eropa Barat untuk dapat
mengumpulkan kekuatan-kekuatan besar.
Program One Belt One Road (OBOR) merupakan salah satu program
prestisius yang dimiliki oleh Negara Tiongkok di mana Pemerintah Tiongkok
menawarkan program kerja sama kepada negara-negara yang ada di dunia
khususnya yang berada di Kawasan Asia Timur, Asia Selatan, Asia Barat,
Asia Tenggara, Benua Afrika, hingga Eropa dengan kerja sama multilateral
lintas kawasan, yang lebih spesifiknya kerja sama pembangunan infrastruktur
sebagai pendukung mitra perdagangan yang dimiliki oleh Negara Tiongkok
dengan kawasan lain. Program ini tentunya merupakan salah satu program
geostrategis yang dimiliki oleh Negara Tiongkok. Aspek geostrategis
merupakan suatu hal yang penting untuk dapat dipertimbangkan karena
dengan adanya konektivitas dalam segi infrastruktur akan sangat
memudahkan bagi negara Tiongkok untuk dapat melakukan aktivitas
perdagangan ke berbagai negara yang ada di dunia.
Program dari OBOR ini sendiri terdiri atas Jalur Sutra Ekonomi dan Jalur
Sutra Maritim abad ke-21 (21st Maritime Silk Road). Jalur Sutra Ekonomi
merujuk kepada Jalur Sutra kuno yang berfungsi sebagai jalur aktivitas
perdagangan dan pertukaran budaya sepanjang 10.000 km di mana jalur
tersebut dimulai dari Negara Tiongkok hingga ke Roma, Italia yang ada di
Benua Eropa. Jalur ini juga melihat bagaimana sejarah dari kegiatan kerja
sama ekonomi yang dimiliki oleh Negara Tiongkok.

B. Pengaruh Program OBOR Tiongkok terhadap Kawasan Asia Tenggara.


Melihat dari catatan sejarah yang dimiliki oleh Negara Tiongkok dalam
melakukan kerja sama ekonomi khususnya dengan negara-negara yang
berada di Kawasan Asia Tenggara, maka dapat dilihat bagaimana Negara
Tiongkok pada saat itu telah melakukan kerja sama ekonomi yang
memanfaatkan jalur perdagangan maritim dalam melakukan proses
pendistribusian dari produk industri dan proses hilirasinya yang dapat
dilakukan oleh negara Tiongkok di seluruh dunia. Dalam hal ini, Negara
Tiongkok menempatkan Kawasan Asia Tenggara sebagai salah satu kawasan
yang sangat penting terutama karena jalur perdagangannya yang memiliki
lokasi yang sangat strategis dengan kekuatan dan potensi ekonomi yang besar
yang akan menjadi kekuatan baru di dunia. Dalam hal ini, program one belt
one road, aspek geostrategis merupakan suatu hal yang penting karena
dengan adanya konektivitas dalam segi infrastruktur akan sangat
memudahkan bagi negara Tiongkok untuk dapat melakukan aktivitas
perdagangan ke berbagai negara yang ada di dunia terutama yang ada di Asia
Tenggara. Tiongkok sebagai negara yang memiliki sektor produksi barang
dan bahan mentah yang paling besar di dunia pasti membutuhkan pasar untuk
menjualkan produknya sehingga penting bagi Negara Tiongkok untuk dapat
melakukan suatu pendekatan bagi negara lain untuk mau bergabung dengan
Tiongkok. Perkembangan dari adanya geostrategi yang dilakukan oleh
Negara Tiongkok ini juga dapat terlihat dengan adanya berbagai kebjakan
yang disesuaikan dengan kondisi geografis dari masing – masing negara.
Misalkan pembangunan kereta dari Tiongkok hingga Singapura di mana
negara – negara tersebut terhubung secara darat dengan Negara Tiongkok.
Dalam hal ini Negara Tiongkok melakukan kerja sama di bidang finansial di
mana seperti yang telah diketahui bahwa Singapura memiliki kawasan
perdagangan dan finansial yang menjadi salah satu yang terbaik di dunia,
oleh karena itu Negara Tiongkok baik melalui pendanaan pemerintah
maupun dari perusahaan swasta melakukan kerja sama dalam hal investasi
ataupun pinjaman ke Negara Singapura. Namun untuk negara seperti Negara
Indonesia di mana Negara Tiongkok memiliki penanganan dan kebijakan
dalam pembuatan kebijakan yang berbeda di mana mereka melakukan
konektivitas dalam sektor kelautan dan udara yang diiringi dengan
penghubungan jalan – jalan di kawasan yang strategis misalnya di Pulau
Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan lain sebagainya. Indonesia memiliki salah
satu kekuatan dalam hal Sumber Daya Alam (SDA) yang dapat mendukung
keberadaan industri dari Negara Tiongkok. Selain itu, Negara Tiongkok juga
memberikan proyek dan pendanaan baik dalam bentuk investasi pendanaan
maupun pinjaman di mana Negara Tiongkok akan berperan sebagai kreditur
melihat dari adanya tendensi bagi Negara Indonesia untuk dapat memiliki
pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat.
Kehebatan dari Negara Tiongkok yang memprkuat posisinya aadalah bahwa
Negara Tiongkok tersebut mampu memetakan jalur perdagangan yang
dimilikinya berdasarkan kelebihan dan kekurangan dari kawasan yang ingin
diajak diplomasi di mana jalur tersebut dikenal sebagai jalur sutra atau silk
road. Oleh karena itu Tiongkok dapat dengan mudah untuk melakukan
ekspansi usaha yang mereka miliki. Kemudian juga Tiongkok juga
mempertimbangkan dari aspek geopolitik di mana mereka
mempertimbangkan negara – negara mana saja yang akan mereka ajak kerja
sama dan juga akan mereka berikan investasi. Negara – negara yang mereka
ajak investasi pada dasarnya bergantung dari segi stabilitas politik,
bagaimana idealisme dan ideologi yang dianut oleh negara tersebut, dan
bagaimana negara tersebut memberikan respon terhadap kebijakan yang
dimiliki oleh Tiongkok. Oleh karena itu Tiongkok memiliki pengaruh yang
luar biasa tidak hanya dari segi politik namun juga kondisi ekonomi,
terutama di negara – negara di Asia Tenggara di mana Tiongkok melakukan
investasi besar – besaran di kawasan tersebut karena kedekatan geografis dan
juga bagaimana negara – negara di Asia Tenggara memiliki potensi yang luar
biasa. Selain itu, Negara Tiongkok juga melakukan akselerasi terhadap
teknologi dan kebijakan yang mereka miliki, adanya prinsip keterbukaan dan
pembangunan kedekatan yang baik antara Negara Tiongkok dengan negara-
negara lain yang ada di kawasan program OBOR tersebut sehinggaa dari
adanya perjanjian tersebut maka terdapat rasa keamanan dari adanya
implementasi kegiatan yang telah disepakati oleh ke dua belah pihak.
Selain itu, Negara Tiongkok juga terus berusaha untuk dapat membangun
hubungan yang baik antara mereka dengan negara yang berada di kawasan
Asia Teggara, di mana pada proposal yang telah ditawarkan oleh Negara
Tiongkok menawarkan kesepatakan untuk dapat hidup bertetangga dengan
baik antara mereka. Kemudian adanya kesepakatan dalam melaksanakan
program perdagangan bebas yang dimiliki oleh Negara Tiongkok dan
Kawasan Asia Tenggara di mana pada proposal tersebut juga ditawarkan
Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) di mana akan diatur
bagaimana ke dua kawasan tersebut akan memiliki kerja sama ekonomi yang
lebih komprehensif dan menyatukan kekuatan di antara ke dua kekuatan
tersebut. Kemudian Tiongkok juga memiliki komitmen untuk dapat
melakukan pembangunan terhadap infrastruktur yang ada di Negara Asia
Tenggara terutama yang dapat mengakomodasi terhadap rantai distribusi
hilirisasi industri yang mereka miliki. Selanjutnya adalah kolaborasi yang
dimiliki oleh Negara Tiongkok dengan Asia Tenggara dalam hal politik dan
keamanan. Hal ini dilakukan untuk dapat menguatkan geostrategis dan
geopolitik yang dimiliki oleh keduanya sehingga dari hal tersebut akan
muncul kekuatan baru untuk dapat mengalahkan kekuatan dan dominasi dari
negara barat yang telah ada pada saat ini. Kemudian juga Negara Tiongkok
juga menawarkan untuk melakukan kerja sama dalam hal pengelolaan
budaya dan peningkata Sumber Daya Manusia (SDM) dalam hal transfer
teknologi dan juga adanya penguatan di sektor pendidikan untuk
meningkatkan daya saing yang dimiliki oleh kawasan tersebut sehingga ke
dua kawasan memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang dapat bersaing di
tingkat global dan meningkatkan posisi politisnya.
Oleh karena itu, melalui berbagai macam proposal yang ditawarkan oleh
Negara Tiongkok ini dapat memperkuat keberadaan dan pengaruh yang
diberikan oleh Negara Tiongkok terhadap keberadaan dan keberlangsungan
dari aktivitas ekonomi dan geopolitik yang ada di Kawasan Asia Tenggara
sehingga ke dua kawasan ini dapat melakukan kerja sama dan saling
bersinergi untuk membangun kekuatan baru.

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dijabarkan di atas, maka dapat
diambil kesimpulan yang meliputi:
1. Program One Belt One Road merupakan salah satu program yang diinisiasi
oleh Negara Tiongkok untuk dapat meningkatkan nilai ekonomi dari kegiatan
ekonomi yang dilakukan oleh negara untuk menjadi negara dengan ekonomi
nomor satu di dunia.
2. Negara Tiongkok telah memberikan pengaruh yang sangat besar dengan
adanya pembangunan infrastruktur dan investasi yang sangat besar yang
memperkuat posisi geostrategis dan geopolitik Negara Tiongkok terhadap
kawasan Asia Tenggara.

UCAPAN TERIMA KASIH


Terimakasih saya ucapkan kepada seluruh pihak yang telah terlibat dalam
penelitian dan penulisan jurnal ini, semoga jurnal ini bermanfaat untuk perkembangan
teknologi kedepannya.

REFERENSI

[1] Fallon, Theresa, “The New Silk Road: Xi Jinping’s Grand Strategy for Eurasia”
American Foreign Policy Interests, Vol. 37(3), 2016.
[2] Jain, Purnendra dan McCarty, Gregory, “Between Centrality: China in Australia”,
Asian Journal of Comparative Politics, Mei 2016.
[3] Khurana, Gurpreet S. “China, India and “Maritime Silk Road”: Seeking a
Confluence”, Maritime Affairs: Journal of the National Maritime Foundation of
India, Vol. 11(1), 2016.
[4] Len, Christopher, “China’s 21st Century Maritime Silk Road Initiative, Energy
Security and SLOC Access”, Maritime Affairs: Journal of the National Maritime
Foundation of India, Vol. 11(1), 2015.
[5] Mansfield, E.D. and Pevehouse, J.C., “Trade Blocs, Trade Flows, and
International Conflict”, International Organization, Vol. 54(4), 2000.
[6] Manicom, James, “Source of Tension in the Asia-Pacific: Strategic Competition,
Divided Regionalism and Non-Traditional Security Challenges”, Australia-
Canada Security Cooperation in the Asia-Pacific, Paper No. 1.
[7] Parameswaran, P., “Beijing Unveils new Strategy for ASEAN-China Relations,”
China Brief, Vol. 13(21), 2013.
[8] Pattiradjawane, René L., “The Indonesian Perspective toward Rising China:
Balancing the National Interest”, Asian Journal of Comparative Politics, Juni,
2016.
[9] Peyrouse, Sebastien dan Raballand, Gaël, “Central Asia: The New Silk Road
Initiative’s Questionable Economic Rationality”, Eurasian Geography and
Economics, Vol. 56(4), 2016.

[10] Szczudlik-Tatar, Justyna, “China’s New Silk Road Diplomacy”, Policy Paper,
Vol. 34(82), 2013.

Anda mungkin juga menyukai