Anda di halaman 1dari 14

MAK 309 I1

ETIKA BISNIS DAN PROFESI


RINGKASAN MATA KULIAH (RMK)

“AKUNTANSI SEBAGAI SEBUAH PROFESI: KARAKTERISTIK DARI SEBUAH


PROFESI”

Dosen Pengampu : Prof. Dr. I Ketut Yadnyana, S.E., Ak., M.Si.

Oleh
Kelompok 2

Ni Made Sri Yadnya Wati 2181611007 (7)


Putu Eka Pratiwi Widiantari 2181611008 (8)

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2022
1. ACCOUNTING AS A PROFESSION
Pada pertengahan abad ke-20 di Amerika Serikat, ketika disiplin akuntansi sedang mencari
status profesi, Komisi Standar Pendidikan dan Pengalaman untuk Akuntan Publik mengeluarkan
laporan yang mencantumkan tujuh karakteristik profesi berikut:
- Kumpulan pengetahuan khusus
- Proses pendidikan formal yang diakui untuk memperoleh pengetahuan khusus yang
diperlukan
- Standar kualifikasi profesional yang mengatur penerimaan ke profesi
- Standar perilaku yang mengatur hubungan praktisi dengan klien, kolega, dan publik
- Pengakuan status
- Penerimaan tanggung jawab sosial yang melekat dalam pekerjaan yang diberkahi dengan
kepentingan umum
- Sebuah organisasi yang ditujukan untuk memajukan kewajiban sosial kelompok
Jelas bahwa akuntansi memenuhi dua karakteristik pertama. Akuntansi adalah disiplin ilmu
yang rumit yang membutuhkan studi formal untuk menjadi seorang ahli. Untuk menjadi akuntan
publik bersertifikat biasanya membutuhkan gelar sarjana di bidang akuntansi, serta lulus dari
Certified Public Accountants (CPA) ujian yang ketat. Mempertahankan status CPA, diharuskan
untuk tetap mengikuti perkembangan terbaru dengan melanjutkan pendidikan.
Dalam memenuhi standar ketiga, profesi akuntansi seperti banyak kelompok lain yang
telah bersatu untuk melayani masyarakat umum dari posisi keahlian. Seperti dokter, pengacara,
guru, insinyur, dan lainnya membentuk kelompok profesional yang didedikasikan untuk melayani
klien mereka. Kelompok-kelompok ini umumnya menentukan kualifikasi yang diperlukan untuk
memperoleh keanggotaan. Keanggotaan yang berkelanjutan membutuhkan kepatuhan terhadap
standar perilaku kelompok, termasuk persyaratan untuk bertindak demi kepentingan terbaik klien.
Hanya individu yang memenuhi kualifikasi yang akan diterima ke dalam profesi, dan individu
dapat dikeluarkan dari profesi jika mereka tidak memenuhi standarnya.
Karakteristik keempat menyatakan bahwa suatu profesi membutuhkan standar perilaku
yang mengatur hubungan praktisi dengan klien, kolega, dan publik. Tetapi apa yang harus
dimasukkan dalam standar perilaku itu? Standar enam menetapkan perlunya "penerimaan
tanggung jawab sosial yang melekat dalam pekerjaan yang diberkahi dengan kepentingan publik."
Tapi apa tanggung jawab sosial profesi akuntansi berutang kepada publik?.

1
Kita dapat menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini dalam analisis standar etika
profesionalisme yang dikembangkan oleh Doctor Solomon Huebner, pendiri The American
College. Huebner mendirikan perguruan tinggi untuk memberikan pendidikan lanjutan bagi tenaga
penjualan asuransi. Huebner menyampaikan pidato pada pertemuan tahunan Baltimore Life dan
New York Life Underwriters, di mana ia memaparkan visinya tentang apa artinya menjadi seorang
profesional, serta pernyataan tentang apa yang diperlukan untuk menjadi profesional seperti yang
ada.

2. CHARACTERISTIC OF A PROFESSION
Huebner menyatakan 4 karakteristik profesional.
a) The professional is involved in a vocation useful and noble enough to inspire love and
enthusiasm on the part of the practitioner.
b) The professional’s vocation in its practice requires an expert’s knowledge.
c) In applying that knowledge the practitioner should abandon the strictly selfish
commercial view and ever keep in mind the advantage of the client.
d) The practitioner should possess a spirit of loyalty to fellow practitioners, of helpfulness
to the common cause they all profess, and should not allow any unprofessional acts to
bring shame upon the entire profession.
Jika kita menggunakan kriteria Huebner dalam akuntansi, ini adalah bukti bahwa akuntan
berguna karena organisasi modern tidak akan bisa berjalan tanpa keahlian akuntansi. Lalu
bagaaimana dengan nobility? Kode etik “american institute of certified public accountant”
menyatakan “profesi akuntan terdiri dari klien, kreditur, pemerintah, karyawan, investor,
komunitas bisnis dan keuangan, dan lainnya dangat bergantung pada objektivitas dan integritas
akuntan publik yang bersertifikasi untuk menjaga fungsi pemasaran”.
Tapi karakteristik yang paling menarik dari karakteristik profesional Huebner adalah
karakteristik ke-tiga. Karakteristik Huebner mensyaratkan profesional untuk melarang pandangan
yang kaku dan egois dan tetap menjaga keuntungan klien”. Persyaratan ini penting, karena,
profesionalia telah banyak digunakan oleh banyak kelompok sehingga isu etika bermasalah dalam
dunia bisnis. Komisi CPA sudah mengatur ini, yaitu hubungan profesional dengan klien, kolegea,
dan masyarakat sesuai dengan pekerjaanya melayani kepentingan publik, sehingga seorang yang

2
profesional disyaratkan untuk tidak memiliki sikap kaku dan egois (a strictly selfish commercial
view).
Tapi apa itu “a strictly selfish commercial view” ? ini adalah pandangan orang-orang yang
peduli kepada bisnis dengan menghasilkan uang dan meningkatkan profit. Pandangan ini berbeda
dengan pandangan Adam Smith, yang menyatakan sistem ekonomi pasar bebas kapitalis. Adam
smith tidak memiliki pandangan “strictly commercial point view”, dimana smith melihat
kepentingan pribadi akan menjadi penggangu pertimbangan etika keadilan dan fairness.
Lebih lanjut, sesorang bisa berpendapat, karena keilmuan khusus yang dimiliki seseorang,
maka ia boleh saja bersikap egois, karena keilmuannya dibutuhkan orang banyak. Bagaimanapun,
etika disosial kita menyatakan bahwa orang-orang yang berada di posisi ilmu yang superior
memiliki kewajiban untuk tidak menyalahgunakan keilmuannya. Tidak boleh mengambil manfaat
dari ketidaktahuan seseorang (abuse to use in unknowing to gain the unfair advantage).
Dari penjelasan di ats, maka akuntan memiliki tiga kewajiban, yaitu: (1) menjadi kompeten
dan mengetahui ilmu dan seni akuntansi (2) untuk melihat kepentingan terbaik bagi klien, dan
menghindarkan dari mengambil manfaat dari klien dan (3) untuk melayani kepentingan publik.
Kewajiban kedua yang harus dimiliki akuntan adalah kewajiban untuk melihat kepentingan
terbaik bagi klien. Akuntan dipekerjakan untuk menunjukkan pelayanannya kepada klien.
Bagimanapun, akuntan adalah profesi untuk melayani masyarakat. Oleh karena itu, akuntan harus
bersikap hati-hati melihat dua kepentingan yang berbeda ini.
Kemudian, akuntan bertanggung jawab terhadap berbagai kelompok, yaitu: klien, kolega,
dan publik, yang menimbulkan banyak tekanan dan konflik dari setiap kelompok. Lalu bagaimana
cara mengatasi konflik ini? Kode etik menyarankan bahwa” untuk mengatasi hal ini, anggota harus
bersikap dengan integritas, ketika anggota memenuhi kewajibannya untuk publik, klien, dan
kepentingan karyawan, berati akuntan telah memberikan pelayanan paling baik”. Wacana ini
memperlihatkan motivasi yang optimis untuk menjadi seseorang yang beretika. Sehingga tidak
ajkan terjadi konflik yang substansial antara berbagai kepentingan, yaitu publik, klien, dan
kepentingan karyawan.
Bagaimana dengan kode etik yang dikeluarkan CPA? Jika akuntan tidak tergabung dengan
anggota AICPA, dan mereka adalah orang-orang profesional? Apakah mereka memiliki kewajiban
etika yang sama? Bagaimanapun orangp—orang CPA adalah orang-orang yang lulus tes dan
persyaratan khusus yang ditetapkan CPA dan diyakini mereka telah memiliki persayaratan untuk

3
disebut sebagai profesional. Orang-orang yang profesional tapi tidak menjadi anggota CPA juga
memiliki kewajiban yang sama dengan akuntan yang CPA.

3. ETHICS APPLIED TO THE ACCOUNTING FIRM


Pada tahun 1997, Subkomite Laporan, Akuntansi, dan Pengelolaan Komite Senat Amerika
Serikat untuk Urusan Pemerintahan (The Metcalf Comittee) merilis sebuah laporan berjudul "The
Accounting Establishment," di mana ia menyatakan keprihatinan mendalam tentang meningkatkan
profesionalisme dan independensi auditor. Manfaat yang diperoleh dari pengaturan diri yang
profesional serta tanggung jawab yang sesuai untuk menahan diri dari keterlibatan dalam kegiatan
yang mengurangi cita-cita profesional. Subkomite sangat percaya bahwa fungsi penting dari audit
independen, perusahaan milik publik harus dan secara finansial bermanfaat dan memuaskan secara
pribadi dalam dirinya sendiri tanpa perlu terlibat dalam kegiatan yang muncul untuk mengurangi
tanggung jawab profesional.
Apakah pengawasan peraturan bekerja selama tahun 1970-an hingga 1990-an adalah
masalah untuk diperdebatkan. Serangkaian penipuan akuntansi perusahaan terkenal yang
terlewatkan oleh auditor di perusahaan termasuk Cendant, Sunbeam, dan Livent terjadi. Pemegang
saham publik kehilangan ratusan juta dolar dalam kasus ini, dan kepercayaan pada akuntan
terguncang. Pada Januari 1999, mitra dan karyawan di PricewaterhouseCoopers ditemukan oleh
SEC secara rutin melanggar aturan yang melarang kepemilikan saham mereka di perusahaan yang
mereka audit. Pricewaterhouse mengatakan pada saat itu bahwa pihaknya tidak percaya bahwa
integritas audit telah dikompromikan oleh pelanggaran tersebut. Perilaku yang tidak pantas ini oleh
kantor akuntan menyebabkan pengesahan Sarbanes Oxley Act (SOX), yang menetapkan batasan
pada apa yang dapat dilakukan oleh kantor akuntan.
Penting untuk menanyakan apa yang menyebabkan skandal akuntansi, dan apakah praktik
tersebut masih ada dalam profesi. Kritik terhadap arah yang diambil akuntansi mengklaim bahwa
itu tidak lagi menjadi profesi dan didorong oleh motif keuntungan. John C. Bogle, mantan CEO
Vanguard Group dan mantan anggota Dewan Standar Kemerdekaan yang sekarang sudah tidak
ada, berpendapat bahwa profesi akuntansi, selain menjadi profesi terhormat di mana anggota
mencari klien dan publik juga terlibat dalam perusahaan bisnis, di mana perhatian utamanya adalah
kesetiaan. Kritikus tersebut bersikeras bahwa, sama seperti komersialisasi yang menginfeksi
profesi seperti kedokteran, pengajaran, dan hukum, kepentingan bisnis yang bermotivasi laba yang

4
menganggu tanggung jawab profesional akuntan dan merusak perilaku mereka. Ketegangan antara
tuntutan profesionalisme dan tuntutan bisnis telah menciptakan krisis identitas dalam industri saat
ini.

4. ACCOUNTING AS A BUSINESS
Bagi para filsuf seperti Plato dan Aristoteles, bisnis bukanlah pengejaran yang layak untuk
manusia yang bebas. Kaum elitis akademis dan artistik yang menganggap sudut pandang itu saat
ini memiliki pendapat negatif tentang bisnis dan menyayangkan perhatian dengan barang-barang
materialistis dan konsumsi mencolok yang diciptakan oleh bisnis. Terkadang, kritik terhadap etika
bisnis disampaikan oleh para pebisnis hanya untuk merasionalisasi perilaku bisnis mereka yang
tidak etis. Mereka gagal melihat bahwa sebagian besar transaksi bisnis adalah etis; jika tidak, bisnis
seperti yang kita tahu akan berhenti berfungsi. Kritik juga datang dari individu yang mengakui
bahwa adalah perilaku etis dalam bisnis tetapi mengeluhkan kurangnya dari pesaing mereka.
Pertimbangkan apa artinya jika seorang pebisnis benar-benar percaya bahwa tidak ada yang
namanya etika bisnis. Dia akan berpikir tidak apa-apa untuk tidak jujur dalam berurusan dengan
pelanggan, menjual produk yang salah kepada pelanggan untuk menghasilkan lebih banyak uang
bagi perusahaannya, atau merusak pembukuan jika itu membantu keuntungan.
Klaim bahwa tidak ada yang namanya etika bisnis tidak dapat dipertahankan. Lebih jauh
lagi, itu sudah ketinggalan zaman dan telah melampaui kegunaannya. Etika bisnis yang baik pada
umumnya adalah bisnis yang baik pula. Ketika etika yang baik bukanlah bisnis yang baik, maka
kepentingan bisnis harus tunduk pada kepentingan etis. Misalnya, dalam situasi di mana
melakukan hal yang etis akan membahayakan keuntungan, seorang pebisnis yang berintegritas
akan menunda mengejar keuntungan untuk melakukan apa yang benar.
Sejauh sebuah perusahaan akuntan adalah sebuah bisnis, ia berada di bawah rubrik
pemaksimalan keuntungan. Tetapi ketika sebuah kantor akuntan melihat dirinya sendiri terutama
sebagai bisnis, menghasilkan keuntungan dan mengesampingkan fungsi utamanya untuk
membuktikan kebenaran dari laporan keuangan. Pergerakan dalam akuntansi dari fungsi audit dan
atestasi ke konsultasi manajemen mengubahnya dari profesi yang didedikasikan untuk layanan
publik menjadi bisnis yang berkomitmen untuk memaksimalkan kekayaan mitra atau pemegang
saham.

5
5. THE SOCIAL RESPONSIBILITY OF BUSSINES
Ide kontemporer bisnis sebagai institusi sosial berkembang dari persepsi bahwa perhatian
mendasarnya adalah untuk menghasilkan keuntungan. Pertimbangkan pernyataan ini oleh Milton
Friedman: tanggung jawab utama dan satu-satunya bisnis adalah menggunakan sumber dayanya
dan terlibat dalam aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keuntungannya selama bisnis itu
tetap berada dalam aturan main, yaitu, terlibat dalam persaingan terbuka dan bebas tanpa penipuan.
Prinsip ini memfokuskan kembali tujuan utama bisnis dari menghasilkan produk dan jasa
(misalnya, atestasi dan audit dalam akuntansi) untuk mengumpulkan uang. Dengan melakukan itu,
promotor tampaknya melupakan batasan Friedman tentang tetap berada dalam aturan permainan
dan menghindari penipuan. Pembuatan produk dan layanan digantikan sebagai tujuan utama bisnis
dan hanya menjadi alat untuk menghasilkan keuntungan.
Konsep bahwa fungsi utama bisnis adalah mencari keuntungan berakar pada bacaan dari
abad ke-18 klasik. The Wealth of Nations oleh Adam Smith. Smith memperkenalkan model
pemaksimal rasional seseorang yang peduli dengan peningkatan utilitasnya sendiri dan melihat
manusia dimotivasi oleh kepentingan diri sendiri. Kejeniusan Smith mempertahankan bahwa
mengejar kepentingan pribadilah yang membuat perdagangan dan masyarakat berkembang dengan
mendirikan pasar bebas. Dia memberikan kepercayaan pada keyakinan bahwa seluruh masyarakat
akan lebih baik jika setiap pelaku bisnis mengejar kepentingannya sendiri yaitu, jika kita
membiarkan kekuatan pasar saja, mengejar kepentingan individu mereka akan membuat seluruh
masyarakat berkembang.
Milton Friedman dan pengikut Smith kontemporer lainnya mengklaim bahwa keberhasilan
sistem ekonomi kita dapat dikaitkan dengan filosofi ini. Ketika kita membiarkan bisnis tidak
memikirkan apa pun selain keuntungan, persaingan tercipta, lebih banyak barang diproduksi, dan
seluruh masyarakat menikmati standar hidup yang lebih tinggi. Fakta bahwa sistem ekonomi
kapitalisme telah menghasilkan lebih banyak barang dan jasa daripada sistem ekonomi lainnya
dalam sejarah umat manusia dan standar hidup material tertinggi bagi lebih banyak orang adalah
bukti argumen tak terlihat. Praktek pengejaran kepentingan diri dibenarkan karena kebaikan yang
akan diperoleh masyarakat dalam mengadopsi sistem yang berorientasi pada keuntungan.
Singkatnya, kebaikan terbesar untuk jumlah terbesar akan dilayani jika pasar, didorong oleh
kepentingan pribadi, diizinkan untuk beroperasi.

6
Karena bisnis dibangun oleh masyarakat, kita harus berasumsi bahwa bisnis itu dibangun
untuk memberi manfaat bagi masyarakat tidak ada masyarakat atau kelompok yang akan
menciptakan institusi sosial untuk merugikan dirinya sendiri. Sebaliknya, institusi diciptakan dan
disetujui sejauh mereka mempromosikan beberapa kebaikan bagi masyarakat atau kelompok. Oleh
karena itu, tujuan dari sistem atau institusi apa pun yang dibangun secara sosial harus menjadi
tujuan yang sesuai dengan beberapa kebaikan sosial, yang mungkin sesuai atau tidak sesuai dengan
kepentingan individu. Bisnis, termasuk praktik dan aturannya, diciptakan untuk memberi manfaat
bagi masyarakat. Jika bisnis itu merugikan masyarakat, masyarakat harus mengubahnya atau
menutupnya. Oleh karena itu, pernyataan dibuat, dari Adam Smith ke bawah, bahwa sistem
perusahaan bebas yang kompetitif dan bermotivasi laba adalah sistem yang efektif.cara untuk
mewujudkan tujuan yang terpuji manfaat bagi masyarakat.
Ada argumen tandingan terhadap pendirian Friedman. Jika tujuan bisnis adalah untuk
menyediakan barang dan jasa dan motifnya adalah untuk mencari keuntungan, maka tanggung
jawab manajemen bukan hanya untuk mengejar keuntungan, tetapi untuk mengejarnya
sebagaimana diatur oleh tuntutan kepentingan umum. Dalam hal ini undang-undang yang
mewajibkan audit atas perusahaan publik memiliki tujuan publik untuk memastikan bahwa laporan
keuangan akurat dan bermanfaat bagi mereka yang membutuhkannya. Dengan demikian,
perusahaan audit diberi insentif dengan menghasilkan uang, tetapi tujuannya adalah untuk
melayani publik. Akuntan publik, memenuhi peran audit publik mereka, memiliki tujuan yang
diberikan kepada mereka oleh pemerintah. Mereka adalah pengawas sistem keuangan. Itulah peran
dan tanggung jawab mereka.
Ada berbagai macam cara untuk menghasilkan uang, dan ingin menghasilkan uang tentu
saja boleh dikatakan sebagai motif, tetapi tujuan dari praktik akuntansi bukanlah untuk
menghasilkan uang, seperti halnya dalam praktik kedokteran. Tujuan pengobatan adalah untuk
melayani orang sakit. Tujuan auditing adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan akurat.
Dengan demikian, praktik sosial memiliki tujuannya sendiri, terlepas dari motif orang-orang yang
terlibat dalam praktik tersebut.

6. GOOD ETHIC IS GOOG BUSSINESS


Bagaimana cara memotivasi perilaku etis? Pemikiran saat ini didorong oleh kepedulian etis
bersama dimana telah mencoba menggabungkan tujuan dan motif bisnis. Pertimbangan hal

7
berikut: Meskipun berperilaku etis harus menjadi tujuan itu sendiri, namun terdapat juga alasan
bisnis untuk melakukan apa yang benar. Jika mencermati contoh perilaku bisnis yang tidak etis
akan ditemukan dua hal yaitu: perusahaan hanya memperoleh keuntungan jangka pendek dari
tindakannya dan berhemat pada kualitas atau layanan tidak akan membuahkan hasil dalam jangka
panjang.
Contoh bisnis yang baik adalah perusahaan Johnson and Johnson yang segera mengambil
tindakan Ketika dihadapkan dengan klaim kerusakan produk. J&J tahu keputusan tersebut akan
mengeluarkan banyak biaya. Beberapa orang mengira penjualan mereka tidak akan bisa pulih,
tetapi perusahaan akhirnya memperkuat kepemimpinan pasar.
Etika yang Baik adalah Bisnis yang Baik Berlaku untuk Profesi Akuntansi
Etika yang baik mempengaruhi nama baik perusahaan dan membangun kepercayaan.
Mengambil jalan pintas untuk keuntungan jangka pendek hanya akan menurunkan reputasi
perusahaan. Kantor akuntan yang tidak dapat dipercaya tidak ada gunanya karena orang-orang
bergantung pada akuntan perusahaan dan individu untuk memberikan mereka gambaran yang
akurat tentang status keuangan suatu organisasi/perusahaan.
Selanjutnya perusahaan yang memperlakukan klien atau pelanggannya dengan baik dan
adil harus melihat sisi positif yang tidak hanya pada penjualannya namun juga pada karyawannya.
Seorang ahli etika bisnis Archie Carroll menjelaskan apa yang terjadi pada perusahaan yang hanya
dimotovasi oleh keserakahan:
Jika manajemen perusahaan secara aktif menentang apa yang dianggap etis, implikasinya
adalah bahwa manajemen mengetahui yang benar dan juga yang salah namun memilih untuk
melakukan hal yang salah. Jadi ini dimotivasi oleh keserakahan dengan tujuan untuk profitabilitas
dan kesuksesan organisasi. Manajemen yang tidak bermoral tidak peduli dengan klaim untuk
memperlakukan orang lain secara jujur dan adil.
Karyawan yang sadar ketika perusahaan serakah akan mengikis moral dan loyalitas mereka
karena mereka menyadari bahwa itu merupakan satu-satunya motivasi perusahaan. Karyawan akan
berpikir ‘jika perusahaan saya menempatkan pelanggannya diurutan kedua setelah laba,
dimanakah perusahaan akan menempatkan karyawannya?’
Ada empat motivasi untuk berperilaku etis, yaitu perilaku etis mengarah pada:
a. Keuntungan jangka panjang bagi perusahaan
b. Integritas dan kepuasan pribadi bagi individu yang terlibat dalam bisnis

8
c. Kejujuran dan loyalitas karyawan
d. Kepercayaan dan kepuasan dari pelanggan
Sebagian korporasi harus berperilaku etis karena akan memiliki konsekuensi yang baik
bagi perusahaan. Keruntuhan Arthur Andersen karena perannya dalam Enron membuktikan
bahaya motivasi yang didorong dengan keuntungan. Namun seperti yang ditunjukkan David Vogel
bahwa etika dan keuntungan tidak selalu berjalan beriringan. Namun, pada umumnya lebih
bijaksana untuk bersikap etis dari pada tidak. Ketika pilihan yang tepat adalah yang tidak
menguntungkan, diharapkan bisnis akan membuat pilihan yang etis karena memiliki
tanggungjawab selain menghasilkan keuntungan.

7. ETHICAL RESPONSIBILITIES OF ACCOUNTING FIRM


Sebuah kantor akuntan harus membuat beberapa keuntungan atau meningkatkan nilai
bisnis atau kemitraan, tetapi ada Batasan dalam menghasilkan keuntungan. Yang pasti, tidak ada
firma akuntansi atau lainnya yang dapat tetap eksis tanpa memperhatikan laba, tetapi firma
akuntansi memiliki tanggung jawab lain diluar keuntungan.
Akuntansi adalah industri jasa yang muncul untuk memberi manfaat bagi klien dan
masyarakat. Oleh karena itu, merugikan klien atau public atas nama keuntungan akan melanggar
tujuan eksplisitnya. Kantor akuntan memiliki fungsi khusus, yang telah dilisensikan oleh
masyarakat. Fungsi utamanya adalah untuk memberikan informasi tentang situasi keuangan
perusahaan. Fungsi lainnya adalah untuk membuktikan keakuratan informasi itu. Dengan
demikian, kantor akuntan yang baik harus menyajikan gambaran sejelas mungkin tentang kondisi
keuangan organisasi, dan/atau membuktikan kewajaran gambaran tersebut. Setiap praktik yang
melanggar tujuan itu bertentangan dengan esensi perusahaan.

8. THE ACCOUNTING PROFESSION IN CRISIS


Kegagalan Arthur Andersen/Enron telah membuatnya sangat jelas bahwa adalah naif untuk
berpikir bahwa kantor akuntan tidak dimanipulasi oleh motif keuntungan. Ada masalah dalam
profesi dan di antara perusahaan. Tekanan untuk memaksimalkan keuntungan telah menempatkan
profesi akuntansi kontemporer dalam krisis.
Tepat sebelum keruntuhan Enron/Andersen, John Bogle menulis sebuah artikel yang
sangat profetik, diberi nama “Public Accounting: Profession or Business?”. Di dalamnya, Bogle

9
mengidentifikasi faktor utama yang mendorong akuntansi menjauh dari dedikasi terhadap tujuan
profesionalnya ke dalam arena operasi yang memaksimalkan keuntungan. Dia mengamati bahwa
ada banyak masalah yang menekan akuntan dan kantor akuntan untuk menempatkan
maksimalisasi keuntungan di atas profesionalisme, dengan menyebutkan lima hal ini sebagai hal
yang paling penting:
8.1 Kecukupan GAAP
Isu pertama berkaitan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, atau GAAP.
Akuntan harus memeriksa kecukupan dan asumsi tersembunyi dari prinsip akuntansi yang
mereka gunakan. Prinsip-prinsip ini memiliki implikasi etis sehubungan dengan kewajiban
akuntan untuk memberikan gambaran yang benar dan akurat.
Ada keengganan umum dalam profesi akuntansi untuk mengembangkan prinsipprinsip
untuk memprediksi dan menginternalisasi eksternalitas dan untuk terlibat dalam perusahaan
seperti audit sosial. Alasan keengganan ini jelas. Kedua prosedur tersebut dapat memiliki
dampak negatif yang substansial pada laba, dan perusahaan apa yang menginginkan akuntan
yang membebani mereka dengan keuntungan. Sarbanes–Oxley Act, usulan pergeseran ke
International Financial Reporting Standards (IFRS), dan perdebatan prinsip-lawan-aturan –
ditambah dengan upaya untuk memahami penyebab krisis keuangan 2008–2009 – mendorong
isu-isu ini ke permukaan.
8.2 Manajemen Laba
Isu kedua yang diidentifikasi Bogle, manajemen laba, adalah istilah diplomatik untuk
kemungkinan merusak pembukuan. Seorang akuntan yang sangat skeptis diketahui memberi
tahu muridmuridnya, "Anda dapat menunjukkan apa pun yang Anda inginkan dengan
menggunakan prinsipprinsip akuntansi." Benar atau tidaknya, memang benar seorang akuntan
bisa mengelola gambaran pendapatannya. Oleh karena itu, Bogle mencatat bahwa, "kita hidup
di dunia pendapatan yang dikelola, di mana pertumbuhan pendapatan yang stabil setidaknya
tingkat 12 persen jika memungkinkan, diinginkan dan di atas semua itu tidak jauh dari
ekspektasi pendapatan.".
8.3 Akuntansi untuk Opsi Saham
Bogle kemudian memeriksa masalah akuntansi untuk opsi saham. Mengutip Warren
Buffet, dia bertanya, “Jika opsi adalah kompensasi, mengapa mereka tidak dibebankan ke
pendapatan? Dan jika opsi bukan kompensasi, apakah itu? ” Bogle berpikir para profesional

10
seharusnya lebih agresif dalam menjawab pertanyaan itu. Fakta bahwa laporan keuangan
menempatkan opsi dalam semacam "tanah tak bertuan" di mana opsi tidak diperlakukan
sebagai kompensasi merupakan masalah.
8.4 Overly Aggressive Tax Shelters
Masalah keempat yang dibahas Bogle adalah tempat perlindungan pajak yang terlalu
agresif dan berpotensi ilegal. Bogle menyatakan bahwa “…harus jelas bahwa setiap
perusahaan yang membantu mengembangkan skema atau pendapat seperti itu atas validitas
yang diakui akan memenangkan hati klien yang terlibat, dan menghadapi risiko besar untuk
mengkompromikan independensinya. ” Perusahaan yang mempermainkan sistem untuk
mengembangkan tempat perlindungan pajak tersebut tidak memenuhi tujuan publik mereka
dan karenanya bertindak tidak etis. Skandal KPMG mengingatkan kita betapa benarnya Bogle.
Namun, pelanggaran pajak terus berlanjut.
8.5 Struktur Bisnis Alternatif
Isu kelima yang diangkat Bogle adalah bagaimana independensi firma akuntansi, baik
sekarang maupun di masa depan, akan menahan konflik kepentingan yang ditimbulkan oleh
bentuk struktur yang baru berkembang. Bogle mencatat bahwa model kemitraan sederhana
"digantikan oleh struktur bisnis alternatif." Misalnya sekelompok perusahaan atestasi yang
lebih kecil "dikonsolidasikan melalui penjualan praktik nonaudit mereka kepada pihak ketiga
(dalam penawaran pribadi atau publik) dengan praktik audit dipertahankan oleh mitra." Ada
model “roll up” lain di mana perusahaan disatukan di bawah satu payung melalui kombinasi
dan kemudian penjualan bisnis non-audit mereka ke pihak ketiga atau publik. Bogle
menegaskan bahwa:
“ketika firma CPA – yang integritas dan independensinya adalah saham mereka dalam
perdagangan – sebenarnya pada prinsipnya firma penasihat investasi yang menawarkan
produk keuangan yang disponsori oleh orang tua mereka, serangkaian pertanyaan lain
tentang arti tanggung jawab professional datang ke depan”.
Kami menyaksikan masalah yang disebabkan oleh merger dan akuisisi untuk
PricewaterhouseCoopers dan Lybrand. Kami juga melihat bagaimana penggabungannya
dengan KPMG dan keterlibatannya dengan Cisco Systems membahayakan independensi Peat-
Marwick. Masih harus dilihat seberapa efektif Sarbanes-Oxley Act dalam menangani masalah
kemerdekaan. Ada kekhawatiran serius tentang besarnya ukuran perusahaan yang perlu diaudit

11
dan kantor akuntan Empat Besar yang harus mengatasi perusahaan besar tersebut. Mungkin,
daripada terlalu besar untuk gagal, perusahaan sekarang terlalu besar untuk diaudit.
Bogle mencatat bahwa cara perusahaan membuktikan menanggapi masalah
independensi, jika mereka melakukannya, akan "membentuk masa depan profesi." Dia
menyimpulkan dengan komentar berikut: “Saya yakin bahwa jika pelaku pasar keuangan
memahami bahwa pengawasan independen terhadap angka-angka keuangan memainkan peran
penting dalam sistem pengungkapan kami, bahwa independensi adalah inti dari integritas, dan
bahwa integritas pasar keuangan kami sangat penting bagi mereka. kesejahteraan, usia
akuntansi profesional juga akan menyingkirkan tantangan hari ini dan kembali ke akarnya.”
Singkatnya, profesi akuntansi dan perusahaan akuntansi menghadapi perubahan besar
dalam struktur dan operasi. Ada kesenjangan yang terus meluas antara apa yang terjadi dan
apa yang seharusnya terjadi. Tetapi fakta bahwa akuntan di mana-mana melihat dan
mengevaluasi kesenjangan itu memberi kita harapan untuk masa depan. Perjuangan atas isu-
isu di atas hanya menegaskan perlunya bersikap etis dalam akuntansi. Namun, dalam keadaan
yang berubah ini, tidak selalu mudah untuk mengetahui bagaimana mencapainya.
Kekhawatiran ini diperparah oleh perilaku yang belum pernah terjadi sebelumnya dan
tidak dapat diterima dari begitu banyak kantor akuntan. Namun, skandal-skandal besar sering
menimbulkan reformasi serius. Sarbanes-Oxley Act diberlakukan; badan pengatur publik
dibentuk. Nilai wajar diperiksa karena krisis ekonomi 2008-2009, dan globalisasi memaksa
komunitas akuntansi di seluruh dunia untuk mempertimbangkan mengembangkan satu set
standar - Standar Pelaporan Keuangan Internasional. (Kami akan memeriksa beberapa masalah
ini di kata penutup.) Jadi, bahkan krisis dalam profesi akuntansi memiliki hikmahnya. Oleh
karena itu, kita dapat menyimpulkan bahwa profesi akuntansi tidak begitu banyak dalam krisis
seperti di tengah-tengah perubahan substansial. Ini adalah langkah pertama.

12
DAFTAR PUSTAKA

Duska, Ronald F., B.S. Dusca, J. Ragatz. (2011). Accounting Ethics. United Kingdom: Wiley-
Blacwell.

Anda mungkin juga menyukai