Anda di halaman 1dari 43

PERATURAN MENTERI KEUANGAN

NOMOR 186/PMK.03/ 2019

tentang

Klasifikasi Objek Pajak dan Tata Cara Penetapan


Nilai Jual Objek Pajak Pajak Bumi dan Bangunan

Direktorat Peraturan Perpajakan I


PENCAPAIAN PENERIMAAN PAJAK 2019
Pencapaian (Milliar Rupiah)
Jenis Pajak Porsi
% Capai Rencana Penerimaan Netto
A. PPh Non Migas 85.93% 818,378.22 703,237.20 53.63%
PPh Pasal 21 102.07% 143,014.09 145,976.27 11.13%
PPh Pasal 22 94.28% 22,235.97 20,964.30 1.60%
PPh Pasal 22 Impor 77.67% 68,130.49 52,919.02 4.04%
PPh Pasal 23 81.27% 51,191.48 41,605.33 3.17%
PPh Pasal 25/29 OP 102.82% 10,722.15 11,024.03 0.84%
PPh Pasal 25/29 Badan 82.80% 301,724.85 249,818.46 19.05%
PPh Pasal 26 75.88% 60,398.52 45,828.33 3.49%
PPh Final 83.43% 148,416.51 123,825.75 9.44%
Non Migas Lainnya 7.00% 1,746.25 122.22 0.01%
Fiskal Luar Negeri 0.00 -0.05 0.00%
PPh Pasal 23 DTP 100.00% 0.47 0.47 0.00%
PPh Pasal 25/29 Badan DTP 114.83% 1,951.32 2,240.64 0.17%
PPh Pasal 26 DTP 100.75% 8,846.12 8,912.42 0.68%
B. PPN dan PPnBM 80.97% 642,782.75 520,451.17 39.69%
C. PBB 110.82% 19,018.16 21,076.41 1.61%
E. Pajak Lainnya 89.55% 8,474.67 7,588.98 0.58%
F. PPh Migas 89.22% 66,154.65 59,022.68 4.50%
Jumlah 84.34% 1,554,808.44 1,311,386.61 100.00%
sumber: dashboard penerimaan
DASAR HUKUM

PASAL 2 AYAT (2) PASAL 6 AYAT (2)


UU PBB UU PBB

Klasifikasi Besarnya Nilai


objek pajak Jual Objek Pajak PMK 186
diatur oleh ditetapkan oleh 2019
Menteri Menteri
Keuangan Keuangan
SIMPLIFIKASI REGULASI
< 2019 2020

PMK-139/2014 KLASIFIKASI DAN PENETAPAN NJOP

PER-27/2014 PENETAPAN NJOP SEBAGAI DASAR PENGENAAN PBB

PER-31/2014 PENGENAAN PBB SEKTOR PERKEBUNAN

PER-42/2015 PENGENAAN PBB SEKTOR PERHUTANAN PMK-186/


PMK.03/2019

PER-20/2015 PENGENAAN PBB SEKTOR LAINNYA

PER-47/2015 PENGENAAN PBB SEKTOR PERTAMBANGAN MINERBA

PMK-76/2013
s.t.d.t.d. PENATAUSAHAAN PBB SEKTOR PERTAMBANGAN MIGAS DAN PABUM KLASIFIKASI
PMK-131/2017 OBJEK PAJAK
DAN TATA
PER-45/2013 CARA
PENGENAAN PBB SEKTOR PERTAMBANGAN MIGAS DAN PABUM
PENETAPAN
NJOP PBB

PER-02/2015 PENERBITAN SPPT


POKOK-POKOK PENGATURAN

1 KETENTUAN UMUM

2 KLASIFIKASI OBJEK PAJAK

PMK 186
2019
3 TATA CARA PENETAPAN NJOP PBB

4 KETENTUAN PERALIHAN

5 KETENTUAN PENUTUP
2 KLASIFIKASI OBJEK PAJAK

Pasal 2

OBJEK PAJAK BUMI OBJEK PAJAK BUMI DAN/ATAU


DAN/ATAU BANGUNAN BANGUNAN
Sektor Perkebunan
Sektor Perhutanan Diklasifikasikan menjadi :
Sektor Pertambangan
Sektor Lainnya Objek Pajak PBB Sektor Perkebunan
Objek Pajak PBB Sektor Perhutanan
Objek Pajak PBB Sektor Pertambangan Migas
Objek Pajak PBB Sektor Pertambangan Pabum
Objek Pajak PBB Sektor Pertambangan Minerba
Klasifikasi NJOP Objek Pajak PBB Sektor Lainnya
OBJEK PAJAK BUMI

Pasal 3 s/d Pasal 8


Perhutanan
Perkebunan
Permukaan Bumi Pertambangan Migas
Pengusahaan Pabum
Pertambangan Migas Pertambangan Minerba
Pengusahaan Pabum Offshore Onshore
Pertambangan Minerba
Sektor Lainnya

Tubuh Bumi

Pertambangan Migas
Pengusahaan Pabum
Pertambangan Minerba
OBJEK PAJAK

Pasal 3 s/d Pasal 7

OBJEK PAJAK PBB Sektor P3L OBJEK PAJAK PBB Sektor P5L
Bumi dan/atau bangunan yang
berada di dalam kawasan yang Bumi dan/atau bangunan yang berada
digunakan untuk kegiatan di kawasan
usaha

Kawasan :
1. Areal yang tercantum di dalam izin,
hak, kontrak, perjanjian, dan
Kegiatan usaha yang diberikan izin penugasan
2. Areal di luar areal angka 1 yang
merupakan satu kesatuan usaha
dan secara fisik tidak terpisahkan
OBJEK PAJAK BUMI PBB SEKTOR PERKEBUNAN Pasal 3

Areal yang secara fisik tidak terpisahkan


BUMI yang berada di  Memiliki 1 titik koordinat atau lebih
yang sama dengan titik koordinat areal
KAWASAN perkebunan sebagaimana dimaksud pada huruf A
meliputi: dengan atau tanpa pembatas; atau
 areal yang terhubung dengan areal
A Areal sebagaimana
sebagaimana dimaksud pada
tercantum dalam IUP-B, huruf A melalui sungai, parit, jalan,
IUP, ITUBP, dan/atau atau jembatan.
HGU perkebunan

B Areal diluar areal huruf Penjelasan terhubung


a yang merupakan satu  yang dimaksud dengan terhubung melalui sungai, parit, atau
kesatuan yang jalan
digunakan untuk yaitu dihubungkan oleh lebar sungai, lebar parit, atau lebar
kegiatan usaha jalan
perkebunan dan secara  yang dimaksud dengan terhubung melalui jembatan yaitu
fisik tidak terpisahkan dihubungkan oleh panjang jembatan; dan
 termasuk dalam pengertian jembatan yaitu jembatan
dengan segala jenis bahan dan konstruksi.
OBJEK PAJAK BUMI PBB SEKTOR PERHUTANAN
Pasal 4

BUMI yang berada di Areal yang secara fisik tidak terpisahkan


KAWASAN perhutanan
 Memiliki 1 titik koordinat atau lebih
meliputi:
yang sama dengan titik koordinat areal
A sebagaimana dimaksud pada huruf A
Areal sebagaimana dengan atau tanpa pembatas; atau
tercantum dalam IUPHHK-  areal yang terhubung dengan areal
HA dan/atau IUPHHBK-HA, sebagaimana dimaksud pada
IUPHHK-RE, IUPHHK-HTI huruf A melalui sungai, parit, jalan,
atau jembatan.
dan/atau IUPHHBK-HT,
atau Penugasan
Pemerintah (Perhutani).
Penjelasan terhubung
B
Areal diluar areal huruf a  yang dimaksud dengan terhubung melalui sungai, parit, atau
yang merupakan satu jalan
yaitu dihubungkan oleh lebar sungai, lebar parit, atau lebar
kesatuan yang digunakan
jalan
untuk kegiatan usaha
perhutanan dan secara  yang dimaksud dengan terhubung melalui jembatan yaitu
dihubungkan oleh panjang jembatan; dan
fisik tidak terpisahkan.
 termasuk dalam pengertian jembatan yaitu jembatan
dengan segala jenis bahan dan konstruksi.
OBJEK PAJAK BUMI PBB SEKTOR PERTAMBANGAN MIGAS
Pasal 5

Areal yang secara fisik tidak


terpisahkan
BUMI yang berada di
 Memiliki 1 titik koordinat atau lebih
KAWASAN pertambangan yang sama dengan titik koordinat
minyak dan/atau gas bumi areal sebagaimana dimaksud pada
meliputi: huruf A dengan atau tanpa
A Wilayah Kerja pembatas; atau
sebagaimana  areal yang terhubung dengan areal
tercantum dalam sebagaimana dimaksud pada huruf A
Kontrak Kerja melalui sungai, jaringan pipa, jalan,
Sama atau jembatan
Penjelasan terhubung
B Areal di luar  yang dimaksud dengan terhubung melalui sungai atau jalan yaitu
Wilayah Kerja dihubungkan oleh lebar sungai atau lebar jalan,
yang merupakan  yang dimaksud dengan terhubung melalui jaringan pipa atau
satu kesatuan yang jembatan yaitu dihubungkan oleh panjang jaringan pipa atau panjang
digunakan untuk jembatan;
kegiatan usaha  termasuk dalam pengertian jaringan pipa yaitu jaringan pipa yang
yang secara fisik dikuasai oleh Subjek Pajak atau Wajib Pajak dengan segala jenis
tidak terpisahkan bahan dan konstruksi yang digunakan dalam kegiatan usaha hulu
minyak dan gas bumi; dan
 termasuk dalam pengertian jembatan yaitu jembatan dengan segala
jenis bahan dan konstruksi.
OBJEK PAJAK BUMI PBB SEKTOR PERTAMBANGAN
PENGUSAHAAN PANAS BUMI Pasal 6

BUMI yang berada di Areal yang secara fisik tidak


terpisahkan
KAWASAN yang digunakan  Memiliki 1 titik koordinat atau lebih
untuk kegiatan yang sama dengan titik koordinat areal
pengusahaan panas bumi
sebagaimana dimaksud pada huruf A
meliputi:
dengan atau tanpa pembatas; atau
Wilayah Kerja  areal yang terhubung dengan areal
A atau penugasan sebagaimana dimaksud pada huruf A
pengusahaan melalui sungai, jaringan pipa, jalan, atau
panas bumi jembatan

B Penjelasan terhubung
areal di luar Wilayah
Kerja Panas Bumi  yang dimaksud dengan terhubung melalui sungai atau jalan yaitu
yang merupakan satu dihubungkan oleh lebar sungai atau lebar jalan,
kesatuan yang  yang dimaksud dengan terhubung melalui jaringan pipa atau
digunakan untuk jembatan yaitu dihubungkan oleh panjang jaringan pipa atau panjang
kegiatan pengusahaan jembatan;
panas bumi, dan  termasuk dalam pengertian jaringan pipa yaitu jaringan pipa yang
secara fisik tidak dikuasai oleh Subjek Pajak atau Wajib Pajak dengan segala jenis
terpisahkan bahan dan konstruksi yang digunakan dalam kegiatan usaha hulu
minyak dan gas bumi; dan
 termasuk dalam pengertian jembatan yaitu jembatan dengan segala
jenis bahan dan konstruksi.
OBJEK PAJAK BUMI PBB SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL
ATAU BATUBARA
Pasal 7

BUMI yang berada di Areal yang secara fisik tidak


terpisahkan
KAWASAN pertambangan  Memiliki 1 titik koordinat atau
mineral atau batubara lebih yang sama dengan titik
meliputi : koordinat areal sebagaimana
A areal sebagaimana dimaksud pada huruf A dengan
tercantum dalam IUP, atau tanpa pembatas; atau
IUPK, IPR, KK, atau  areal yang terhubung dengan
PKP2B; dan areal sebagaimana dimaksud
pada huruf A melalui sungai,
B jaringan pipa, konveyor, jalan,
areal di luar areal atau jembatan.
sebagaimana dimaksud
pada huruf A yang Penjelasan terhubung
merupakan satu kesatuan
 yang dimaksud dengan terhubung melalui sungai atau jalan
yang digunakan untuk
yaitu dihubungkan oleh lebar sungai atau lebar jalan,
kegiatan usaha
 yang dimaksud dengan terhubung melalui jaringan pipa,
pertambangan mineral
konveyor, atau jembatan yaitu dihubungkan oleh panjang
atau batubara, dan secara
jaringan pipa, panjang konveyor atau panjang jembatan yang
fisik tidak terpisahkan.
dikuasai oleh Subjek Pajak atau Wajib Pajak;
 termasuk dalam pengertian jaringan pipa, konveyor, atau
jembatan yaitu jaringan pipa, konveyor, atau jembatan dengan
segala jenis bahan dan konstruksi.
OBJEK PAJAK BUMI PBB SEKTOR LAINNYA
Pasal 8

OBJEK PAJAK
Bumi, selain Objek Pajak PBB P5, yang berada di wilayah perairan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan selain objek PBB P2, meliputi perairan yang digunakan untuk:

A Perikanan tangkap diberikan Surat Izin Usaha Perikanan oleh


kementerian yang menyelenggarakan
B urusan pemerintahan di bidang kelautan
Pembudidayaan ikan
dan perikanan

C Jaringan pipa

D meliputi
Jaringan kabel
 Floating Storage and Offloading (FSO);
 Floating Production System (FPS);
E Ruas jalan tol  Floating Processing Unit (FPU);
 Floating Storage Unit (FSU);
F  Floating Production Storage and Offloading (FPSO);
Fasilitas penyimpanan
 Floating Storage Regasification Unit (FSRU)
dan pengolahan
OBJEK PAJAK DI DALAM KAWASAN YANG TIDAK
DIKENAKAN PBB P5L

Pasal 3 s/d Pasal 7

• Pasal 3 ayat (1) UU PBB


1
• Sektor Perkebunan / Perhutanan
Dipunyai haknya dan/atau dimanfaatkan sepenuhnya secara
nyata dan sah oleh selain subjek pajak atau wajib pajak

2 • Sektor Pertambangan
Tidak dipunyai haknya dan tidak diperoleh manfaatnya oleh
subjek pajak atau wajib pajak
OBJEK PAJAK BANGUNAN

KONSTRUKSI TEKNIK YANG DITANAM ATAU DILEKATKAN


SECARA TETAP PADA BUMI YANG BERADA DI KAWASAN:

Perkebunan; Perhutanan; Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi;


Pertambangan Untuk Pengusahaan Panas Bumi; Pertambangan Mineral
Atau Batubara

KONSTRUKSI TEKNIK YANG DITANAM


ATAU DILEKATKAN SECARA TETAP
PADA BUMI DI WILAYAH PERAIRAN
NKRI, MELIPUTI:
Jaringan Pipa; Jaringan Kabel; Ruas Jalan Tol;
Fasilitas Penyimpanan Dan Pengolahan.
3 PENETAPAN NJOP PBB

NJOP BUMI
Penilaian objek pajak oleh
Penilai Pajak

NJOP BANGUNAN

Dasar pengenaan pajak


NJOP PBB PBB

Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 14, Pasal


15, Pasal 17,
Pasal 19, Pasal 21
TATA CARA PENETAPAN NJOP BUMI PBB SEKTOR
PERKEBUNAN
Penilaian objek pajak utk penetapan NJOP dilakukan oleh Penilai Pajak Pasal 12

NO AREAL PENGHITUNGAN NJOP


1 Areal Produktif:
- Tanah Perbandingan Harga Dengan Objek Lain Yang Sejenis

- Pengembangan Penghitungan Biaya Investasi Tanaman (Ditetapkan melalui


Keputusan Direktur Jenderal Pajak)

2 Areal Belum Produktif Perbandingan Harga Dengan Objek Lain Yang Sejenis

3 Areal Tidak Produktif Perbandingan Harga Dengan Objek Lain Yang Sejenis

4 Areal Pengaman Penyesuaian Terhadap NJOP Bumi Per Meter Persegi Untuk Areal
Belum Produktif Perkebunan

5 Areal Emplasemen Perbandingan Harga Dengan Objek Lain Yang Sejenis

Pasal 14
TATA CARA PENETAPAN NJOP BUMI PBB SEKTOR
PERHUTANAN
Penilaian objek pajak utk penetapan NJOP dilakukan oleh Penilai Pajak Pasal 12

NO AREAL PENGHITUNGAN NJOP


1 Areal Produktif:
a. Hutan Alam Nilai Jual Pengganti
b. Hutan Tanaman
- Tanah Perbandingan Harga Dengan Objek Lain Yang Sejenis

- Pengembangan Penghitungan Biaya Investasi Tanaman (Ditetapkan melalui


Keputusan Direktur Jenderal Pajak)

2 Areal Belum Produktif Perbandingan Harga Dengan Objek Lain Yang Sejenis

3 Areal Tidak Produktif Ditetapkan Dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak

4 Areal Pengaman Penyesuaian Terhadap NJOP Bumi Per Meter Persegi Untuk Areal
Belum Produktif
5 Areal Emplasemen Perbandingan Harga Dengan Objek Lain Yang Sejenis
6 Areal Perlindungan Dan Konservasi Ditetapkan Dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak
PASAL3, PASAL 15 Pasal 15
TATA CARA PENETAPAN NJOP BUMI PBB UNTUK AREAL PRODUKTIF HUTAN
ALAM

Areal Produktif Nilai Jual Pengganti (NJP)


Hutan Alam Pendapatan bersih hasil hutan x Angka Kapitalisasi

Pendapatan bersih hasil : Pendapatan kotor hasil hutan – Biaya Produksi Perhutanan
hutan
Pendapatan kotor hasil hutan : Jumlah produksi hasil hutan x Harga jual hasil hutan
Jumlah produksi hasil hutan : jumlah produksi hasil hutan kayu; dan/atau bukan kayu,
yang dihitung dalam tahun terakhir sebelum Tahun Pajak PBB
terutang.
Harga jual hasil hutan : Harga jual rata-rata hasil hutan kayu; dan/atau hasil hutan bukan
kayu,
yang dihitung dalam tahun terakhir sebelum Tahun Pajak PBB
terutang.
Harga jual rata-rata hasil : Harga jual rata-rata hasil hutan kayu yang terjadi pada tempat
hutan kayu penimbunan kayu (log pond atau log yard).
Biaya Produksi Perhutanan : Rasio Biaya Produksi x pendapatan kotor hasil hutan
(Rasio Biaya Produksi ditetapkan dengan Keputusan Direktur
Pasal 15, Pasal 16 Jenderal Pajak)
TATA CARA PENETAPAN NJOP BUMI PBB SEKTOR
PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI
Penilaian objek pajak utk penetapan NJOP dilakukan oleh Penilai Pajak Pasal 12

Tubuh Bumi (Belum/Tidak Tubuh Bumi


No Areal/Fase Onshore Offshore
Menghasilkan) (Menghasilkan)
1 Areal Offshore Ditetapkan dengan
Keputusan Dirjen Pajak
2 Areal Produktif Penyesuaian Terhadap NJOP - -
Bumi Per Meter Persegi Untuk
Areal Belum Produktif
3 Areal Belum Perbandingan Harga Dengan - - -
Produktif Objek Lain Yang Sejenis
4 Areal Tidak Penyesuaian Terhadap NJOP - - -
Produktif Bumi Per Meter Persegi Untuk
Areal Belum Produktif
5 Areal Pengaman Penyesuaian Terhadap NJOP - - -
Bumi Per Meter Persegi Untuk
Areal Belum Produktif
6 Areal Perbandingan Harga Dengan - - -
Emplasemen Objek Lain Yang Sejenis
7 Tahap - - Ditetapkan dengan -
Eksplorasi Keputusan Dirjen Pajak
8 Tahap - - Ditetapkan Sebesar NJOP Nilai Jual Pengganti
Eksploitasi Bumi Per Meter Persegi
Untuk Tubuh Bumi
Eksplorasi

Pasal 17
TATA CARA PENETAPAN NJOP BUMI PBB UNTUK
TUBUH BUMI EKSPLOITASI PERTAMBANGAN
MIGAS
Tubuh Bumi Nilai Jual Pengganti (NJP)
Ekploitasi Migas Pendapatan minyak dan/atau gas bumi x Angka Kapitalisasi

Pendapatan minyak dan/atau : Penjualan kotor (gross sales) minyak dan/atau gas bumi
gas bumi sebagaimana tertuang dalam Financial Quarterly Report (FQR)
triwulan IV Wajib Pajak sebelum Tahun Pajak PBB terutang.
Jika penjualan kotor : Penjualan harus dikonversi ke dalam satuan mata uang Rupiah
menggunakan satuan mata berdasarkan kurs KMK tanggal 1 Januari Tahun Pajak PBB terutang.
uang selain Rupiah

Pasal 17, Pasal 18


TATA CARA PENETAPAN NJOP BUMI PBB SEKTOR
PERTAMBANGAN PENGUSAHAAN PANAS BUMI
Penilaian objek pajak utk penetapan NJOP dilakukan oleh Penilai Pajak Pasal 12

Tubuh Bumi (Belum/Tidak Tubuh Bumi


No Areal/Fase Onshore Offshore
Menghasilkan) (Menghasilkan)

1 Areal Offshore Ditetapkan dengan


Keputusan Dirjen
Pajak
2 Areal Produktif Penyesuaian Terhadap NJOP Bumi - -
Per Meter Persegi Untuk Areal Belum
Produktif
3 Areal Belum Perbandingan Harga Dengan Objek - -
Produktif Lain Yang Sejenis
4 Areal Tidak Penyesuaian Terhadap NJOP Bumi - -
Produktif Per Meter Persegi Untuk Areal Belum
Produktif
5 Areal Pengaman Penyesuaian Terhadap NJOP Bumi - -
Per Meter Persegi Untuk Areal Belum
Produktif
6 Areal Perbandingan Harga Dengan Objek - -
Emplasemen Lain Yang Sejenis
7 Tahap Eksplorasi - Ditetapkan Dengan Keputusan -
Direktur Jenderal Pajak

8 Tahap Eksploitasi - Ditetapkan Sebesar NJOP Bumi Nilai Jual Pengganti


Per Meter Persegi Untuk Tubuh
Bumi Eksplorasi

Pasal 19
TATA CARA PENETAPAN NJOP BUMI PBB UNTUK
TUBUH BUMI EKSPLOITASI PERTAMBANGAN UNTUK
PENGUSAHAAN PANAS BUMI
Tubuh Bumi Nilai Jual Pengganti (NJP)
Ekploitasi Pabum Pendapatan uap dan/atau listrik x Angka Kapitalisasi

Pendapatan Uap dan/atau Listrik : a. Hasil produksi uap x harga uap; dan/atau
b. Hasil produksi listrik x harga listrik.
Hasil Produksi Uap : Hasil produksi uap yang terjual dalam tahun terakhir sebelum Tahun Pajak PBB
terutang
Hasil Produksi Listrik : Hasil produksi listrik yang terjual dalam tahun terkahir sebelum Tahun Pajak
PBB terutang
Harga uap & harga listrik : Ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak

Pasal 19, Pasal 20


TATA CARA PENETAPAN NJOP BUMI PBB SEKTOR
PERTAMBANGAN MINERAL ATAU BATUBARA
Penilaian objek pajak utk penetapan NJOP dilakukan oleh Penilai Pajak Pasal 12

Tubuh Bumi (Belum/Tidak Tubuh Bumi


No Areal/Fase Onshore Offshore Menghasilkan) (Menghasilkan)

1 Areal Offshore Ditetapkan Dengan - -


Keputusan Dirjen Pajak

2 Areal Cadangan Penyesuaian terhadap NJOP Bumi -


Produksi per meter persegi untuk areal
belum dimanfaatkan

Areal Belum Perbandingan Harga Dengan


Dimanfaatkan Objek Lain Yang Sejenis

3 Areal Tidak Penyesuaian Terhadap NJOP - - -


Produktif Bumi Per Meter Persegi Untuk
Areal Belum Dimanfaatkan

4 Areal Pengaman Penyesuaian Terhadap NJOP - - -


Bumi Per Meter Persegi Untuk
Areal Belum Dimanfaatkan

5 Areal Emplasemen Perbandingan Harga Dengan - - -


Objek Lain Yang Sejenis

6 Tahap Eksplorasi - - Ditetapkan Dengan Keputusan -


Dirjen Pajak

7 Operasi Produksi Ditetapkan Sebesar NJOP Nilai Jual Pengganti


Bumi Per Meter Persegi Untuk
Tubuh Bumi Eksplorasi

Pasal 21
TATA CARA PENETAPAN NJOP BUMI PBB
UNTUK TUBUH BUMI OPERASI PRODUKSI
PERTAMBANGAN MINERBA Pasal 22

Tubuh Bumi Operasi Nilai Jual Pengganti (NJP)


Produksi Pendapatan bersih x Angka Kapitalisasi

Pendapatan bersih : Pendapatan Kotor – Biaya Produksi


Pendapatan kotor : Hasil Produksi x Harga Jual

Hasil Produksi : jumlah minerba yang dihasilkan dalam tahun terakhir sebelum Tahun Pajak PBB terutang

Harga Jual * : Harga jual rata-rata minerba (jumlah penjualan dibagi dengan volume penjualan minerba
satu tahun terakhir sebelum Tahun Pajak PBB terutang)
Biaya Produksi : dengan kriteria:
(1) Sesuai dengan ketentuan PPh;
(2) Sesuai dengan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha;
(3) Merupakan biaya yang secara langsung berkaitan dengan kegiatan:
a) Pengupasan lapisan tanah;
b) Pengambilan hasil produksi minerba;
c) Pengolahan dan/atau pemurnian hasil produksi minerba;
d) Pengangkutan hasil produksi minerba.

Penilaian kewajaran Biaya Produksi dan Harga Jual dilakukan oleh Penilai Pajak
KETENTUAN HARGA JUAL DAN
HARGA PATOKAN MINERBA

Komoditas
Harga Jual Rata-rata : Harga Patokan Rata-rata :
 Mineral Logam • HPM Logam
Galian
 Mineral Bukan Logam • HPM Bukan Logam Tambang
 Batuan • Harga Patokan Batuan Sejenis dan
 Batubara • HPB
Setara
• HPM Logam
Harga jual rata-rata • HPM Bukan Logam
• Harga Patokan Batuan
Harga patokan rata-rata • HPB

• HPM Logam
Tidak terdapat Harga jual rata-rata • HPM Bukan Logam
• Harga Patokan Batuan
• HPB

Tidak terdapat Harga jual rata-rata • Dihitung oleh Penilai


dan Harga patokan rata-rata Pajak

Pasal 23, Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26


KETENTUAN HARGA JUAL DAN HARGA
PATOKAN MINERBA

Harga Patokan Rata-rata : Selain FOB vessel :


• HPM Logam dihitung biaya
• HPB penyesuaian

Harga Patokan Rata-rata :


• HPM Bukan Logam
• Harga Patokan Batuan

Batubara jenis tertentu, keperluan


Harga jual mineral atau Cara tertentu atau untuk penyediaan tenaga
batubara menggunakan selain Selain listrik untuk kepentingan umum
mata uang Rupiah, harus
dikonversi pada tanggal 1 Harga jual rata-
Januari Tahun Pajak PBB rata disepakati
Formula harga batubara oleh
terutang. penjual dan Kementerian ESDM
pembeli

Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, Pasal 30, Pasal 31


BIAYA PRODUKSI MINERBA

Biaya yang secara langsung berkaitan dengan kegiatan:

Pengupasan lapisan : Kegiatan pengupasan tanah pucuk (top soil); dan/atau


tanah Pengupasan tanah penutup (stripping over burden) dalam tahap
operasi produksi
Pengambilan hasil : Kegiatan pengambilan galian tambang
produksi
Pengolahan dan/atau : a) Pembersihan dan pemisahan mineral atau batubara dari bahan
pemurnian hasil galian ikutannya;
produksi b) Penghancuran mineral atau batubara yang berukuran besar
menjadi ukuran tertentu sesuai karakteristiknya; dan/atau
c) Peningkatan kualitas hasil produksi mineral
Pengangkutan : Kegiatan pengangkutan hasil produksi mineral atau batubara dari
lokasi penambangan ke titik serah penjualan.

Pasal 32
TATA CARA PENETAPAN NJOP BUMI PBB SEKTOR LAINNYA

Pasal 12
Penilaian objek pajak utk penetapan NJOP dilakukan oleh Penilai Pajak
BUMI
NO OBJEK TIDAK TERDAPAT HASIL
TERDAPAT HASIL PRODUKSI
PRODUKSI
NJOP/m² x Luas Bumi
1 Perikanan Tangkap Nilai Jual Pengganti NJOP/m² ditetapkan dengan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak

A NJOP/m² x Luas Bumi


2 Pembudidayaan Ikan Nilai Jual Pengganti NJOP/m² ditetapkan dengan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak
NJOP/m² x Luas Bumi
B3 Jaringan Pipa
NJOP/m² ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak
NJOP/m² x Luas Bumi
4 Jaringan Kabel
NJOP/m² ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak
NJOP/m² x Luas Bumi
5 Ruas Jalan Tol
NJOP/m² ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak

Fasilitas Penyimpanan Dan NJOP/m² x Luas Bumi


6 Pengolahan (FSO, FPS,FPU,
FSU,FPSO,FSRU) NJOP/m² ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak

Pasal 33
TATA CARA PENETAPAN NJOP BUMI PBB PERIKANAN
TANGKAP DAN PEMBUDIDAYAAN IKAN

Perairan Perikanan Nilai Jual Pengganti (NJP)


Tangkap dan Budidaya Pendapatan bersih x Angka Kapitalisasi

Pendapatan bersih : Pendapatan kotor – Biaya Produksi


Pendapatan kotor : Jumlah produksi perjenis ikan dalam tahun terakhir sebelum Tahun
Pajak PBB terutang x harga jual rata-rata per jenis ikan per satuan
berat tertentu.
Biaya produksi : Rasio Biaya Produksi x Pendapatan kotor tahun terakhir sebelum
Tahun Pajak PBB terutang.
(Rasio Biaya Produksi ditetapkan dengan Keputusan Direktur
Jenderal Pajak)
Luas bumi perikanan tangkap : Jumlah kapal x Luas areal penangkapan ikan per kapal
(Luas areal penangkapan ikan per kapal ditetapkan dengan
Keputusan Direktur Jenderal Pajak)
Luas bumi pembudidayaan : Luas yang tercantum dalam izin
ikan
Pasal 33, Pasal 34, Pasal 35
TATA CARA PENETAPAN NJOP BANGUNAN

 Objek pajak bangunan


PBB Sektor Perkebunan
PBB Sektor Perhutanan
Nilai
PBB Sektor Pertambangan Migas
PBB Sektor Pertambangan Pabum
Perolehan
PBB Sektor Pertambangan Minerba
PBB Sektor Lainnya
Baru

Menghitung seluruh Penyusutan


biaya yang dikeluarkan berdasarkan kondisi
untuk memperoleh objek fisik

Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17, Pasal 19, Pasal 21, Pasal 33
PENGEMBALIAN/PENYAMPAIAN
SPOP DAN DOKUMEN PENDUKUNG
Pasal 39

Menyampaikan
1 Tahun Pajak

SPOP SPPT
Mengembalikan/
Menyampaikan
KPP
Diisi dengan jelas,
benar, lengkap, dan ditandatangani
serta dilampiri dokumen pendukung
Penghitungan NJOP dan
PBB Berdasarkan SPOP
Pasal 39
DOKUMEN PENDUKUNG SPOP

Rincian Dokumen yang harus dilampirkan sebagai


SPOP LENGKAP:
IUP dan/atau HGU;
LPUP dan Peta Tahun Tanam Tahun Terakhir Sebelum Tahun Pajak PBB Terutang

Izin & Penugasan; RKU Tahun Pajak PBB terutang;


RKT & Peta Kerja Tahun Pajak PBB terutang atau tahun terakhir sebelumnya

Kontrak; Peta
Kontrak; PetaWilayah
WilayahKerja; AFEAFE
Kerja; & FQR& Triwulan IV tahun
FQR Triwulan IV tahun terakhir sebelum Tahun
terakhir sebelum Tahun
Pajak PBB terutang Pajak PBB terutang

Izin, Kuasa, Penugasan; Peta Wilayah Kerja; RKAB Tahun Pajak PBB terutang

Izin, Kontrak, Perjanjian; RKAB Sebelum Tahun Pajak PBB terutang

Izin yang diterbitkan oleh Kementerian Bidang Kelautan Dan Perikanan & Bidang
Perhubungan; Dokumen Lain
SIKLUS PENETAPAN NJOP PBB

Lama VS Baru
SPOP SPOP

Penelitian Penelitian
Kelengkapan Kelengkapan

Penilaian Objek utk


Penilaian Objek Penetapan NJOP
oleh Penilai Pajak

Penghitungan dan
Perekaman FDM
Perekaman FDM

Usulan KMK NJOP Usulan KMK NJOP


ke Kanwil ke Kanwil

Penerbitan SPPT Penerbitan SPPT


TATA CARA PENETAPAN NJOP PBB BERDASARKAN KONTRAK,
PERJANJIAN ATAU IUPK-OP

WP Pemegang
Menyampaikan
Kontrak Karya, PKP2B,
Atau Izin Usaha
Pertambangan Khusus
Operasi Produksi
SPOP SPPT
(IUPK-OP) Mengembalikan/
Menyampaikan
KPP

Penghitungan NJOP PBB


Mengikuti Ketentuan Kontrak
Karya, PKP2B atau IUPK-OP
Pasal 13, Pasal 37, Pasal 38
PENGENAAN PBB

Pasal 38

paling lama lima tahun


SPPT setelah berakhirnya Tahun
Pajak PBB terutang

PENETAPAN
TERUTANG PBB Ipeda dalam PKP2B Gen-I

Mengikuti ketentuan yang


diatur dalam PMK tentang
SKP PBB Tata Cara Penerbitan SKP
PBB
PENERBITAN KEMBALI DAN CETAK ULANG SPPT
Pasal 39

Dilakukan dalam hal terdapat:


 Surat Keputusan Pemberian Pengurangan
PBB;
 Surat Keputusan Pembetulan;
 Surat Keputusan Pengurangan SPPT yang
Tidak Benar;
 Surat Keputusan Keberatan; jatuh tempo pelunasan
 Putusan Banding; dihitung dari tanggal
 Putusan Gugatan; atau diterima SPPT yang
 Putusan Peninjauan Kembali diterbitkan pertama kali

SPPT sebelumnya dinyatakan tidak berlaku dan tidak/kurang dibayar


SPPT hasil penerbitan kembali tidak dapat setelah jatuh tempo
diajukan keberatan oleh WP.

Permohonan WP, wakil WP atau kuasa WP


PENYAMPAIAN SPPT

Tidak/kurang dibayar STP


setelah jatuh tempo
PBB
KPP menerbitkan Melunasi
Selambat-lambatnya

SPPT 6 (enam) Bulan


sejak tanggal
diterima
1 Tahun Pajak

a. secara langsung -> tanda terima;


b. melalui pos, perusahaan jasa
ekspedisi atau jasa kurir -> bukti
pengiriman surat; atau Tanggal Diterima
c. melalui saluran elektronik tertentu -
> bukti pengiriman yang ditetapkan
Pasal 40
oleh DJP.
KETENTUAN PENGEMBALIAN SELURUH WILAYAH KERJA
Pasal 41

 surat pengajuan pengembalian seluruh


WK Migas atau Pabum
 surat keterangan bahwa WP tidak Dirjen Pajak
Pemberitahuan sedang memanfaatkan WK Migas atau Menetapkan PBB
secara tertulis Pabum terutang sejak
Subjek Pajak atau Wajib Pajak tidak perlu Tahun Pajak
mengisi SPOP setelah keputusan
penolakan

Tidak
menerbitkan
4 KETENTUAN PERALIHAN

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku


klasifikasi dan penetapan NJOP untuk tahun pajak
sebelum Tahun Pajak 2020 dilaksanakan berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 139/PMK.03/2014
tentang Klasifikasi dan Penetapan Nilai Jual Objek
Pajak sebagai Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan
Bangunan dan peraturan pelaksanaannya.

Pasal 42
5 KETENTUAN PENUTUP

Pada saat peraturan menteri ini mulai berlaku:


 Ketentuan Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal
6, Pasal 6A, Pasal 7, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12,
Pasal 13, dan Pasal 27 PMK-76/PMK.03/2013
s.t.d.t.d. PMK-131/PMK.03/2017; dan
 PMK-139/PMK.03/2014, dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku
PMK 186/PMK.03/2019 mulai berlaku 1 Januari 2020

Pasal 43
Kasih
e-mail : subditper.pbb@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai