Anda di halaman 1dari 18

INDUSTRI PEMBUATAN DETERJEN

A. Pengertian Deterjen
Deterjen sangat akrab dengan kehidupan kita terutama bagi ibu rumah tangga

untuk mencuci pakaian. Deterjen tidaklah sama dengan sabun, meskipun sabun juga

termasuk deterjen. Kata “deterjen” berasal dari bahasa Latin “deterjene” yang berarti

menghapus.
Detergen adalah Surfaktant anionik dengan gugus alkil (umumnya C9 – C15)

atau garam dari sulfonat atau sulfat berantai panjang dari Natrium (RSO3- Na+ dan

ROSO3-Na+) yang berasal dari derivat minyak nabati atau minyak bumi (fraksi

parafin dan olefin).Deterjen berhubungan dengan pembersihan benda padat dengan

menyingkirkan benda yang tidak diinginkan dari permukaannya. Pembersihan ini

dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti pemisahan mekanik sederhana

(misalnya mengucek dan mencelupkan ke dalam air), pemisahan dengan pelarut

(misalnya penambahan pelarut organik, dan pemisahan dengan menambahkan air dan

bahan kimia seperti surfaktan.


Deterjen dapat berbentuk cair, pasta, atau bubuk yang mengandung konstituen

bahan aktif pada permukaannya dan konstituen bahan tambahan. Konstituen bahan

aktif adalah berupa surfaktan yang merupakan singkatan dari surface active agents,

yaitu bahan yang menurunkan tegangan permukaan suatu cairan dan di antarmuka

fasa (baik cair-gas maupun cair-cair) untuk mempermudah penyebaran dan

pemerataan. Adapun konstituen tambahan dapat berupa pembangun, zat pengisi, zat

pendorong, diantaranya adalah : Garam dodesilbenzena sulfonat, natrium lauril eter

sulfat, kokonum sitrat, dan metil paraben.

B. Jenis-jenis Deterjen
1. Berdasarkan senyawa organic
Berdasarkan senyawa organik yang dikandungnya, detergen dikelompokkan

menjadi :
a. Detergen anionik (DAI)
Merupakan detergen yang mengandung surfaktan anionik dan

dinetralkan denganalkali. Detergen ini akan berubah menjadi partikel

bermuatan negatif apabiladilarutkan dalam air. Biasanya digunakan untuk

pencuci kain. Kelompok utama daridetergen anionik adalah :


 Rantai panjang (berlemak) alkohol sulfat
 Alkil aril sulfonat
 Olefin sulfat dan sulfonat
b. Detergen kationik
Merupakan detergen yang mengandung surfaktan kationik. Detergen

ini akanberubah menjadi partikel bermuatan positif ketika terlarut dalam air,

biasanyadigunakan pada pelembut (softener). Selama proses pembuatannya

tidak adanetralisasi tetapi bahan-bahan yang mengganggu dihilangkan dengan

asam kuatuntuk netralisasi. Agen aktif permukaan kationik mengandung

kation rantai panjangyang memiliki sifat aktif pada permukaannya. Kelompok

utama dari detergen kationikadalah :


 Amina asetat (RNH3)OOCCH3 (R=8 sampai 12 atom C)
 Alkil trimetil amonium klorida (RN(CH3)) 3+ (R=8 sampai 18 atom

karbon)
 Dialkil dimetil amonium klorida (R2N(CH3)2)+Cl- (R=8 sampai 18

atom karbon)
 Lauril dimetil benzil amonium klorida (R2N(CH3)2CH2C2H6)Cl
c. Detergen nonionik
Merupakan senyawa yang tidak mengandung molekul ion sementara,

kedua asamdan basanya merupakan molekul yang sama. Detergen ini tidak

akan berubah menjadi partikel bermuatan apabila dilarutkan dalam air tetapi

dapat bekerja di dalam airsadah dan dapat mencuci dengan baik hampir semua

jenis kotoran. Kelompok utamadari detergen nonionik adalah :


 Etilen oksida atau propilen oksida
 Polimer polioksistilen
HO(CH2CH2O)a(CHCH2O)b(CH2CH2O)cH
CH3

 Alkil amida
HOCHCH3 NH2-HOOCC17O38 R
d. Detergen Amfoterik
Detergen jenis ini mengandung kedua kelompok kationik dan anionik.

Detergen inidapat berubah menjadi partikel positif, netral, atau negatif

bergantung kepada pH airyang digunakan. Biasanya digunakan untuk pencuci

alat-alat rumah tangga.Kelompok utama dari detergen ini adalah :


 Natrium lauril sarkosilat

( CH3(CH2)10CH2NHCH2CH2CH2COONa) dan natriummirazol.

2. Berdasarkan kandungan gugus aktifnya


Menurut kandungan gugus aktifnya maka detergen diklasifikasikan sebagai

berikut:

a. Detergen jenis keras


Detergen jenis keras sukar dirusak oleh mikroorganisme meskipun

bahan tersebut dibuang akibatnya zat tersebut masih aktif. Jenis inilah yang

menyebabkan pencemaran air.Contoh: Alkil Benzena Sulfonat (ABS).


ABS merupakan suatu produk derivat alkil benzen. Proses pembuatan ABS ini

adalah dengan mereaksikan Alkil Benzena dengan Belerang Trioksida, asam

Sulfat pekat atau Oleum. Reaksi ini menghasilkan Alkil Benzena Sulfonat.

Jika dipakai Dodekil Benzena, maka persamaan reaksinya adalah:


C6H5C12H25 + SO3 = C6H4C12H25SO3H (Dodekil Benzena Sulfonat)
Reaksi selanjutnya adalah netralisasi dengan NaOH sehingga dihasilkan

Natrium Dodekil Benzena Sulfonat


b. Detergen jenis lunak
Detergen jenis lunak, bahan penurun tegangan permukaannya mudah

dirusak oleh mikroorganisme, sehingga tidak aktif lagi setelah dipakai.

Contoh: Lauril Sulfat atau Lauril Alkil Sulfonat. (LAS).


Proses pembuatan (LAS) adalah dengan mereaksikan Lauril Alkohol dengan

asam Sulfat pekat menghasilkan asam Lauril Sulfat dengan reaksi:


C12H25OH + H2SO4 = C12H25OSO3H + H2O
Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan larutan NaOH

sehingga dihasilkan Natrium Lauril Sulfat.

3. Berdasarkan bentuk fisiknya


Berdasarkan bentuk fisiknya, deterjen dibedakan atas:

a. Deterjen Cair
Secara umum deterjen cair hampir sama dengan deterjen bubuk. Yang

membedakan cuma bentuk fisik. Di indonesia setahu saya deterjen cair ini

belum dikomersilkan, biasanya digunakan untuk laundry modern

menggunakan mesin cuci yang kapasitasnya besar dengan teknologi canggih.


b. Deterjen krim
Bentuk deterjen krim dengan sabun colek hampir sama tetapi

kandungan formula bahan baku keduanya berbeda.


c. Deterjen bubuk
` Jenis deterjen bubuk ini yang beredar dimasyarakat atau dipakai

sewaktu mencuci pakaian. Berdasarkan keadaan butirannya, deterjen

bubuk dapat dibedakan menjadi dua yaitu deterjen bubuk berongga dan

deterjen bubuk padat. Perbedaan bentuk butiran kedua kelompok tersebut

disebabkan oleh perbedaan proses pembuatannya.


1. Deterjen bubuk berongga
Deterjen bubuk berongga mempunyai ciri butirannya

berongga seperti bola sepak yang didalamnya berongga. Butiran

deterjen jenis berongga ini dihasilkan oleh proses spray drying

( proses pengabutan dilanjutkan dengan proses pengeringan).

Kelebihan deterjen bubuk berongga dengan deterjen bubuk padat

adalah deterjen bubuk berongga tampak volumenya lebih besar.


2. Deterjen bubuk padat
Bentuk butiran deterjen bubuk padat bentuknya seperti bola

tolak peluru, yaitu semua bagian butirannya terisi oleh padatan

sehingga tidak berongga. Butiran deterjen yang padat ini

merupakan hasil olahan dari proses pencampuran kering (dry


mixing). Kekurangan deterjen bubuk padat ini tampak volumenya

tidak besar sehingga kelihatan sedikit.

4. Berdasarkan kegunaannya
Berdasarkan kegunaannya jenis-jenis deterjen adalah sebagai berikut :
a. Detergen pencuci kain, mengandung alkohol etoksilat dan alkil fenoletoksilat
b. Detergen pencuci piring mengandung zat seperti detergen pencuci tangan
c. Detergen pembersih peralatan rumah tangga yang mengandung heksa

dekiltrimetil amonium klorida


d. Detergen pembersih industri mengandung zat seperti detergen pembersih

rumah tangga
e. Detergen pembersih gigi yang mengandung natrium lauril sarkosionat
f. Detergen pelembut kain yang mengandung diokta dekildimetil amonium

klorida

C. Bahan Baku Pembuatan Deterjen


1. Bahan Aktif
Bahan aktif ini harus ada dalam pembuatan deterjen karena merupakan

bahan inti dari deterjen. Secara kimia bahan kimia ini dapat berupa sodium lauryl

ether sulfat (SLES). SLES ini dikenal dengan beberapa nama dagang dengan

nama texapone, cottoclarin, ataupun ultra SLES. Bahan ini berfungsi dalam

meningkatkan daya bersih, saat digunakan bahan aktif ini mempunyai busa

banyak, dan berbentuk gel translucent (pasta). Selain SLES, bahan aktif dari sabun

bubuk adalah garam Linear Alkyl Benzene Sulfonat (LAS), bentuknya gel/pasta

berwarna kuning muda. Fungsi LAS sama seperti Ultra SLES, sebagai bahan

pembersih utama pembuatan Sabun Bubuk, dengan LAS, maka sabun bubuk akan

lebih mudah dibilas/ kesat


2. Bahan penambah volume produksi
Dalam penggunannya, bahan ini berfungsi sebagai bahan pengisi dari

keseluruhan bahan baku. Pemberian bahan pengisi ini dimaksudkan untuk

memperbesar atau memperbanyak volume. Bahan penambah volume produksi

disini menggunakan Sodium Sulfat (Na2SO4).


3. Bahan penunjang
Kita dapat menggunakan bahan penunjang yakni soda abu (Na2CO3)

yang berbentuk serbuk putih. Bahan penunjang ini berfungsi sebagai

meningkatkan daya bersih. Keberadaan bahan ini dalam deterjen tidak boleh

terlalu banyak, sebab dapat menimbulkan efek panas pada tangan saat mencuci

pakaian. Bahan penunjang lainnya adalah STPP (sodium tripoly posphate) yang

dapat menyuburkan tanaman, hal Ini dapat dibuktikan dengan menyiramkan air

bekas cucian ke tanaman, maka tanaman tersebut akan menjadi subur. Hal ini

disebabkan oleh kandungan fosfat yang merupakan salah satu unsur dalam jenis

pupuk tertentu.
4. Bahan Tambahan (aditif)
Aditif berfungsi mencegah kotoran kembali ke pakaian (anti redeposisi),

bahan tambahan ini sebenarnya tidak harus ada didalam pembuatan deterjen.

Salah satu contoh bahan tambahan ini adalah Enzym AR yang berbentuk serbuk

putih.

5. Bahan Pewangi/ Bibit Parfum


Salah satu keuntunagn keberadaan bahan pewangi ini adalah bahwa

suatu deterjen dengan kualitas baik , Harum akan disukai konsumen. Parfum biasa

dipakai untuk deterjen berbentuk cair kekuning-kuningan. Pemilihan parfum ini

sangat penting, karena biasanya konsumen selalu merasakan dulu wangi dari

barang yang akan dibeli, baru mencoba untuk memakai produk tersebut.
6. Bahan Tambahan untuk membuat sabun dengan kulitas yang istimewa:
a. Protease: Pembersih noda yang membandel disebabkan oleh protein, seperti

darah, kecap, susu, saos dll. Dengan ditambah Protease, maka daya cuci sabun

terhadap kotoran yang disebabkan protein seperti darah, makanan bayi, susu,

saos, kecap dll yang membandel akan lebih mudah dibersihkan. Dosis

Pemakaian 2-10%.

b. Bioenzyme (Bintik Biru) dosis pemakaian secukupnya.


c. Extrableach : Untuk Memutihkan Cucian yang khusus berwarna putih,

pemakiannya 3-10%

d. Lipozyme: Pembersih noda yang disebabkan oleh minyak, lemak & gemuk.

Dengan ditambah lypozyme, maka daya cuci sabun terhadap kotoran yang

mengandung minyak, lemak ataupun gemuk yang membandel akan lebih

mudah dibersihkan. Dosis pemakaian 2-10%.

Namun pada umumnya, deterjen yang diproduksi mengandung bahan-bahan kimia

berikut ini, yaitu :

a. Surfaktan
Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang

mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan

aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan

kotoran yang menempel pada permukaan bahan, meningkatkan daya pembasahan air

sehingga kotoran yang berlemak dapat dibasahi, mengendorkan dan mengangkat kotoran

dari kain dan mensuspensikan kotoran yang telah terlepas. Secara garis besar, terdapat

empat kategori surfaktan yaitu:


 Anionik : Alkyl Benzene Sulfonate (ABS), Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS),

dan Alpha Olein Sulfonate (AOS)


 Kationik : Garam Ammonium
 Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle
 Amphoterik : Acyl Ethylenediamines
b. Builder
Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan

dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.


 Fosfat : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)
Garam posfat digunakan sebagai pembina (builder) dalam detergen dimana ia

memberikan perlembutan air (water softening), kealkalian dan penghilangan kotoran

serta penyebaran (dispersion). Juga sebagai bahan bantu pada proses terbaik semasa
pembuatan detergen seperti penyerapan surfaktan cair dan pengikatan air bebas.

Fosfat yang paling lazim digunakan dalam aplikasi detergen adalah garam sodium dan

potassium pirofosfat dan tripolifosfat.


 Asetat : Nitril Tri Acetate (NTA) dan Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)
 Silikat : Zeolit
 Sitrat : Asam Sitrat

c. Filler
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai

kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contohnya adalah

sodium karbonat. Sodium karbonat merupakan bahan deterjen multifungsi. Diantaranya

adalah untuk kekerasan air (melalui pemendakan), sumber kealkalian, pengisi (filler),

pembawa dan bahan bantu pengaglomeratan (agglomeration) untuk serbuk.


d. Aditif
Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik,

misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan

daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk.

Contoh :Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).

D. Proses Pembuatan Deterjen Bubuk


1. Proses Pembuatan Deterjen Bubuk dengan Spray-drying
Spray-drying merupakan proses modern dalam pembuatan deterjen bubuk

sintetik dimana dalam spray-drying terjadi proses pengabutan dan dilanjutkan

proses pengeringan.
Tahap-tahap dalam proses spray-dryingdapat diperlihatkan pada gambar berikut:
Gambaran proses pembuatan slurry adalah sebagai berikut :
a. Alat pengangkut ( conveyor ) mengumpulkan terus – menerus padatan yang telah

ditimbang sebelum membawa padatan tersebut ke crutcher slurry.


b. Crutcher slurry juga menerima komponen– komponen liquid yang mengalir secara

tetap dari damper yang mengumpulkan berbagai umpan.


c. Ketika formula padat, meliputi senyawa sulfon anionic dan sabun, asam lemak

dan asam sulphonic dinetralisasikan dengan alkali dalam mixer sebelum umpan

dikirim/dimasukkan ke dalam crutcher slurry. Dalam beberapa kasus, ketika tidak

ada reaksi yang diharapkan dari komponen lain, asam menjadi umpan dan

dinetralisaikan secara langsung didalam crutcher slurry yang dalam kasus ini

bagian dalam dari crutcher slurry harus terbuat dari bahan – bahan stainless steel

agar bagian dalamnya tidak rusak akibat asam.


d. Crutcher slurry merupakan mixer dengan kecepatan putaran yang tinggi yang

didesain untuk penguraian fine dan membuat campuran menjadi homogen.


Pengoperasian crutcher juga mencegah penumpukkan dan pembentukan

gumpalan– gumpalan padat yang dapat menyumbat pipa aliran umpan.


e. Dari crutcher, slurry kemudian di transfer menuju vessel aging, dimana campuran

tersebut dihomogenasasi lebih lanjut dan diatur berdasarkan derajat hidrosin yang

dari garam anorgonik yang diperlukan seperti soda ash, natrium sulfat, dan

sodium tripolyphosphate yang ada dalam formula.


f. Selanjutnya setelah slurry terbentuk barulah masuk ke spray drying tower. Produk

yang dikeringkan dalam bentuk hollow bead dikumpulkan pada bagian atas

menara Sprayd rying dan didinginkan serta dikristalisasikan melalui sistim

pembawaairlift dengan aliran udara dingin.


g. Setelah pengankutan udara bubuk dasar disaring dan diberikan pengharum dan

akhirnya dicampur dengan komponen-komponen yang sensitive terhadap suhu

atau zat adiktif yang kemudian di simpan dalam silos dan akhirnya dibawa ke

mesin pengepak poduk.

2. Proses Pembuatan Deterjen Bubuk dengan Aglomerasi


Proses aglomerasi merupakan proses pembuatan deterjan bubuk sintesis

yang memiliki densitas yang tinggi dengan cara pencampuran material-material

kering dengan bahan-bahan cairan yang dibantu dengan adanya bahan pengikat

cairan yang kemudian bercampur yang menyebabkan bahan-bahan tadi bergabung

satu sama lain yang membentuk partikel-partikel berukuran besar.


Proses aglomerasi dapat di gambar kan seperti proses penimbunan atau

penumpukan dari komponen dari bubuk menjadi cairan dan menjadi butir atau

granula. Tahap-tahap pemprosesan non tower balestra untuk untuk produksi

deterjen bubuk berdasarkan pada proses aglomerasi. Diantara berbagai tahap

proses tersebut,aglomerasi memperlihatkan operasi yang sangat penting dan kritis,

karena proses tersebut dihubung kan kestruktur fisik dan pada saat yang sama,di

hubungkan ke komposisi kimia dari produk.Proses aglomerasi juga merupakan


proses spray-drying dengan dry mixing atau blending. Konsentasi air proses yang

digunakan anatara 35-40% dalam crutcher slurry


- Dalam aglomerasi cairan disemprotkan keatas secara continue
- Komponen-komponen atau bahan yang digunakan dalam aglomerasi meliputi

slikat deterjenaktif dan air yang digunakan sebagai cairan dalam aglomerasi.

3. Proses Pembuatan Deterjen Bubuk dengan Dry Mixing


Material kering (dry material) yang digunakan untuk membuat deterjen

bubuk ditimbang dan selanjutnya dimasukkan kedalam mixer, pencampuran

dilanjutkan selama 1-2 menit dan ditambahkan slurry selama 3-4 menit.Setelah

semua slurry dimasukkan kedalam mixer, pencampuran dilanjutkan selama 1-2

menit agar menjadi homogen. Sebagian besar dari bubuk yang terbentuk dapat

dikemas dengan segera setelah selesai atau setelah 30 menit penyimpanan.

E. Pembuatan Deterjen Secara Sederhana


1. Cara Pembuatan Deterjen Bubuk
- Bahan-bahan yang diperlukan:
- Caustik soda (soda api) 45 gr
- Air dingin 150 cc
- STTP 45 gr
- Air dingin 150 cc
- Soda Ash 105 gr (di tambah air dingin) 300 cc (ditambah CMC) 30 gr
- ABS 300 gr
- Parfume 3 cc
- Sepuhan warna 1 cc
Proses Pembuatan Deterjen
a. Caostik soda, air dingin, bahan pewarna dicampur dan diaduk-aduk sampai

merata.
b. Campurkan STTP dan air dingin, campuran ini terpisah dari campuran

pertama tadi. Pengadukan agak lama karena STTP sulit larut.


c. Campuran ketiga sadalah Soda Ash dan air diaduk sampai larut kemudian

bubuhkan CMC sambil terus diaduk-aduk hingga menjadi seperti bubur agar-

agar.
d. Campuran pertama dan kedua dicampurkan dan terus diaduk-aduk hingga

merata, setelah merata masukkan campuran ketiga dan aduk terus.


e. Tuangkan ABS pada campuran tersebut lalu diaduk, pengadukkan harus

tekun,teliti, dan sempurna. Oleh reaksi kimia cairan tersebut berubah menjadi

cream.
f. Setelah cream menjadi dingin, bubuhkan parfum sambil diaduk agar

wanginya merata ke seluruh cream yang di buat.


g. Sabun Deterjen siap untuk dikemas dan dipakai

2. Cara Pembuatan Deterjen Cair


Bahan yang diperlukan:
- Sendok teh.
- Gelas Silinder
- Stainless steel
- wadah dan mixer listrik.
- Pengaduk kayu
- Mangkuk atau ember kecil.
Langkah-langkah pembuatan deterjen cair:
a. Ambil silinder yang bisa menampung 80-130g SLES. Ukur juga 772-830g air .
b. Masukkan SLES dalam gelas dan tambahkan sedikit air. Aduk SLES dengan

baik sampai tercampur sempurna..


c. Tambahkan CDEA 50g ke SLES. Aduk dengan pengaduk .
d. Lanjutkan mengaduk campuran sampai menjadi krim. Tambahkan air

perlahan-lahan untuk mencegah campuran dari berbusa sambil diaduk


e. Sementara itu, larutkan 30g STPP dalam jumlah kecil air. Aduk rata dan

sisihkan.
f. Jika campuran CDEA-SLES sudah kental, masukkan ke ember kecil atau

wadah stainless steel. Tambahkan jumlah sedikit air sambil diaduk terus

menerus
g. Pindahkan campuran ke mixer. Ketika campuran sudah berbusa, tambahkan

STPP terlarut perlahan-lahan sambil terus diaduk. .


h. Larutkan garam dalam jumlah kecil air. Tambahkan ke campuran utama dan

perlahan disatukan semuanya. .


i. Selanjutnya, tambahkan 5-8ml pewangi lemon sebagai pewangi .
j. Lanjutkan pencampuran sampai campuran mengental. Pisahkan. .
k. Setelah mengental, tuangkan campuran ke dalam wadah bersih dan sisihkan

selama sekitar 2 jam


l. Bila tidak ada busa lagi, tuangkan deterjen cair ke dalam botol yang bersih .
m. deterjen cair dapat digunakan setelah 24 jam

3. Cara Pembuatan Deterjen Cair


Bahan baku yang diperlukan:
- DEDOCYL BENZENE SULFONAT (DDBS)
Adalah bahan aktif ( active ingredient) untuk membuat sabun colek,

sebagian orang menyebutnya dengan nama ABS (alkyl benzene sulfonat), ini

adalah bahan yang mutlak harus dipakai pada proses membuat sabun colek.

yang nantinya akan menentukan hasil akhir. tanpa bahan ini sabun colek tidak

akan memiliki daya bersih dalam pemakaian sabun colek, bahan ini berbentuk

cairan yang biasanya berwarna coklat tua, yang berfungsi sebagai pembersih,

ciri – ciri cairan ini adalah memiliki busa yang banyak bila di kucek.
- KAUSTIK SODA
Bahan ini berguna sebagai penetralisir sifat keasaman yang di

akibatkan dalam pemakaian DDBS. Bahan ini berbentuk batangan atau flake.

Sebelum dilakukan pencampuran, bahan ini harus dilarutkan dengan air

dengan perbandingan 4:6 (misalnya : 40gr Kaustik Soda dengan 60cc air
campuran) atau bisa juga dengan skala perbandingan lain sesuai dengan

formula masing – masing, tetapi umumnya 4:6. Cara melarutkan kaustik soda

harus dilakukan dengan hati – hati karena bahan ini bersifat keras terhadap

kulit manusia.
- SODA ABU
Soda abu atau SODA ASH berbentuk bubuk, dan warnanya putih.

Fungsinya untuk meningkatkan daya bersih, penambahan soda abu tidak boleh

terlalu banyak, karena dapat menimbulkan rasa panas di tangan saat sabun

colek digunakan. Penggunaan soda abu yang dianjurkan dalam formula

pembuatan sabun colek adalah sekitar 7 % dari komposisi total bahan sabun

colek.
- SILIKAT
Biasanya dikenal dengan nama water glass, bahan ini berbentuk cairan

kental dan tidak berwarna (bening). berfungsi sebagai pengikat material dalam

sabun colek. penggunaan silikat juga akan memberikan kesan berkilau pada

sabun colek, bahan ini sangat mudah beku, jadi bila tidak dipakai, sebaiknya

bahan ini di simpan dengan tutup yang rapat.


- AIR
Air merupakan bahan utama dalam pembuatan sabun colek, berfungsi

untuk menyempurnakan reaksi dari formula sabun colek, air juga berfungsi

untuk mengatur kekentalan sabun colek yang akan dihasilkan dari proses

formula sabun colek.

- PEWARNA DAN PEWANGI


Berfungsi sebagai bahan tambahan (addictive) dan tidak akan

mengurangi kualitas dari sabun colek, warna sabun colek yang asli adalah

coklat, dan berbau kurang menarik. jadi penambahan parfum dan pewarna

dapat mempengaruhi perhatian konsumen terhadap sabun colek, jadi akan


cepat terjual bila akan dijual. biasanya di gunakan warna kuning dan aroma

jeruk agar lebih dapat menghilangkan bau kotoran yang akan di bersihkan
- CMC = Carboxy methyl cellulose
Biasanya tersedia dalam bentuk garam, yaitu CMC (Na). fungsinya

dalam sabun colek adalah sebagai pengental / meningkatkan viskositas.


- STPP
Untuk mencegah redeposisi atau mencegah kotoran kembali ke baju

(kain). Jadi tidak tepat kalau ditambahkan pada sabun cair cuci piring. Jika

ingin sabun cairnya punya kelebihan dibanding sabun cair lain beri bahan

kimia semacam anti jamur/bakteri. Jadi tidak sekedar bersih tapi membunuh

jamur/bakteri yg merugikan dari barang-barang yang di cuci sehingga tampak

higienis.
Berikut ini bahan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan sabun cream atau

sabun colek:
- Caustic soda .......................... 50 gram
- STTP ....................................... 50 gram
- CMC ........................................ 30 gram
- Soda ash ................................100 gram
- ABS ....................................... 300 gram
- Bahan warna ......................... secukupnya
- Air ........................................... 600 cc (2,5gelas)
- Bibit minyak wangi .................... 5 cc
- Caoline ..................................... 50 gram

Peralatan yang dibutuhkan:


- 2 Wadah
- takaran / timbangan
- pengaduk kayu
Langkah langkah pembuatan detrjen krim:
a. CMC dilarutkan pada ABS, diaduk sampai kental seperti asam belerang,

dalam suatu tempat yang dibuat dari plastik - (larutan a).


b. Cautic, STTP, Soda ash, Bahan warna dilarutkan dalam air, kemudian diaduk

secepatnya sehingga merata, dan dalam pengadukannya memerlukan waktu

kira-kira 5 menit - (larutan b).


c. Larutan (larutan b) yang sudah berbentuk cairan dimasukkan pada hasil

larutan (larutan a), kemudian diaduk sehingga busanya naik, kalau sudah
halus, masukkanlah caoline sedikit demi sedikit, sambil diaduk-aduk supaya

tidak ada tepung yang kristal - (larutan c).


d. Yang terakhir, Bibit minyak wangi dilarutkan pada percampuran (larutan c)

dan diaduk sekali lagi supaya betul-betul merata.

F. Dampak Deterjen Terhadap Lingkungan


Masalah yang ditimbulkan akibat pemakaian detergen terletak pada pemakaian

jenis surfaktan dan gugus pembentuk.

a. Akibat Surfaktan
Di dalam air, sisa detergen harus mampu mengalami degradasi (penguraian)

oleh bakteri-bakteri yang umumnya terdapat di alam. Lambatnya proses degradasi

ini mengakibatkan timbulnya busa di atas permukaan air, dalam jumlah yang

makin lama makin banyak. Hal ini disebabkan oleh bentuk struktur surfaktan

yang dipakai.Jika struktur kimia berupa rantai lurus, gugus surfaktan ini mudah

diuraikan. Sedangkan jika struktur berupa rantai bercabang, maka surfaktan ini

sulit dipecahkan.
b. Akibat Gugus Pembentukan
Masalah yang ditimbulkan oleh gugus pembentuk yaitu gugus ini akan

mengalami hidrolisis yang menghasilkan ion ortofosfat.

P3O105- + 2H2O 2HPO42- + H2PO4-

Kedua gugus ini sangat berpengaruh dalam proses eutrofikasi, yang bisa

mengakibatkan tanaman alga dan tanaman air tumbuh secara liar.

G. Penanggulangan Limbah Deterjen


Pada produksi surfaktan anionik digunakan H2SO4 encer dengan reaktor film

tipis. Terdapat dua macam limbah atau buangan utama yang harus diperhatikan yaitu

limbah air cucian dari pembersih bejana yang dinetralkan dan sisa SO 3 yang tidak

bereaksi.
Air cucian biasanya sedikit mengandung bahan aktif permukaan anionik yang

biasanya diolah dengan proses biologi yang serupa dengan pengolahan limbah utama.

Degradasi bakterial pada kondisi aerob mengubah surfaktan anionik menjadi karbon

dioksida dan air. Limbah asam dari reactor dicuci dan dinetralisasi dengan air kapur

membentuk kalsium sulfat yang tidak larut. Gas sulfonat yang dihasilkan dialirkan ke

dalam siklon untuk memisahkan kabut asam dari gas-gas. Asam hasil pemisahan di

masukkan kembali ke aliran produknya dan bila gas itu masih mengandung SO 3akan

dilewatkan kembali ke zona reaksi. Gas cerobong yang mengandung SO 2 dan SO3

mula-mula akan dilewatkan ke dalam pengendap elektrostatik untuk mengusir asam

sulfat dan asam sulfit yang mungkin terbentuk karena adanya uap dalam instalasinya.

Gas dari pengendapan akan dimasukkan ke dalam suatu penggosok arus, yang akan

bercampur dengan suatu larutan soda kaustik di dalam air. Proses ini digunakan untuk

mengusir semua residu SO2 dan SO3, sehingga dihasilkan udara bersih.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Resep Dan Cara Membuat Deterjen Bubuk. (Online).
(http://yukitakelaundry. blogspot.com/2009/11/resep-dan-cara-membuat-
deterjen-bubuk.html. Diakses tanggal 5 November 2014).
Anonim. 2008. Mau Deterjen. (http://iwanmalik.wordpress.com/2008/05/14/mau

deterjen/#more-6. Diakses tanggal 5 November 2014).


Anonim. 2013. Bahan Dan Cara Membuat Sabun Deterjen. (Online).

(http://kerajinanhomeindustry.blogspot.com/2013/05/bahan-dan-cara-

membuat-sabun-deterjen.html. Diakses tanggal 5 November 2014).


Ceeta. 2013. Makalah Deterjen. (Online).

(https://ceeta.wordpress.com/2013/06/11/makalah-deterjen/. Diakses tanggal 5

November 2014).
Rajiman. 2013. Cara Pembuatan Deterjen. (Online). (http://atom-

green.blogspot.com/2013/11/cara-pembuatan-detergen.html. Diakses tanggal 5


November 2014).

Anda mungkin juga menyukai