Commerce Shopee
Abstract
Massive use of the internet today makes changes in attitudes and behavior that occur in
society. In terms of the economy there are also very big changes. These very fast changes
make economic actors make new innovations, but these changes also pose new risks that
must be faced
The rapid growth of the Internet is now a thing that has a positive impact on the movement
of the marketplace in Indonesia. Various marketplace services are starting to be established
in the current digital era. One of the marketplace services in Indonesia is Shopee. Shopee is
considered to be a giant in marketplace services in Indonesia even though Shopee is still a
new service.
As the largest marketplace in Indonesia, shopee also has a high risk that must be faced, so
shopee must also create effective and efficient risk control management.
Keywords : Shopee, E-Commerce, Business Risk, Business Risk Control, Internet,
Digital
Pendahuluan
I. Latar Belakang
Saat ini penggunaan internet sudah menjadi salah satu kebutuhan dasar bagi
masyarakat. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo)
memberikan data pengguna internet yang ada di Indonesia saat ini mencapai 63 juta
orang. Sekitar 95 persennya merupakan orang – orang yang menggunakan internet
secara aktif. Dengan begitu, perubahan pada pola industri pun berubah kearah yang
lebih menggunakan internet atau biasa disebut sebagai digitalisasi.Seiring dengan
perkembangan yang terjadi dalam teknlogi informasi serta perluasan akses internet
memberikan Perubahan proses pembuatan konten program yang semula program
berbasis perusahaan berubah menjadi program yang lebih bersifat pribadi. Hal ini
dapat dengan mudah kita amati ketika muncul individu-individu yang dapat
mengubah dan mempengaruhi orang lain melalui dunia maya. Hal ini menyebabkan
terjadinya pergeseran budaya dari konsumen ke prosumer (produsen-konsumen),
atau berarti konsumen juga dapat berperan sebagai produsen. Hal ini secara tidak
langsung menjelaskan bahwa kekuatan perubahan tidak hanya dikendalikan oleh
perusahaan, tetapi individu sebagai konsumen juga mempengaruhi
perusahaan/organisasi untuk memutuskan strategi yang akan mereka ambil.
Perubahaan yang terjadi dengan begitu cepat tersebut menimbulkan masalah
baru terhadap pasar dan mekanisme yang sebelumnya tidak dapat diantisipasi
menggunakan strategi yang sudah berlaku sehingga hal tersebut mampu
memimbulkan risiko baru yang disebut sebagai risiko digital. Dengan begitu pihak
perusahaan atau organisasi harus menciptakan “Manajemen Pengendalian Risiko
Digital” agar perusahaan mampu bertahan dan tetap eksis di era Digitalisasi ini
dikarenakan perubahan yang terjadi ini membuat kacau sistem yang telah dilakukan
sebelumnya Perubahan ini telah berhasil memungkinkan para ahli strategi dalam
bisnis atau organisasi perusahaan untuk memikirkan kembali dan berkolaborasi
untuk menciptakan model bisnis baru dan proses baru, sehingga tujuan perusahaan
dapat dicapai dengan benar. Selain itu, tidak kalah pentingnya adalah
mempersiapkan kapabilitas baru untuk menghadapi semua tantangan yang muncul
dan meminimalkan risiko guna menciptakan pertumbuhan bisnis yang
berkelanjutan.
Seiring perkembangan internet di Indonesia yang cukup cepat dalam 10
tahun terakhir telah mendorong berbagai sektor ekonomi dan industri tumbuh cukup
baik Perubahan kebiasaan dari konvensional ke digital pun semakin banyak,
khususnya kegiatan jual beli yang saat ini sudah beralih ke digital dengan
munculnya berbagai e-commerce. Statista mencatat jumlah pengguna e-commerce
di Indonesia pada 2017 mencapai 139 juta pengguna, kemudian naik 10,8% menjadi
154,1 juta pengguna di tahun lalu. Tahun ini diproyeksikan akan mencapai 168,3
juta pengguna dan 212, juta pada 2023
Namun seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwasanya penggunakan
internet yang begitu marak dan massif terjadi ini pasti akan menimbulkan sebuah
masalah baru yang harus segera diselesaikan. Hal ini juga terjadi pada E-
Commerce dimana E-Commerce juga merupakan bagian dari digitalisai yang terjadi
sehingga E-Commerce pun akan memiliki risiko digital yang akan mempengaruhi
perusahaan yang terlibat. Sehingga Perusahaan yang terlibat harus melakukan
pengendalian risiko agar mampu bertahan di dalam pasar.
Diatas ini adalah gambar dari level risiko, sehingga berdasarkan gamabar
tersebut dapat diketahui bahwa level resiko dapat dikategorikan sebagai berikut:
1) Low Probability Low Impact = Low Risk
Risiko pada tingkat ini biasanya hanyalah berisi risiko yang tidak terlalu
berbahaya atau hanya memiliki pengaruh yang kecil terhadap suatu proses.
Sehingga dengan menggunakan kebijakan tertentu risiko ini dapat dibiarkan
2) Low Probability High Impact = Moderate Risk
Resiko ini memiliki tingkat dari pengaruh yang cenderung menengah,
namum bukan berarti bisa dibiarkan begitu saja. Risiko ini perlu terus
dimonitori atau diawasi agar dapat dilakukan penanggulangan yang
berkelanjutan sesuai dengan dampak yang diberikan
3) High Probability Low Impact = Moderate Risk
Risiko ini secara umum sama dengan risiko sebelummnya namum memiliki
pengaruh yang lebih sedikit sehingga hanya perlu diawasi saja
4) High Probability High Impact
Risiko ini memiliki tingkat pengaruh yang tertinggi dibandingkan dengan
lainnya. Risiko ini memiliki tingkat pengaruh yang berbahaya sehingga
harus diatasi dalam waktu secepatnya
V. Sejarah Internet
Internet adalah suatu jaringan komunikasi yang menghubungkan satu media
elektonik dengan media yang lainnya. Sejarah dari internet dimulai pada sekita
tahun 1960-an ketika Departemen Pertahanan Amerika Serikat membuat suatu
system yang diberi nama ARPANET.
Pada tahun 1982 protokol standar dari TCP/IP mulai diperkenalkan. Adanya
sebuah nama domain juga sudah mulai digunakan empat tahun setelahnya, tepatnya
di tahun 1984. ARPANET lalu diturunkan pada tahun 1990, namun memang
internet hasil pengembangannya itu sendiri tetap berkembang terus-menerus dari
awal hingga sekarang ini. Dulu, informasi yang dapat dimiliki lewat internet cuma
informasi yang berbasis teks, namun akhirnya pada tahun 1990, layanan sejenis
berbasis tampilan grafis yang dikenal sebagai WWW (World Wide Web) sudah
mulai dikembangkan lagi oleh CERN.
Shopee adalah salah satu layanan marketplace digital dan komersial digital
yang memiliki kantor pusat di Singapura, didirikan pada tahun 2009 oleh Forrest Li.
Namum Shopee tidak langsung diluncurkan pada tahun tersebut, melainkan 6 tahun
kemudian pada tahun 2015 barulah Shopee diluncurkan secara resmi di Singapura.
Setelah peluncuran pertamanya Shopee dengan segera melebarkan sayap di
beberapa negara asia tenggara yakni Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam dan
Filipina selain itu Shopee juga melebarkan sayap ke negara di luar asia tenggara
yakni Taiwan. Pada tahun 2019, Shopee resmi diluncurkan di Brasil yang
menjadikan negara tersebut sebagai negara pertama di Amerika Selatan yang
memiliki akses Shopee. Sejauh ini Shopee telah memiliki penghargaan yang cukup
bergengsi misalnya “Netizen Brand Choice Award 2017” untuk kategori belanja
online yang diadakan oleh Warta Ekonomi.
Kegiataan promosi Shopee menjadikan perusahaan ini segera mendapat
tempat di hati masyarakat, terbukti Shopee menjadi digital marketplace dengan
pengguna terbanyak di Indonesia. Hal tersebut diakarenakan Shopee melakukan
aktivitas marketing dengan menggunakan public figure yang memiliki pengikut
besar misalnya, Blackpink dan Cristiano Ronaldo
Dengan Risiko yang sebelumnya telah dibahas, maka pihak Shopee – pun
dengan segera memberikan solusi agar para penggunannya tetap bertahan
menggunakan Shopee.com. Solusi yang dibuat antara lain:
Menjadi Perantara dalam Transaksi
Shopee menerapkan sistem dimana pihak pembeli harus memberikan uang
sesuai dengan harga barang yang akan dibeli kepada pihak Shopee sebagai
peranta. Setelah itu pihak Shopee akan menginformasikan Penjual untuk
segera mengirim barang yang dibeli kepada Pembeli sesuai dengan alamat
pengiriman yang tertera. Kemudian jika Pembeli telah menerima pesanan
yang dibeli maka dengan segera Shopee akan memberikan info konfirmasi
kepada pembeli apakah barang yang dipesan sesuai atau tidak. Jika sesuai
maka Shopee baru akan mengirim uang kepada pihak Penjual yang
menandakan bahwa transaksi berhasil dilakukan
Bekerjasama dengan layanan logistik
Dalam mengatasi waktu pengiriman Shopee bekerja sama dengan pihak
penyedia layanan logistik agar pembeli dapat mengetahui estimasi
pengiriman serta melacak lokasi barang yang dipesan.Pelacakan ini bisa juga
dilakukan melaui Shopee.co.id
Call Center 24 Jam
Mengetahui bahwa risiko dalam transaksi online cukup besar, Shopee
memberikan layanan call center 24 Jam. Sesuai https://help.shopee.co.id/
disitu dijelaskan bahwa Shopee memberikan layanan call center 24 jam
mulai hari Senin – Minggu termasuk hari libur nasional. Shopee memahami
bahwa risiko ini bisa muncul kapan saja sehingga strategi ini dilakukan
shopee guna meminimalisir risiko yang muncul
Menjaga keamanan data pengguna
Sesuai dengan penjelasan pihak Shopee pada situs layanan bantuan mereka
yang bisa diakses melalui https://help.shopee.co.id/s/article/Bagaimana-
Shopee-menggunakan-dan-melindungi-data-Anda . Shopee menjelaskan
bahwa Shopee memberikan komitmen untuk melindungi data penggunanya
dan juga taat dengan semua peraturan yang berlaku serta undang-undang
mengenai perlindungan data dan privasi yang berlaku.
Menerapkan 2 langkah login
Ketika ingin login akun kedalam aplkasi ataupun website Shopee
dibutuhkan verifikasi yang terhubung dengan nomer telepon pribadi
pengguna sehingga hal ini meningkatkan tingkat keamanan terhadap
pencurian akun
II. Saran
Melalui penelitian yang dilakukan ini, penulis memiliki beberapa saran yang
ingin disampaikan yang berkaitan dengan risiko e-commerce shopee. Pihak Shopee
harus meningkatkan keamanan sistem dengan mencari SDM yang sangat kompeten
dalam hal Technology Security, sehingga keamanan pada aplikasi maupun website
shopee dapat terjamin.
Referensi
Maryati, W., & Masriani, I. (2019). Peluang Bisnis Di Era Digital Bagi Generasi Muda
Dalam Berwirausaha: Strategi Menguatkan Perekonomian. Jurnal MEBIS
(Manajemen Dan Bisnis), 4(2), 125–130. https://doi.org/10.33005/mebis.v4i2.62
Pudianti, A., Herawati, A., & Purwaningsih, A. (2018). Faktor Kreativitas dalam
Pengembangan Model Inkubator Bisnis di Era Digital. BISMA (Bisnis Dan
Manajemen), 10(2), 145. https://doi.org/10.26740/bisma.v10n2.p145-155
Prastya Nugraha, A. E., & Wahyuhastuti, N. (2017). Start Up Digital Business: Sebagai
Solusi Penggerak Wirausaha Muda. Jurnal Nusantara Aplikasi Manajemen Bisnis,
2(1), 1. https://doi.org/10.29407/nusamba.v2i1.701
Mochammad Husein, G., & Imbar, R. V. (2015). Analisis Manajemen Risiko Teknologi
Informasi Penerapan Pada Document Management System di PT. JABAR
TELEMATIKA (JATEL). Jurnal Teknik Informatika Dan Sistem Informasi, 1(2), 75–
87. https://doi.org/10.28932/jutisi.v1i2.368
Nugroho, F. P., Abdullah, R. W., & Wulandari, S. (2019). Keamanan Big Data Di Era
Digital Di Indonesia. Jurnal Informa, 5(1), 2442–7942.
http://informa.poltekindonusa.ac.id/index.php/informa/article/view/65
Sari, I. N., Putranto, W. A., & Nurtanzila, L. (2020). Pusat Arsip di Era Digital: Dilema
antara Urgensi dan Relevansi. Lentera Pustaka: Jurnal Kajian Ilmu Perpustakaan,
Informasi Dan Kearsipan, 6(2), 105–118. https://doi.org/10.14710/lenpust.v6i2.31328
Ii, B. A. B., & Umum, A. T. (2006). Analisis Risiko pada PT ABC. 20.
Intika, P. D., & Buana, U. M. (2020). Tugas Sistem Informasi Manajemen : Perkembangan
Sistem Pengembangan Sistem Informasi Dosen Pengampu : October.