Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PANCASILA

HAKIKAT KETUHAN DAN KEMANUSIAN

Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
ANNISA NURUL SAKINAH BUR (H031221082)
HIDAYATULLAH (H031221057)
ANGELICA REZKY RANTE TASAK (H031221093)
PRISILIA MAYREASKY SANDENNA (H031221080)

Dosen Pembimbing: Andi M Arif Haris, Str, Sos, SpPSM

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022/2023

Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan No. KM.10, Tamalanrea Indah, Kec.


Tamalanrea, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90245, Indonesia.

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Yang Maha Kuasa berkat segala limpahan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya yang telah memberikan kemudahan dan
kesehatan kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sederhana mengenai Hakikat Nilai ketuhanan dan Hakikat
Nilai Kemanusiaan dengan tujuan guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pancasila. Disamping itu makalah ini diharapkan dapat menjadikan sarana
pembelajaran serta menambah wawasan dan pengetahuan.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Andi
M Arif Haris, Str, Sos, SpPSM selaku dosen mata kuliah Pancasila dan dosen
pembimbing serta kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna, karena itulah kami mohon maaf dan dengan kerendahan hati
mengaharapkan saran dan masukan yang bersifat konstruktif dari semua pihak
demi membangun makalah lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat dan kontribusi positif bagi kita semua.

Makassar,10 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….……ii


DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3. Tujuan .................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 4
2.1 Hakikat nilai ketuhanan pada sila pertama.............................................. 4
2.2 Rrealita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara terkait dengan sila
pertama.......................................................................................................... 6
2.3 Solusi terkait masalah yang terjadi yang berhubungan dengan sila
pertama.......................................................................................................... 8
2.4 Hakikat nilai kemanusiaan pada sila kedua........................................... 10
2.5 Realita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara terkait dengan sila
kedua.............................................................................................................12
2.6 Solusi terkait masalah yang terjadi yang berhubungan dengan sila
kedua….........................................................................................................14
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 16
3.1. Kesimpulan ...........................................................................................16
3.2. Saran .....................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah bangsa yang dikenal oleh masyarakat dunia sebagai
bangsa yang beraneka ragam agama, budaya, maupun adat istiadat. Keragaman ini
kemudian menjadi identitas sekaligus menjadi keunikan tersendiri dari bangsa
Indonesia bila dibandingkan dengan negara lainnya di dunia. Seperti umumnya
bangunan yang ada,pondasi menjadi landasan utama atau pertahanan pertama dari
suatu bangunan agar kuat. Indonesia juga demikian, memiliki Pancasila sebagai
dasar negara dan pedoman suatu negara untuk mengambil ketentuan, aturan dan
segala hal keputusan. Pancasila menjadi pondasi awal Indonesia membangun
negara yang kokoh dengan keanekaragamannya baik agama,budaya,ras,suku, dan
masih banyak lagi.
Pancasila pada hakekatnya sistem nilai (Value System) yang merupakan
kristalisasi dari nilai-nilai luhur dan kebudayaan bangsa Indonesia, yang berakar
dari unsur-unsur kebudayaan secara keseluruhan, terpadu menjadi kebudayaan
bangsa Indonesia. Terdapat beberapa pendapat tentang asal mula Pancasila.
Walaupun pendapat tentang asal mula Pancasila berbeda tetapi mempunyai
kedudukan yang sama. Asal mula Pancasila dibedakan menjadi 2, yaitu asal mula
langsung dan asal mula tidak langsung. Asal mula langsung meliputi pembahasan
- pembahasan menjelang dan sesudah proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia, yang menunjukkan aspek langsung Pancasila sebagai dasar negara,
sedangkan asal mula tidak langsung lebih menunjukkan sebelum pada aspek
bahan dalam dimensi historis/sejarah dimasa lampau, khususnya sebelum
kemerdekaan. Pendidikan Pancasila merupakan pendidikan nilai yang bertujuan
membentuk sikap positif manusia sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam pancasila. Membentuk sikap positif bertujuan agar setiap individu dapat
menentukan benar atau tidak benar, baik atau tidak baik.
Pendidikan Pancasila merupakan pendidikan nilai yang sudah semestinya
dipahami oleh setiap tenaga pendidik, oleh karena itu setiap pendidik harus
memahamisifat-sifat nilai yang hendak disampaikan kepada setiap peserta

1
didiknya. Berkaitan dengan sifat-sifat nilai ini, Daroeso (1986: 39) menyatakan
bahwa: (1) Nilai itu suatu realitas abstrak. Nilai itu ada (riel) dalam kehidupan
manusia. Tetapi nilai itu abstrak (tidak dapat diindra), yang dapat diamati
hanyalah objek yang bernilai itu. Orang ini memiliki kejujuran. Kejujuran adalah
nilai, tetapi kita tidak bisa mengidera kejujuran itu. Yang dapat kita indera adalah
orang yang memiliki kejujuran itu; (2) Nilai memiliki sifat normatif artinya nilai
mengandung harapan, cita-cita, suatu keharusan sehingga nilai memiliki sifat
ideal (das sollen). Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan
manusia dalam bertindak. Misal nilai keadilan. Semua orang berharap
mendapatkan dan berperilaku yang mencerminkan nilai keadilan; dan (3) Nilai
berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia adalah pendukung nilai.
Manusia bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang diyakininya. Misal nilai
ketakwaan. Adanya nilai ini menjadikan semua orang terdorong untuk bisa
mencapai derajat takwa. Sehingga di tengah keberagaman ras, suku, budaya, dan
adat istiadat tentunya terdapat rasa toleransi yang harus dijunjung tinggi.
Perselisihan cara pandang yang terjadi antar ras, suku, agama, dan golongan
tertentu merupakan contoh kecil bahwa masyarakat Indonesia belum seutuhnya
memahami toleransi yang harusnya diterapkan sebagai aktualisasi Pancasila
ideologi negara Indonesia. Toleransi itu sendiri menurut Borba (2008: 232)
merupakan sikap saling menghargai tanpa membedakan suku, gender,
penampilan, budaya, keyakinan, kemampuan, atau orientasi seksual.
Berdasarkan nilai nilai yang terkandung didalam pancasila serta masalah
yang muncul berupa pertentangan dan penyimpangan yang terjadi terkait nilai
pancasila khususnya sila pertama dan kedua, menjadi latar belakang penulis
membuat makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah
1. Apakah hakikat nilai ketuhanan pada sila pertama?
2. Bagaimana realita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara terkait
dengan sila pertama?

2
3. Bagaimana solusi terkait masalah yang terjadi yang berhubungan dengan
sila pertama?
4. Apakah hakekat nilai kemanusiaan pada sila kedua?
5. Bagaimana realita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara terkait
dengan sila kedua?
6. Bagaimana solusi terkait masalah yang terjadi yang berhubungan dengan
sila kedua?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1. Mengetahui hakikat nilai ketuhanan pada sila pertama?
2. Mengetahui realita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara terkait
dengan sila pertama?
3. Mengetahui solusi terkait masalah yang terjadi yang berhubungan dengan
sila pertama?
4. Mengetahui hakekat nilai kemanusiaan pada sila kedua?
5. Mengetahui realita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara terkait
dengan sila kedua?
6. Mengetahui solusi terkait masalah yang terjadi yang berhubungan dengan
sila kedua?

3
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Nilai Ketuhanan


Pancasila sebagai ideologi negara menjadi acuan dasar bagi semua
warga negara Indonesia diberbagai sektor kehidupan.Generasi bangsa
merupakan generasi penerus pemegang estafet kepemimpinan. Bangsa
Indonesia harus menjaga dan mempraktikkan nilai-nilai pancasila bagi
kehidupan masyarakat (Asmaroini, 2017).Era revolusi industri 4.0
memungkinkan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni begitu
cepat mempengaruhi kehidupan bangsa Indonesia. Kemajuan ini menuntut
generasi bangsa untuk dapat menyesuaikan akan perkembangannya.
Keinginan kita untuk selalu maju agaknya banyak berdampak dan
membawa pengaruh bagi bangsa ini, baik itu berupa dampak positif
maupun negatif. Kemajuan teknologi memungkinkan terjadinya
otomatisasi hampir di semua aspek kehidupan Ngafifi, M. (2014). Namun
berbagai dekadensi moral seperti kriminalitas, semakin banyaknya korupsi,
kolusi dan nepotisme, radikalisme, kejahatan seksual, kehidupan yang
konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif, dan lain-lain yang
seringkali menjadi wacana hangat dan tiada hentinya untuk dibicarakan
hingga saat ini fenomena tersebut seakan-akan merupakan hal yang biasa
dan akrab di dengar oleh masyarakat kita.
Dalam hal keragaman agama di Indonesia nenek moyang bangsa
Indonesia sejak dahulu sudah mewariskan semangat saling hormat
menghormati antar pemeluk agama yang lain sebelum mengenal Pancasila.
Sehingga dikemudian hari nilai-nilai luhur tersebut diadopsi oleh Presiden
Soekarno dalam merumuskan Pancasila secara khusus pada makna
Pancasila sila pertama yang mana negara hadir untuk merangkul dan
memperlakukan semua agama sama derajatnya dan sekaligus masyarakat
diajak untuk saling menghormati antar pemeluk agama lain di Indonesia.

4
Sila pertama Pancasila dan Piagam Jakarta memiliki sejarah yang
tidak bisa dilepaskan dari sejarah awal dalam perumusan Pancasila. Pada
tanggal 1 Maret 1945, pembentukan BPUPKI oleh pemerintahan Jepang.
Jika diteliti, bahwa Soekarno yang menempatkan sila ke-Tuhanan (tanpa
yang Maha Esa) pada bagian akhir, dan kita juga mengenal Mohammad
Hatta menambahkan (yang Maha Esa). Pada 31 Mei 1945 Mohammad
Hatta mengamati timbulnya pertentangan yang tajam antara kelompok
pertama oleh anggota-anggota ahli agama mengusulkan supaya Indonesia
didirikan sebagai negara Islam dan kelompok kedua memisahkan urusan
negara dan urusan Islam, dengan perkataan lain bukan negara Islam. Hatta
menjelaskan: “Mendirikan negara Islam di Indonesia berarti mendirikan
negara yang akan mempersatukan diri dengan golongan terbesar, yaitu
golongan Islam maka tentu akan timbul rasa minder soal golongan agama
minoritas. Meskipun negara Islam akan menjamin dengan sebaikbaiknya
kepentingan golongan-golongan lain itu akan tetapi golongan
agama-agama kecil tidak bisa mempersatukan dirinya dengan negara
Indonesia.”
Sikap Moh. Hatta menyadari bahwa penolakan terhadap pesan
tersebut akan mengakibatkan pecahnya negara Indonesia Merdeka yang
baru saja dicapai. Oleh karena itu, Hatta mengatakan kepada opsir
pembawa pesan tersebut, bahwa pesan penting itu akan disampaikan dalam
sidang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) esok hari
(tanggal 18 agustus 1945). Keesokan harinya, sebelum sidang BPUPKI
dimulai, Hatta mengajak Ki Bagus Hadikusumo, Wakhid Hasyim, Kasman
Singodimejo dan Teuku Hasan untuk rapat pendahuluan. Mereka
membicarakan pesan penting tentang keberatan terhadap rumusan
Pancasila Piagam Jakarta. Hasilnya, mereka sepakat agar Indonesia tidak
pecah, maka sila pertama (dalam rumusan Piagam Jakarta) diubah menjadi
“Ketuhanan Yang Maha Esa” Rumusan Pancasila dalam Pembukaan UUD
1945 adalah sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.

5
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Perlu diketahui bahwa, sila Ketuhanan Yang Maha Esa, tidak mesti
harus dipahami menurut akidah (pandangan atau sumber keyakinan) Islam.
Namun di dalam Pancasila setiap agama-agama diberikan ruang, untuk
memberikan tafsiran terhadap sila pertama Pancasila (Schumann, 2000, p.
82). Tafsiran agama-agama terhadap sila Ketuhanan Yang Maha Esa harus
mendukung semangat membangun persatuan bangsa di Indonesia
(Sitompul, 2011, p. 230).
Adapun butir-butir Pancasila sila pertama di antaranya sebagai
berikut: (1) Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab. (2) Hormat menghormati dan bekerja
sama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang
berbeda sehingga terbina kerukunan hidup. (3) Saling menghormati
kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
(4) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain
(Darmaputera, 2002, p. 7-8).
2.2 Realita dalam masyarakat pada penerapan nilai sila pertama
Saat ini banyak persoalan yang memperlihatkan semakin
menipisnya toleransi dalam relasi umat beragama di Indonesia. Padahal
bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama serta mengakui sila
pertama Pancasila berserta dengan maknanya, sehingga idealnya
keharmonisan hubungan antar pemeluk agama bisa terlihat di ruang
publik. Namun kenyataannya gerakan intoleran radikal yang selalu
bergerak dengan mengatasnamakan agama, membuat bangsa Indonesia
mengalami ancaman disintegrasi.

6
Dalam pembahasan ini, kitalah yang menjadi fokus utama sebagai
peran penting dalam membangun kemajuan kehidupan berbangsa dan
bernegara melalui nilai-nilai pancasila. Nilai-nilai tersebut didapatkan dari
pemahaman mengenai sila pertama yang terdapat pada pancasila. Karena
pada kenyataannya setiap sila mempunyai nilai serta visi dan misi yang
berbeda-beda. Namun, pancasila memiliki harapan dan cita-cita yang sama
yaitu ingin memajukan bangsa Indonesia.Pada realita yang terjadi,
pengaktualisasiaan nilai-nilai oleh masyarakat dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara masih rendah. Berdasarkan data yang diperoleh
mengungkapkan bahwa aktualisasi nilai-nilai pancasila masih belum
sepenuhnya teralisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
terutama pada sila pertama.
Aktualisasi nilai-nilai Pancasila khususnya sila KetuhanannYang
Maha Esa di era sekarang ini menurut penulis pada kenyataannya memang
belum sesuai dengan yang diharapkan oleh the founding fathers pada saat
merumuskannya. Hal ini dikarenakan dampak negatif dari arus globalisasi
yang tak terbendung untuk menguasai Indonesia, akibatnya yang
kemudian timbul adalah degradasi moral. Sebagian penduduk Indonesia
kehilangan jati diri bahkan tidak mengenal identitas nasional bangsanya
(lost generation). Hal yang paling ironis adalah berubahnya pandangan
hidup, pola hidup (life style) yang tidak mencerminkan nilai-nilai
Pancasila khususnya nilai-nilai Ketuhanan akan tetapi sudah beralih pada
paham sekulerisme, paham materialisme, hedonisme, paham golongan
tertentu dan lainnya. Berubahnya pandangan hidup ini berakibat
mudahnya generasi muda terjerumus ke dalam perbuatan-perbuatan yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai agama, misalnya melalui media baik online
maupun televisi hampir tiap hari kita mendengar seseorang menganiaya
orang yang lain bahkan sampai menghilangkan nyawanya hanya karena
hal sepele, korupsi merajalela, selain itu merosotnya nilai fundamental
nilai-nilai luhur Pancasila ini juga dijadikan alat oleh segolongan
kelompok tertentu untuk mewujudkan tujuannya.

7
Contoh penyimpangan pada sila pertama yang berbunyi ‘ketuhanan
yang maha Esa’. Ketuhanan yang maha Esa sendiri mengandung arti
keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai sang pencipta. Bangsa
indonesia merupakan bangsa yang religius, setiap individu berhak
memeluk agama sesuai keyakinan masing-masing tetapi tetap saling
menghormati dan tidak ada diskriminatif antar umat agama. Contoh
penyimpangan pada sila pertama ini yaitu gerakan radikal kelompok
tertentu yang mengatasnamakan agama, tidak ada sikap toleransi pada
sesama, fanatisme yang bersifat anarki, pembunuhan dan lain lain.
Masyarakat Indonesia pernah dihebohkan dengan terjadinya bom
bunuh diri di Surabaya Jawa timur pada 13-14 Maret 2018. Ledakan
terjadi di tiga Gereja dan beberapa hari kemudian ledakan kembali terjadi
di area kantor polisi yang menyebabkan beberapa korban. Perlakuan
terorisme sendiri jelas sangat menyimpang beberapa nilai-nilai pancasila,
salah satunya sila pertama yang berbunyi ‘ketuhanan yang maha Esa’.
Selain sila pertama, terorisme tersebut juga menyimpang pada sila ke dua
dan tiga. Terorisme di Indonesia sendiri dapat disebabkan karena
kurangnya akan pemahaman nilai-nilai Pancasila yang sesungguhnya. Dari
kasus bom bunuh diri tersebut dikatakan bahwa alasan pelaku melakukan
bom bunuh diri yaitu jihad, hal tersebut sangat menyimpang nilai sila
pertama tentang Ketuhanan Yang Maha Esa yang mana menghilangkan
nyawa seseorang walau alasannya adalah berjihad dan membela agama.
Menurut saya tindakan dari pemerintah sangat diperlukan untuk
menghindari terjadinya tindakan provokasi terhadap kerukunan umat
agama. Banyaknya kasus bom yang terjadi menunjukkan kegagalan
pemerintah dalam menjaga kerukunan umat beragama yang notabennya
indonesia terdiri dari beragam agama.
2.3 Solusi terkait masalah dalam penerapan nilai sila pertama
Indonesia belum menunjukkan kemerdekaan yang seutuhnya.
Berbagai persoalan yang melanda negeri kita tercinta ini yang semakin
rumit mulai dari korupsi yang dilakukan oleh pejabat pemerintah

8
khususnya menyebabkan hilangnya kepercayaan (trust) sebagian
penduduk Indonesia kepada pemerintah yang sedang berkuasa,
meningkatnya kriminalitas yang hampir setiap hari menjadi konsumsi
publik melalui media elektronik (televisi dan online) maupun media massa
non elektronik seolah-olah menggambarkan realitas bangsa yang jauh dari
makna kemerdekaan. Beberapa solusi yang dapat direalisasikan terkait
masalah dalam sila pertama yaitu :
1. Penyuluhan tentang nilai-nilai keagamaan sejak dini, mulai dari
lingkungan keluarga dan di lingkungan pendidikan formal jenjang
TK sampai Perguruan Tinggi.
2. Figur keteladanan, dimulai dari lingkungan keluarga karena orang
tua menjadi role model bagi anak-anaknya. Selain itu dalam
lingkup kenegaraan dibutuhkan seorang pemimpin yang konsisten
dengan aturan hukum sehingga mampu berlaku adil dan
melahirkan kehidupan yang sejahtera dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3. Tayangan di media (televisi), hendaknya memperbanyak tayangan
yang sekaligus mengandung nilai moral positif, yang
menggambarkan tentang nilai-nilai dan budaya bangsa Indonesia.
Mengingat tayangan-tayangan di televisi merupakan informasi
yang langsung diterima dan disaksikan khususnya oleh para
generasi muda (khususnya anak-anak).
4. Penegakan hukum, hendaknya penegakan hukum benar-benar
sesuai dengan prinsip keadilan agar tindak kriminalitas dapat
diminimalisir dan tercapailah negara Indonesia yang sejahtera
aman dan damai (Baldatun Thayyibatun warabbun ghofuur).
5. Penghayatan dan pengamalan nilai-nilai Pancasila khususnya sila
Ketuhanan Yang Maha Esa dalam kehidupan bermasyarakat
berbangsa dan bernegara.

9
Adapun peran mahasiswa dalam menghadapi masalah pada sila
pertama di kampus yaitu :
1. Mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta
segala sesuatu dengan sifat-sifat yang sempurna dan suci seperti
Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha Adil, Maha Bijaksana dan
sebagainya.
2. Tidak mengikuti organisasi yang tidak sejalan dengan nilai sila
pertama agar dapat terhindar dari radikalisme.
3. Saling membantu dalam kehidupan beragama.
4. Saling menghormati pemeluk agama lain dan melaksanakan
keyakinan masing-masing tanpa saling mengganggu untuk
menjaga kerukunan beragama dan NKRI
5. Mahasiswa harus menerapkan akhlak dari ajaran agama yang
dianut dapat membantu dalam pembentukan karakter bangsa.
Secara garis besar mengandung makna bahwa Negara melindungi
setiap pemeluk agama untuk menjalankan ibadahnya sesuai dengan ajaran
agamanya. Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada
orang lain. Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan
beragama. Dan bertoleransi dalam beragama, yakni saling menghormati
kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing.
2.4 Hakikat Nilai Kemanusiaan
Pancasila merupakan cerminan karakter bangsa dan negara
Indonesia yang beragam, hal itu dapat terlihat dari fungsi dan kedudukan
pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia, kepribadian bangsa, pandangan
hidup bangsa, sarana tujuan hidup dan pedoman bangsa Indonesia.
Sebagai warga negara yang setia kepada nusa dan bangsa haruslah mau
mepelajari dan menhayati pancasila yang sekaligus sebagai dasar filsafat
negara ( Kaelan dan Zubaidi, Ahmad. 2007 ). Negara Pancasila adalah
suatu negara yang didirikan, dipertahankan dan dikembangkan dengan
tujuan untuk melindungi dan mengembangkan martabat dan hak-hak azasi

10
semua warga bangsa Indonesia (kemanusiaan yang adil dan beradab), agar
masing-masing dapat hidup layak sebagai manusia, mengembangkan
dirinya dan mewujudkan kesejahteraannya lahir batin selengkap mungkin,
memajukan kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir batin seluruh
rakyat dan mencerdaskan kehidupan bangsa “keadilan sosial” (Kirdi
Dipuyo. 1979:30).
Menurut Notonagoro dalam buku (Sunoto, 1991:50) berpendapat
bahwa Pancasila merupakan dasar negara yang menjadi pandangan hidup
dan menjadi alat pemersatu bangsa. Nilai yang tertera pada lima sila
tersebut, merupakan ideologi yang digunakan sebagai pedoman kehidupan
berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Bangsa Indonesia sangat mengenal hakikat kemanusiaan karena
kita adalah bangsa yang pernah merasakan penjajahan dimana perbudakan
sangat dirasakan membuat para pemimpin kemerdekaan dan penggagas
bangsa memikirkan sebuah dasar negara yang didalamnya terdapat nilai
kemanusiaan.
Pengamalan sila kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung
nilai kesamaan derajat maupun kewajiban dan hak, cinta mencintai,
hormat menghormati, keberanian membela kebenaran dan keadilan,
toleransi, dan gotong royong. Nilaikemanusiaan yang adil mengandung
makna bahwa hakekat manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan
beradab harus berkodrat adil. Hal ini mengandung suatu pengertian bahwa
hakekat manusia harus adil dalam hubungan diri sendiri, adil terhadap
manusia lain, adil terhadap masyarakat, bangsa dan negara, adil terhadap
lingkungannya serta adil terhadap Tuhan yang Maha Esa. Dari ketetapan
Pancasila bukan hanya rumusan yang terbentuk secara instan tanpa
memiliki sumber yang kuat, melainkan pancasila adalah rumusan dasar
negara yang bersumber pada nilai – nilai moral kepribadian bangsa
Indonesia, baik nilai agama, sosial dan budaya yang telah melekat
bersamaan dengan eksistensi bangsa Indonesia (Aulia dalam seminar
nasional: aktualisasi nilai – nilai Pancasila di era reformasi).

11
MPR-RI No. II/MPR /1978 di atas dapat dimaknai bahwa bentuk
bentuk nilai sila kemanusiaan yang adil dan beradab yang seharusnya
dapat dijadikan pedoman dalam berperilaku baik di lingkungan sekolah
maupun dilingkungan masyarakat adalah
1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat
dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan
2. Saling mencintai sesama manusia
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa
4. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain
5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
6. Senang melakukan kegiatan kemanusiaan
7. Berani membela kebenaran dan keadilan
8. Bangga menjadi warga negara Indonesia.
Nilai- nilai sila kedua mengakui persamaan derajat, persamaan hak,
dan persamaan kewajiban antara sesama manusia. Semua orang memiliki
derajat yang sama dan persamaan hak di dalam menentukan hidupnya
kearah yang lebih baik atau kearah yang lebih buruk, setiap orang
memiliki hak untuk mendapat perlindungan, memiliki agama, antara
sesama manusia berhak untuk membantu orang lain yang sedang dalam
kesusahan dan berhak memberikan pertolongan kepada orang yang
membutuhkan dengan hati yang ikhlas. Semua orang yang hidup didunia
ini semuanya sama, baik dari warna kulit yang sama maupun suku yang
sama dari itu seharusnya rasa kebencian terhadap sesama harus
dihilangkan”. Nilai- nilai sila kedua saling mencintai sesama manusia.
Harus diwujudkan demi mencapai perdamaian manusia kadang harus
mengerti terhadap manusia lainnya dalam kehidupan, untuk mencegah
manusia dari perbuatan atau sesuatu yang buruk.

2. 5 Realita dalam masyarakat pada penerapan nilai sila pertama


Belakangan ini ada banyak kasus yang memperlihatkan bahwa
kualitas hukum di negeri kita ini sudah mulai tidak berjalan semestinya

12
bahkan sila-sila Pancasila yang menjadi landasan hukum pun kini mulai
diacuhkan banyak aparat yang bertindak sewenang-wenang nya atau
bahkan tidak bertanggung jawab khususnya kasus yang ramai dibicarakan
oleh publik yang di mana Brigjen polisi menembak anak buah nya sendiri
yang tak lain memiliki profesi yang sama.
Berdasarkan realita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
terkait sila Pancasila yang kedua kami mengambil kasus dari Ferdy Sambo
yang merupakan mantan perwira tinggi polri dengan pangkat inspektur
jenderal polisi yang tega membunuh Nofriansyah Yosua Hutabarat atau
yang dikenal dengan sebutan brigadir j yang di mana pembunuhan itu
terjadi di rumah dinas Ferdy Sambo di Jalan Duren Tiga, Pancoran, Jakarta
Selatan, pada Jumat 8 Juli 2022. Pembunuhan ini melibatkan 5 tersangka
yakni Bharada Richard Eliezer atau Bharada E, Irjen Ferdy Sambo, Bripka
Ricky Rizal, Kuat Ma'ruf, dan istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi.
Dengan kronologi Sekitar pukul 08.00 WIB pagi, Ferdy Sambo berangkat
ke Jakarta tetapi tidak diketahui bersama dengan siapa.
Setelah Ferdy Sambo pergi ke Jakarta, maka di rumah itu tinggal
Bharada Eliezer, Bripka Ricky, Kuat Ma'ruf, Putri Candrawathi, Susi, dan
bayi (anak Ferdy Sambo dan Putri). Belum ada tanda-tanda terjadi kondisi
mencekam hingga sore hari. Lalu sekitar pukul 17.00WIB, Bripka Ricky
dan Bharada Eliezer tengah berada di sekolah Taruna Nusantara Magelang
untuk mengantar bekal untuk anak Ferdy Sambo. Secara tiba-tiba, Putri
menelpon Bharada Eliezer dengan maksud ingin berbicara dengan Bripka
Ricky. Putri menelpon dengan menangis. Setelah Bripka Ricky menerima
telepon dari Putri, mereka langsung tancap gas kembali ke rumah. Ketika
itu Ferdy Sambo menyuruh Bripka Ricky untuk memanggil Brigadir J.
Ketika masuk ke dalam rumah, Ferdy Sambo langsung menyuruh
Brigadir J untuk jongkok serta dijambak.
Kemudian, Ferdy Sambo memerintahkan Bharada Eliezer untuk
menembak Brigadir J. “Lalu Bharada E diperintahkan untuk menembak.
Dan ia pun menembak sebanyak tiga kali.

13
Dan dari kasus ini kita belajar bahwa penerapan sila kedua
Pancasila terkadang tidak diamalkan karena sampai sekarang kejadian ini
belum menemukan titik terang bahkan motif dan kejadian perkara belum
jelas. Karena kalau Polri gagal menegakkan Sila ke 2, maka dalam
pelaksanaannya di masyarakat, hanya akan melahirkan ketidakadilan dan
penderitaan masyarakat. Serta Desakan masyarakat agar kasus
pembunuhan Brigadir Yosua secara sadar maupun tak sadar menurut Zeth
Kobar adalah cerminan dari tuntutan masyarakat Pancasila.
Direktur Pancasila Watch, Zeth Kobar Warouw, SH Rabu (10/8)
menyatakan Presiden Jokowi dan kapolri membuktikan bahwa lembaga
hukum Polri harus bisa menjunjung tinggi Sila Kemanusiaan Yang Adil
dan Beradab agar bisa bertanggung jawab terhadap keamanan masyarakat.

2.6 Solusi terkait masalah dalam penerapan nilai sila kedua


Atensi dari Presiden Joko Widodo kepada pihak yang berwenang
untuk menyelesaikan kasus ini atau memberikan solusi agar masyarakat
juga bisa tenang dan tetap menjaga kepercayaan nya kepada pihak
kepolisian yakni sudah tiga kali memberikan atensi terhadap kasus
kematian Brigadir J.
1. Komentar pertama Jokowi atas kasus ini pertama disampaikan pada
12 Juli 2022.Saat itu kepala negara baru saja selesai meninjau Balai
Besar Penelitian Tanaman Padi, di Subang, Jawa Barat.Jokowi tak
memberikan komentar panjang, dia hanya menegaskan soal proses
hukum. "Proses hukum harus dilakukan,"
2. Tanggal 13 Juli 2022, ketika bertemu dengan sejumlah pemimpin
redaksi media massa di Istana Negara, presiden menekankan soal
keterbukaan dalam penanganan kasus tersebut.”Tuntaskan, jangan
ditutupi, terbuka. Jangan sampai ada keraguan dari masyarakat"
3. Di Pulau Rinca, Nusa Tenggara Barat, 21 Juli 2022, Presiden
kembali menegaskan tidak boleh ada yang ditutup-tutupi dari kasus
tewasnya Brigadir J.Presiden pun mengingatkan soal kepercayaan

14
masyarakat terhadap Polri "Saya kan sudah sampaikan, usut tuntas.
Buka apa adanya. Jangan ada yang ditutup-tutupi/ Transparan "Itu
penting agar masyarakat tidak ada keragu-raguan terhadap peristiwa
yang ada. Ini yang harus dijaga, kepercayaan publik terhadap polri
harus dijaga,"
Solusi dari pihak berwenang:
1. Mabes Polir meminta kuasa hukum Brigadir J untuk mengajukan
Ekshumasi.Ekshumasi ialah pembongkaran kuburan yang dilakukan
oleh pihak berwenang. Dan nantinya akan dilakukan oleh dokter
forensik dengan kemampuan mumpuni.
2. Seluruh pihak kepolisan turut andil dalam mengusut tuntas kasus ini
walaupun kasus ini belum menemukan titik terang atau dengan kata
lain belum ada solusi yang tepat dalam menyelesaikan permasalahan
ini tetapi semua pihak sudah melakukan tugas dan tanggung
jawabnya
Ada pun solusi mahasiswa terkait sila kedua yakni
1. Mengakui persamaan derajat sebagai mahasiswa, persamaan hak,
menghargai perbedaan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis
kelamin, kedudukan sosial, warna kulit
2. Mengakui dan memperlakukan teman sesuai harkat dan martabatnya
sebagai makhluk ciptaan Tuhan
3. Mengakui dan menghargai kesamaan drajat antar umat manusia
4. Tidak berlaku semena-mena terhadap orang lain,
5. Harus berani membela kebenaran
6. Saling menghormati dan bekerjasama sesama mahasiswa.

15
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pancasila merupakan landasan dan pondasi yang kokoh bagi bangsa
Indonesia serta memiliki berbagai macam makna dan nilai yang terkandung dalam
setiap sila silanya. Adapun butir-butir Pancasila sila pertama di antaranya sebagai
berikut: (1) Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab. (2) Hormat menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama dan
penganut-penganut kepercayaan yang berbeda sehingga terbina kerukunan hidup.
(3) Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya. (4) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada
orang lain. Nilai- nilai sila kedua mengakui persamaan derajat, persamaan hak,
dan persamaan kewajiban antara sesama manusia. Semua orang memiliki derajat
yang sama dan persamaan hak didalam menentukan hidupnya kearah yang lebih
baik atau kearah yang lebih buruk, setiap orang memiliki hak untuk mendapat
perlindungan, memiliki agama, antara sesama manusia berhak untuk membantu
orang lain yang sedang dalam kesusahan dan berhak memberikan pertolongan
kepada orang yang membutuhkan dengan hati yang ikhlas.
3.2 Saran
Nilai nilai yang terkandung dalam sila pancasila merupakan hal yang
wajib untuk dipahami karena ini menjadi langkah awal kita sebagai warga
Indonesia untuk mengamalkan apa yang menjadi kewajiban kita. Oleh karena itu,
dengan dituliskannya makalah ini diharapkan mampu menjadi bacaan yang
berkualitas bagi pembaca serta dapat memahami betapa pentingnya nilai yang
terkandung dalam pancasila,khususnya sila pertama dan kedua. Makalah ini masih
jauh dari kata sempurna dan diharapkan kepada pembaca untuk memberikan kritik
dan saran yang membangun untuk mengetahui kesalahan kami dan untuk
membuat makalah kami lebih baik lagi.

16
DAFTAR PUSTAKA
Adnan Buyung Nasution, Aspirasi Pemerintah Konstitusional di Indonesia Studi
Sosio Legal atas Konsituante 1956-1959 (Jakarta: Grafiti, 2009), 59.
Amalia,Syalwa Poetrie Chiekal.,Dewi,Dinie Anggraeni. 2021. Pengaktualisasian
Nilai Nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara oleh
mahasiswa.Availableat
https://journalstkippgrisitubondo.ac.id/index.php/EDUSAINTEK/article/
download/124/217
Aminullah. 2021 Implementasi nilai nilai pancasila dalam kehidupan masyarakat.
Availableat
https://e-journal.undikma.ac.id/index.php/jiim/article/viewFile/160/150
Antari,Luh Putu Swandewi.,Liska Luh De. 2020. Implementasi nilai nilai
pancasila dalam penguatan karakter bangsa. Available at
https://ojs.mahadewa.ac.id/index.php/widyadari/article/download/916/74
7
Aristin,Rini.2020. Aktualisasi sila Ketuhanan Yang Maha Esa di era reformasi.
Available at
https://ejournal.stital.ac.id/index.php/alibrah/article/download/9/6/
Aritonang,Arthur. 2021. Pandangan agama agama terhadap sila pertama
pancasila. Available at
https://www.journaltiranus.ac.id/index.php/pengarah/article/download/44
/34
Asmarini, A. P. (2017). Menjaga Eksistensi Pancasila dan Penerapannya Bagi
Masyarakat di Era Globalisasi. Jurnal Pancasila dan
Kewarganegaraan,1(2), 50-64.
Borba, Michele (2008). Membangun Kecerdasan Moral. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama
Darmaputera, Eka. 1988. Pancasila Identitas dan Modernitas: Tinjauan Etis dan
Budaya, Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Daroeso, Bambang. 1986. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila.
Semarang: Aneka Ilmu.Notonegoro dalam Fauzi, Rahmat. 2009.

17
Pengertian Nilai. Online. Diakses pada tanggal 8 Februari 2013 melalui
http://uzey.blogspot.com/2009/09/pengertian-nilai.html.
Deliar Noer, Islam, Pancasila Dan Asas Tunggal (Jakarta: Yayasan Perkhidmatan,
1983), 108.
Dewantara, A. (2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini.
Juniarti,Iga Ghufrani.,Furnamasari,Yayang Furi.,Dewi,Dinie Anggraeni.2021.
Implementasi Nilai-nilai yang terdapat pada Sila Kedua Pancasila
Terhadap Kehidupan Bangsa. Available at
https://www.jptam.org/index.php/jptam/article/download/2139/1877
Kaelan dan Achmad Zubaidi. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk
Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Paradigma.
M. Ngafifi, "Life, Advances In Technology And Patterns Of Human," Jurnal
Pembangunan Pendidikan, Vol. 2, Pp. 33-47, 2014.
H, Teddy Ardianto.11 Agustus 2022, 09:28 WIB. Pancasila Watch: Bongkar
Kasus Jenderal Ferdy Sambo. beritajatim.com. Avaible at
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&cd=&authuser=1&ved
=2ahUKEwiCjK7mpYL6AhXvaGwGHQqpCiEQFnoECAYQAQ&url=
https%3A%2F%2Fberitajatim.com%2Fhukum-kriminal%2Fpancasila-
watch-bongkar-kasus-jenderal-ferdy-sambo%2F&usg=AOvVaw3ZkPb
1z1iaVRDmkNY_eTld

Schumann, G.L. and C.J. D’Arcy. 2006. Essential Plant Pathology. NewYork:
APS Press.

Sunoto. 1988. Mengenal Filsafat Pancasila Pendekatan melalui: Sejarah dan


Pelaksanaannya. Yogyakarta: PT. Hanindita Offset.

Zaenuddin,Muhammad.,TvOne,Tim. 29 Agustus 2022-06:18 WIB. Kronologi


lengkap kasus Brigadir J,dari skenario palsu hingga dikumpulkannya 5
tersangka di lokasi penembakan. Avaible at
https://www.tvonenews.com/berita/nasional/63620-kronologi-lengkap-k
asus-brigadir-j-dari-skenario-palsu-hingga-dikumpulkannya-5-tersangk
a-di-lokasi-penembakan

18

Anda mungkin juga menyukai