Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat
dan hidayahNya, sehingga Laporan Keselamatan Pasien Puskesmas dapat diselesaikan
dengan baik..

Puskesmas Kecamatan Kepanjenkidul ;sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas


Kesehatan Kota Blitar yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja, mempunyai posisi yang strategis dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat, sehingga masyarakat dapat
memperoleh pelayanan kesehatan yang optimal.

Laporan Keselamatan Pasien Puskesmas ini merupakan laporan kinerja dalam


melaksanakan kegiatan Keselamatan Pasien Puskesmas demi tujuan pelayanan
kesehatan lebih bermutu, komprehensif, berkesinambungan dan berorientasi pada
keselamatan pasien.

Dengan tersusunnya Laporan Keselamatan Pasien Puskesmas ini, kami


mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
memberikan kontribusi dalam penyusunan buku ini. Kami sadari laporan ini masih belum
sempurna, oleh karenanya masukan dan saran perbaikan sangat kami harapkan guna
penyempurnaannya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan rahmat dan hidayahNya
kepada kita semua.

Blitar, 30 Juni 2022


KEPALA UPTD PUSKESMAS
KECAMATAN KEPANJENKIDUL

dr. TRIANA SULISTYANINGSIH


Penata Tk. I
NIP. 19810416 200903 2 008

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................... I
DAFTAR ISI....................................................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................. 1
1.1. LATAR BELAKANG........................................................................................................ 1
1.2. TUJUAN............................................................................................................................... 1
1.2.1. TUJUAN UMUM................................................................................................................ 1
1.2.2. TUJUAN KHUSUS........................................................................................................... 1
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................ 3
BAB III PENUTUP........................................................................................................................... 9
3.1. KESIMPULAN.................................................................................................................... 9
3.2. SARAN................................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Puskesmas adalah satu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat dan membina peran serta
masyarakat, serta memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerja. Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan merupakan
suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang saling terkait, salling
tergantung dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Dalam
kegiatannya memberikan pelayanan kuratif maupun preventif, puskesmas wajib
melaksanakan sistem manajemen mutu sebagai produk akhir dari interaksi dan
ketergantungan berbagai komponen dan aspek pelayanan.
Mutu adalah keseluruhan ciri atau karakteristik produk dan jasa yang
tujuannya untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Manajemen mutu
merupakan seluruh aktifitas kegiatan fungsi manajemen dari kebijakan, tugas dan
tanggung jawab yang dituangkan dalam bentuk perencanaan (quality planning),
kendali mutu ( quality control), jaminan mutu (quality assurance) dan peningkatan
mutu (quality improvement) serta kendali biaya (cost containment) dalam suatu
sistem mutu. Sistem manajemen mutu di Puskesmas terintegrasi dengan sistem
audit internal dan sistem peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang terdiri dari
Tim Keselamatan Pasien (KP), Tim Pengendalian Penyakit Infeksi (PPI), Tim
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Tim Penanganan Keluhan Pelanggan /
Pasien.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk memberikan
keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja / pegawai , cara
menangani kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Pengendalian bahaya dan
promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.

1.2. Tujuan

1.1.1. Tujuan Umum


Mengevaluasi dan melaporkan kinerja manajemen mutu layanan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di UPT Puskesmas Kecamatan
Kepanjenkidul.

1.1.2. Tujuan Khusus


1) Mengevaluasi kegiatan peningkatan mutu layanan di Puskesmas
2) Monitoring dan evaluasi kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja di
UPT Puskesmas Kecamatan Kepanjenkidul pada bulan januari - Juni

1
3) Mengevaluasi kegiatan capaian indikator mutu kesehatan dan
keselamatan kerja puskesmas kepanjenkidul periode bulan Januari
sampai dengan bulan Juni 2022.

2
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1. Rekapitulasi Laporan insiden kejadian Kesehatan dan Keselamatan Kerja Puskesmas Kepanjenkidul periode bulan Januari 2022 sampai dengan
bulan Juni 2022
A. Laporan insiden berdasar kronologi kejadian

N TANGGAL TEMPAT KRONOLOGI KEJADIAN JENIS TIPE TINDAK LANJUT / HASIL


O KEJADIAN KEJADIAN KEJADIAN INSIDEN PENANGANAN
1 Juni 2022 Gizi List atap di atas pintu masuk ruang KNC Tipe 13 1. Petugas poli gizi 1. Dimasukkan
VCT/Gizi jatuh. Saat kejadian ada melaporkan ke tim dalam anggaran
petugas yang sedang menerima K3. perbaikan tahun
tamu di bawahnya. Petugas dan 2. Tim K3 melaporkan depan.
tamu tidak tertimpa runtuhan list kejadian ke
atap. Tidak ada cidera. manajemen dalam
rapat rutin K3.
3. Tim K3 melakukan
safety patrol ulang
ke semua unit.
2 Juni 2022 Poli Gigi Petugas poli gigi tergigit pasien KTD Tipe 12 1. Petugas Tidak ada cidera
saat sedang melakukan tindakan mengompres tangan
pencabutan gigi anak. Jari petugas menggunakan es
sedikit kemerahan dan bengkak. 2. petugas poli gigi
memakai APD
(pelindung jari ) saat

3
melakukan tindakan
pencabutan gigi anak

B. Laporan Potensial Resiko di UPT Puskesmas Kepanjnekidul periode bulan Januari-Juni 2022

NO Unit Identifikasi Tempat / area yang Potensial resiko kejadian TINDAK LANJUT / KETERANGAN
Pelapor potensi Bahaya beresiko PENANGANAN
1 Tim K3 Bahaya Fisik Atap selasar mengalami 1. Pengunjung berpotensi 1. Memberi rambu Belum
kebocoran sehingga atap terkena runtuhan atap bahaya di sekitar lokasi tertangani
rawan runtuh. 2. pengunjung berpotensi 2. Air yang menetes di
terpeleset genangan air. tamping dengan bak dan
air dibuang.
3. Melaporkan dan
mengusulkan perbaikan
ke manajemen
2 Apotek Bahaya Fisik Terjadi kebocoran di atap 1. Petugas berpotensi 1. memberi wadah pada Sedang
apotek sehingga atap terkena runtuhan atap tetesan air. dilakukan
rawan runtuh serta 2. Petugas berpotensi 2. Melaporkan dan perbaikan
petugas rawan terpeleset terpeleset air mengusulkan perbaikan
air ke manajemen
3 KIA Bahaya Fisik Terjadi genangan pada 1. pengunjung terutama 1. memberi tanda bahaya Belum
atap cor di atas tempat anak yang sedang bermain di area tersebut. tertangani
bermain anak sehingga list di area bermain rawan

4
atap dan atap rawan terkena runtuhan atap. 2. melaporkan dan
runtuh. mengusulkan perbaikan
pada manajemen

2.2. Laporan HRA


Health Risk Assessment (HRA) dilaksanakan pada bulan Mei dan dilakukan grading pada bulan Juni dengan hasil sebagai berikut:

ZONA MERAH/ RESIKO TINGGI ZONA KUNING/RESIKO SEDANG ZONA HIJAU/ RESIKO RENDAH
PONED VCT/TB GIZI
UGD KIA SANITASI
LABORATORIUM KLINIS MTBS PKPR
POLI UMUM LAUNDRY / RUANG GANTI APD KESWA
POLI ISPA R. SOPIR DAPUR
POLI GIGI TATA USAHA SEMUA PUSTU

APOTEK SELASAR BELAKANG RUANG DATA DAN KEUANGAN


LOKET TEMPAT PARKIR
RUANG TUNGGU PASIEN MUSHOLA
TAMAN BELAKANG
RUANG PERTEMUAN LT 1

2.2.1. Pembahasan Hasil HRA


Hasil dari Health Risk Assessment tim k3 pada periode Januari sampai dengan Juni 2022 adalah pembagian area beresiko di UPT
Puskesmas Kecamatan Kepanjenkidul Kota Blitar. Area Beresiko tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu zona Merah, zona Kuning dan Zona Hijau.

5
6
2.2.1.1. Zona Merah
Merupakan zona yang mempunyai resiko dan dampak yang cukup besar
bagi pegawai. Ada kemungkinan besar terjadi gangguan kesehatan dan cedera
yang moderate atau serius atau bahkan kematian. Dalam HRA ini tim K3 melakukan
penilaian resiko berdasarkan form yang di bagikan ke unit masing masing dan
dengan melakukan kunjungan secara langsung pada unit unit terkait.
Dari hasil penilaian resiko yang banyak terjadi pada zona merah adalah :
1. Faktor potensi dari bahaya biologi yaitu Virus (COVID-19, HIV) , bakteri
dan jamur.
2. Faktor potensi dari bahaya kimia yaitu Bahan kimia seperti bahan bahan
yang di pakai untuk sterilisasi peralatan, dan bahan kimia reagen di
laboratorium , bahan kimia yang tersimpan di apotek.
3. Faktor potensi dari bahaya ergonomis posisi kerja yang salah, duduk terus
menerus, cara penanganan beban yang salah.
4. faktor potensi dari bahaya fisik adalah bangunan yang rusak dan tidak
sesuai, kerja menatap komputer terus menerus.
5. Faktor potensi dari bahaya kecelakaan kerja yaitu tertusuk jarum, tergigit
pasien, tertimpa barang.

2.2.1.2. Zona Kuning


Merupakan zona yang mempunyai resiko dan dampak sedang bagi
kesehatan pegawai. Konsekuensi atau keparahan dari cedera dan gangguan
kesehatan tergolong kategori serius meskipun probabilitas kejadiannya rendah.
Dari hasil penilaian resiko yang banyak terjadi pada zona kuning adalah:
1. Faktor potensi bahaya biologi yaitu terpapar Virus, bakteti dan jamur.
2. Faktor potensi bahaya ergonomis yaitu posisi kerja yang salah, duduk
terus menerus.
3. Faktor potensi bahaya fisik yaitu bangunan tidak sesuai, penataan
bangunan tidak sesuai, kerja menatap layar komputer yang terlalu lama, penataan
kelistrikan yang tidak aman
4. Faktor potensi Bahaya kecelakaan kerja yaitu tertusuk jarum, terpeleset,
tertimpa barang.

2.2.1.3. Zona Hijau


Merupaka zona yang mempunyai resiko dan dampak yang kecil atau rendah
bagi gangguan kesehatan karyawan. Ada kemungkinan rendah bahwa cedera atau
gangguan kesehatan minor terjadi saat ini, dengan damak kesehatan yang ringan
hingga sedang.
Dari hasil penilaian resiko yang banyak terjadi pada zona hijau adalah:

1
1. Faktor potensi bahaya ergonomis yaitu cara kerja yang tidak benar, duduk
terus menerus, posisi yang salah saat bekerja.
2. faktor bpotensi bahaya fisik yaitu cahaya, kerja menghadap layar dalam
waktu yang lama, penataan ruangan yang tidak tepat.

2.2.2. Rencana Tindak Lanjut HRA


Rekomendasi dan rencana tindak lanjut HRA pada periode Januari –Juni
tahun 2022 (semester 1 tahun 2022) adalah sebagai berikut:
1. Rekomendasi ke tim PPI untuk sosialisasi atau refreshing tentang penggunaan
APD.
2. Rekomendasi ke Tim PPI untuk menggerakkan 5 R
3. Rekomendasi ke Tim PPI mengenai tempat ganti APD
4. Refreshing tentang cara kerja Ergonomis kepada seluruh pegawai
5. Bekerja sama dengan Sanitarian untuk penataan ulang ruangan dengan bahan
berbahaya dan limbah medis.
6. Monitoring evaluasi pada tiap unit.
7. Rekomendasi kepada management untuk perbaikan ruangan terutama laundry.

2.3. Laporan Safety Patrol


Safety Patrol dilaksanakan pada : Bulan Juni
Petugas : 1. Drg. Dika Purnama Dewi
2. Ratih Eka Saputri
3. Putri Dwi Astuti
Hasil :

NO UNIT / LOKASI TEMUAN MASALAH REKOMENDASI


1 UGD 1. penyimpanan bahan 1. Koordinasi dg ketua tim
kimia blm standard PPI tentang 5R dan APD
2. Ruangan berdebu 2. Koordinasi dengan
3. penyimpanan APD tidak managemen dan
standard bendahara barang untuk
4. Penggunaan APD blm meng inventarisir alat
standard medis maupun non
5. Blm ada penandaan alat medis.
yg rusak dan bukti 3, pengajuan alat
pemeliharaan pengukur suhu
6. Blm ada pengukur suhu 4. perlu refreshing tanda
ruangan bahaya dan penanganan
7. label inventaris tidak ada kebakaran.
8. petuugas tidak memakai
2
tanda pengenal
9. blm ada tanda larangan
merokok
2 PENDAFTARAN 1. Area kurang bersih dan
berdebu.
2. Tidak ada tempat sampah
3. pemakaian APD kurang
standard
4. Blm ada penandaan alat
rusak dan bukti
pemeliharaan alat
5. pencahayaan Ruangan
kurang
6. Sirkulasi kurang baik

3 POLI UMUM 1. ruangan berdebu dan


kurang rapi
2. Penyimpanan APD
kurang standard
3. blm ada penandaan alat
rusak dan bukti
pemeliharaan alat
4. kondisi jalur perkabelan
kurang baik
5. tidak ada pengukur suhu
6. tidak ada spill kit
7. pegawai tidak memakai
tanda pengenal yang
standard
8. blm ada tanda larangan
merokok
4 POLI GIGI 1. Toilet kurang bersih,
banyak barang di taruh di
toilet
2. ruangan berdebu
3. penataan ruangan kurang
baik
4. tidak ada spillkit
5. pembuangan b3 kurang

3
standard
6. kondisi perkal=belan
kurang rapi
7. blm ada tanda alat rusak
dan bukti pemeliharaan alat
di unit
8. Atap/pafon ada
kebocoran
9. pegawai tidak memakai
tanda pengenal dengan
standard
10. belum ada tanda
larangan merokok
5 MTBS 1. Ruangan berdebu
2. tidak ada spil kit
3. Penyimpanan dan
pembuangan bahan
berbahaya kurang standard
4. penyimpanan APD tidak
standard
5. tidak ada penandaan alat
rusak dan bukti
pemeliharaan alat
6. sirkulasi udara kurang
baik
6 APOTEK 1. ruangan berdebu
2. tidak ada spill kit
3. Penyimpanan
/pembuangan sampah b3
tidak standard
4. penggunaan APD tidak
standard
5. Blm ada penandaan alat
rusak
6. Kondisi atap/pafon ada
kebocoran
7. pegawai tidak memakai
tanda pengenal dg standard
8 ISPA 1. Ruangan Berdebu

4
2. Penyimpanan B3 masih
jadi satu dengan alkes
3. Tidak ada penanda alat
rusak
4. Kondisi perkabelan
kurang tertata dan resiko
tinggi kecelakaan kerja
5. Tidak ada spill kit dan
petugas blm bisa
6. Petugas tidak
menggunakan tanda
pengenal dg standard
9 VCT/TB 1. Ruangan berdebu
2. penyimpanan APD tidak
standard
3. Tidak ada penanda alat
rusak
4. Atap ada kebocoran dan
ada atap yang runtuh
5. tidak ada spill kit
6. tidak ada larangan tanda
merokok
10 LABORATORIUM 1. Ruangan berdebu
KLINIS 2. tidak ada spill kit
3. penggunaan APD tidak
standard
4. Ada alat listrik yang dekat
wastafel
5. Penempatan barang
kurang aman
6. Atap sudah runtuh dan
banyak yang berjamur
7. sirkulasi ruang
pengambilan sampel kurang
8. Petugas banyak yang
lupa tentang SOP APAR
dan Spill kit.
9. Petugas tidak
menggunakan tanda

5
pengenal
11 PKPR
12 PONED 1. Penyimpanan bahan
kimia tidak berlabel
2. ruangan berdebu
3. Tidak ada bukti
pemeliharaan alat
4. Petugas tidak memahami
cara penggunakan APAR
dan spill kit.
5. Petugas tidak
menggunakan tanda
pengenal standard
13 KIA 1. Toilet rusak, wastafel
tidak mengalir air
2. ruangan berdebu
3. Tidak ada spill kit
Tidak ada penanda alat
rusak dan bukti
pemeliharaan alat
4. sirkulasi udara kurang
baik
5. zJalur perkabelan tidak
aman
6. Tidak ada tanda alat
medis baik/tidak
7. sop spill kit tidak tau
Petugas tidak memakai
tanda pengenal
14 DAPUR
15 INSENERATOR 1. Area tidak tertata dengan
baik
2. Banyak alat yang
tersimpan tidak pada
tempatnya
3. toilet tidak bersih
4. Penyimpanan B3 tidak
standard (masih tercampur)
5. Pembuangan B3 kurang

6
tepat
6. Penyimpanan bahan
mudah meledak masih
campur dengan yang
lainnya
7. APD tidak di simpan
dengan rapi, kondisi APD
tidak terawatt karena tidak
pernah di pakai
8. Tidak ada penandaan alat
rusak dan bukti
pemeliharaan alat
9. APAR ada, blm ada
checklistnya
10. Petugas merokok di
tempat kerja
11. Tidak ada alat yg diberi
label inventaris
12. petugas baru belum
terpapar informasi
13. petugas belum
mempunyai tanda pengenal
16 LAUNDRY 1. penataan alat kurang rapi
2. Tidak tersedia kantung
limbah
3. petugas tidak memakai
APD dan tidak menyimpan
APD
4. Jalur listrik tidak aman
karena dekat dengan
sumber air
5. tidak ada bukti
pemeliharaan alat elektronik
6. KAdang petugas merokok
di sekitar laundry
7. petugas blm mempunyai
tanda pengenal

7
2.4. Capaian Indikator mutu

1. Pemeriksaan Kesehatan Petugas


Judul Pemeriksaan Kesehatan Petugas UPTD Puskesmas Kec. Kepanjenkidul
Dimensi Mutu Keselamatan dan kesehatan petugas
Terpeliharanya kesehatan sumber daya manusia di UPT Puskesmas
kecamatan Kepanjenkidul sehingga dapat memberikam pelayanan yang
Tujuan optimal
Pemeliharaan kesehatan dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan secara
rutin setiap 1 tahun sekali. Pemeriksaannmeliputi pemeriksaan HIV, PTM,
Definisi Operasional pemeriksaan kebugaran dll.
Frekuensi pengumpulan data Setiap 1 tahun sekali
Periode analisis setiap 1 tahun sekali
numerator jumlah total staf UPT Puskesmas yg menjalani pemeriksaan
denomerator Jumlah seluruh staf UPT Puskesmas kepanjenkidul
Sumber Data Tim K3
standard 100%
Penanggung jawab Ketua Tim K3

2. Ketepatan Petugas dalam pengelolaan limbah medis


Judul Ketepatan petugas mengelola limbah medis
Dimensi Mutu Keselamatan pasien dan Petugas
Terlaksananya pengelolaan limbah medis yang baik dan sesuai pedoman
Tujuan oleh petugas
Pengelolaan limbah medis merupakan salah satu kegiatan penting dalam
pelayanan kesehatan khususnya dalam peran Keselamatyan dan kesehatan
Kerja. Pemilihan limbah medis dan non m medis , serta penempatan limbah
medis yang tepat pada tempatnya akan membantu mengurangiresiko
Definisi Operasional paparan infeksi bagi petugas dan pengunjung lainnya.
Frekuensi pengumpulan data setiap bulan
Periode analisis setiap 3 bulan
Jumlah unit layanan yang melakukan pemilahan limbah medis dengan baik
numerator pada tempatnya
denomerator jumlah seluruh unit pelayanan di Puskesmas
Sumber Data Survei
standard >75%
Penanggung jawab Ketua tim PPI dan Ketua Tim K3

3. Jumlah APAR yang standard


Judul Jumlah APAR yang memenuhi kriteria standard
Dimensi Mutu Keselamatan pasien dan petugas
Tujuan Tersedianya APAR yang standard, layak dan bisa digunakan setiap saat.
Definisi Operasional
Frekuensi pengumpulan data Tiap 6 bulan
Periode analisis tiap 6 bulan
numerator Jumlah APAR yang sesuai kriteria standard
denomerator Jumlah seluruh APAR di UPT Puskesmas Kepanjenkidul
Sumber Data Tim K3
standard 100%
Penanggung jawab Ketua Tim K3

8
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Capaian penerapan K3 puskesmas belum sesuai dengan yang diharapkan.
Penggunaan APD, ketersediaan APAR dan antiseptik, pengelolaan limbah serta
penerapan SPO menjadi poin kegiatan yang dilaksanakan di seluruh puskesmas.. Sampai
saat ini hal-hal tersebut diatas yang lebih dulu mendapatkan perhatian dalam penerapan
K3 puskesmas. Sedangkan untuk kelengkapan sarana dan prasarana yang mendukung K3
belum terlalu menjadi prioritas karena dibutuhkan sumber dana yang cukup besar untuk
mencukupinya. Kurangnya sosialisasi merupakan sebagian faktor penghambat dalam
penerapan K3 puskesmas, selain masih kurangnya kesadaran individu dan kelengkapan
sarana prasarana penunjang penerapan K3 puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai