Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA DASAR 2

REAKSI REDOKS

Nama Praktikan : Adinda Santoso (24030119120006)

Rakka Gustyan Pratama (24030119120039)

M. Rafi Diyansyah Putra (24030119130055)

Esens Estetika (24030119130083)

Jurusan : Kimia

Jadwal Praktikum : Selasa, 10 Maret 2020

Asisten : Novemi Eliza

LABORATORIUM KIMIA DASAR

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2020
PERCOBAAN 8
REAKSI REDOKS
I. Tujuan Percobaan
Mempelajari beberapa reaksi redoks

II. Dasar Teori


2.1. Reaksi Redoks
Terdapat sejumlah reaksi saat keadaan oksidasi berubah yang disertai
dengan pertukaran electron antara pereaksi. Ini disebut reaksi oksidasi
reduksi atau reaksi redoks. Dari sejarahnya dapat diketahui bahwa oksidasi
dianggap sebagai proses oksigen diambil dari suatu zat,sedangkan
penangkapan hydrogen disebut reduksi (Svehla,1985).
Reaksi oksidasi adalah suatu perubahan kimia dimana suatu zat
memberikan atau melepas electron,mengalami penambahan biloks/tingkat
oksidasi,terjadi di anoda pada suatu sel elektrokimia. Sedangkan reaksi
reduksi adalah suatu perubahan kimia dimana suatu zat menerima atau
menangkap electron,mengalami pengurangan biloks,dan terjadi di katoda pada
suatu sel elektrokimia (Svehla,1985).
2.2. Oksidasi dan Reduksi
Oksidasi dan reduksi dapat didefinisikan sebagai istilah berkurangnya
atau bertambahnya satu atau lebih elemen. Oksidasi didefinisikan sebagai
kehilangan satu atau lebih electron secara jelas oleh unsure terkecil yang
terlibat dalam suatu reaksi. Sedangkan reduksi didefinisikan sebagai
bertambahnya satu atau lebih electron secara jelas oleh unsure terkecil yang
terdapat dalam suatu reaksi. Reaksi redoks adalah suatu reaksi transfer
electron yang mana electron dari suatu unsure dioksidasi dengan kehilangan
satu atau lebih electron ke unsur lain yang direduksi ketika berperan sebagai
sebuah penerima electron. Jumlah electron yang hilang harus sama dengan
jumlah electron yang bertambah. Dalam reaksi karena terdapat transfer satu
atau lebih electron dalam satu unsur ke unsure yang lain (Miller,1987).
Persamaan biasa:

Zn (s) + CuSO4 ZnSO4 (aq) + Cu (s)

(Miller,1987)
Dalam reaksi redoks melibatkan campuran kovalen yang mana tidak
terdapat transfer electron. Walauoun satu atau lebih electron valensi dibagi
antara dua atom dengan pembagian pasangan electron ditarik lebih dekat ke
atom yang lebih elektronegatif pada masing-masing ikatan kovalen
(Miller,1987).
2.2 Bilangan Oksidasi
Dalam reaksi redoks ada perbedaan dalam bilangan oksidasi atau
keadaan oksidasi. Istilah ini digunakan untuk memperlihatkan sesuatu yang
saling mengubah dari dua atau lebih unsur. Misalnya reaksi antara magnesium
dengan oksigen:
Terlihat bahwa biloks Mg berubah dari 0 menjadi +2 dan bilangan
oksidasi oksigen berubah dari 0 menjadi -2. Dengan demikian, oksidasi Mg
diikuti dengan bertambahnya biloks. Reduksi O 2 sebaliknya diikuti dengan
berkurangnya biloks. Dengan demikian,hal ini memberikan kepada kita cara
lebih umum untuk mendefinisikan oksidasi dan reduksi berkaitan dengan
perubahan dalam bilangan oksidasi dan reduksi (Brady,1994).
2.3. Reaksi Disproporsionasi
Reaksi disproporsionasi adalah reaksi redoks yang terjadi simultan
oleh suatu spesies. Spesies ini mengandung unsur yang mempunyai bilangan
oksidasi diantara bilangan oksidasi tertinggi dan terendah. Atau denagn kata
lain, suatu jenis atom ytang mengalami redoks atau suatu jenis atom yang
bilangan oksidasinya berubah. Reaksi disproporsionasi disebut juga reaksi
autoredoks.
Contoh :
a. Cl2(g) + 2OH-(aq) → ClO-(aq) + Cl-(aq) + H2O(l)
b. 2H+(aq) + 3NO2(aq) → NO3(aq) + 2NO(g) + H2O(l)
(Lange, 1967)

2.4. Pendesakan Logam


Unsure logam cenderung mengalami oksidasi (melepas electron),
sehingga semua logam bersifat reduktor. Ada sebagian logam yang bersifat
reduktor kuat dan reduktor lemah (mudah teroksidasi).
Reduktor kuat sampai lemah :
Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, H 2O2, Zn, Cr, Fe, Cd, Co, Ni, Sn, Pb, H +, Sb,
Bs, Cu, Hg, Ag, Pb, Au.
Deret volta tersbut, semakin ke kanan sifat reduktornya makin kuat
dan oksidasinya makin lemah. Oleh karena itu, anggota deret volta yang lebih
ke kanan melalui reduksi. Reaksi ini disebut reaksi pendesakan logam.
(Rivai,1995)
2.5. Potensial elektroda
Potensial elektroda Eº dapat diukur dalam larutan yang mengandung
bentuk pengoksidasi dan pereduksi dalam konsentrasi yang ekuimolar.
Elektroda standar yakni yang bersentuhan dengan larutan-larutan yang kadar
ionya 1M dan tekanan 1 atm. Pengukuran suatu sel volta adalah pengukuran
gaya dorong dari reaksi redoks. Elektroda hydrogen standar digunakan
sebagai elektroda pembanding standar karena harga voltanya nol. Potensial
elektroda standar diukur secara langsung, namun potensial antara dua
elektroda standar ideal dapat dihitung dari pengukuran yang dilakukan
terhadap larutan yang lebih encer (Keenan,1991).
Voltage sel keseluruhan diberikan kepada elektode disebut potensial
reduksi standar. Reaksi katode(reduksi) kebalikan dan elektroda yang sebagai
anode dan menjalankan oksidai (Keenan,1991).
Table Potensial Reduksi.

Li+(aq) + e- -----> Li(s) -3.05


K+(aq) + e- -----> K(s) -2.93
2+ -
Ba (aq) + 2 e -----> Ba(s) -2.9
Sr2+(aq) + 2 e- -----> Sr(s) -2.89
Ca2+(aq) + 2 e- -----> Ca(s) -2.87
+ -
Na (aq) + e -----> Na(s) -2.71
2+ -
Mg (aq) + 2 e -----> Mg(s) -2.37
Be2+(aq) + 2 e- -----> Be(s) -1.85
3+ -
Al (aq) + 3 e -----> Al(s) -1.66
2+ -
Mn (aq) + 2 e -----> Mn(s) -1.18
2 H2O + 2 e- -----> H2(g) + 2 OH-(aq) -0.83
2+ -
Zn (aq) + 2 e -----> Zn(s) -0.76
3+ -
Cr (aq) + 3 e -----> Cr(s) -0.74
Fe2+(aq) + 2 e- -----> Fe(s) -0.44
Cd2+(aq) + 2 e- -----> Cd(s) -0.4
- 2-
PbSO4(s) + 2 e -----> Pb(s) + SO 4 (aq) -0.31
Co2+(aq) + 2 e- -----> Co(s) -0.28
Ni2+(aq) + 2 e- -----> Ni(s) -0.25
2+ -
Sn + 2 e -----> Sn(s)
(aq) -0.14
Pb2+(aq) + 2 e- -----> Pb(s) -0.13
2 H+(aq) + 2 e- -----> H2(g) 0
4+ - 2+
Sn (aq) + 2 e -----> Sn (aq) 0.13
2+ - +
Cu (aq) + e -----> Cu (aq) 0.13
SO42-(aq) + 4 H+(aq) + 2 e- -----> SO2(g) + 2 H2O 0.2
- -
AgCl(s) + e -----> Ag(s) + Cl (aq) 0.22
Cu2+(aq) + 2 e- -----> Cu(s) 0.34
- -
O2(g) + 2 H2 + 4 e -----> 4 OH (aq) 0.4
I2(s) + 2 e- -----> 2 I-(aq) 0.53
MnO4-(aq) + 2 H2O + 3 e- -----> MnO2(s) + 4 OH-(aq) 0.59
+ -
O2(g) + 2 H (aq) + 2 e -----> H2O2(aq) 0.68
Fe3+(aq) + e- -----> Fe2+(aq) 0.77
+ -
Ag (aq) + e -----> Ag(s) 0.8
2+ -
Hg 2 (aq) + 2 e -----> 2 Hg(l) 0.85
2 Hg2+(aq) + 2 e- -----> Hg22+(aq) 0.92
- + -
NO 3 (aq) +4H (aq) + 3 e -----> NO(g) + 2 H2O 0.96
- -
Br2(l) + 2 e -----> 2 Br (aq) 1.07
O2(g) + 4 H+(aq) + 4 e- -----> 2 H2O 1.23
MnO2(s) + 4 H+(aq) + 2 e- -----> Mn2+(aq) + 2 H2O 1.23
2- + - 3+
Cr2O 7 (aq) + 14 H (aq) + 6 e -----> 2 Cr (aq) + 7 H2O 1.33
Cl2(g) + 2 e- -----> 2 Cl-(aq) 1.36
Au3+(aq) + 3 e- -----> Au(s) 1.5
- + - 2+
MnO 4 (aq) +8H (aq) + 5 e -----> Mn (aq) + 4 H2O 1.51
Ce4+(aq) + e- -----> Ce3+(aq) 1.61
PbO2(s) + 4 H+(aq) + SO42-(aq) + 2 e- -----> PbSO4(s) + 2 H2O 1.7
+ -
H2O2(aq) + 2 H (aq) + 2 e -----> 2 H2O 1.77
3+ - 2+
Co (aq) + e -----> Co (aq) 1.82
O3(g) + 2 H+(aq) + 2 e- -----> O2(g) + H2O 2.07
- -
F2(g) + 2 e -----> F (aq) 2.87

2.7. Penyetaraan Reaksi Redoks


Banyak reaksi redoks yang sulit disetarakan dengan cara menebak.
Reaksi seperti itu dapat disetarakan dengan metode setengah reaksi ataupun
bilangan oksidasi. Metode setengah reaksi atau metode ion elektron in
didasarkan pada pengertian jumlah elektron yang dilepaskan pada setengah
reaksi redoks. Proses penyetaraan in berlangsung melalui tahap-tahap sebagai
berikut :
Contoh : K2Cr2O7 + HCl → KCl + CrCl3 + Cl2 + H2O
Langkah I : menulis kerangka dasar dari dari setengah reksi oksidasi dan
setengah reaksi reduksi secara terpisah dalam bentuk ion.
Oksidasi : Cl- → Cl2
Reduksi : Cr2O72- → 2Cr3+
Langkah II : masing-masing setengah reaksi tersebut disetarakan agar
jumlah atom sebelah kiri sama dengan sebelah kanan.
Oksidasi : 2Cl- → Cl2
Reduksi : Cr2O72+ + 14H+ → 2Cr3+ + 7H2O\
Langkah III : jika ada spesies lain selain unsur yang mengalami perubahan
bilanagna oksidasi O2 dan H2, maka penyetaraannya dengan menambahkan
spesies yang bersangkutan pada ruas yang lainnya.
Dalam reaksi in tidak ada.
Langkah IV : menyetarakan muatan denangan menambahkan elektron
pada ruas yang jumlah muatannya lebih besar.
Oksidasi : 2Cl- → Cl2 +2e-
Reduksi : Cr2O72- + 14H+ + 6e → 2Cr3+ + 7H2O
Langkah V : menyetarakan jumlah elektron yang diserap pada setengah
reaksi reduksi dengan elektron tinggi yang dibebaskan pada setengah reaksi
oksidasi denagn cara memberi koefisien yang sesuai kemudian menjumlahkan
kedua setengah reaksi tersebut.
Reaksi redoks yang setara :
Oksidasi : 2Cl- → Cl2 + 2e x3
Reduksi : Cr2O72- + 14H+ +6e → 2Cr3+ + 7H2O x1
Hasil :
Oksidasi : 6Cl- → 3Cl2 +6e
Reduksi : Cr2O72- + 14H+ + 6e → 2Cr3+ + 7H2O +
o Cr2O72- + 6Cl- + 14 H + → 2Cr3+ + 3Cl2 + 7H2O
(Petrucci, 1992)
Persamaan reaksi ion tersebut sudah dianggap cukup. Apabila
diperlukan, reaksi redoks yang setara dapat ditunjukkan dari reaksi ionnya
sehingga menjadi :
K2CrO7 + 14 HCl → 2 CrCl3 + 3Cl2 + 2KCl + 7H2O
(Petrucci, 1992)
2.8 Penentu Potensial Elektroda
Jika ∑0 adanya positif, maka reaksi ke kanan akan terjadi seperti yang
ditulis dalam tabel elektroda akan bertindak sebagai katode dari elektrode
hidrogen sebagai anode. Jika tanda ini negatif, reaksi ke kiri akan berlangsung
sertamerta dan elektrode hidrogen akan bertindak sebagai katode (mengambil
reduksi) bila sebuah elektrode hidrogen.
a. bertindak sebagai katode, reaksinya adalah
2H+ + 2ê → H2 (reduksi)
b. bertindak sebagai anode, reaksinya adalah
H2 → 2H+ + 2ê (oksidasi)
Potensial reduksi bertambah untuk lithium sampai flou. Ini berarti
bahwa terdapat kecenderungan yang meningkat dan atas ke bawah untuk
memperoleh ê (mengalami reduksi) dan kecenderungan yang melepas ê
(mengalami oksidasi). Volta sel merupakan jumlah aljabar dari potensial
oksidasi dan potensial reduksi.
Voltase standar untuk sel:
E0 sel : E0 reduksi+ E0 oksidasi
Jika voltase sel yang dihitung itu positif, reaksi sel itu akan berlangsung
serta merta.
(Keenan,1986)
2.9. Agen-Agen Pengoksidasi
Agen-agen pengoksidasi adalah zat yang mengambil elektron dari zat yang
dioksidasi, denagn cara itu menyebabkan terjadinya oksidasi. (Brady, 1999)

2.9.1 Natrium dan hidrogen peroksida (Na dan H2O2)


Hidrogen peroksida (H2O2) adalah senyawa pengoksidasi
yang baik dengan potensial standar positif yang besar.

H2O2 + 2H+ +2e- ↔ 2H2O E° = +1,77 V

Dalam larutan yang bersifat asam, senyawa in akan mengoksidasi


Fe2+ menjadi Fe3+. Dalam larutan alkali, akan mengoksidasi Cr3+
menjadi Cr2O72- dan Mn2+ menjadi MnO2.

2.9.2 Kalium dan amonium proksedisulfat


Ion peroksedisulfat adalah senyawa pengoksidasi yang kuat
dalam larutan yang bersifat asam.

S2O22- + 2e- ↔ 2SO42- E° = +2,01V

Senyawa in akan mengoksidasi Cr3+ menjadi Cr2O72-, Ce3+ menjadi


Ce4+ dan Mn2+ menjadi MnO4-. Reaksi biasanya dikatalis oleh
sejumlah kecil ion perak (I), setelah oksidasi selesai, kelebihan regen
dapat dihilangkan dengan mendidihkan larutan.

2S2O22- + 2H2O ↔ 4SO42- + O2 +4 H+

2.9.3 Kalium permanganate

Keuntungan kalium permanganat adalah mudah diperoleh,


tidak mahal, dan tidak perlu indikator tertentu, kecuali pada laritan
yang amat encer. 
Reaksi :
MnO4- + 8H+ + 5e- → Mn2+ + 4H2O

2.9.4 Senyawa-senyawa dari Serium


Senyawa ini merupakan agen pengoksidasi yang kuat dan
menkjalani reaksi tunggal.
Reaksi :

Ce4+ + e- → Ce3+

2.9.5 Kalium dikromat


Kalium dikromat merupakan pengoksidasi yang kuat.
Reaksi :

Cr2O72- + 14H+ + 6e- → 2Cr3+ + 7H2O

2.9.6 Iodin 
Iodin merupakan pengoksidasi yang kuat.
Reaksi :

I2 + 2e- → 2I-

2.9.7 Asam perodat


Senyawa asam paraperiodat (H5IO6) merupakan agen
pengoksidasi yang kuat.
Reaksi :

H5IO6 + 6H+ + 2e- → IO3- + 3H2O


2.9.8 Kalium bromat
Merupakan agen pengoksidasi yang kuat.
Reaksi :

BrO3- + 6H+ + 6e- → Br- + 3H2O

2.9.9 Brimustat 
Merupakan agen pengoksidasi yang kuat, mengoksidasi
Mn(II) menjadi MnO4-, Cr (II) menjadi Cr2O72-, dan Cr (II) menjadi
Cr (IV), Brimustat direduksi menjadi Bi (III)
(Underwood, 1992)

2.10. Agen Pereduksi


Agen-agen pereduksi adalah zat yang memeberi electron pada suatu
zat lainnya yang direduksi dengan cara menyebabkan terjadinya reduksi.
(Brady,1999)

2.10.1. Sulfur dioksida dan hydrogen sulfide


Kedua zat tersebut merupakan agen-agen pereduksi yang relatif
lambat

(Brady,1999)
2.10.2 Timah (II) Klorida
Reagen ini digunakan untuk mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+
dalam sampel yang telah dilarutkan dalam HCl. (Brady,1999)

2.10.3. Ion Tiosulfat (S2O32-)


Ion tiosulfat bila direaksikan dengan oksidator kuat maka
S2O32- akan teroksidasi menjadi ion sulfat (SO42-) misalnya bila gas
klor dialirkan pada larutan Na2SO4 , maka akan terjadi reaksi:

4Cl2 + S2O32- + 5H2O  8Cl¬- + 2SO42- + 10H+

(Brady,1999)
2.10.4. Besi (II)
Larutan besi(II) dalam 0,5-1 N H2sO4 dioksidasi secara lambat
dan dipergunakan sebagai larutan standar . Larutan permanganate,
serium(IV), dan dikromat cocok dalam titrasi larutan besi (III)

2.10.5. Kromium(II)
Kromium merupakan agen pereduksi yang kuat
Reaksi:
CFr3+ + e  Cr2+     E0 = -0,14V
(Brady,1999)

2.10.6. Titanium(III)
Adalah agen pereduksi yang kuat yang berasal dari garam-
garamnya.
Reaksi:

TiO2+ +2H+ + e  Ti3+ + H2O E0=+0.104V


(Brady,1999)

2.10.7. Oksalat dan arsenic(III)


Larutan standar asam oksalat cukup stabil larutan standar dari
sodium oksalat lebih baik, tidak stabil.
(Brady,1999)
2.10.8. Sulfit dan bisulfit
Garam-garam yang mengandung ion sulfat atau bisulfit
biasanya dipakai sebagai reduktor. Anionnya didapat dari netralisasi
asam sulfat sebagian atau seluruhnya. Bila suasananya basa, maka
pereaksinya menjadi ion sulfat, baik untuk zat yang asalnya
mengandung ion sulfuit ataupun bisulfit. 
(Brady,1999)

2.11 Analisa Bahan

III. Metode Percobaan

3.1 Alat dan Bahan

Alat Bahan
 Gelas ukur  Kertas ampelas  Larutan Zn(NO3)2
 Tabung reaksi  Larutan CuSO4  Larutan NaNO3
 Rak tabung reaksi  Larutan ZnSO4  Larutan H2O2 0,1M
 Pipet tetes  Logam Al  Larutan MnO2
 Beker gelas  Logam Zn  Larutan H2SO4 1M
 Lampu spirtus  Logam Fe  Larutan KI 0,1M
 Kasa asbes  Logam Cu  Larutan FeCl3 0,1M
 Larutan Pb(NO3)2  Larutan kanji

3.2. Gambar Alat

3.3 Cara Kerja

2ml CuSO4 0.5M


Tabung Reaksi
Pemasukan logam Zn
Pencatatan waktu dan hasil yang terjadi
Penjelasan dengan menggunakan tabel potensial elektroda

Hasil

2ml ZnSO4 0.5M


Tabung Reaksi
Pemasukan logam Cu
Pendiaman
Pencatatan hasil reaksi
Penjelasan dengan menggunakan tabel potensial elektroda

Hasil
larutan Pb(NO3)2 0.5ml
tabung reaksi
Pemasukan lsepotong
Al
Pengamatan
Penyusunan logam logam menurut kereaktifan
Penulisan persamaan reaksi

Hasil

Larutan ZnSO4 0.5M


Tabung reaksi
Pemasukan lsepotong Al
Pengamatan
Penyusunan logam logam menurut kereaktifan
Penulisan persamaan reaksi

Hasil

Larutan NaNO3 0.5M


Tabung Reaksi
Pemasukan lsepotong
Al
Pengamatan
Penyusunan logam logam menurut kereaktifan
Penulisan persamaan reaksi

Hasil

larutan Pb(NO3)2 0.5ml
Tabung Reaksi
Pemasukan lsepotong
Fe
Pengamatan
Penyusunan logam logam menurut kereaktifan
Penulisan persamaan reaksi

Hasil

Larutan ZnSO4 0.5M


Tabung Reaksi
Pemasukan sepotong
Fe
Pengamatan
Penyusunan logam logam menurut kereaktifan
Penulisan persamaan reaksi

Hasil
Larutan NaNO3 0.5M
Tabung Reaksi
Pemasukan sepotong
Fe
Pengamatan
Penyusunan logam logam menurut kereaktifan
Penulisan persamaan reaksi

Hasil

larutan Pb(NO3)2 0.5ml
Tabung Reaksi
Pemasukan sepotong
Cu
Pengamatan
Penyusunan logam logam menurut kereaktifan
Penulisan persamaan reaksi

Hasil

Larutan ZnSO4 0.5M


Tabung Reaksi
Pemasukan sepotong
Cu
Pengamatan
Penyusunan logam logam menurut kereaktifan
Penulisan persamaan reaksi

Hasil

Larutan NaNO3 0.5M


Tabung Reaksi
Pemasukan sepotong
Cu
Pengamatan
Penyusunan logam logam menurut kereaktifan
Penulisan persamaan reaksi

Hasil

10 tetes H2O2 0.1M


Tabung Reaksi
Penambahan MnO
Pengamatan
Hasil

5 tetes H2O2 0.1M


Tabung Reaksi
Penambahan 5 tetes
H2SO4 1M
Penambahan 10 tetes KI 0.1M
Penambahan 1 tetes larutan kanji
Pengamatan

Hasil

5 tetes FeCl3+10 tetes H2SO4+10 tetes KI


Tabung Reaksi
Pemasukan 5 tetes
FeCl3
Pengamatan
Pemanasan
Penambahan 1 tetes larutan kanji
Pengamatan
Hasil

5 tetes FeCl3+10 tetes H2SO4+10 tetes KI


Tabung Reaksi
Pemasukan 5 tetes H2SO4
Pengamatan
Pemanasan
Penambahan 1 tetes larutan kanji
Pengamatan
Hasil
5 tetes FeCl3+10 tetes H2SO4+10 tetes KI
Tabung Reaksi
Pemasukan 5 tetes KI
Pengamatan
Pemanasan
Penambahan 1 tetes larutan kanji
Pengamatan
Hasil
IV. Data Pengamatan
No. Perlakuan Hasil Ket
4.1 2 mL larutan CuSO4 + logam Zn Adanya gelembung kecil di +
sekitar logam Zn
4.2 2 mL larutan ZnSO4 + logam Cu Tidak ada gelembung di sekitar +
logam Cu
4.3 Larutan Pb(NO3)2 + logam Al Adanya gelembung kecil di +
sekitar logam Al
4.4 Larutan Pb(NO3)2 + logam Cu Tidak ada gelembung di sekitar +
logam Cu
4.5 Larutan Pb(NO3)2 + logam Fe Adanya gelembung kecil di +
sekitar logam Fe dan logam Fe
berubah warna menjadi hitam
(mengalami koros) yang semula
berwarna abu-abu.
4.6 Larutan Zn(NO3)2 + logam Al Adanya gelembung kecil di +
sekitar logam Al
4.7 Larutan Zn(NO3)2 + logam Cu Tidak ada gelembung di sekitar +
logam Cu
4.8 Larutan Zn(NO3)2 + logam Fe Tidak ada gelembung di sekitar +
logam Fe
4.9 Larutan NaNO3 + logam Al Tidak ada gelembung di sekitar +
logam Al
4.10 Larutan NaNO3 + logam Cu Tidak ada gelembung di sekitar +
logam Cu
4.11 Larutan NaNO3 + logam Fe Tidak ada gelembung di sekitar +
logam Fe
4.12 10 tetes H2O2 0,1 M + sedikit Adanya gelembung kecil yang +
larutan MNO2 + pemanasan terbentuk di dalam tabung
reaksi
4.13 5 tetes H2O2 0,1 M + 5 tetes Larutan berubah warna +
H2SO4 1 M + 10 tetes KI 0,1 M. menjadi kuning yang semula
tidak berwarna.
Larutan campuran + 1 tetes Larutan berubah warna dari
larutan kanji kuning menjadi hitam.
4.14 5 tetes FeCl3 0,1 M + 5 tetes Larutan berubah warna +
H2SO4 1 M, 10 + KI 0,1 M menjadi kuning yang semula
tidak berwarna.
Larutan campuran + pemanasan. Larutan berubah warna
menjadi kuning-orange yang
semula kuning.
Larutan campuran (setelah Larutan berubah warna dari
pemansan) + larutan amilum kuning-orange menjadi hitam.
V. Pembahasan
5.1 Mereaksikan larutan CuSO4 dengan logam Zn
Dalam percobaan ini, larutan CuSO4 ditempatkan di sebuah tabung reaksi.
Kemudian di tabung reaksi tersebut ditambahkan dengan logam Zn lalu diamati.
Terlihat bahwa pada logam Zn terdapat gelembung-gelembung kecil yang
menurut teori berarti reaksi berlangsung spontan. Adapun persamaan reaksisnya
sebagai berikut :
CuSO4(aq) + Zn(s) ZnSO4(aq) + Cu(s)
Oksidasi : Zn(s) Zn2+(aq) + 2e-
Reduksi : Cu2+(aq) + 2e- Cu(s)
Dari persamaan reaksi diatas dapat dikatakan bahwa reaksi tersebut
merupakan reaksi redoks atau dapat disebut juga sebagai reaksi pendesakan
logam. Dimana pada deret volta letak logam Zn di sebelah kiri logam Cu,
sehingga logam Zn mampu mendesak logam Cu. Hal ini dapat terjadi karena
pada deret volta semakin ke kanan sifat reduktornya semakin kuat, sehingga Zn
dapat mengoksidasi Cu dan membentuk produk ZnSO 4. Pada percobaan kali ini
Zn mengalami oksidasi atau kenaikan biloks 2 elektron, sedangkan cu mengalami
reduksi atau penurunan biloks 2 elektron.
Deret Volta :
Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, H 2O2, Zn, Cr, Fe, Cd, Co, Ni, Sn, Pb, H +, Sb, Bs,
Cu, Hg, Ag, Pb, Au.
(Svehla,1985)

Perhitungan potensial standar :


Cu2+ (aq) + 2e- Cu(s) Ɛº red = +0,13 V
Zn (s) Zn2+ (aq) + 2e- Ɛº oks = +0,76 V
+
Al (s) + Zn2+ (aq) Al3+ (aq) + Zn (s) Ɛº sel = +0,89 V
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa reaksi antara larutan CuSO4
dengan logam Zn mempunyai potensial standar sebsar +0,90 V. Bernilai positif
artinya reaksi berlangsung spontan dengan ditandainya adanya gelembung kecil
yang terbentuk disekitar logam Zn (uji positif).

5.2 Mereaksikan larutan ZnSO4 dengan logam Cu

Dalam percobaan ini, larutan ZnSO4 ditempatkan di sebuah tabung reaksi.


Kemudian di tabung reaksi tersebut ditambahkan dengan logam Cu lalu diamati.
Terlihat bahwa pada logam Cu terdapat gelembung-gelembung kecil yang
menurut teori berarti reaksi berlangsung spontan. Adapun persamaan reaksisnya
sebagai berikut :
Zn4(aq) + Cu(s) CuSO4(aq) + Zn(s)
Oksidasi : Cu(s) Cu2+(aq) + 2e-
Reduksi : Zn2+(aq) + 2e- Zn(s)
Dari persamaan reaksi diatas dapat disimpulkan reaksi tidak dapat
berlangsung. Dimana pada deret volta letak logam Cu di sebelah kanan logam
Zn, sehingga logam Cu tidak mampu mendesak logam Zn. Hal ini dapat terjadi
karena pada deret volta semakin ke kanan sifat reduktornya semakin kuat,
sehingga Cu tidak dapat mengoksidasi Zn dan tidak ada produk yang terbentuk.
Atau dengan kata lain, logam Cu lebih sulit untuk melepaskan elektron (oksidasi)
dibandingan logam Zn. Akibatnya reaksi tidak dapat terjadi.
Deret Volta :
Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, H 2O2, Zn, Cr, Fe, Cd, Co, Ni, Sn, Pb, H +, Sb, Bs,
Cu, Hg, Ag, Pb, Au.
(Svehla,1985)
Perhitungan potensial standar :
Cu (s) Cu2+ (aq) + 2e- Ɛº oks = -0,34 V
Zn2+ (aq) + 2e- Zn (s) Ɛº red = -0,76 V
+
Cu (s) + Zn2+ (aq) Cu2+ (aq) + Zn (s) Ɛº red = -1,10 V
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa reaksi antara larutan
Zn(NO3)2 dengan logam Cu mempunyai potensial standar sebsar -1,10 V.
Bernilai negatif artinya reaksi berlangsung tidak spontan dengan ditandai tidak
adanya gelembung kecil yang terbentuk disekitar logam Cu (uji positif).

5.3 Mereaksikan larutan Pb(NO3)2 dengan logam Al

Dalam percobaan ini, larutan Pb(NO3)2 ditempatkan ke dalam tabung


reaksi. Kemudian ditambahkan logam Al dan selanjutnya dilakukan pengamatan
reaksi yang terjadi. Hasil dari percobaan ini adalah adanya gelembung-
gelembung kecil di sekitar logam Al. Artinya reaksi berlangsung spontan.
Adapun persamaan reaksinya sebagai beirkut :
Pb(NO3)2 (aq) + Al (s) Al(NO3)2 (aq) + Pb (s)
Oksidasi : Al (s) Al3+ (aq) + 3e-
Reduksi : Pb2+ (aq) + 2e- Pb (s)
(Svehla,1985)
Dari persamaan reaksi diatas dapat dikatakan bahwa reaksi tersebut
merupakan reaksi redoks atau dapat disebut juga sebagai reaksi pendesakan
logam. Dimana pada deret volta letak logam Al di sebelah kiri logam Pb,
sehingga logam Al mampu mendesak logam Pb. Hal ini dapat terjadi karena pada
deret volta semakin ke kanan sifat reduktornya semakin kuat, sehingga Al dapat
mengoksidasi Pb dan membentuk produk Al(NO3)2. Pada percobaan kali ini Al
mengalami oksidasi atau kenaikan biloks 3 elektron, sedangkan Pb mengalami
reduksi atau penurunan biloks 2 elektron.
Deret Volta :
Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, H 2O2, Zn, Cr, Fe, Cd, Co, Ni, Sn, Pb, H +, Sb, Bs,
Cu, Hg, Ag, Pb, Au.
(Svehla,1985)

Perhitungan potensial standar :


Al (s) Al3+ (aq) + 3e- Ɛº oks = +1,66 V
Pb2+ (aq) + 2e- Zn (s) Ɛº red = -0,13 V
+
Al (s) + Zn2+ (aq) Al3+ (aq) + Pb (s) Ɛº sel = +1,53 V
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa reaksi antara larutan Pb(NO3)2
dengan logam Al mempunyai potensial standar sebsar +0,90 V. Bernilai positif
artinya reaksi berlangsung spontan dengan ditandainya adanya gelembung kecil yang
terbentuk disekitar logam Al (uji positif).

5.4 Mereaksikan larutan Pb(NO3)2 dengan logam Cu

Pada percobaan kali ini, larutan Pb(NO3)2 ditempatkan ke dalam


tabung reaksi. Kemudian ditambahkan logam Cu dan selanjutnya dilakukan
pengamatan reaksi yang terjadi. Hasil dari percobaan ini adalah tidak ada
perubahan yangg terjadi atau tidak terbentuknya gelembung-gelembung kecil di
sekitar logam Cu. Artinya reaksi berlangsung tidak spontan. Adapun persamaan
reaksinya sebagai beirkut :
Pb(NO3)2 (aq) + Cu (s) Cu(NO3)2 (aq) + Pb (s)
Oksidasi : Cu (s) Cu2+ (aq) + 2e-
Reduksi : Pb2+ (aq) + 2e- Pb (s)
(Svehla,1985)
Dari persamaan reaksi diatas dapat disimpulkan reaksi tidak dapat
berlangsung. Dimana pada deret volta letak logam Cu di sebelah kanan logam
Pb, sehingga logam Cu tidak mampu mendesak logam Pb. Hal ini dapat terjadi
karena pada deret volta semakin ke kanan sifat reduktornya semakin kuat,
sehingga Cu tidak dapat mengoksidasi Pb dan tidak ada produk yang terbentuk.
Atau dengan kata lain, logam Cu lebih sulit untuk melepaskan elektron (oksidasi)
dibandingan logam Pb. Akibatnya reaksi tidak dapat terjadi.
Deret Volta :
Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, H 2O2, Zn, Cr, Fe, Cd, Co, Ni, Sn, Pb, H +, Sb, Bs,
Cu, Hg, Ag, Pb, Au.
(Svehla,1985)
Perhitungan potensial standar :
Cu (s) Cu2+ (aq) + 2e- Ɛº oks = -0,34 V
Pb2+ (aq) + 2e- Pb (s) Ɛº red = -0, 13V
+
Cu (s) + Pb2+ (aq) Cu2+ (aq) + Pb (s) Ɛº red = -0,47 V
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa reaksi antara larutan
Pb(NO3)2 dengan logam Cu mempunyai potensial standar sebsar -1,10 V.
Bernilai negatif artinya reaksi berlangsung tidak spontan dengan ditandai tidak
adanya gelembung kecil yang terbentuk disekitar logam Cu (uji positif).

5.5 Mereaksikan larutan Pb(NO3)2 dengan logam Fe


Dalam percobaan ini, larutan Pb(NO3)2 ditempatkan ke dalam tabung
reaksi. Kemudian ditambahkan logam Fe dan selanjutnya dilakukan pengamatan
reaksi yang terjadi. Hasil dari percobaan ini adalah adanya gelembung-
gelembung kecil di sekitar logam Fe. Artinya reaksi berlangsung spontan.
Adapun persamaan reaksinya sebagai beirkut :
Pb(NO3)2 (aq) + Fe (s) Fe(NO3)2 (aq) + Pb (s)
Oksidasi : Fe (s) Fe2+ (aq) + 2e-
Reduksi : Pb2+ (aq) + 2e- Pb (s)
(Svehla,1985)
Dari persamaan reaksi diatas dapat dikatakan bahwa reaksi tersebut
merupakan reaksi redoks atau dapat disebut juga sebagai reaksi pendesakan
logam. Dimana pada deret volta letak logam Fe di sebelah kiri logam Pb,
sehingga logam Fe mampu mendesak logam Pb. Hal ini dapat terjadi karena pada
deret volta semakin ke kanan sifat reduktornya semakin kuat, sehingga Al dapat
mengoksidasi Pb dan membentuk produk Fe(NO3)2. Pada percobaan kali ini Fe
mengalami oksidasi atau kenaikan biloks Fe elektron, sedangkan Pb mengalami
reduksi atau penurunan biloks 2 elektron.
Deret Volta :
Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, H 2O2, Zn, Cr, Fe, Cd, Co, Ni, Sn, Pb, H +, Sb, Bs,
Cu, Hg, Ag, Pb, Au.
(Svehla,1985)

Perhitungan potensial standar :


Fe(s) Fe2+ (aq) + 2e- Ɛº oks = +0,44 V
Pb2+ (aq) + 2e- Pb(s) Ɛº red = -0,13 V
+
Al (s) + Zn2+ (aq) Al3+ (aq) + Pb (s) Ɛº sel = +0,31 V

Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa reaksi antara larutan Pb(NO3)2
dengan logam Fe mempunyai potensial standar sebsar +0,31 V. Bernilai positif
artinya reaksi berlangsung spontan dengan ditandainya adanya gelembung kecil yang
terbentuk disekitar logam Fe (uji positif).

5.6 Mereaksikan larutan Zn(NO3)2 dengan logam Al


Dalam percobaan ini, larutan Zn(NO3)2 ditempatkan ke dalam tabung
reaksi. Kemudian ditambahkan logam Al dan selanjutnya dilakukan pengamatan
reaksi yang terjadi. Hasil dari percobaan ini adalah adanya gelembung-
gelembung kecil di sekitar logam Al. Artinya reaksi berlangsung spontan.
Adapun persamaan reaksinya sebagai beirkut :
Zn(NO3)2 (aq) + Al (s) Al(NO3)2 (aq) + Zn (s)
Oksidasi : Al (s) Al3+ (aq) + 3e-
Reduksi : Zn2+ (aq) + 2e- Zn (s)
(Svehla,1985)
Dari persamaan reaksi diatas dapat dikatakan bahwa reaksi tersebut
merupakan reaksi redoks atau dapat disebut juga sebagai reaksi pendesakan
logam. Dimana pada deret volta letak logam Al di sebelah kiri logam Zn,
sehingga logam Al mampu mendesak logam Zn. Hal ini dapat terjadi karena pada
deret volta semakin ke kanan sifat reduktornya semakin kuat, sehingga Al dapat
mengoksidasi Zn dan membentuk produk Al(NO3)2. Pada percobaan kali ini Al
mengalami oksidasi atau kenaikan biloks 3 elektron, sedangkan Zn mengalami
reduksi atau penurunan biloks 2 elektron.
Deret Volta :
Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, H 2O2, Zn, Cr, Fe, Cd, Co, Ni, Sn, Pb, H +, Sb, Bs,
Cu, Hg, Ag, Pb, Au.
(Svehla,1985)
Perhitungan potensial standar :
Al (s) Al3+ (aq) + 3e- Eº oks = +1,66 V
Zn2+ (aq) + 2e- Zn (s) Eº red = -0,76 V
+
Al (s) + Zn2+ (aq) Al3+ (aq) + Zn (s) Eº sel = +0,90 V
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa reaksi antara larutan
Zn(NO3)2 dengan logam Al mempunyai potensial standar sebsar +0,90 V.
Bernilai positif artinya reaksi berlangsung spontan dengan ditandainya adanya
gelembung kecil yang terbentuk disekitar logam Al (uji positif).

5.7 Mereaksikan larutan Zn(NO3)2 dengan logam Cu


Pada percobaan kali ini, larutan Zn(NO3)2 ditempatkan ke dalam
tabung reaksi. Kemudian ditambahkan logam Cu dan selanjutnya dilakukan
pengamatan reaksi yang terjadi. Hasil dari percobaan ini adalah tidak ada
perubahan yangg terjadi atau tidak terbentuknya gelembung-gelembung kecil di
sekitar logam Cu. Artinya reaksi berlangsung tidak spontan. Adapun persamaan
reaksinya sebagai beirkut :
Dari persamaan reaksi diatas dapat disimpulkan reaksi tidak dapat
berlangsung. Dimana pada deret volta letak logam Cu di sebelah kanan logam
Zn, sehingga logam Cu tidak mampu mendesak logam Zn. Hal ini dapat terjadi
karena pada deret volta semakin ke kanan sifat reduktornya semakin kuat,
sehingga Cu tidak dapat mengoksidasi Zn dan tidak ada produk yang terbentuk.
Atau dengan kata lain, logam Cu lebih sulit untuk melepaskan elektron (oksidasi)
dibandingan logam Zn. Akibatnya reaksi tidak dapat terjadi.
Deret Volta :
Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, H 2O2, Zn, Cr, Fe, Cd, Co, Ni, Sn, Pb, H +, Sb, Bs,
Cu, Hg, Ag, Pb, Au.
(Svehla,1985)
Perhitungan potensial standar :
Cu (s) Cu2+ (aq) + 2e- Eº oks = -0,34 V
Zn2+ (aq) + 2e- Zn (s) Eº red = -0,76 V
+
Cu (s) + Zn2+ (aq) Cu2+ (aq) + Zn (s) Eº red = -1,10 V
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa reaksi antara larutan
Zn(NO3)2 dengan logam Cu mempunyai potensial standar sebsar -1,10 V.
Bernilai negatif artinya reaksi berlangsung tidak spontan dengan ditandai tidak
adanya gelembung kecil yang terbentuk disekitar logam Cu (uji positif).

5.8 Mereaksikan larutan Zn(NO3)2 dengan logam Fe


Pada percobaan kali ini, larutan Zn(NO3)2 ditempatkan ke dalam
tabung reaksi. Kemudian ditambahkan logam Fe dan selanjutnya dilakukan
pengamatan reaksi yang terjadi. Hasil dari percobaan ini adalah tidak ada
perubahan yangg terjadi atau tidak terbentuknya gelembung-gelembung kecil di
sekitar logam Cu. Artinya reaksi berlangsung tidak spontan. Adapun persamaan
reaksinya sebagai beirkut :
Dari persamaan reaksi diatas dapat disimpulkan reaksi tidak dapat
berlangsung. Dimana pada deret volta letak logam Fe di sebelah kanan logam
Zn, sehingga logam Cu tidak mampu mendesak logam Zn. Hal ini dapat terjadi
karena pada deret volta semakin ke kanan sifat reduktornya semakin kuat,
sehingga Cu tidak dapat mengoksidasi Zn dan tidak ada produk yang terbentuk.
Atau dengan kata lain, logam Cu lebih sulit untuk melepaskan elektron (oksidasi)
dibandingan logam Fe. Akibatnya reaksi tidak dapat terjadi.
Deret Volta :
Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, H 2O2, Zn, Cr, Fe, Cd, Co, Ni, Sn, Pb, H +, Sb, Bs,
Cu, Hg, Ag, Pb, Au.
(Svehla,1985)
Perhitungan potensial standar :
Fe (s) Fe2+ (aq) + 2e- Eº oks = +0,44 V
Zn2+ (aq) + 2e- Zn (s) Eº red = -0,76 V
+
Fe (s) + Zn2+ (aq) Fe2+ (aq) + Zn (s) Eº red = -0,32 V
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa reaksi antara larutan
Zn(NO3)2 dengan logam Fe mempunyai potensial standar sebsar -0,32 V. Bernilai
negatif artinya reaksi berlangsung tidak spontan dengan ditandai tidak adanya
gelembung kecil yang terbentuk disekitar logam Fe (uji positif).

5.9 Mereaksikan
5.10 Mereaksikan
.5.11 Mereaksikan
5.12 Mereaksikan
5.13 Mereaksikan H2O2, H2SO4, dan KI dengan larutan amilum
Tujuannya adalah untuk membuktikan terjadinya reaksi redoks antara
H2O2, H2SO4, dan KI.Langkah yang dilakukan adalah mencampurkan
H2O2, H2SO4, dan KI dalam tabung reaksi.Warna yang dihasilkan adalah
kuning bening. H2O2 merupakan oksidator yang berfungsi sebagai donor ion
H+ Penambahan H2SO4 berfungsi untuk memberikan suasana asam agar
terjadi reaksi antara H2O2 dengan KI. KI berfungsi sebagai indicator adanya
amilum. Kemudian larutan tersebut  ditambahkan kanji yang bertujuan
sebagai indikator redoks untuk membuktikan adanya I2 sebagai hasil produk
reaksi. Setelah ditambahkan kanji dalam bentuk larutan,larutan berubah warna
menjadi warna hitam yang menunjukkan bahwa adanya iodin (I2) dalam
produk.
Reaksi yang terjadi:

(Petrucci,1992)
5.14 Mereaksikan FeCl3, H2SO4, KI dan laruan amilum
Tujuannya adalah membuktikan terjadinya reaksi redoks antara FeCl3,
H2SO4, KI dan laruan amilum.Langkah yang dilakukan adalah
mancampurkan FeCl3 dengan H2SO4 dan KI dalam tabung reaksi.Warna
yang dihasilkan dari pencampuran adalah orange bening. FeCl3 sebagai
oksidator. Fungsi penambahan H2SO4 yaitu untuk memberi suasana asam
agar terjadi reaksi antara FeCl3 dengan KI.KI berfungsi sebagai sebagai
indicator ada tidaknya amilum .Setelah itu,larutan dipanaskan warna larutan
berubah menjadi orange kecoklatan.Fungsi pemanasan adalah untuk
mempercepat reaksi, karena kenaikan suhu dapat mempercepat tumbukan
partikel sehingga dapat mempercepat pencapaian energy
aktivasi.Lalu,menambahkan dengan sedikit larutan kanji.Warna yang
dihasilkan berubah menjadi hitam.Hasil uji positif menunjukkan adanya I2
dalam reaksi redoks, karena fungsi penambahan kanji yaitu sebagai indikator
untuk mengetahui adanya I2.
Reaksi yang terjadi:

(Petrucci,1992)
VI. Penutup
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Reaksi redoks adalah suatu reaksi dengan ditandai terjadi pemindahan
elektron atau perubahan biloks saat pereaksi berubah menjadi hasil reaksi.
6.1.2. Rekasi pendesakan logam merupakan jenis reaksi redoks, dimana pada
reaksi ini mengacu pada deret volta yang semakin ke kanan sifat reduktornya
semakin kuat dan sifat oksidasinya semakin lemah.
6.1.3. Reaksi disproporsionasi merupakan jenis reaksi redoks yang terjadi simultan
oleh suatu spesies yang bertindak sebagai reduktor dan oksidator
(autoredoks).

6.2 Saran
LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 10 Maret 2020


Praktikan,

Adinda Santoso Rakka Gustyan Pratama


24030119120006 24030119120039

M. Rafi Diyansyah Putra Esens Estetika


24030119130055 24030119130083

Mengetahui
Asisten,

Novemi Eliza
24030117120031
LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 29 Maret 2020


Praktikan,

Adinda Santoso Rakka Gustyan Pratama


24030119120006 24030119120039

M. Rafi Diyansyah Putra Esens Estetika


24030119130055 24030119130083

Mengetahui
Asisten,

Novemi Eliza
24030117120031
LAMPIRAN

Gambar 1. Larutan Gambar 2. Larutan Gambar 3. Larutan


CuSO4 dengan logam ZnSO4 dengan logam PbNO3 dengan logam
Zn Cu (kiri ke kanan)
Al,Cu,Fe

Gambar 4. Larutan Gambar 5. Larutan Gambar 6. Larutan


Zn(NO3)2 dengan NaNO3 dengan logam H2O2 + Larutan MnO2
logam (kiri ke kanan) (kiri ke kanan) setelah dilakukan
Al,Cu,Fe Al,Cu,Fe pemanasan
Gambar 7. Warna larutan Gambar 8. Warna larutan
kuning akbibat penambahan menjadi hitam akbibat
Larutan H2O2 + larutan penambahan Larutan H2O2 +
H2SO4 + Larutan KI larutan H2SO4 + Larutan KI +
Larutan amilum

Gambar 8. Warna Gambar 9. Warna Gambar 7. Warna


larutan kuning akbibat larutan kuning-orange larutan menjadi hitam
penambahan Larutan akbibat pemanasan akbibat penambahan
FeCl3 + larutan H2SO4 Larutan H2O2 + larutan larutan amilum pada
+ Larutan KI H2SO4 + Larutan KI Larutan H2O2 + larutan
H2SO4 + Larutan KI
setelah dipanaskan
DAFTAR PUSTAKA

Basri, S. 1996. Kamus Kimia. Jakarta: Erlangga


Braddy, J.E. 1999. Kamus Universitas Asas dan Sturktus. Bandung: Binarupa Aksara
Keenan. 1991. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga
Parker, J. 1986. Pelleting Handbook. Singapore: California Pellet Mill
Petrucci, R. 1992. Kimia Dasar Prinsi dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid I.
Jakarta: Erlabgga
Purba, M. 2004. Kimia SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga
Rivai, Harizui. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Sugiyanto, K.H. 2004. Kimia Anorganik I (Edisi Revisi). Yogyakarta: Jurusan Kimia
FMIPA UNY
Svehla, G. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Edisi Kelima.
Jakarta: Kalman Media Pustaka.
Underwood. 1994. Analisa Kimia Kualitatif. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai