Kelompok 2 :
Kimberley Ivanovic 5201611012
Devika Luthfi Putri P. 5201611014
Pandu Dewanata 5201611015
Muh. Ade Safri S. 5201611016
ABSTRACT
The ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) is a free trade cooperation between
China and ASEAN member countries. This agreement is carried out to encourage
economic growth between the parties. Which through ACFTA is aimed at eliminating
tariffs in their trade activities. ACFTA then developed to simplify the rules of origin, to
facilitate trade, regarding investment and customs regulations. From a geoeconomic
point of view, the current strategy to gain power is through economic activities. The
bigger the role of a country in international trade activities, the more important it is in
global politics. So, ACFTA is part of a visionary step designed by China to achieve a
strategic position in global politics. China, which actively binds not only the state but
regionally as a whole. This research is aimed to see the urgency of China in conducting
trade cooperation with ASEAN, including the strategies used to be accepted.
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK......................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................. 3
1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................................ 3
1.4. Kerangka Teori................................................................................................... 3
1.4.1. Geoekonomi................................................................................................ 3
1.4.2. Regionalisme .............................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 8
2.1. Sejarah Terbentuknya Kerjasama ACFTA ......................................................... 8
2.2. Misi Pengembangan Ekonomi Tiongkok ........................................................... 9
BAB III ANALISIS ........................................................................................................ 12
3.1. Motif Tiongkok Menyelenggarakan Kerjasama ACFTA dalam Teori
Geoekonomi................................................................................................................ 12
3.1.1. Potensi Indonesia dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok ..... 13
3.1.2. Potensi Thailand dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok....... 15
3.1.3. Potensi Malaysia dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok ...... 16
3.1.4. Potensi Singapura dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok .... 17
3.1.5. Potensi Filipina dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok ........ 19
3.1.6. Potensi Brunei dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok .......... 20
3.2. Strategi Tiongkok Mendorong ASEAN untuk Terlibat dalam ACFTA menurut
Teori Regionalisme ..................................................................................................... 21
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................ 24
4.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 24
4.2. Saran ................................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sebuah revolusi yang dihadirkan oleh Deng Xiaoping telah menjadi catatan
penting sejarah perubahan strategi ekonomi Tiongkok. Menguasa negara Tirai Bambu
ketika dilanda krisis, Deng Xiaoping melalui kebijakan desentralisasi, revormasi agraria,
houshold responsibility system, open door policy, hingga sepesialisasi zona ekonomi,
telah berhasil membentuk pondasi yang kokoh untuk Tiongkok hari ini. Adaptasi strategi
ekonomi liberal dengan membuka diri akan berbagai kerjasama hingga keterlibatan dalam
berbagai organisasi internasional. Terbukti dari perjuangan panjang bergabungnya
Tiongkok dengan WTO, telah memberikan dampak signifikan bagi ekonomi Tiongkok.
Yang mana di awal bergabung tahun 2001, nilai ekspor dan impor Tiongkok hanya di
angka $516,4 M di tahun 2021 angka ekspor berada di US $3,03 T dan impor di US$
2,44T (CNBC Indonesia, 2022; Arun, 2019). Maka pertumbuhan inilah, menjadi bukti
nyata keberhasilan tiongkok dalam berbagai kebijakan ekonomi yang diambil.
Salah satu langkah strategi geoekonomi yang dioptimalkan dan secara aktif
dilakukan oleh Tiongkok adalah dengan membangun kerjasama ekonomi dengan negara
maupun organisasi kawasan. Tiongkok secara cerdik melihat peluang ekspansi pasar
hingga penguasaan atas sumber daya yang dimiliki oleh negara-negara lain. Salah satunya
adalah kerjasama bidang ekonomi bersama Association of Southeast Asian Nations
(ASEAN). Diawali dengan bergabungnya Tiongkok sebagai mitra dialog ASEAN dalam
ASEAN Ministerial Meeting (AMM) tahun 1991, yang kemudian berlanjut di tahun
1
1996. Hingga di tahun 1997 Tiongkok bersama tiga negara Asia Timur lainnya yatu
Jepang, China dan Korea Selatan aktif terlibat dalam kerjasama bersama ASEAN yang
kemudian diusung sebagai KTT ASEAN+3 (APT) (Pradina, 2017). Kerjasama yang
berfokus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pasca krisis tersebut melahirkan
hubungan baik antar para pihak.
Tiongkok yang kemudian menjadi raksasa eksportir di dunia saat ini, tentu butuh
untuk terus berbenah dan meningkatkan strategi mereka dalam perekonomian
2
internasional. Membentuk berbagai kerjasama, hingga memberikan rasa ketergentungan
bagi negara lainnya di dunia. Salah satunya adalah ASEAN, dengan 11 negara anggota
yang telah secara signifikan membangun kerjasama dengan Tiongkok. Sehingga
kemudian menjadi menarik untuk melihat motivasi Tiongkok membentuk kerjasama
dengan ASEAN dan seperti apa langkah yang digunakan untuk mendorong ASEAN
menyetujui kerjasama yang ada.
3
tidak mengaitkan antara geoekonomi degan kepentingan negara melainkan hanya bersifat
historis, realis dan sepenuhnya berfokus pada negara. (Priyono & Yusgiantoro, 2017)
4
Studi geoekonomi, merupakan disiplin yang sangat berbeda dengan geopoloitik.
Terdapat beberapa hal yang menjadi perbedaan mendasar di dalamnya. Pertama,
keduanya memiliki topik yang berbeda, yang mana geoekonomi tidak berkaitan dengan
kegiatan politik dan militer, melainkan ekonomi. Kedua, praktik geoekonomi tidak
terpusat hanya pada negara melainkan terdapat aktor lainnya yaitu penguasa, MNC,
organisasi, dsb. Meskipun demikian, keduanya memiliki kesamaan yaitu dalam
mempelajari keduanya perlu diperhatikan seperti apa kepentingan yang dimiliki oleh
aktor, maupun dari perspektif lebih kecil seperti MNC hingga individu. Termasuk
keduanya memiliki keterkatian sebagai sebuah kajian untuk melihat strategi untuk
mendefinisikan secara maksimal tujuan dari setiap langkah yang diambil organisasi
hingga lembaga. (Søilen, 2012)
1.4.2. Regionalisme
Regionalisme merupakan sebuah konsep dalam studi hubungan internasional
untuk melihat kerjasama antar negara dalam wilayah tertentu. Metzgar dalam The Growth
of Regionalism: Implications for the International System menguraikan definisi
regionalisme yang dikemukakan oleh Muthiah Alagappa bahwasannya regionalisme
merupakan kerjasama antar pemerintah atau organisasi non-pemerintah di tiga atau lebih
negara. Yang mana kerjasama yang ada dilatarbelakangi oleh wilayah yang berdekatan
secara geografis serta saling bergantung untuk mengejar keuntungan bersama dalam satu
atau lebih masalah (Metzgar, 1997). Hopkins dan Mansbach kemudian mendefinisikan
kawasan sebagai pertemuan teritorial yang dibedakan dari premis kedekatan geologis,
5
budaya, pertukaran, dan saling ketergantungan keuangan, komunikasi, dan dukungan
yang berguna dalam organisasi di seluruh dunia (Guna, 2020).
Kerjasama regional dalam konsepnya memiliki empat ragam bentuk atau jenis
yang berbeda-beda yaitu, kerja sama politik, kerja sama fungsional, kerja sama ekonomi,
serta kerja sama dalam permasalahan luar negeri serta kebijakan kemananan. Empat
6
bentuk tersebut memiliki tujuan dan fokus yang berbeda-beda dalam pelaksanaan kerja
samanya (Arun, 2019). Sedangkan ASEAN sendiri dapat dikategorikan sebagai
organisasi kawasan yang berfokus menangani persiapan di berbagai bidang dan memiliki
banyak tujuan di setiap bidang atau multipurpose. Dalam konsep Regionalisme, ASEAN
merefleksikan pemahaman mengenai regionalisme, bahwasannya ASEAN sendiri
menyatakan tujuannya dalam berfokus menangani berbagai isu di kawasan dan kontribusi
kawasan dalam ranah global serta perkembangan dan pemeliharaan terkait kawasan Asia
Tenggara.
ASEAN sendiri juga merupakan bentuk dari adanya pembangunan institusi atau
organisasi regional resmi. Sementara itu disisi lain, dalam pembahasan studi kasus terkait
kerja sama dengan Tiongkok yang terwujud dalam bentuk kerja sama ACFTA (ASEAN-
China Free Trade Agreement) merupakan bentuk dari adanya perwujudan perkembangan
dan pertumbuhan ekonomi kawasan dikarenakan tujuan dari ASEAN terhadap ACFTA
yakni untuk mengurangi berbagai hambatan perdagangan dan memperluas serta
membangun kerjasama ekonomi dengan negara lain sehingga dapat memberikan
kesejahteraan bagi masyarakat ASEAN (Ditjen Perundingan Perdagangan Internasional,
2018). Yang mana hal ini merupakan cerminan dari adanya regionalisme, ketika negara-
negara yang membangun kerja sama dalam wadah institusi regional yang kemudian
bertujuan untuk perkembangan kawasan dalam hal ini bidang ekonomi.
7
BAB II
PEMBAHASAN
Berawal dari sebuah sesi pembukaan Pertemuan Tingkat Menteri ASEAN ke-24
yang di Kuala Lumpur, Malaysia turut dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Republik
Rakyat Tiongkok yaitu Qian Qichen. Kehadiran perwakilan Tiongkok kemudian
menghadirkan dialog akan ketertarikan Tiongkok bekerjasama dengan ASEAN, sebagai
sebuah organisasi potensial dalam roda perdagangan di wilayah Asia. Pertemuan tersebut
kemudian memberikan Status Dialogue Partner atau Mitra Dialog yang disematkan
kepada Tiongkok melalui AMM (ASEAN Ministerial Meeting) ke-29 yang dilaksanakan
di Jakarta, Indonesia tahun 1996. (Embassy of the People's Republic of China in
Malaysia, 2010)
8
awal ditujukan untuk mendorong perbaikan ekonomi ASEAN, yang pada tahun tersebut
(1997) sebagian besar sedang meangalmi krisis. Keterlibatan hubungan antar para pihak,
berhasil memberikan keuntungan dari perkembangan wilayah ekonomi yang ada.
Termasuk Tiongkok yang terus meningkatkan kerjasama komprehensif dengan negara-
negara ASEAN. Hingga pada akhirnya Perdana Menteri China saat itu Zhu Rongji
menggagas pembentukan kerjasama ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) di
November 2000. (Pradina, 2017)
9
tepat sasaran. Tiongkok dinilai selalu ambisisus dan tidak pernah lengah dalam
menghadirkan strategi-strategi yang mampu memberikan keuntungan besar bagi mereka.
Hal ini dibuktikan dengan pertumbuhan yang terus terjadi dari PDB Tiongkok, sejak 2001
ketika bergabung dengan World Trade Organization (WTO) hingga hari ini. Tiongkok
bahkan seketika menjadi kiblat dari politik ekonomi yang ada dunia. Tiongkok bahkan
memiliki misi mengembalikan jalur sutera atau jalur perdagangan melintasi Asia yang
menghubungkan wilayah Timur dan Barat dunia. Jalur sutra adalah simbol kejayaan peran
Tiongkok dalam dinamika perdagangan global. Melihat peran besar dari jalut sutra
mendorong pemerintah Tiongkok untuk mengembalikan strategi sejenis di masa kini.
Tujuan utama RRT dalam kebijakan OBOR adalah untuk membangun jalan raya,
jalur kereta api, telekomunikasi melalui udara, jaringan pelabuhan, cadangan minyak,
serta gas yang berkualitas tinggi di seluruh wilayah OBOR. Dalam kebijakan OBOR,
disebutkan bahwa negara-negara disepanjang jalur OBOR harus meningkatkan
infrastruktur regionalnya, meningkatkan peluang investasi dan perdagangan, membangun
jaringan perdagangan bebas, memperdalam kepercayaan politik, serta mempromosikan
pertukaran budaya. Kebijakan OBOR juga menyatakan bahwa negara-negara OBOR
perlu mendorong satu sama lain untuk saling belajar dengan tujuan pembangunan
masing-masing negara. Selain itu, negara-negara OBOR juga perlu mempromosikan
perdamaian antar satu dengan yang lain. (Policy, 2016)
10
Presiden Xi Jinping melaksanakan pendekatan hubungan antara RRT dengan
Association of South East Asia Nations (ASEAN) melalui jalur Sutra Maritim Abad ke-
21 guna mempromosikan kerjasama maritim RRT-ASEAN. Presiden Xi Jinping juga
mengusulkan pembentukan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) guna mendanai
infrastruktur dan mempromosikan integrasi ekonomi dan jaringan regional. Jalur Sutra
Maritim tersebut didirikan dengan tujuan untuk mempererat hubungan di Asia Tenggara
dengan Asia Selatan pada keamanan perdagangan maritim. Rencana tersebut memiliki
tujuan untuk merealisasikan rencana Jalur Sutra Kuno yang sebelumnya tidak dapat
terealisasikan seperti jalur kereta cepat, pelabuhan, dan jalur pipa minya dan gas yang
membentang dikawasan Asia, serta jalur kendaraan darat. (Kartini, 2015)
11
BAB III
ANALISIS
Tiongkok saat ini kerap disebut sebagai ‘a rising power’ bukan karena tanpa
alasan, melainkan keberhasilan Tiongkok dalam menguasai pasar global. Pada tahun 2020
Tiongkok bahkan tecatat sebagai eksportir terbesar di Dunia. Angka ekspor Tiongkok
bahkan mencapai US$2.591,12 yang bahkan mengalahkan Amerika Serikat (Statista,
2021). Tiongkok sejak dulu telah terkenal dengan peran pentingnya dalam perdagangan
internasional, baik sejak zaman jalur sutra hingga hari ini yang coba dikembalikan melalui
OBOR. Bukan sebuah jalan pintas, melainkan bentuk strategi yang telah dijalankan dalam
waktu yang lama. Sejak awal Tiongkok membuka pintu gerbang perekonomian pada
masa Deng Xiaping, kemudian bergabung dengan Tiongkok tahun 2001 di bawah
pimpinan Jiang Zemin. Dalam mempersiapkan dirinya bergabung bersama WTO, dan
12
memiliki kesempatan berperan dalam pasar global, Tiongkok telah mempersiapkan awal
keterlibatannya melalui Asia Tenggara. Terlibat bersama Jepang dan Korea Selatan dalam
KTT ASEAN+3 hingga mendirikan sebuah kerjasama pasar bebas sendiri bersama negara
anggota ASEAN.
Bukan sekedar potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang
menguntungkan Indonesia, letak geografis juga memainkan peran yang sangat penting.
Indonesia terletak di antara dua benua Asia dan Australia, serta dua samudera yaitu
Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Letak strategis ini kemudian memposisikan
Indonesia pada arah silang dunia yang berperan penting dalam perdagangan internasional.
Dalam hal ini, sebagai persimpangan jalur perdagangan baik laut dan udara, Indonesia
menjadi titik persilangan dalam perdagangan internasional. Berbagai aktifitas
perdagangan baik dari dan ke negara industri hingga negara berkembang akan melalui
13
Indonesia. Sebut saja negara-negara Industri yang terletak di Asia Timur Tiongkok,
Jepang, Korea dengan negara-negara Asia Tengah dan Barat, kemudian Afrika, hingga
Australia dan Eropa akan membutuhkan peran penting Indonesia. Maka untuk itu, setiap
negara perlu untuk membangun hubungan baik dan kerjasama dagang bersama Indonesia.
Termasuk Tiongkok yang secara cerdas melihat peluang yang ada untuk kemudian
membangun hubungan interdependensi dengan Indonesia. (Maghfiroh, 2021)
Tiongkok adalah bangsa yang visioner dan selalu melihat ke depan. Sejatinya,
jalur sutra akan selalu mempengaruhi kebijakan perekonomian Tiongkok. Termasuk
kebijakan OBOR sebagai strategi baru dalam memindahkan poros maritim dunia. Untuk
itu, tidak bisa dilewatkan bahwa negara-negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia
adalah bagian dari the new silk road economic belt yang perlu dipertahankan. Maka dari
itu, melalui rentan hubungan saling ketergantungan antar keduanya tentu Indonesia tidak
bisa meninggalkan kepentingan Tiongkok. Meskipun demikian, kebijakan yang
dijalankan terlihat menguntungkan juga bagi Indonesia. Akan tetapi, strategi geoekonomi
yang dijalankan oleh Tiongkok tentu sepenuhnya adalah untuk mengindahkan
kepentingan domestik. Dalam hal ini, melalui kemudahan dari ACFTA dan perencanaan
kebijakan OBOR oleh Tiongkok sepenuhnya bertujuan untuk mengembangkan sektor dan
pasar ekspor baru melalui investasi luar negeri, serta melepaskan Tiongkok dari
ketergantungan pada investasi asing. (Octorifadli, Puspitasari, & Azzqy, 2022)
14
untuk mempertahankan hubungan baik kerjasama perekonomian antar keduanya.
(Nashrullah, 2021)
Potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh Thailand merupakan bargaining
power yang membuka jalan bagi Bangkok untuk membangun berbagai diplomasi
ekonomi. Termasuk hubungan Thailand dan Tiongkok yang sejatinya telah terbangun
sejak zaman kerajaan hingga keterbukaan ekonomi yang dilakukan di zaman Deng
Xiaoping, 1978. Thailand merupakan negara pertama yang berinvestasi di Tiongkok sejak
1979 dan sebelum krisis ekonomi Asia 1997. Yang mana, hingga hari ini angka investasi
bagi kedua negara terus tumbuh, khususnya peran Thailand pertumbuhan awal industri
Tiongkok. Sehingga menjadi indikator yang cukup penting bagi Tiongkok untuk
mempertahankan hubungan baik keduanya. Melalui sebuah kerjasama yang terbangun
bukan hanya melibatkan Thailand melainkan mengikat secara regionalisme melalui
ASEAN. (Information Center for Thai Businesses in China, 2022)
15
memperlihatkan pertumbuhan signifikan dari keduanya, serta bentuk hubungan
interdependensi yang sejatinya baik bagi Thailand bagi Tiongkok. Sehingga Tiongkok
maupun Thailand perlu untuk mempertahankan hubungan harmonis keduanya,
khususnya perdagangan melalui ACFTA.
16
dalam membantu pertumbuhan ekonomi Malaysia yang melambat akibat jatuhnya harga
minyak dunia dan nilai mata uang ringgit. dolar AS selama 3 tahun terakhir.
Pada tahun 2003, Tiongkok sangat bergantung pada Selat Malaka untuk sumber
energinya, yang oleh Presiden Hu Jintao disebut sebagai Dilema Malaka. Hu Jintao
menawarkan dua alasan untuk memperhatikan kondisi Selat Malaka. Pertama, ketakutan
terhadap aktor non-negara seperti pembajakan dan terorisme yang mempengaruhi
perdagangan maritim Tiongkok. Kedua, kekhawatiran bahwa negara lain dan kekuatan
tertentu akan berusaha menguasai Selat Malaka lebih kuat (Decker, 2017). Ini berubah
dengan Jalur Sutra Maritim yang diperkenalkan oleh Presiden Xi Jinping pada tahun
2013.
Asia Tenggara merupakan jalur utama Jalur Sutra Maritim, karena ASEAN adalah
mitra strategis Tiongkok dan setengah dari jalur perdagangannya dengan negara-negara
yang dipimpin BRI melewati ASEAN. Akibatnya, Tiongkok telah berinvestasi di
beberapa pelabuhan di Malaysia, termasuk Malaka Gateway dan East Coast Rail Link
(ECRL), di mana solusi ketergantungan Tiongkok pada Selat Malaka dapat ditemukan.
ECRL juga memainkan peran penting dalam lokasi geopolitiknya yang menghubungkan
Port Klang di pantai barat, Kuantan di pantai timur Semenanjung Malaysia, dan akhirnya
Laut Tiongok Selatan (Jaya, Pradarsini, & Nugraha, 1962).
17
ekonomi yang terbuka dan bebas korupsi, serta didukung harga yang stabil. Dalam
perekonomiannya, industri manufaktur dan jasa menjadi pilar ekonomi bernilai tinggi
juga menjadi sektor utama yang besar bagi Singapura (World Bank, 2019). Kedua sektor
perekonomian tersebut adalah potensi terbedar yang berperan dalam pertumbuhan
ekonomi negara. Maka dengan demikian, Tiongkok akan sangat diuntungkan apabila
mampu membangun kerjasama pasar bebas bersama Singapura.
Pada tahun 2020, sejumlah 42,9 miliar dolar tercatat sebagai jumlah ekspor
Singapura ke Tiongkok. Produk utama yang diekspor oleh Singapura yaitu polimer etilen
dan mesin yang memiliki fungsi individual. Selama 25 tahun terakhir, ekspor Singapura
ke China telah meningkat pada tingkat tahunan sebesar 11,1%. Sementara itu Singapura
mengimpor sebesar 54 dolar miliar dari Tiongkok di tahun yang sama (OEC, 2020).
Dengan adanya data dan beberapa pertanyaan yang telah tercantum menunjukkan bahwa
perekonomian Singapura begitu menjamin dan potensial untuk menarik perhatian
Tiongkok sebagai mitra dagang.
18
3.1.5. Potensi Filipina dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Tiongkok
Filipina merupakan negara kepulauan yang terdiri lebih dari 7.640 pulau dan
terletak di selatan Taiwan, antara Laut Cina Selatan dan Samudra Pasifik. Tiga kelompok
pulau utama Filipina antara lain Luzon, Visayas, dan Mindanao. Negara ini memiliki area
gabungan seluas 300.000 km2. Filipina menempati urutan 13 sebagai negara terpadat di
dunia dengan jumlah penduduk sebanyak 108 juta jiwa (Nations Online, 2022). Filipina
memiliki perpaduan antara budaya barat dan timur. Filipina memiliki kemerdekaan penuh
atas negaranya pada 4 Juli tahun 1946.
Filipina telah menjadi salah satu ekonomi paling dinamis di kawasan Asia
Tenggara. Ekonomi Filipina tumbuh lebih cepat dibanding negara-negara lain di Asia
Tenggara pada 2016. Saat ini Filipina dinilai sangat baik dalam proses pemulihan
ekonomi. Pemulihan yang signifikan terjadi pada tahun 2021 dengan ekspansi pertahun
sebesar 5,6% didorong oleh investasi publik dan pemulihan di lingkungan eksternal
(World Bank, 2022). Dilansir dari CNBC, berdasarkan data yang dirilis oleh Badan
Statistik Filipina pertumbuhan ekonomi nasional Filipina pada periode kuartal ketiga
tahun 2021. Dalam laporannya, ekonomi Filipina disebut naik sebesar 7,1% bila
dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Dari aktifitas perdagangan dalam hal ini Ekspor Impor, Amerika Serikat
menempati posisi sebagai negara yang menyumbang nilai ekspor tertinggi. Selain AS
sebagai mitra dagang utama Filipina, disusul empat negara lainnya yaitu Tiongkok,
Jepang, Hongkong dan Singapura. Sedangkan pada tahun 2019, Tiongkok merupakan
19
salah satu tujuan pasar ekspor, dan sumber impor utama Filipina. Yang mana sektor
ekspor utama adalah elektronik, mineral, makanan, listrik, bahan kimia, mesin, aksesori,
transportasi serta aneka produk industri. Filipina mejadi negara potensial bagi negara
mitra dagang khususnya Tiongkok karena memiliki strategi reformasi ekonomi yang baik
dan melesat serta potensi sumber daya alam yang mempuni. (Philippine Statistics
Authority, 2022)
Ekspor utama Brunei adalah Petroleum Gas, Refined Petroleum, Crude Petroleum
yang sebagian besar diekspor ke Jepang, Tiongkok, Australia, Singapura dan Malaysia
(OEC, 2020). Sedangkan sumber investasi asing terbesar Brunei yakni Tiongkok dan juga
memainkan peran sebagai mitra dagang terbesar ketiga Brunei. Dalam hal ini ekspor
Brunei ke Tiongkok terus meningkat per tahun dan mengalami peningkatan drastis pada
2020. Barang utama yang banyak diekspor oleh Brunei Darussalam ke Tiongkok yakni
bahan kimia organik bahan bakar mineral, minyak, distilasi produk, kapal, perahu, dan
bangunan terapung lainnya. Termasuk aneka barang dari logam tidak mulia, mesin,
reaktor nuklir, peralatan medis (Ministry of Foreign Affairs Brunei Darussalam, 2018).
Berdasarkan data terkait ekspor dan impor Brunei-Tiongkok, dapat dilihat bahwa
Tiongkok sangat bergantung pada impor minyak dan bahan bakar dari Brunei
Darussalam. Volume perdagangan bilateral Tiongkok dan Brunei meningkat sebesar
72,5% di tahun lalu. Brunei menempati peringkat teratas di antara mitra ASEAN China.
Kebutuhan Tiongkok akan minyak dan bahan bakar yang banyak disediakan oleh Brunei
Darussalam membuat atensi Tiongkok untuk selalu mempertahankan negara-negara
ASEAN bekerja sama dalam kesepakatan ACFTA.
20
Tabel 3.1 Nilai Perdagangan Tiongkok dan Negara Anggota ASEAN Tahun 2020
Negara Tahun Bergabung ACFTA Ekspor (USD) Impor (USD)
Brunei Darussalam 2010 1,23 M 542 J
Filipina 2010 12,9 M 34,5 M
Indonesia 2010 32,6 M 40,8 M
Malaysia 2010 38,7 M 51,5 J
Singapura 2010 42,9 J 54 M
Thailand 2010 30,2 M 51 M
Kamboja 2015 1,46 M 8,07 M
Myanmar 2015 5,37 J 11,4 M
Laos 2015 1,68 M 1,42 M
Vietnam 2015 49,4 M 104 M
Sumber: The Observatory of Economic Complexity (OEC), 2020.
21
produk perdagangan bebas WTO yang pada akhirnya akan ditolak kembali oleh negara-
negara maju.
22
berkembang dengan pesat. Dengan subsidi dari pemerintah sebesar 13,5% berupa restitusi
pajak dan pinjaman bank hanya sebesar 3% per tahun, serta banyaknya industri
pendukung yang mengurangi kebutuhan industri nya dalam mengimpor barang ke
Tiongkok dikarenakan beberapa kebutuhan industri nya telah dapat dipenuhi oleh
industri-industri domestik. Selain itu, mata uang yuan ditetapkan oleh dolar AS yang
membuat harga ekspor Tiongkok sangat murah (Saputro, 2010).
23
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan analisis pada penulisan makalah ini, maka dapat
disimpulkan bahwa dalam mendorong kerjasama pasar bebas bersama ASEAN, Tiongkok
dilatarbelakangi oleh alasan spesifik kepentingan nasionalnya. Pertama, Negara-negara
ASEAN memiliki kandungan sumber daya alam yang melimpah dan mampu
menguntungkan perekonomian dan kegiatan produksi dari Tiongkok. Kedua, letak
geografis ASEAN berada pada persimpangan jalur perdagangan internasional sehingga
memiliki peran strategis dalam perekonomian global. Ketiga, proyeksi pertumbuhan
ekonomi yang baik dari setiap negara ASEAN bersifat progresif dan akan
menguntungkan Tiongkok. Keempat, wilayah geografis negara-negara ASEAN termasuk
bagian dari rencana strategis kebijakan OBOR Tiongkok. Dengan demikian, langkah
yang diambil melalui ACFTA akan mendorong pertumbuhan dari kegiatan perekonomian
Tiongkok.
4.2. Saran
1. Setiap negara anggota ASEAN perlu untuk selalu memprioritaskan kepentingan
nasionalnya termasuk keterlibatan dalam kerjasama yang mengikat regional.
2. Setiap negara anggota ASEAN perlu untuk memperhatikan keuntungan optimal
dan merata yang dapat diterima dari setiap kerjasama internasional.
3. Setiap neagra anggtoa ASEAN penting menempatkan batasan-batasan yang jelas
dalam kerjasama internasional agar tidak dimanfaatkan secara sepihak hingga
tidak terdayakan dari pihak lainnya.
24
DAFTAR PUSTAKA
Arun, S. S. (2019). Dinamika Mauknya Timor Leste untuk Mendapatkan Status Keanggotaan
Penuh dalam ASEAN. UKSW.
ASEAN. (2022). About ASEAN. Diambil kembali dari ASEAN: https://asean.org/about-us
Asher, M. G. (2011). Growing Importance of Geo-Economics approach for India. Diambil
kembali dari DNA India: https://www.dnaindia.com/business/comment-growing-
importance-of-geo-economics-approach-for-india-1514295
CNBC Indonesia. (2022). Ekonomi China Tumbuh 8,1%, Indonesia Ketiban Durian Runtuh.
Diambil kembali dari CNBC Indonesia:
https://www.cnbcindonesia.com/news/20220118122012-4-308315/ekonomi-china-
tumbuh-81-indonesia-ketiban-durian-
runtuh#:~:text=Ekspor%20China%20hingga%20November%202021,US%24%202%2
C44%20triliun.
Decker, V. D. (2017). The Geoeconomics Behind The Belt And Road Intiative How the BRI is
Shaping a New Geoeconomis Order.
Embassy of the People's Republic of China in Malaysia. (2010). ASEAN-China Dialogue
Relations. Diambil kembali dari MFA Gov.:
https://www.mfa.gov.cn/ce/cemy//eng/zt/eastasia/jzjk/t771055.htm
Eye on Asia. (2022). Brunei - A Country Profile. Diambil kembali dari Eye on Asia:
https://www.eyeonasia.gov.sg/asean-countries/know/overview-of-asean-
countries/brunei-a-country-profile/
Goswani, N. (2020). What is the Meaning of Geoeconomics and Geostrategy? Diambil kembali
dari Manohar Parrikar Institute for Defence Studies and Analyses:
https://idsa.in/askanexpert/geo-economicsandgeo-strategy
Guna, S. D. (2020). Upaya Mercado Comun Del Sur (Mercosur) dalam Meningkatkan
Perekonomian Negara Anggota Tahun 2000-2018. UNIKOM.
Heydarian, R. J. (2014). ASEAN unity and the threat of Chinese expansion. Retrieved from
http://aljazeera.com/indepth/opinion
Information Center for Thai Businesses in China. (2022). ความสัมพันธ ์ไทย-จีน: Hubungan
Thailand-China. Diambil kembali dari ThaibizChina.Com:
https://thaibizchina.com/figure-publication/thai-chinese/
Jaya, N. M., Pradarsini, N. R., & Nugraha, A. S. (1962). Kepentingan Republik Rakyat Tiongkok
Menerapkan Belt and Road Intiative (BRI) di Malaysia (2013-2017).
Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional, D. (2018). ASEAN-China. Diambil kembali
dari Ditjen PPI Kemendag: https://ditjenppi.kemendag.go.id/index.php/asean/asean-1-
fta/asean-
china#:~:text=ASEAN%2DChina%20Free%20Trade%20Area,jasa%2C%20peraturan%
20dan%20ketentuan%20investasi%2C
Kang, Y.-D. (2016). Development of Regionalism: New Criteria and Typology. Economic
Integration, Vol. 31, No. 2, 235.
25
Kartini, I. (2015). Kebijakan Jalur Sutra Baru Cina dan Implikasinya bagi Amerika Serikat.
Kajian Wilayah, 6(2), 134.
Kompas. (2020). ACFTA: Sejarah, Tujuan dan Program. Diambil kembali dari Kompas.com:
https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/15/090000869/cafta---sejarah-tujuan-dan-
program
Larasati, Z. (2022). Potensi Sumber Daya Alam Negara-Negara ASEAN | Geografi Kelas 8.
Diambil kembali dari Ruang Guru: https://www.ruangguru.com/blog/potensi-sumber-
daya-alam-negara-asean
Maghfiroh, N. L. (2021). Letak Geografis Indonesia: Pengaruh dan Keuntungannya. Diambil
kembali dari Aku Pintar: https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/letak-geografis-
indonesia-pengaruh-dan-keuntungannya-1
Metzgar, E. T. (1997). The Growth of Regioanlism: Implications for the International System.
Public and International Affairs, 63.
Ministry of Foreign Affairs Brunei Darussalam. (2018). The People's Republic of China. Diambil
kembali dari Ministry of Foreign Affairs Brunei Darussalam:
http://www.mfa.gov.bn/Pages/br_China.aspx
Ministry of Foreign Affairs Singapore. (2022). About Singapore. Diambil kembali dari Ministry
of Foreign Affairs Singapore: https://www.mfa.gov.sg/Overseas-Mission/Xiamen/About-
Singapore
Mustafic, A. (2016). China's One Belt, One Road and Energy Security Initiatives: a Plan to
Conquer the World? . Sarajevo Journal of Social Sciences Inquiry, 2(2), 156-157.
Nashrullah, N. (2021). Perdagangan Indonesia-China Tertinggi Tahun Terakhir. Diambil kembali
dari Republika: https://www.republika.co.id/berita/r2tslo320/perdagangan-
indonesiachina-tertinggi-20-tahun-terakhir
Nations Online. (2022). The Philippines in Brief. Diambil kembali dari The Nations Online
Project: https://www.nationsonline.org/oneworld/philippines.htm
Octorifadli, G. P., Puspitasari, A., & Azzqy, A. A. (2022). Kepentingan Tiongkok Terhadap
Indonesia Melalui Belt and Road Initiative dalam Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-
Bandung Periode 2015-2020. Fisip Budi Luhur, 175-186.
26
Philippine Statistics Authority. (2022). Highlights of the Philippine Export and Import Statistics
January 2022 (Preliminary). Diambil kembali dari Republic of The Philippines:
Philippine Statistics Authority: https://psa.gov.ph/content/highlights-philippine-export-
and-import-statistics-january-2022-preliminary
Policy, I. F. (2016). The Belt & Road Initiative. Diambil kembali dari ISDP:
http://isdp.eu/content/uploads/2016/10/2016-The-Belt-and-RoadInitiative.pdf
Pradina, N. (2017). Pengaruh Implementasi ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA)
Terhadap Nilai Perdagangan ASEAN dengan Amerika Serikat. Diambil kembali dari
Eprints Universitas Muhammadiyah Malang:
https://eprints.umm.ac.id/39778/1/PENDAHULUAN.pdf
Prameswaran, P. (2015). Playing It Safe: Malaysia’s Approach to the South China Sea and
Implications for the United States.
Priyono, J., & Yusgiantoro, P. (2017). Geopolitik, Geostrategi, Geoekonomi. Bogor: Universitas
Pertahanan (Unhan Press).
Putri, V. K. (2022). Keuntungan Letak Geografis ASEAN. Diambil kembali dari Kompas.com:
2022
Ramadhan, I. (2018). China's Belt Road Initiative: Dalam Pandangan Teori Gopolitik Klasik .
Intermestic: Journal of International Studies, 2(2), 140-141.
Saputro, D. H. (2010). Strategi Menghadapu ACFTA. Diambil kembali dari http://swa.co.id/my-
article/strategi-menghadapi-acfta
Søilen, K. S. (2012). Geoeconomics. Ventus Publishing ApS.
Statista. (2021). Tak Terkalahkan, Tiongkok Negara Eksportir Terbesar di Dunia pada 2020.
Retrieved from Databoks: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/08/02/tak-
terkalahkan-tiongkok-negara-eksportir-terbesar-di-dunia-pada-
2020#:~:text=Tiongkok%20belum%20terkalahkan%20sebagai%20negara,lipat%20nilai
%20ekspor%20Amerika%20Serikat.
The Cove. (2022). #KYR: Singapore - Economy. Diambil kembali dari The Cove:
https://cove.army.gov.au/article/kyr-singapore-economy
World Bank. (2019). The World Bank in Singapore. Diambil kembali dari The World Bank:
https://www.worldbank.org/en/country/singapore/overview#1
World Bank. (2022). The World Bank in the Philippines. Diambil kembali dari The World Bank:
https://www.worldbank.org/en/country/philippines/overview#1
Xinhua. (2022). Thailand's Foreign Trade up 23.1 pct in 2021. Diambil kembali dari
Asia&Pacific Xinhua Net:
https://english.news.cn/asiapacific/20220121/8da85b332d61434583eb9fa70de0634f/c.h
tml#:~:text=In%202021%2C%20China%20remained%20Thailand's,and%20third%20la
rgest%20trading%20partners.
Yue, C. S. (2004). ASEAN-China Free Trade Area, Paper for presentation at the AEP Conference
Hong Kong.
27