Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat
dan hidayahNya, sehingga Laporan Keselamatan Pasien Puskesmas dapat diselesaikan
dengan baik..
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................... I
DAFTAR ISI....................................................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................. 1
1.1. LATAR BELAKANG........................................................................................................ 1
1.2. TUJUAN............................................................................................................................... 1
1.2.1. TUJUAN UMUM................................................................................................................ 1
1.2.2. TUJUAN KHUSUS........................................................................................................... 1
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................ 3
BAB III PENUTUP........................................................................................................................... 9
3.1. KESIMPULAN.................................................................................................................... 9
3.2. SARAN................................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Puskesmas adalah satu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat dan membina peran serta
masyarakat, serta memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerja. Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan merupakan
suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang saling terkait, salling
tergantung dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Dalam
kegiatannya memberikan pelayanan kuratif maupun preventif, puskesmas wajib
melaksanakan sistem manajemen mutu sebagai produk akhir dari interaksi dan
ketergantungan berbagai komponen dan aspek pelayanan.
Mutu adalah keseluruhan ciri atau karakteristik produk dan jasa yang
tujuannya untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Manajemen mutu
merupakan seluruh aktifitas kegiatan fungsi manajemen dari kebijakan, tugas dan
tanggung jawab yang dituangkan dalam bentuk perencanaan (quality planning),
kendali mutu ( quality control), jaminan mutu (quality assurance) dan peningkatan
mutu (quality improvement) serta kendali biaya (cost containment) dalam suatu
sistem mutu. Sistem manajemen mutu di Puskesmas terintegrasi dengan sistem
audit internal dan sistem peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang terdiri dari
Tim Keselamatan Pasien (KP), Tim Pengendalian Penyakit Infeksi (PPI), Tim
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Tim Penanganan Keluhan Pelanggan /
Pasien.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah upaya untuk memberikan
keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja / pegawai , cara
menangani kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Pengendalian bahaya dan
promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.
1.2. Tujuan
1
3) Mengevaluasi kegiatan capaian indikator mutu kesehatan dan
keselamatan kerja puskesmas kepanjenkidul periode bulan Januari
sampai dengan bulan Juni 2022.
2
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1. Rekapitulasi Laporan insiden kejadian Kesehatan dan Keselamatan Kerja Puskesmas Kepanjenkidul periode bulan Januari 2022 sampai dengan
bulan Juni 2022
A. Laporan insiden berdasar kronologi kejadian
3
melakukan tindakan
pencabutan gigi anak
B. Laporan Potensial Resiko di UPT Puskesmas Kepanjnekidul periode bulan Januari-Juni 2022
NO Unit Identifikasi Tempat / area yang Potensial resiko kejadian TINDAK LANJUT / KETERANGAN
Pelapor potensi Bahaya beresiko PENANGANAN
1 Tim K3 Bahaya Fisik Atap selasar mengalami 1. Pengunjung berpotensi 1. Memberi rambu Belum
kebocoran sehingga atap terkena runtuhan atap bahaya di sekitar lokasi tertangani
rawan runtuh. 2. pengunjung berpotensi 2. Air yang menetes di
terpeleset genangan air. tamping dengan bak dan
air dibuang.
3. Melaporkan dan
mengusulkan perbaikan
ke manajemen
2 Apotek Bahaya Fisik Terjadi kebocoran di atap 1. Petugas berpotensi 1. memberi wadah pada Sedang
apotek sehingga atap terkena runtuhan atap tetesan air. dilakukan
rawan runtuh serta 2. Petugas berpotensi 2. Melaporkan dan perbaikan
petugas rawan terpeleset terpeleset air mengusulkan perbaikan
air ke manajemen
3 KIA Bahaya Fisik Terjadi genangan pada 1. pengunjung terutama 1. memberi tanda bahaya Belum
atap cor di atas tempat anak yang sedang bermain di area tersebut. tertangani
bermain anak sehingga list di area bermain rawan
4
atap dan atap rawan terkena runtuhan atap. 2. melaporkan dan
runtuh. mengusulkan perbaikan
pada manajemen
ZONA MERAH/ RESIKO TINGGI ZONA KUNING/RESIKO SEDANG ZONA HIJAU/ RESIKO RENDAH
PONED VCT/TB GIZI
UGD KIA SANITASI
LABORATORIUM KLINIS MTBS PKPR
POLI UMUM LAUNDRY / RUANG GANTI APD KESWA
POLI ISPA R. SOPIR DAPUR
POLI GIGI TATA USAHA SEMUA PUSTU
5
6
2.2.1.1. Zona Merah
Merupakan zona yang mempunyai resiko dan dampak yang cukup besar
bagi pegawai. Ada kemungkinan besar terjadi gangguan kesehatan dan cedera
yang moderate atau serius atau bahkan kematian. Dalam HRA ini tim K3 melakukan
penilaian resiko berdasarkan form yang di bagikan ke unit masing masing dan
dengan melakukan kunjungan secara langsung pada unit unit terkait.
Dari hasil penilaian resiko yang banyak terjadi pada zona merah adalah :
1. Faktor potensi dari bahaya biologi yaitu Virus (COVID-19, HIV) , bakteri
dan jamur.
2. Faktor potensi dari bahaya kimia yaitu Bahan kimia seperti bahan bahan
yang di pakai untuk sterilisasi peralatan, dan bahan kimia reagen di
laboratorium , bahan kimia yang tersimpan di apotek.
3. Faktor potensi dari bahaya ergonomis posisi kerja yang salah, duduk terus
menerus, cara penanganan beban yang salah.
4. faktor potensi dari bahaya fisik adalah bangunan yang rusak dan tidak
sesuai, kerja menatap komputer terus menerus.
5. Faktor potensi dari bahaya kecelakaan kerja yaitu tertusuk jarum, tergigit
pasien, tertimpa barang.
1
1. Faktor potensi bahaya ergonomis yaitu cara kerja yang tidak benar, duduk
terus menerus, posisi yang salah saat bekerja.
2. faktor bpotensi bahaya fisik yaitu cahaya, kerja menghadap layar dalam
waktu yang lama, penataan ruangan yang tidak tepat.
3
standard
6. kondisi perkal=belan
kurang rapi
7. blm ada tanda alat rusak
dan bukti pemeliharaan alat
di unit
8. Atap/pafon ada
kebocoran
9. pegawai tidak memakai
tanda pengenal dengan
standard
10. belum ada tanda
larangan merokok
5 MTBS 1. Ruangan berdebu
2. tidak ada spil kit
3. Penyimpanan dan
pembuangan bahan
berbahaya kurang standard
4. penyimpanan APD tidak
standard
5. tidak ada penandaan alat
rusak dan bukti
pemeliharaan alat
6. sirkulasi udara kurang
baik
6 APOTEK 1. ruangan berdebu
2. tidak ada spill kit
3. Penyimpanan
/pembuangan sampah b3
tidak standard
4. penggunaan APD tidak
standard
5. Blm ada penandaan alat
rusak
6. Kondisi atap/pafon ada
kebocoran
7. pegawai tidak memakai
tanda pengenal dg standard
8 ISPA 1. Ruangan Berdebu
4
2. Penyimpanan B3 masih
jadi satu dengan alkes
3. Tidak ada penanda alat
rusak
4. Kondisi perkabelan
kurang tertata dan resiko
tinggi kecelakaan kerja
5. Tidak ada spill kit dan
petugas blm bisa
6. Petugas tidak
menggunakan tanda
pengenal dg standard
9 VCT/TB 1. Ruangan berdebu
2. penyimpanan APD tidak
standard
3. Tidak ada penanda alat
rusak
4. Atap ada kebocoran dan
ada atap yang runtuh
5. tidak ada spill kit
6. tidak ada larangan tanda
merokok
10 LABORATORIUM 1. Ruangan berdebu
KLINIS 2. tidak ada spill kit
3. penggunaan APD tidak
standard
4. Ada alat listrik yang dekat
wastafel
5. Penempatan barang
kurang aman
6. Atap sudah runtuh dan
banyak yang berjamur
7. sirkulasi ruang
pengambilan sampel kurang
8. Petugas banyak yang
lupa tentang SOP APAR
dan Spill kit.
9. Petugas tidak
menggunakan tanda
5
pengenal
11 PKPR
12 PONED 1. Penyimpanan bahan
kimia tidak berlabel
2. ruangan berdebu
3. Tidak ada bukti
pemeliharaan alat
4. Petugas tidak memahami
cara penggunakan APAR
dan spill kit.
5. Petugas tidak
menggunakan tanda
pengenal standard
13 KIA 1. Toilet rusak, wastafel
tidak mengalir air
2. ruangan berdebu
3. Tidak ada spill kit
Tidak ada penanda alat
rusak dan bukti
pemeliharaan alat
4. sirkulasi udara kurang
baik
5. zJalur perkabelan tidak
aman
6. Tidak ada tanda alat
medis baik/tidak
7. sop spill kit tidak tau
Petugas tidak memakai
tanda pengenal
14 DAPUR
15 INSENERATOR 1. Area tidak tertata dengan
baik
2. Banyak alat yang
tersimpan tidak pada
tempatnya
3. toilet tidak bersih
4. Penyimpanan B3 tidak
standard (masih tercampur)
5. Pembuangan B3 kurang
6
tepat
6. Penyimpanan bahan
mudah meledak masih
campur dengan yang
lainnya
7. APD tidak di simpan
dengan rapi, kondisi APD
tidak terawatt karena tidak
pernah di pakai
8. Tidak ada penandaan alat
rusak dan bukti
pemeliharaan alat
9. APAR ada, blm ada
checklistnya
10. Petugas merokok di
tempat kerja
11. Tidak ada alat yg diberi
label inventaris
12. petugas baru belum
terpapar informasi
13. petugas belum
mempunyai tanda pengenal
16 LAUNDRY 1. penataan alat kurang rapi
2. Tidak tersedia kantung
limbah
3. petugas tidak memakai
APD dan tidak menyimpan
APD
4. Jalur listrik tidak aman
karena dekat dengan
sumber air
5. tidak ada bukti
pemeliharaan alat elektronik
6. KAdang petugas merokok
di sekitar laundry
7. petugas blm mempunyai
tanda pengenal
7
2.4. Capaian Indikator mutu
8
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Capaian penerapan K3 puskesmas belum sesuai dengan yang diharapkan.
Penggunaan APD, ketersediaan APAR dan antiseptik, pengelolaan limbah serta
penerapan SPO menjadi poin kegiatan yang dilaksanakan di seluruh puskesmas.. Sampai
saat ini hal-hal tersebut diatas yang lebih dulu mendapatkan perhatian dalam penerapan
K3 puskesmas. Sedangkan untuk kelengkapan sarana dan prasarana yang mendukung K3
belum terlalu menjadi prioritas karena dibutuhkan sumber dana yang cukup besar untuk
mencukupinya. Kurangnya sosialisasi merupakan sebagian faktor penghambat dalam
penerapan K3 puskesmas, selain masih kurangnya kesadaran individu dan kelengkapan
sarana prasarana penunjang penerapan K3 puskesmas.