Anda di halaman 1dari 3

Nama : Fadilah Martiza Rafa

NPM : 2106631015
Kelas : Kepemimpinan A
Varian : S1 Reguler Kesehatan Masyarakat
Mata Kuliah : Kepemimpinan untuk Pengembangan Kesehatan

Resume Kuliah Umum dengan Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo

PILAR KEPEMIMPINAN

Pilar kepemimpinan adalah kekuatan-kekuatan menyangga kepemimpinan agar kuat


dan kokoh. Hal ini dibutuhkan oleh seorang pemimpin supaya organisasinya dapat berdiri tegak
dan berjalan dengan kuat sehingga berhasil mewujudkan visi dan misi organisasi tersebut.
Kepemimpinan memiliki lima bentuk pilar, yaitu

1. Kekuasaan

Kekuasaan merupakan pilar utama dalam kepemimpinan. Apabila tidak ada


kekuasaan, tidak akan ada seorang pemimpin. Kekuasaan memiliki dua dimensi, yaitu
kewenangan yang diperoleh dari organisasi atau institusi yang mengangkat dan pengaruh
yang merupakan akibat dari kewenangan akan membuat orang lain patuh. Kewenangan
seorang pemimpin dibagi menjadi dua, atribusi yaitu kewenangan karena jabatan seseorang
dan pelimpahan yang terdiri dari delegasi dan mandat. Terdapat beberapa sumber
kekuasaan, antara lain:

a. Kekuasaan dari organisasi


Kekuasaan ini berasal dari penunjukkan pemimpin secara formal menggunakan
kekuatan legitimasi, reward power sebagai imbalan atas jasa seseorang, atau
coercive power karena memiliki kemampuan khusus yang luar biasa.
b. Kekuasaan dari individu
Kekuasaan ini berasal dari expert power misal keahlian dalam suatu bidang,
referent power misal karena seseorang merupakan tokoh agama, information power
misal karena orang itu kaya akan informasi terkait organisasi/bidang yang diikuti,
connection and relationship power, atau charismatic power.

2. Kompetensi/kemampuan

Kompetensi adalah karakteristik seseorang yang membuatnya mampu


menunjukkan kinerja yang lebih hebat daripada rata-rata orang pada umumnya (Mc.
Clelland, 1993). Kompetensi dibangun oleh beberapa elemen, seperti skill berupa hard skill
dan soft skill, knowledge, social role, self-images, trait, dan motif. Kompetensi dibagi
menjadi dua jenis:

a. Hard competence (kompetensi teknis)


Kemampuan yang diperlukan dalam menjalankan fungsi kepemimpinan.
Kompetensi ini berbentuk hard skills dan knowledge, misalnya merumuskan visi
dan misi, membuat perencanaan, membuat keputusan, mengarahkan bawahan, dan
sebagainya.
b. Soft competence (kompetensi perilaku)
Kemampuan yang diperlukan untuk mendukung hard competence. Kompetensi ini
berbentuk soft skills dan watak, misalnya kecerdasan emosi, humor, cara
berkomunikasi, dan sebagainya.

3. Kredibilitas

Seseorang yang kredibel adalah yang bersifat dapat dipercaya melebihi rasa suka
atau persahabatan. Seorang pemimpin harus bisa menguasai hal-hal administrasi maupun
teknis terkait dengan institusi yang dipimpinnya. Jika hal itu sudah terpenuhi, barulah
seseorang dapat dikatakan kredibel. Kredibilitas membuat yang dipimpin rela meletakkan
nasib mereka pada pimpinan, sehingga semua perintah dilakukan dengan senang hati dan
akan menimbulkan hubungan kerja yang efisien. Kredibilitas memiliki beberapa manfaat,
seperti meningkatkan keeratan hubungan dan meningkatkan produktivitas. Cara menjaga
kredibilitas seseorang adalah dengan kejujuran, tanggung jawab, kecakapan (kompetensi),
keterbukaan, dukungan, dan kepercayaan.

4. Kemauan dan semangat

Keduanya saling mempengaruhi dan harus dikombinasikan. Kemauan yang tinggi


akan menyebabkan semangat yang tinggi. Semangat yang tinggi akan menimbulkan
kemauan untuk maju atau meningkatkan hasil kerja yang lebih. Kombinasi dari dua hal ini
dapat menimbulkan prestasi, membuat yang mustahil menjadi nyata, dan meningkatkan
motivasi.

5. Keberanian
Keberanian adalah kemampuan bertahan dari rasa khawatir dan takut. Menurut
Maxwell (2014), keberanian dimulai dengan pergumulan batin. Keberanian adalah
bertahan dari rasa takut, tetapi bukan berarti tidak memiliki rasa takut. Keberanian
membuat segalanya berjalan dengan benar, walaupun banyak tentangan dan perlawanan.
Ukuran keberanian seorang pemimpin bukanlah di mana orang itu berdiri di masa nyaman,
melainkan di mana orang itu berdiri di masa-masa penuh tantangan. Keberanian dibagi
menjadi dua, yaitu keberanian internal dan eksternal.

a. Keberanian internal
Keberanian untuk mendengar nurani dan menjalankan tanpa kompromi (inner
voice). Keberanian internal digolongkan menjadi dua jenis kepemimpinan, yaitu
kepemimpinan konsensus dan kepemimpinan kontributif. Kepemimpinan
konsensus menerima tugas kepemimpinannya hanya sebagai kewajiban saja dan
lari dari tanggung jawab apabila menghadapi tantangan dalam suara hatinya,
sedangkan kepemimpinan kontributif mendengarkan suara hatinya untuk
menghadapi risiko apapun yang berupa tantangan dari luar.
b. Keberanian eksternal merupakan keberanian untuk mendengar suara yang berasal
dari orang lain termasuk orang-orang yang menentang.

Pemimpin yang efektif adalah seorang penggagas visi, misi, dan tujuan organisasi,
komunikator, inisiator dan pengarah proses perubahan, motivator, pembangun integritas dan
keteladanan, pembuat keputusan, manajer, fasilitator, penyelesai masalah dan konflik, pencipta
iklim organisasi yang kondusif, pembentuk dan pemelihara jaringan, guru dan pelatih, dan
sebagainya. Menurut Ki Hajar Dewantara, kepemimpinan dapat diumpamakan sebagai tiga
semboyan:

1. Ing ngarso sung tulodho, berarti di depan memberikan contoh


2. Ing madyo mangun karso, berarti di tengah-tengah membangun semangat kerja
3. Tut wuri handayani, berarti di belakang memberikan dorongan.

Anda mungkin juga menyukai