Fungsi Agama
Agama adalah sesuatu yang dibawa manusia sejak lahir. Tidak ada orang yang bebas dari
agama. Keberadaan agama bagi kehidupan manusia pada dasarnya memiliki dua fungsi
utama. Yang pertama adalah informasi dan yang kedua adalah konfirmasi. Fungsi agama
adalah sebagai berikut.:
Manusia adalah makhluk yang memiiki akal. Dengan akal, sains dan filsafat lahir
sebagai jalan untuk menemukan kebenaran. Namun, Tidak semua kebenaran yang
dicari umat manusia dijawab dengan memuaskan oleh sains dan filsafat. Hal ini
karena yayasan mereka memiliki keterbatasan kapasitas dan kebenaran relatif dan
relativistik. Oleh karena itu, manusia membutuhkan sumber kebenaran lain. Sumber
kebenaran lainnya adalah agama; Lebih tepatnya, Tuhan Yang Mutlak. Informasi
dari Tuhan yang Maha Esa.1
Banyak hal-hal yang belum terungkap oleh akal manusia terutama yang
menyangkut hal-hal metafisika. Misalnya kehidupan setelah mati barzakh, yaumul
hisab, surga, neraka, malaikat, jin dan termasuk informasi tentang Tuhan. Akal
manusia tidak mampu mengungkap dan mencari informasi tentang hal tersebut
dengan benar. Pencarian manusia merupakan perkiraan semata bahkan dapat berupa
hayalan. Agama yng di dalamnya ada wahyu dari Tuhan Yang Maha Mengetahui
memberikan informasi yang jelas dan benar tentang sesuatu yang berkaitan dengan
metafisika.2
Kesadaran manusia dapat berpikir tentang yang baik dan yang jahat, tetapi
kemampuan berpikirnya masih terbatas. Sebagai tambahan, Hasil pikiran manusia
terkadang didominasi oleh nafsu dan orientasi batinnya; Seringkali menentukan
bahwa cara pikir tidak sesuai dengan akhlak yang sebenarnya.4
Oleh karena itu, diperlukan tuntunan agama yang dapat membimbing kehidupan
manusia. Agar bahagia tidak hanya di dunia ini tetapi juga di kehidupan selanjutnya.
1
Bakhtiar, n. (2016). Metodologi Studi Islam. pekanbaru: Cahaya Firdaus, hal 22.
2
Ibid, hal 22.
3
Ibid, hal 22.
4
Supadie, D. A. (2012). Pengantar Studi Islam. jakarta: rajawali pers, hal 52.
Agama yang diturunkan oleh Tuhan Yang Maha Esa dapat memberikan informasi
tentang kebaikan yang hakiki.5
Yang terpenting dalam agama adalah ibadah. Ibadah adalah aplikasi dan realisasi
dari iman seseorang. Ibadah yang benar hanya diperoleh melalui agama yang
diturunkan oleh Tuhan kepada manusia. Manusia dengan akalnya tidak mampu
menciptakan bentuk ibadah dan perbadatan yang benar.6
Dalam agama, wahyu dari Allah SWT merupakan sumber pengetahuan yang
mengembangkan pemikiran manusia tentang realitas alam semesta. Ketika manusia
dapat menemukan teori ilmiah dan mengembangkan pengetahuannya; Ilmu dan
pengetahuan yang diperoleh perlu ditegaskan melalui wahyu untuk mendekatkan kita
kepada Tuhan.
Dengan melihat fungsi agama di atas, maka yang dapat memenuhi fungsi
tersebut adalah agama yang tergolong agama wahyu. Agama ciptaan manusia tidak
mampu mengungkap hal-hal yang tidak terjangkau oleh akal. Satu-satunya agama
wahyu sekarang ini hanyalah agama Islam. Artinya, fungsi agama secara utuh hanya
ditemukan dalam agama islam.
Kata fitrah merupakan devinisi dari kata fathara, artinya ciptaan, suci,
seimbang. fitrah adalah sifat yang ada pada setiap yang ada pada awal penciptaannya,
sifat alami manusia, atau sunnah. fitrah adalah kondisi di mana Allah menciptakan
manusia yang menghadapkan dirinya pada kebenaran dan kesiapan untuk
menggunakan pikirannya.7
Dengan demikian arti fitrah dari segi bahasa dapat diartikan sebagai kondisi
awal suatu ciptaan atau kondisi awal manusia yang memiliki potensi untuk cenderung
kepada kebenaran (hanif). Fitrah dalam arti hanif sejalan dengan isyarat al-Qur‘an
yang artinya:
5
Bakhtiar, n. (2016). Metodologi Studi Islam. pekanbaru: Cahaya Firdaus, hal 23.
6
Ibid, hal 23.
7
Bakhtiar, n. (2016). Metodologi Studi Islam. pekanbaru: Cahaya Firdaus, hal 19.
Fitrah yang berarti hanif (kecenderungan kepada kebaikan) dimiliki manusia
karena terjadinya proses persaksian sebelum terlahir ke muka bumi. Persaksian ini
merupakan proses fitriah manusia yang selalu memiliki kebutuhan terhadap agama,
karena itu manusia dianggap sebagai makhluk religius.
Fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat lahirnya
ke dunia. Potensi tersebut dapat dikelompokkan ke dalam dua hal:, yaitu potensi fisik
dan potensi rohaniyah.8 Potensi rohaniyah manusia berupa akal, qalb dan nafsu.
Bukti bahwa manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi beragama ini
dapat dilihat melalui bukti historis dan anthropologis. Masyarakat primitif tidak
pernah mengetahui informasi adanya Tuhan, kemudian mereka mencari dan
mempercayai adanya Tuhan, meskipun tuhan yang disembah sebatas pada
kemampuan akalnya dalam memaknai apa yang ada disekitar mereka. Dengan
menjadikan sungai, pohon, batu dan lainnya sebagai Tuhan karena mengganggap
benda-benda itu telah memberikan penghidupan kepada mereka. Lalu mereka
memujanya dengan memberikan penyembahan dan sesajian. Semua itu pada dasarnya
sebagai curahan dari potensi manusia untuk bertuhan. Tetapi ketika potensi bertuhan
tersebut tidak diarahkan dan tidak mendapat bimbingan yang benar, maka tidak akan
menemukan Tuhan yang sesungguhnya ( yang benar) yaitu Allah. Sebaliknya jika
fitrah manusia mendapat pengarahan yang baik, dan tumbuh dalam keluarga dan
lingkungan yang mendukung, tentunya fitrah itu akan tumbuh dengan subur, dan cara-
cara kebertuhanannya pun akan benar.9
9
Bakhtiar,N . (2016). Metodologi Studi Islam. pekanbaru: Cahaya Firdaus, hal 21.
datang dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam berupa dorongan hawa
nafsu dan bisikan setan. (Lihat Q.S 12:5; 17:53). Sedangkan tantangan dari luar
berupa rekayasa dan upaya-upaya yang dilakukan manusia secara sengaja berupaya
ingin memaling manusia dari Tuhan. Seperti berkembangnya berbagai kebudayaan
dan cara hidup yang sengaja diciptakan untuk memalingkan manusia dari Tuhannya.10
Bibliography
Azra, A. (2002). paradigma baru pendidikan nasional: rekontruksi dan demokratisasi. jakarta: buku
kompas.
10
Bakhtiar, n. (2016). Metodologi Studi Islam. pekanbaru: Cahaya Firdaus, hal 21.