Anda di halaman 1dari 11

DAFTAR ISI

BAB. I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB. II Pembahasan
2.1 Akuntansi Sebagai Profesi dan Peran Akuntan
2.2 Ekspektasi Publik
2.3 Nilai-Nilai Etika vs Teknik Akuntan / Auditing
2.4 Perilaku Etika dalam Perilaku Pemberian Jasa Akuntan Publik
2.5 Sumber-sumber Panduan Etika
BAB. III Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada Bulan Oktober tahun 2001, perekonomian dunia dikejutkan dengan berita
runtuhnya perusahaan besar Enron. kebangkrutan Enron dan Andersen pada tahun 20012002 merupakan titik penentu dalam sejarah akuntansi, namun permasalahan, praktek,
konflik dan isu-isu yang menyatakan kebangkrutan bukanlah hal baru dan masih belum
teratasi. Bahkan sebelum kasus Enron mencuat, terdapat beberapa permasalahan dan
kasus-kasus serupa terjadi. Berdasarkan artikel yang dimuat di harian The Washington
Post pada tahun 1998, Ketua SEC (United States Securities and Exchange

Commission) Arthur Levitt, menyebutkan istilah numbers game bagi perusahaan yang
memanipulasi data akuntansi agar dapat memperoleh hasil sesuai dengan yang
diinginkan. Pemanipulasian data tersebut membuat laporan keuangan seolah-olah terlihat
indah dengan cara mempermak angka untuk memperlancar laporan triwulan
/kuartalan, sehingga terus menerus memperlihatkan peningkatan yang berdampak baik
bagi perusahaan. Menurut Levitt, proses tersebut bertahun-tahun telah berkembang
menjadi suatu hal terbaik yang dapat dikategorikan sebagai permainan yang dilakukan
oleh para market participant.
Ketika

kehancuran

Enron,

Arthur

Andersen,

dan

WorldCom

mengakibatkan

dicetuskannya Sarbanes-Oxley Act 2002 (SOX) di Amerika Serikat, terbentuklah sebuah


era baru ekspektasi pemangku kepentingan dalam dunia usaha, khususnya bagi para
akuntan profesional yang bekerjaa di dalamnya. Penyimpangan peran akuntan
profesional

sebagai

pemegang

amanah

menjadi

pebisnis

dipertanyakan

dan

diputarbalikkan. Prinsip-prinsip yang memunculkan harapan baru dan telah diperbarui


mengakibatkan perubahan dalam hal bagaimana akuntan profesional harus bersikap.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini yang menjadi rumusan masalah pembahasan adalah:
1. Akuntansi sebagai Profesi dan Peran Akuntan
2. Ekspektasi Publik
3. Nilai-nilai Etika vs Teknik Akuntansi / Auditing
4. Perilaku Etika dalam Pemberian Jasa Akuntan Publik
5. Sumber-sumberPanduanEtika
1.3 TUJUAN
Adapun yang menjadi tujuan pembahasan ini adalah pemahaman terhadap akuntansi
sebagai profesi dan peran akuntan, ekspektasi publik, nilai-nilai etika vs teknik
akuntansi/auditing, perilaku etika dalam pemberikan jasa akuntan publik, dan sumbersumber panduan etika.

BAB.II
PEMBAHASAN
2.1 Akuntansi sebagai Profesi dan Peran Akuntan
2.1.1

Akuntansi sebagai profesi

Komisi Standar

Pendidikan

dan

Pengalaman

untuk Akuntan

Publik Bersetifikat

menetapkan 7 karakteristik sebuah profesi :


1. Sebuah badan khusus pengetahuan
2. Sebuah proses pendidikan formal yang diakui dan untuk memperolehnya diperlukan
pengetahuan khusus.
Akuntansi adalah disiplin yang rumit memerlukan pendidikan formal untuk
menjadi

seorang

ahli

yang kompeten. Untuk

publik bersertifikat atau , Certified

Public

Accountant

menjadi akuntan
(CPA) biasanya

membutuhkan gelar sarjana di bidang akuntansi serta melewati ujian CPA yang
ketat. Menjaga status sebagai CPA harus tetap mengikuti perkembangan terbaru
dengan pendidikan berkelanjutan.
3. Sebuah standar kualifikasi profesional yang mengatur pengakuan profesi
Profesi akuntansi seperti sejumlah kelompok yang harus bersatu untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat umum sesuai dengan keahlian. Dokter,
pengacara, guru, insinyur, dan lain-lain masing-masing membentuk sebuah
kelompok dan melihat diri mereka sebagai profesional yang berdedikasi untuk
melayani klien atau pasien. Kelompok-kelompok profesional tersebut umumnya
menentukan siapa yang akan dapat memperoleh keanggotaan dalam kelompok,
dan

mereka

melakukannya

dengan

mengadakan

pertemuan

kualifikasi

profesional. Hanya mereka yang memenuhi kualifikasi yang akan diterima ke

dalam profesi, dan individu bisa dikeluarkan dari profesi jika mereka tidak
memenuhi standar.
4. Sebuah standar perilaku yang mengatur hubungan antara praktisi dengan klien, kolega,
dan masyarakat
Keanggotaan dalam kelompok juga perlu untuk mematuhi standar perilaku
kelompok. Standar tersebut umumnya mencakup persyaratan untuk melihat pada
kepentingan yang terbaik bagi klien.
5 . Pengakuan status
6. Penerimaan tanggung jawab sosial yang melekat dalam suatu pekerjaan yang
berhubungan dengan kepentingan publik
Dengan demikian, akuntan harus menerima tanggung jawab "sosial yang melekat
dalam suatu pekerjaan diberkahi dengan kepentingan publik." Karena itu akuntan
sebagai profesional memiliki tanggung jawab sosial yang melekat dalam
pekerjaan mereka. Penting untuk dicatat bahwa tanggung jawab ini muncul
karena tujuan akuntan, yang dikutip di atas, "Untuk mempertahankan fungsi
ketertiban perdagangan." Hal ini juga menarik untuk dicatat bahwa kepentingan
publik, yang didefinisikan sebagai "kesejahteraan bersama komunitas masyarakat
dan

lembaga

profesi

pelayanan terdengar

sungguh

seperti

kepentingan

"stakeholder" , sebuah konsep saat ini di banyak literatur etika bisnis. Dalam
keterangan Arthur Andersen yang berperan dalam bencana Enron, penting untuk
dicatat bahwa, tidak peduli fakta apa, Arthur Andersen memiliki kewajiban untuk
melihat untuk kepentingan umum, untuk melindungi integritas dari sistem pasarbebas.
7. Organisasi yang ditujukan untuk kemajuan kewajiban sosial kelompok
Hal ini akan meletakkan kewajiban yang penting pada AICPA untuk mengabdikan
diri pada kemajuan kewajiban sosial kelompok. AICPA akan diamanatkan oleh
ketentuan ini untuk mempromosikan kewajiban akuntansi perusahaan ke
masyarakat umum. Jika melakukan jasa audit dan konsultasi untuk perusahaan
yang berdiri di jalan yang sama dari seorang akuntan yang objektif, maka AICPA
memiliki tanggung jawab untuk mempromosikan cara-cara yang akan
memungkinkan akuntan untuk memenuhi kewajibannya.
Ini berarti bahwa jika akuntan bertanggung jawab untuk berbagai kelompok-klien,
kolega, dan masyarakat-mereka pasti akan menghadapi konflik tekanan dari
masing-masing kelompok. Bagaimana kita menangani tekanan? Kode etik
menunjukkan bahwa, "Dalam penyelesaian konflik tersebut, anggota harus
bertindak dengan integritas, dipandu oleh ajaran bahwa ketika anggota memenuhi

tanggung jawab kepada publik, kepentingan klien dan pengusaha dilayani dengan
sangat baik."
Doctor Solomon Huebner, seorang pendiri dari perguruan tinggi Amerika, mengutip
empat karakteristik profesional yaitu :
1. Profesional adalah terlibat dalam pekerjaan yang bermanfaat dan mulia cukup untuk
mengilhami cinta dan antusiasme di pihak praktisi.
2. Pekerjaan yang profesional dalam prakteknya membutuhkan keahlian dalam
pengetahuan
3. Dalam menerapkan pengetahuan yang praktisi harus meninggalkan pandangan
komersial yang benar-benar mementingkan diri sendiri dan selalu mengingat
keuntungan klien
4. Praktisi harus memiliki semangat kesetiaan kepada rekan sesama praktisi, yang
menolong untuk mengakui semua penyebab umum mereka, dan tidak boleh
membiarkan tindakan tidak profesional yang membuat malu seluruh profesi.
Akuntan sebagai profesional memiliki tiga kewajiban:
1. Harus kompeten dan tahu tentang seni dan ilmu akuntansi;
2. Melihat kepentingan terbaik bagi klien, menghindari godaan untuk mengambil
keuntungan dari klien dan
3. Untuk melayani kepentingan publik.
Sebuah tanda yang membedakan profesi adalah penerimaan tanggung jawabnya kepada
publik. Publik profesi akuntansi terdiri dari klien., pemberi kredit, pemerintah,
pengusaha, investor, bisnis dan keuangan masyarakat, dan orang lain yang bergantung
pada objektivitas dan integritas akuntan publik bersertifikat untuk menjaga fungsi
ketertiban perdagangan. Ketergantungan ini membebankan tanggung jawab kepentingan
publik

pada

akuntan

publik

bersertifikat.

Kepentingan

umum

didefinisikan

sebagai kesejahteraan bersama komunitas masyarakat dan lembaga profesi pelayanan.


Dalam melakukan apa yang tepat bagi masyarakat, kepentingan klien dan pengusaha
dilayani dengan sangat baik. Oleh karena itu, jika seorang pengusaha menekan seorang
akuntan manajemen untuk "cook the books (tidak jujur dalam pembukuan), akuntan itu
tidak harus menyetujui, bukan hanya karena tidak berada dalam kepentingan umum
terbaik, tetapi juga karena itu tidak berada dalam kepentingan pengusaha. Akankah

Enron lebih

baik

jika

akuntan perusahaan diberi

peringatan

keras untuk

perhatian transaksi yang lebih buram? Singkatnya, ada asumsi yang dibuat dalam kode
bahwa kejujuran adalah kebijakan terbaik, dan bahwa etika bisnis selalu bisnis yang baik.
Akibatnya ini berarti seseorang perlu membaca kepentingan sedemikian rupa bahwa
meskipun sesuatu yang muncul berada diantara kepentingan klien atau kepentingan
pengusaha, jika tidak berada dalam kepentingan public, maka penampilan itu palsu dan
menyesatkan.
Mereka yang mengandalkan akuntan publik bersertifikat, mengharapkan para akuntan
untuk melaksanakan tanggung jawab dengan integritas, obyektifitas, tingkat kepedulian
pofesional, dan minat

yang sungguh-sungguh dalam

melayani

publik.

Para

akuntan diharapkan dapat memberikan pelayanan yang berkualitas, masuk ke dalam


pengaturan biaya, dan menawarkan berbagai layanan - semua dengan cara yang
menunjukkan tingkat konsisten dengan prinsip prinsip dari kode Perilaku Profesional.
Semua yang menerima keanggotaan dalam American Institute of Certified Public
Accountant (AICPA) berkomitmen untuk menghormati kepercayaan publik. Kembali lagi
pada kepercayaan akan tanggapan publik pada mereka, para anggota harus berusaha terus
untuk menunjukkan dedikasi mereka untuk keunggulan profesional.
Tampaknya jelas bahwa semua CPA memenuhi kriteria profesional yang ada.
Mereka mengakui ke kelompok CPA dengan memenuhi standar kualifikasi profesional.
Mereka harus lulus ujian CPA yang ketat untuk menunjukkan bahwa mereka memiliki
keahlian yang diperlukan. Ujian tersebut bertindak sebagai alat pemantauan untuk
melihat siapa yang memiliki kompetensi yang akan diterima dan tetap dalam
profesi CPA.
Tapi

bagaimana

dengan

akuntan

yang

belum

mendapatkan pegakuan

CPA

mereka? Mereka mungkin memiliki pengetahuan ahli yang diperlukan. Hanya saja
mereka gagal melewati prosedur pengujian yang ketat yang diperlukan. Sseseorang yang
profesional harus menjadi anggotaan dalam suatu organisasi, dan sebagaimana kita tahu
tidak semua akuntan adalah CPA dan tidak semua tergabung dalam AICPA, apakah
mereka

profesional?

Apakah

semua akuntan

tidak, apakah mereka harus terikat oleh etika yang sama?

adalah profesional?

Jika

Akuntan yang belum mendapatkan gelar CPA berarti mereka belum tentu memiliki
pengetahuan di bidang tersebut. Mereka gagal melewati ujian ketat yang merupakan
prosedur yang diperlukan untuk penerimaan dalam sebuah organisasi seperti
AICPA. Seseorang dapat dengan mudah berpendapat bahwa, jika mereka gagal diterima
dalam organisasi atau memilih untuk tidak bergabung, karena mereka telah ahli dalam
pengetahuan, dan mereka akan berada dalam posisiyang berhadapan dengan klien yang
rentan terhadap eksploitasi karena kurangnya pengetahuan yna mereka miliki. Kami
menyatakan bahwa mereka harus tunduk pada beberapa standaryang lain. Walaupun
seseorang bukan CPA ataupunbukan anggota AICPA atau kelompok akuntan profesional
lain , itu tidak berarti bahwa seseorang tidak diwajibkan untuk hidup tanpa ketentuan
kode etik. Kode etik dari berbagai konstituen akuntansi, setelah pemeriksaan, membuat
sebagian besar pembacaan commonsensical tentang tanggung jawab etika dari setiap
orang dalam situasi dari penyedia untuk pemakai atau profesional terhadap klien yang
rentan, dan kepada masyarakat umum. Standar perilaku tidak kembali pada kode.
Sebaliknya kode menetapkan standar yang lebih atau kurang berlaku universal dan harus
diikuti. Namun, sejak standarditemukan dalam kode akan membantu untuk memeriksa
kode etik untuk melihat prinsip-prinsip dan standar.
2.1.2

Peran Akuntan

Meskipun tujuan utama akuntan adalah menyediakan gambaran keuangan suatu


perusahaan, namun akuntan memiliki peranan lain yang dapat dilakukan. Beberapa
diantaranya yaitu:
a)

Auditing

b)

Managerial accounting

c)

Tax accounting

d)

Financial planning

e)

Consulting

2.2 Ekspektasi Publik


Seorang akuntan professional apakah dia terlibat dalam kegiatan auditing atau manajemen,
karyawan

atau

konsultan,

diharapkan

untuk

menjadi

seorang

akuntan

sekaligus professional. Artinya, seorang akuntan professional diharapkan memiliki


keahlian teknis akuntansi dan memiliki pemahaman yang lebih dari pada orang awam di

bidang terkait. Selain itu akuntan professional juga diharapkan untuk menaati standarstandar khusus yang dikeluarkan oleh badan professional terkait.
Tidak mengherankan jika akuntansi professional sudah dapat menyesuaikan dengan
cukup baik kombinasi fitur, tugas, dan hak dalam kerangka nilai-nilai suatu profesi
sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Berikut ini adalah fitur, tugas, hak dan
nilai-nilai dari profesi akuntansi.
Fitur-fitur dari profesi akuntansi :
Penyediaan layanan fudisia yang penting bagi masyarakat
Diperlukan pengetahuan dan skill yang luas
Karakter pelatihan dan sikll yang diperlukan sebagian besar dalam hal intelektual
Diawasi oleh organisasi yang keanggotaannya secara otomatis mengatur diri sendiri
Akuntabel pada otoritas pemerintah
Tugas-tugas yang sangat penting untuk suatu hubungan fudisia :
Perhatian yang berkelanjutan pada kebutuhan klien dan pemangku kepentingan
lainnya.
Pengembangan dan pemeliharaan pengetahuan dan skill yang diperlukan, termasuk
skeptisisme/keilmiahan profesional
Pemeliharaan kepercayaan yang melekat dalam hubungan fidusia oleh perilaku yang
menunjukkan nilai-nilai yang bertanggung jawab
Pemeliharaan reputasi pribadi yang dapat diterima
Pemeliharaan reputasi sebagai profesi yang kredibel
Hak-hak yang diizinkan dalam kebanyakan yurisdiksi:
Kemampuan untuk tampil/menawarkan diri sebagai seorang profesional yang ditunjuk
untuk memerankan jasa fidusia penting
Kemampuan untuk menetapkan standar masuk dan memeriksa calon
Mengatur dan mendisiplinkan diri berdasarkan kode etik
Partisipasi dalam pengembangan praktik akuntansi dan audit
Akses ke beberapa atau semua bidang usaha akuntansi dan audit
Nilai-nilai yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan memelihara hak-hak :
Kejujuran
Integritas
Objektifitas, berdasarkan pada penilaian independen
Keinginan untuk menerapkan ketelitian dan skeptisisme profesional
Kompetensi
Kerahasiaan
Komitmen untuk menempatkan kepentingan publik, klien, profesi, dan atasan atau
perusahaan sebelum kepentingan profesional sendiri.
Publik (khususnya klien) mengharapkan bahwa akuntan professional akan melakukan
layanan fidusia dengan kompetensi, integritas, dan objektivitas. Integritas sangat penting
karena memastikan bahwa apapun layanan yang diberikan akan dilakukan secara adil dan

seksama. Tidak akan ada detail sekecil apapun yang dihilangkan, diremehkan, dinyatakan
secara tidak benar, sehingga akan mengaburkan kebenaran yang dapat menyesatkan
pengguna informasi. Kejujuran, ketepatan atau kebenaran , tersirat dalam semua aspek
pengumpulan,

pengukuran,

pelaporan

dan

interpretasi

data. Objektivitas berarti

kebebasan dari bias dalam pemilihan dasar pengukuran dan pengungkapan agar tidak
menyesatkan pengguna. Objektivitas tidak dapat dipertahankan kecuali akuntan
professional berfikiran independen, atau bebas dari pengaruh yang berlebihan dari satu
pemangku kepentingan atau yang lain.

2.3 Nilai-nilai Etika vs Teknik Akuntansi / Auditing


Kebanyakan akuntan dan juga selainnya menganggap bahwa penguasaan akuntansi dan
atau teknik audit adalah hal yang sangat penting sine qua non (merupakan hal yang tidak
dapat dipisahkan) dari profesi akuntansi. Akan tetapi, hanya sedikit skandal keuangan
yang disebabkan oleh kesalahan metodologis dalam penerapan teknik sebagian besar
skandal keuangan disebabkan oleh kesalahan penilaian tentang penerapan teknik yang
tepat atau penguangkapan terkait. Beberapa kesalahan dalam penilaian berasal dari
kesalahan penafsiran masalah akibat dari kompleksnya permasalahan tersebut, selebihnya
merupakan akibat dari kurangnya perhatian pada hal-hal yang bersifat etis, seperti
kejujuran, integritas, objektifitas, kepedulian, kerahasiaan, dan komitmen untuk
mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri.
Ada banyak contoh dari tindakan terlalu percaya pada kelayakan teknik daripapada
penerapan nilai-nilai etis. Sebagai contoh, suatu perlakuan akuntansi dengan konsep yang
cemerlang akan berkurang manfaatnya, jika terdapat bias di dalamnya atau dipersiapkan
dengan ceroboh. Tekanan terhadap upaya pengungkapan secara tepat piutang-piutang tak
tertagih atau piutang pinjaman, sebelum terjadi kebangkrutan bukanlah masalah
kompetensi, melainkan bentuk dari kesalahan penempatan loyalitas kepada manajemen,
klien, atau diri sendiri dan bukan pada masyarakat yang memungkinkan adalah investor
atau nasabah bagi bank dan perusahaan peminjam. Ini berarti bahwa tanpa nilai-nilai
etika, kepercayaan yang diperlukan untuk suatu hubungan fidusia tidak dapat
dipertahankan, dan hak-hak profesi akuntansi menjadi terbatas mungkin akan
mengurangi efektivitas yang dapat diberikan suatu profesi kepada masyarakat.

Dalam rangka untuk mempersempit rentang pilihan untuk diterimanya suatu perlakuan
akuntansi atau praktek audit, akuntan profesional diharapkan untuk mematuhi Prinsip
Akuntansi Berterima Umum (Generally Accepted Accounting Principles GAAP) dan
Standar Auditing yang Diterima Umum (Generally Accepted Auditing Standards
GASS). Keharusan untuk mematuhi nilai-nilai etika yang telah dibuat sebelumnya dan
juga GAAP sama pentingnya bagi akuntan profesional yang bekerja dalam suatu
manajemen.
2.4 Perilaku Etika dalam Pemberian Jasa Akuntan Publik
Penerapan yang tepat nilai-nilai etika kompetensi, integritas, kejujuran, dan objektivitas
secara substansial bergantung, namun tidak terutama pada nilai-nilai etika pribadi pada
akuntan profesional yang terlibat.
Setiap profesi yang menyediakan jasanya pada masyarakat memerlukan kepercayaan dari
masyarakat yang melayaninya. Kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa akuntan
publik akan menjadi lebih tinggi, jika profesi tersebut menerapkan standar mutu tinggi
terhadap pelaksanaan pekerjaan profesional yang dilakukan oleh anggota profesinya.
Aturan etika kompartemen akuntan publik merupakan etika profesional bagi akuntan
yang berpraktek sebagai akuntan publik indonesia. Aturan etika kompartemen akuntan
publik bersumber dari prinsip etika yang diterapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Pada kongresnya tahun 1973, IAI untuk pertama kali menetapkan Kode Etik bagi profesi
akuntan. Kode etik IAI terdiri dalam 3 bagian :
1. Prinsip etika
2. Aturan Etika
3. Interpretasi aturan etika
Prinsip etika memberikan kerangka dasar bagi aturan etika, yang mengatur pelaksanaan
pengendalian jasa profesional oleh anggota. Prinsip etika disahkan oleh kongres dan
berlaku bagi seluruh anggota, sedangkan aturan etika disahkan oleh rapat anggota
himpunan dan hanya mengikat anggota himpunan yang bersangkutan.
2.5 Sumber-sumber Panduan Etika
Ada beberapa sumber panduan tersedia untuk akuntan professional. Kode etik dari
badan professional mereka dan perusahaan atau atasan mereka merupakan sumber
referensi yang penting. Namun, masukan lainnya juga harus diperhitungkan jika
memang sesuai, karena akuntan professional harus merespon badan/lembaga
ekspektasi dan standar yang dibuat oleh berbagai organisasi akuntansi professional di
negara mereka sendiri dan di luar negeri bersama-sama dengan penentu standar,
regulator, pengadilan, politisi, pasar uang dan publik.

Ekspektasi perilaku professional telah dan akan diwujudkan dalam :


1. Penentu Standar (IFAC, PCACB, FASB, IASB, CICA, ICAEW, dan

2.
3.
4.
5.
6.

sebagainya)
- Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (GAAP)
- Standar Audit yang Berlaku Umum (GAAS)
Praktik-praktik standar yang dipahami secara umum
Studi penelitian dan artikel
Pedoman-pedoman regulator (SEC, OSC, NYSE,TSX, dan lain-lain)
Keputusan pengadilan.
Kode Etik dari :
- Atasan (Perusahaan atau KAP)
- Badan Akuntansi Profesional Lokal
- Internal Federation of Accountants (IFAC)

Anda mungkin juga menyukai