Anda di halaman 1dari 3

Carolin Vivian Maura / 178114041

Kehadiran Investasi Asing terhadap Kesejateraan Buruh di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki penduduk paling banyak dan
juga memiliki tingkat pengganguran yang tinggi pula. Banyak masyarakat Indonesia yang tidak
memiliki keahlian apapun sehingga beberapa dari mereka memilih untuk bekerja sebagai buruh
di pabrik. Pekerjaan bagi mereka bukanlah tempat untuk mencari untung dan mengasah softskill,
melainkan tempat untuk mencari makan setiap harinya.

Buruh-buruh tersebut juga memiliki tingkat pendidikan yang rendah, ada yang hanya
lulusan SMA, atau mungkin hanya lulusan SD. Hal ini menyebabkan mereka tidak mengetahui
mengenai hak-hak yang pantas mereka dapatkan sebagai seorang buruh. Kadang mereka dipaksa
bekerja melewati waktu yang ditentukan tanpa dibayar sedikitpun. Mereka juga tidak bisa protes,
karena mereka takut jika protes mereka akan dipecat oleh pabrik produksi tempat mereka
bekerja, kadang mereka berpikir bahwa lebih baik diam dan menerima semuanya karena mereka
bukanlah orang berkuasa yang memiliki kebebasan untuk memilih apa yang ingin mereka
lakukan.

Salah satu contoh kasus dimana buruh diekploitasi untuk kepentingan pabrik adalah
produksi salah satu sepatu bermerk, yang kita kenal dengan Nike, atau salah satu merk terkenal
Old Navy, Diadora. Buruh-buruh tersebut tidak dibayar untuk kerja lembur di luar jam kerja,
mereka bekerja lebih dari 24 jam nonstop, demi kepentingan pabrik produksi.

Pada kasus buruh di pabrik produksi Nike misalnya, upah yang mereka dapatkan
hanyalah 5 ribu rupiah/ jam dalam sebulan mereka hanya mendapatkan 2,2 juta. Sedangkan
dalam penjualan satu produknya bisa mencapai harga ratusan hingga jutaan rupiah. Kadang
mereka dipaksa lembur tanpa dibayar sama sekali, dan mereka sama sekali tidak mengetahui
hak-hak yang seharusnya mereka dapatkan karena, mereka tidak memahami hal-hal yang tertulis
pada kontrak kerja mereka.

Bagaimana dengan buruh di pabrik yang lain? “Selama tiga tahun, sebagai buruh
kontrak, saya selalu shift malam. Sebulan dibayar sesuai UMK dan didaftarkan ke Jamsostek.
Tidak ada tunjangan lagi. Jika order sedang tinggi semua buruh diwajibkan lembur. Per jam
dibayar hanya dibayar Rp 15 ribu. Lembur mati. Sebagian besar buruh adalah perempuan. Gak
ada cuti haid. Perempuan kena shift malam, tapi gak dapat jemputan. Sehingga sering dengar
Carolin Vivian Maura / 178114041

perempuan kena rampok ketika pulang kerja malam.” ini adalah salah satu pengakuan dari
buruh yang bekerja untuk Walmart (Old Navy adalah salah satu merk yang diproduksi oleh
pabrik produksi tersebut).

Dari pengakuan buruh pabrik tersebut kita dapat mengetahui bahwa, buruh tidak diberi
tunjangan, tidak ada cuti dan bahkan beberapa diantara mereka melakukan double shift. Para
perempuan tidak diberikan perlindungan jika pulang pada malam hari, sehinngga mereka
menjadi target kejahatan. Mereka dirampok dan mereka juga kerap mengalami pelecehan
seksual. Namun, pabrik produksi terus menerapkan ketentuan-ketentuan tersebut lagi dan lagi.

Pemerintah terus berusaha menutup mata, karena takut ketika mereka memprotes
tentang ketidakadilan yang terjadi, perusahaan asing tidak ada lagi yang berinvestasi di
Indonesia. Hal ini menyebabkan para buruh tidak mendapat kesejahteraan hidup dan
perlindungan hukum. Pabrik produksi terus memaksa untuk memproduksi barang-barang
bermerk tersebut tanpa memerhatikan keadaan para buruhnya. Banyak buruh yang memiliki
pekerjaan tambahan karena uang yang didapatkan dari pabrik tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan mereka selama sebulan.

Sebagai salah satu mata rantai pemasok industri garmen global, Indonesia bersama
dengan negara Asia lainnya berada di ujung sistem produksi, sekaligus menjadi jantungnya
produksi. Dalam sistem produksi global pula, Pemerintah Indonesia menempatkan diri sebagai
‘pelayan’ yang menyediakan berbagai kemudahan investasi, namun tidak memiliki kepastian
bahwa investasi akan membantu meningkatkan pendapatan nasional dan menyediakan lapangan
kerja yang berkualitas. Pemerintah Indonesia dengan sungguh-sungguh membuka jalur-jalur
distribusi dan lokasi produksi dengan berbagai kemudahan investasi, termasuk mengurangi hak-
hak dasar buruh. Namun, tidak ada jaminan bahwa investasi akan memenuhi hak-hak dasar
buruh.

Investasi asing memang penting untuk memberdayakan masyarakat-masyarakat kita


yang tidak memiliki pekerjaan, namun hak-hak yang mereka dapatkan juga harus jelas dan
benar-benar dilindungi. Keuntungan yang diterima jangan hanya dinikmati oleh pemerintah dan
pemilik pabrik, melainkan juga oleh buruh-buruh yang bekerja pada pabrik tersebut. Jika dalam
pelaksanaannya hak-hak buruh mulai dicurangi pemerintah harus mulai mengambil langkah
Carolin Vivian Maura / 178114041

untuk melindungi hak-hak mereka, karena sebenarnya pemilik Indonesia bukanlah para investor
asing tersebut, melainkan warga negaranya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai