Anda di halaman 1dari 22

LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTIKUM KIMIA FISIKA


SEL ELEKTROKIMIA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK : 15 (LIMA BELAS)
PROGRAM STUDI : TEKNIK KIMIA

NAMA NIM
DITA PUSPITA DHOWI 2109066012
M. HERNANDI SOEBAGYO 2109066032
MITHA 2109066034

Samarinda, 15 Juni 2022

Dosen Pembimbing Asisten Praktikum

Tantra Diwa Larasati, S. T., M. T. Juliyanti


NIP. 19930529 201903 2 020 NIM. 2009066033
PERCOBAAN 7
SEL ELEKTROKIMIA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari aspek elektronik dari reaksi kimia.
Elemen yang digunakan dalam reaksi elektrokimia dikarakteristikkan dengan
banyaknya elektron yang ditimbulkan oleh perubahan energi kimia listrik
ataupun sebaliknya. Dua macam sel elektrokimia yaitu sel volta dan sel
elektrolisis. Suatu sel elektrokimia terdiri dari dua elektroda yang disebut katoda
dan anoda.

Sel elektrolisis adalah sel yang menggunakan arus listrik untuk menghasilkan
reaksi redoks yang diinginkan dan digunakan secara luas di masyarakat kita.
Baterai aki yang dapat diisi merupakan salah satu contoh aplikasi sel elektrolisis
dalam kehidupan sehari-hari. Reaksi yang sedang diisi dengan kembali
(recharge) mengubah energi listrik yang diberikan menjadi produk berupa bahan
kimia yang diinginkan. Air H2O dapat diuraikan dengan sel elektrolisis.

Energi kimia yang kita ketahui ternyata dapat menghasilkan energi listrik
begitulah kira-kira. Pada tahun 1799, Alessandro Volta membuat alat yang dapat
mengubah suatu energi kimia menjadi energi listrik, biasanya alat ini disebut
dengan sel volta. Sebagai bentuk apresiasi atas penemuannya. Tapi, ternyata ada
syarat agar energi listrik dapat dihasilkan yakni reaksi kimia yang berlangsung
harus berlangsung secara spontan. Sel volta adalah suatu sel elektrokimia yang
terdiri dari 2 buah elektroda yang dapat menghasilkan energi listrik akibat
terjadinya reaksi redoks secara spontan pada kedua elektroda.

Oleh karena itu percobaan atau praktikum ini ditimbang perlu untuk dilakukan
agar praktikan dapat mengetahui ilmu tentang sel elektrokimia dan diharapkan
praktikan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, serta diharapkan
praktikan dapat mengetahui ilmu khususnya di dalam bidang sel elektrokimia.
1.2 Tujuan Percobaan
a. Untuk mengetahui Eºsel perhitungan pada sel volta.
b. Untuk mengetahui penyebab terjadinya reaksi yang ditimbulkan oleh ruang
katoda dan anoda pada sel elektrolisis.
c. Untuk mengetahui urutan susunan kereaktifan logam yang digunakan pada
percobaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sel elektrokimia merupakan pemanfaatan arus listrik yang dihasilkan dari sebuah reaksi
kimia ataupun arus listrik yang menyebabkan terjadinya suatu reaksi kimia.
Pemanfaatan saat ini banyak digunakan untuk menghasilkan teknologi yang terbarukan.
Sel elektrolisis dan juga sel volta adalah salah satu hasil terapan dari sel elektrokimia
yang menggunakan media elektroda dan larutan elektrolit. Hingga saat ini sel
elektrokimia masih memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari
(Ridwan, 2016).

Elektrolisis merupakan proses kimia yang merubah energi listrik menjadi energi kimia.
Sel elektrolisis merupakan salah satu hasil terapan dari sel elektrokimia yang
menimbulkan terjadi reaksi redoks yang tidak spontan, dengan adanya energi listrik dari
luar sel elektrolisis memanfaatkan energi listrik untuk menjalankan reaksi non-spontan,
yang di mana lingkungan melakukan kerja terhadap sistem. Potensial sel dari sel
elektrolisis adalah negatif, dimana dalam keadaan normal tidak akan terjadi reaksi dan
reaksi dapat terjadi apabila diinduksi dengan energi listrik dari luar (Khopkar, 1990).

Sel volta atau sel galvani merupakan salah satu terapan dari sel elektrokimia yang
dimana sel ini merubah energi bebas dari suatu reaksi kimia menjadi energi listrik.
Dalam sel volta reaksi oksidasi reduksi berlangsung dengan spontan yang dimana
potensial selnya adalah positif (Khopkar, 1990).

Sel volta sangat penting dan sering ditemukan di dalam kehidupan sehari-hari
contohnya pada aki. Aki adalah jenis baterai yang banyak digunakan untuk kendaraan
bermotor, sel aki terdiri atas Pb (timbal) yang menjadi anoda dan PbO 2 (timbal (IV)
oksidasi) yang menjadi katoda. Sedangkan dalam sel elektrolisis, aplikasi dari sel
elektrolisis yang paling sering dijumpai adalah pada saat produksi zat misalnya logam
logam alkali, magnesium, aluminium, fluorin dan natrium hidroksida (Oxtoby, 2001).
Redoks adalah reaksi kimia yang disertai dengan perubahan bilangan oksidasi. Serial
reaksi redoks terdiri atas reaksi-reaksi oksidasi dan reduksi. Reaksi oksidasi adalah
reaksi kimia yang ditandai dengan kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi
adalah reaksi kimia yang ditandai dengan penurunan bilangan oksidasi. Bilangan
oksidasi didefinisikan sebagai muatan yang dimiliki suatu atom jika seandainya elektron
diberikan kepada atom lain yang keelektronegatifannya lebih kecil dan lebih positif.
Sedangkan atom yang keelektronegatifannya lebih besar memiliki bilangan oksidasi
negatif (Dogra, 2005).

Adanya arus listrik berupa elektron pada sel volta disebabkan karena adanya beda
potensial antara kedua elektroda yang biasanya disebut dengan potensial sel (Eº) atau
gaya gerak listrik. Potensial sel yang diukur pada keadaan standar disebut dengan
potensial sel-sel standar (Eºsel). Nilai dari potensial sel dapat ditentukan dengan rumus
sebagai berikut :

Eºsel = Eºkatode - Eºanode..............................................(2.1)


(Atkins, 1999).

Perbedaan antara pada sel elektrolisis dengan sel volta dapat ditentukan dengan jika sel
elektrolisis merupakan reaksi yang mengubah energi listrik menjadi energi kimia di
mana katodanya negatif dan anoda positif, proses terjadinya dalam wadah yang sama
berisi cairan dan elektrolit. Sedangkan pada sel volta merupakan reaksi yang mengubah
energi kimia menjadi sel energi listrik dan proses terjadinya dalam wadah yang berbeda
yang dihubungkan oleh jembatan garam (Dogra, 2005).

Jembatan garam terdiri atas pipa berbentuk U yang berisi agar-agar yang mengandung
garam kalium klorida. Fungsi dari jembatan garam adalah untuk mempertahankan
kenetralan medium elektrolit tempat barang elektrode berada (Iman, 2008).

Deret volta adalah deret yang menyatakan unsur-unsur logam berdasarkan potensial
elektroda standarnya. Kegunaan deret volta ini adalah untuk menjadi acuan, apakah
logam ini dapat bereaksi dengan logam lain atau tidak. Deret ini terdiri dari Li, K, Ba,
Sr, Ca, Na, Mg, Al, Mn, Zn, Cr, Fe, Cd, Co, Ni, Sn, Pb, H, Sb, Bi, Cu, Hg, Ag, Pt, Au.
Semakin ke kiri kedudukan suatu logam dalam deret tersebut maka logam akan semakin
reaktif. Berikut adalah data E°V yaitu:
Tabel 2.1 Deret Volta
No. Reaksi Setengah Sel Eº (Volt)
1.
Li+ (aq) + e- Li (s) -3,05
+ -
2.
K (aq) +e K (s) -2,92
2+ -
3.
Ba (aq) +e Ba (s) -2,90
2+ -
4.
Ca (aq) +e Ca (s) -2,76
+ -
5.
Na (aq) +e Na (s) -2,71
2+ -
6.
Mg (aq) +e Mg (s) -2,37
3+ -
7.
Al (aq) +e Al (s) -1,66
2+ -
8.
Zn (aq) +e Zn (s) -0,76
+ -
9.
Cr (aq) +e Cr (s) -0,74
2+ -
10.
Fe (aq) +e Fe (s) -0,44
2+ -
11.
Cd (aq) +e Cd (s) -0,40
2+ -
12.
Co (aq) +e Co (s) -0,28
2+ -
13.
Ni (aq) +e Ni (s) -0,25
2+ -
14.
Sn (aq) +e Sn (s) -0,14
2+ -
15.
Pb (aq) +e Pb (s) -0,13
+ -
16.
2H (aq) +e H2 (s) -0,00
2+ -
17.
Cu (aq) +e Cu (s) +0,34
+ -
18.
Ag (aq) +e Ag (s) +0,80
2+ -
19.
Pt (aq) +e Pt (s) +1,20
2+ -
20.
Au (aq) +e Au (s) +1,42
(Ridwan, 2016).

Faktor-faktor yang mempengaruhi sel elektrolisis yaitu; potensial tegangan, yang


dihasilkan akan lebih tinggi dari yang diharapkan, potensial bisa menjadi penting untuk
mengendalikan interaksi antara elektroda; tipe elektroda, elektroda inert berperan
sebagai permukaan untuk reaksi yang terjadi namun elektroda aktif menjadi bagian dari
setengah reaksi; reaksi elektroda yang bersamaan, jika 2 pasang setengah reaksi
bersamaan maka salah satu setengah reaksi harus dihentikan untuk menentukan
pasangan tunggal reaksi yang dapat di elektrolisis; keadaan pereaksi, jika pereaksi tidak
standar maka tegangan setengah sel akan berbeda melalui standar dari sel tersebut (Tim
Kimia Fisika, 2016).

Sifat fisik dan kimia dari larutan KI (kalium iodida) yaitu berupa padatan berwarna
putih memiliki massa molar sebesar 166,908 g/mol. Titik lebur dari kalium iodida
berada di suhu 681ºC dan titik didihnya ada di suhu 1330ºC, dapat larut dalam air
(Diantith, 1994).

Sifat fisik dan kimia indikator PP, yaitu berupa padatan yang tidak memiliki bau dan
tidak berasa, serta berwarna putih. Titik didih dari indikator PP ada di suhu 78,5ºC.
Titik leburnya ada di suhu -114,1ºC, densitasnya 1277 g/cm 3, dapat larut dalam air
(Diantith, 1994).

Amilum adalah karbohidrat yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tidak
berasa dan tidak memiliki bau densitas dari amilum adalah 1,5 g/cm 3, amilum memiliki
rumus molekul yaitu C6H10O5, yang biasanya digunakan dalam makanan (Perry, 1999).

Sifat fisik dan kimia larutan FeSO4 antara lain memiliki massa molar sebesar 151,98
g/mol, berwujud yaitu padatan kristal berwarna putih, biru tua ataupun hijau. Densitas
dari FeSO4 adalah 2,84 kg/cm3, dengan indeks bias yaitu 1,536 (Diantith, 1994).

Seng sulfat (ZnSO4) memiliki sifat fisik dan kimia antara lain berupa padatan bubuk
berwarna putih, tidak memiliki bau. Densitas dari ZnSO4 adalah sebesar 3,54 g/cm3,
memiliki massa molar sebesar 161,47 g/mol, titik lebur dari ZnSO 4 berada di suhu
680ºC dan titik didihnya berada di suhu 740ºC. ZnSO 4 mampu untuk larut dalam
alkohol (Perry, 1999).

Timbal (II) nitrat (Pb(NO3)2) memiliki sifat fisik dan kimia yaitu berupa kristal putih
tidak berwarna dan tidak berbau, memiliki densitas sebesar 4,53 g/cm 3, memiliki massa
molar 331,2 g/mol, titik lebur dari timbal (II) nitrat ada di suhu 270°C (Perry, 1999).
Sifat fisik dan kimia dari tembaga (II) sulfat CuSO 4 yaitu berupa padatan bubuk
berwarna putih memiliki massa molar sebesar 1059,62 g/mol, memiliki densitas yaitu
sebesar 3,603 g/cm3, titik lebur dari tembaga (II) sulfat ada di suhu 110°C (Perry, 1999).

Seng (Zn) adalah logam yang berwarna putih kebiruan berkilau dan bersifat
diamagnetik. Titik lebur seng berada di suhu yaitu 420°C dan titik didih nya berada di
suhu 900°C. Seng yang dibakar akan menghasilkan lidah api berwarna hijau kebiruan
(Perry, 1999).

Tembaga (Cu) memiliki sifat fisik dan kimia yaitu berupa padatan berwarna kuning
kemerah-merahan. Bersifat konduktor memiliki titik leleh pada suhu 1084,62°C dan.
Titik didihnya pada suhu 2562°C, tembaga adalah unsur yang kurang reaktif (Perry,
1999).

Timbal (Pb) memiliki sifat fisik dan kimia yaitu padatan berwarna perak terang dengan
sedikit kebiru-biruan. Timbal memiliki titik didih yaitu pada suhu 327,46°C sedangkan
titik didih nya di suhu 1749°C, kepadatannya 11,34 g/cm3 (Perry, 1999).

Sifat fisik dan kimia logam Fe (besi) adalah berupa padatan logam berkilau dengan
semburat kelabu, memiliki kepadatan yaitu sebesar 7,874 g/cm3. Logam Fe memiliki
titik lebur pada suhu 1538°C dan titik didinya pada suhu 2862°C (Diantith, 1994).

Sifat fisik dan kimia dari akuades yaitu memiliki massa molar sebesar 18,0153 g/mol,
memiliki densitas sebesar 0,998 g/cm3, memiliki titik didih yaitu di suhu 100°C.
Akuades berupa cairan yang tidak berwarna dan tidak berbau (Diantith, 1994).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
a. Tabung reaksi
b. Rak tabung reaksi
c. Tabung U
d. Pipet tetes
e. Sel volta
f. Voltameter
g. Elektroda karbon sepasang
h. Gelas kimia 10 mL
i. Penjepit buaya
j. Statif
k. Klem
l. Corong kaca
m. Cawan petri
n. Spatula
o. Batang pengaduk
p. Labu ukur 100 mL
q. Neraca analitik
r. Gelas kimia 50 mL

3.1.2 Bahan
a. Logam Cu
b. Logam Zn
c. Logam Pb
d. Logam Fe
e. Amilum
f. Akuades
g. Indikator PP
h. Larutan KI 0,5 M
i. Larutan Pb(NO3)2 0,1 M
j. Larutan FeSO4 0,1 M
k. Larutan CuSO4 0,1 M
l. Larutan ZnSO4 0,1 M
m. Kertas saring
n. Baterai

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Sel Elektrolisis
a. Diambil larutan KI sebanyak 50 mL dan dimasukkan ke dalam tabung U.
b. Dipasangkan elektroda karbon ke rangkaian baterai kabel yang digunakan dan
disesuaikan dengan kutub yang seharusnya dipasang pada anoda dan katoda.
c. Disambungkan elektroda ke dalam baterai yang memiliki kutub negatif dan
diletakkan pada ruang anoda.
d. Disambungkan elektroda ke dalam baterai yang memiliki kutub positif dan
pakan pada ruang katoda.
e. Ditunggu beberapa saat hingga larutan mengalami elektrolisis.
f. Diambil 5 mL larutan katoda dan anoda ke dalam tabung reaksi.
g. Ditambahkan 1 tetes amilum ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan katoda
dan anoda diamati perubahan yang terjadi.
h. Diambil 5 mL larutan katoda dan anoda ke dalam tabung reaksi.
i. Ditambahkan 1 tetes indikator PP ke dalam masing-masing tabung reaksi
diamati perubahan yang terjadi.

3.2.2 Sel Volta


a. direaksikan logam Zn dengan logam Fe dengan cara mengambil larutan ZnSO 4
dan larutan FeSO4.
b. Dibuatkan jembatan garam dengan kertas saring yang dimasukkan kedalam
kedua larutan.
c. Dimasukkan logam sesuai dengan larutan yang digunakan dan dilihat hasil dari
voltameter sebagai hasil pembanding dengan potensial sel dari hasil
perhitungan.
d. Diulang langkah a hingga c dengan logam yang berbeda dan larutan yang
berbeda.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan


4.1.1 Data Hasil Pengamatan Sel Elektrolisis
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Sel Elektrolisis
Larutan
No Dalam Perlakuan Pengamatan
Ruangan
1. Anoda Dimasukkan larutan KI Larutan berwarna bening
0,5 M sebanyak 50 mL
ke dalam tabung U
Dipasang elektroda Dianoda larutan berubah
karbon ke rangkaian menjadi kuning dan pada
baterai, kabel disesuaikan katoda warna larutan
dengan kutub positif bening dan terdapat
pada anoda gelembung kecil
Diambil 5 mL larutan Larutan berwarna kuning
anoda lalu dimasukkan
ke dalam tabung reaksi
Ditambahkan 1 tetes Larutan anoda tidak
amilum dan mengalami perubahan
dihomogenkan
Dimasukkan 5 mL Larutan berwarna kuning
larutan anoda,
dimasukkan ke dalam
tabung reaksi
Ditambahkan indikator Larutan berwarna kuning
pp kemudian dan terdapat gelembung
dihomogenkan pada permukaan larutan
2. Katoda Dimasukkan larutan KI Larutan berwarna bening
0,5 M ke dalam tabung U
50 mL
Dipasang elektroda Dikatoda warna larutan
karbon ke rangkaian bening dan terdapat
baterai kabel disesuaikan gelembung kecil dan pada
dengan kutub negatif anoda larutan berubah
pada katoda warna menjadi kuning
Diambil 5 mL larutan Larutan berwarna bening
katoda dimasukkan ke dan terdapat gelembung
dalam tabung reaksi kecil
Ditambahkan 1 tetes Larutan tetap berwarna
amilum lalu bening
dihomogenkan
Diambil 5 mL larutan Larutan berwarna bening
katoda dimasukkan ke
dalam tabung reaksi
Ditambahkan indikator Larutan berubah warna
PP lalu dihomogenkan menjadi merah lembayung

4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan Sel Volta


Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Sel Volta
E˚ Sel Voltameter E˚ Sel Perhitungan
No Sel Volta
(Volt) (Volt)
1. ZnSO4 - FeSO4 + 0,02 + 0,32
2. ZnSO4 - CuSO4 + 0,24 + 1,1
3. ZnSO4 - Pb(NO3)2 + 0,63 + 0,63
4. Pb(NO3)2 - CuSO4 + 0,12 + 0,47
5. Pb(NO3)2 - FeSO4 + 0,07 + 0,31
6. FeSO4 - CuSO4 + 0,53 + 0,73
4.2 Reaksi
4.2.1 Reaksi Sel Elektrolisis
KI (aq) ⇌ K+ (aq) + 1(aq)
Katoda = 2H2O + 2e → H2 + 2OH-
Anoda = 2I → I2 + 2e
2H2O + 2I → I2 + H2 + H2O

4.2.2 Reaksi Sel Volta


a. ZnSO4 - FeSO4
Katoda = Fe2+ + 2e- → Fe
Anoda = Zn → Zn2+ + 2e-
Hasil = Fe2+ + Zn → Fe + Zn2+
Notasi Sel = Zn│Zn2+││Fe2+ │Fe

b. ZnSO4 - CuSO4
Katoda = Cu2+ + 2e- → Cu
Anoda = Zn → Zn2+ + 2e-
Hasil = Cu2+ + Zn → Cu + Zn2+
Notasi Sel = Zn│Zn2+ ││ Cu2+ │Cu

c. ZnSO4 - Pb(NO3)2
Katoda = Zn2++ 2e- → Cu
Anoda = Pb → Pb2+ + 2e-
Hasil = Zn2+ Pb → Zn + Pb2+
Notasi Sel = Pb│ Pb2+││ Zn2+ │Zn

d. Pb(NO3)2 - CuSO4
Katoda = Cu2+ + 2e- → Cu
Anoda = Pb → Fe2+ + 2e-
Hasil = Cu2+ + Pb → Cu + Pb2+
Notasi Sel = Pb│ Pb2+ ││ Cu2+│ Cu

e. Pb(NO3)2 - FeSO4
Katoda = Pb2+ + 2e- → Pb
Anoda = Fe → Fe2+ + 2e-
Hasil = Pb2+ + Fe → Pb + Fe2+
Notasi Sel = Fe│ Fe2+││ Pb2+ │Pb

f. FeSO4 - CuSO4
Katoda = Cu2+ + 2e- → Cu
Anoda = Fe → Fe2+ + 2e-
Hasil = Cu2+ + Fe → Cu + Fe2+
Notasi Sel = Fe│ Fe2+││Cu2+│Cu

4.3 Perhitungan Reaksi


4.3.1 Reaksi Sel Volta
a. ZnSO4 - FeSO4
E˚ Sel = E˚ Sel katoda - E˚ Sel anoda
E˚ Sel = E˚ Sel Fe - E˚ Sel Zn
= -0,49 + 0,76
= + 0,32 V

b. ZnSO4 - CuSO4
E˚ Sel = E˚ Sel katoda - E˚ Sel anoda
E˚ Sel = E˚ Sel Cu - E˚ Sel Zn
= + 0,34 + 0,76
= + 1,1 V

c. ZnSO4 - Pb(NO3)2
E˚ Sel = E˚ Sel katoda - E˚ Sel anoda
E˚ Sel = E˚ Sel Pb - E˚ Sel Zn
= -0,13 + 0,76
= + 0,63 V

d. Pb(NO3)2 - CuSO4
E˚ Sel = E˚ Sel katoda - E˚ Sel anoda
E˚ Sel = E˚ Sel Cu - E˚ Sel Pb
= + 0,34 + 0,13
= + 0,47 V

e. Pb(NO3)2 - FeSO4
E˚ Sel = E˚ Sel katoda - E˚ Sel anoda
E˚ Sel = E˚ Sel Pb - E˚ Sel Fe
= -0,13 + 0,44
= + 0,31 V

f. E˚ Sel = E˚ Sel katoda - E˚ Sel anoda


E˚ Sel = E˚ Sel Cu - E˚ Sel Fe
= + 0,34 + 0,44
= + 0,78 V

4.4 Pembahasan
Pada praktikum sel elektrokimia ini terdiri dari dua percobaan di mana
percobaan, pertama yaitu percobaan sel elektrolisis yang mengamati zat yang
terbentuk pada ruang katoda dan anoda, dan pada percobaan kedua yaitu
persamaan sel volta yang mengamati perbedaan harga potensial dari sel volta.

Pada percobaan elektrolisis dimasukkan ke larutan KI 0,5 M sebanyak 50 mL ke


dalam tabung U. Setelah itu dipasangkan elektroda karbon ke rangkaian baterai
menggunakan kabel penjepit buaya, di mana kutub positif berada di ruang anoda
dan kutub negatif berada pada ruang katoda. Kemudian tunggu sampai larutan
mengalami elektrolisis. Pada anoda larutan berubah warna menjadi kuning,
sedangkan pada katoda larutan tetap bening namun terdapat gelembung kecil.
Langkah berikutnya adalah diambil 5 mL larutan katoda dan anoda dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 1 tetes amilum
dimana hasil dari penambahan amilum tidak ada perubahan warna yang terjadi
pada kedua larutan. Langkah selanjutnya adalah diambil kembali 5 mL larutan
katoda dan anoda, kemudian ditambahkan dengan indikator PP pada masing-
masing larutan sebanyak 1 tetes. Berdasarkan hasil pengamatan, larutan pada
anoda tetap berwarna kuning, sedangkan larutan pada katoda larutan berubah
warna menjadi merah lembayung.

Pada percobaan kedua yaitu percobaan sel volta yang di mana akan diubah
energi kimia menjadi energi listrik. Pada larutan ZnSO 4 dan FeSO4 dimasukkan
ke dalam ke dalam gelas kimia 10 mL yang berbeda. Setelah itu dibuat jembatan
garam dengan kertas saring sebagai pemberi suasana netral yang selanjutnya
dimasukkan ke dalam larutan ZnSO4 dan FeSO4. Kemudian dimasukkan logam
Zn ke dalam larutan ZnSO4 dan lempengan logam Fe ke dalam larutan FeSO4,
lalu kedua elektrodanya dihubungkan ke voltameter, dari sini akan timbul energi
listrik. Oleh karena itu, digunakan jembatan garam untuk menjaga kenetralan
energi listrik dari kedua larutan dilakukan percobaan yang sama menggunakan
logam Pb pada larutan Pb(NO3)2, logam Cu pada larutan CuSO4 dengan variasi
percobaan yaitu, ZnSO4-CuSO4; ZnSO4-Pb(NO3); Pb(NO3)2-CuSO4; Pb(NO3)2-
FeSO4 dan FeSO4 - CuSO4.

Dari percobaan sel volta didapatkan pada reaksi ZnSO4-FeSO4 dimana Zn


sebagai oksidator dan reduktor, Eºsel voltameternya sebesar +0,04 volt dan Eº sel
perhitungannya sebesar +0,32 volt. Pada reaksi ZnSO4 - CuSO4 dimana Zn
sebagai oksidator dan Cu sebagai reduktor, didapatkan Eºsel voltameternya
sebesar +0,24 volt dan Eºsel perhitungannya sebesar +1,1 volt. Pada ZnSO 4 -
Pb(NO3)2 di mana Pb sebagai oksidator dan Zn sebagai reduktor didapatkan Eºsel
voltameternya sebesar +0,22 volt dan Eºsel perhitungannya sebesar +0,63 volt.
Pada Pb(NO3)2-CuSO4 dimana Pb sebagai oksidator dan Cu sebagai reduktor
dengan Eºsel voltameternya sebesar +0,47 volt dan Eºsel perhitungannya sebesar
+0,47 volt. Pada reaksi Pb(NO3)2-FeSO4 di mana Pb sebagai oksidator dan Fe
sebagai reduktor didapatkan Eºsel voltamernya sebesar +0,05 volt dan Eºsel
perhitungannya sebesar +0,31 volt. Sedangkan pada FeSO 4-CuSO4 Eºsel
voltamernya +0,15 volt dan Eºsel perhitungannya sebesar + 0,78 volt, di mana
Fe sebagai oksidatornya dan Cu sebagai reduktornya.
Adapun fungsi perlakuan pada percobaan kali ini itu dimasukkan elektroda
karbon pada sisi anoda dan katoda agar diketahui reaksi dari sel elektrolisis.
Dipipet larutan menggunakan pipet tetes agar dapat melihat reaksi yang terjadi
pada saat larutan anoda dan katoda ditambahkan dengan amilum atau indikator
PP. Dijepit elektroda karbon agar dapat terhubung dengan baterai dan pada
logam dijepit dengan penjepit buaya agar dapat dihubungkan dengan voltameter.
Dibuat dan digunakan jembatan garam agar dapat menetralkan antara ion positif
dan ion negatif. Ditimbang padatan Zn agar didapatkan larutan ZnSO 4 dengan
molaritas yang diinginkan pada larutan.

Adapun fungsi alat pada percobaan kali ini yaitu tabung U digunakan sebagai
wadah dari larutan KI saat percobaan sel elektrolisis, pipet tetes digunakan untuk
mengambil dan meneteskan larutan amilum dan indikator PP. Tabung reaksi
digunakan sebagai tempat terjadinya reaksi antara anoda dan katoda ketika
diteteskan dengan amilum dan indikator PP. Rak tabung reaksi digunakan untuk
menjadi tempat atau wadah meletakkan tabung reaksi, elektroda karbon
sepasang digunakan untuk sebagai konduktor arus listrik elektroda, voltameter
digunakan untuk mengukur Eºsel dalam sel volta, gelas kimia digunakan untuk
menjadi wadah dari larutan sel volta dan tempat larutan Zn dalam pembuatan
larutan, corong kaca digunakan untuk memudahkan dalam memasukkan larutan
KI ke dalam tabung U, neraca analitik digunakan untuk menimbang padatan Zn,
labu ukur digunakan untuk menyimpan larutan ZnSO 4 yang telah dibuat, cawan
petri digunakan untuk menjadi wadah dalam penimbangan padatan Zn batang
pengaduk digunakan untuk melarutkan bahan yaitu padatan Zn, spatula
digunakan untuk mengambil padatan Zn, penjepit buaya digunakan untuk
menghubungkan rangkaian dengan peralatan dan statif digunakan untuk
meletakkan klem, serta klem digunakan untuk menjepit tabung U.

Adapun fungsi dari bahan-bahan yang digunakan pada dalam percobaan kali ini
yaitu larutan sebagai pembatas antara larutan katoda dan anoda, akuades sebagai
pelarut bahan Zn pada pembuatan larutan, indikator PP dan amilum sebagai
pereaksi larutan anoda dan katoda pada sel elektrolisis logam Cu, Fe Pb, dan Zn
sebagai elektroda baterai sebagai sumber arus listrik larutan FeSO 4, ZnSO4,
Pb(NO3)2 dan CuSO4 sebagai larutan yang akan diuji pada sel volta.

Adapun faktor kesalahan pada percobaan sel elektrokimia ini yaitu adalah pada
saat pengambilan larutan katoda dan anoda sebanyak 5 mL, dimana pada saat
ingin mereaksikan kedua pasangan larutan hanya diberi 1 tetes larutan amilum
saja, dimana yang seharusnya salah satu pasang larutan katoda dan anoda
direaksikan dengan indikator PP sesuai dengan prosedur percobaan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa :
a. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan Eºsel perhitungan pada larutan FeSO 4,
ZnSO4 dengan FeSO4 ialah +0,32 volt; pada larutan ZnSO 4 dengan CuSO4 ialah
sebesar + 1,1 volt; pada larutan ZnSO4 dengan Pb(NO3)2 ialah sebesar +0,63
volt; pada larutan Pb(NO3)2 dengan CuSO4 ialah sebesar + 0,47 volt; pada
larutan Pb(NO3)2 dengan FeSO4 adalah sebesar +0,31 volt; pada larutan FeSO 4
dengan CuSO4 daerah sebesar +0,78 volt.
b. Pada percobaan sel elektrolisis penyebab mengapa ruang katoda terbentuk
gelembung-gelembung dikarenakan terbentuknya gas H2 hasil dari reduksi H2O
ruang katoda tidak dapat dielektrolisisnya air, karena yang terelektrolisis adalah
air maka akan dihasilkan gelembung-gelembung. Sedangkan penyebab
perubahan warna yang terjadi pada ruang adalah karena terbentuknya I 2 akibat
oksidasi I-.
c. Menurut deret volta semakin ke kiri maka logam tersebut semakin mudah
teroksidasi semakin kuat reduktornya. Kebalikannya semakin ke kanan, maka
logam tersebut semakin mudah tereduksi jika diurutkan dari kereaktifannya dari
keempat logam yang digunakan urutannya adalah Zn, Fe, Pb dan juga Cu.

5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya menggunakan bahan yang lebih beragam
di luar larutan KI contohnya seperti menggunakan larutan NaCl, KCI atau
AI2(SO4)3 agar mendapatkan hasil yang lebih bervariasi lagi dan juga agar
dibandingkan dengan menggunakan larutan KI pada percobaan sel elektrolisis.
Seharusnya para praktikan bisa lebih memahami memahami modul, agar tidak
terjadi kesalahan saat dimasukkannya amilum dan indikator PP ke dalam
masing-masing tabung reaksi yang berisi katoda dan anoda.
DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W. (1999). Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.

Diantith, J. (1994). Kamus Lengkap Kimia. Jakarta: Erlangga.

Dogra (2005). Kimia fisika. Jakarta: Universitas Indonesia .

Iman, R (2008). Kimia untuk perguruan tinggi. Bandung: Gramedia.

Keenan, C (1990). Ilmu kimia untuk universitas. Jakarta: Erlangga.

Khopkar (1990). Kimia fisik dan soal-soal. Jakarta: Universitas Indonesia.

Oxtoby, D.W (2001). Prinsip-prinsip kimia modern edisi keempat. Jakarta: Erlangga.

Perry, R.H (1999). Chemical engineering handbook 7th ed. New York: McGraw hill
Company.

Ridwan, H. (2016). Sel elektrokimia karakteristik dan aplikasi. Aceh: UIN Ar-Raniry.

Tim Kimia Fisika (2016). Diktat petunjuk praktikum kimia fisika. Bandung: UII Sunan
Jati.

Anda mungkin juga menyukai