Anda di halaman 1dari 9

WOMEN WORKER AND THE PROBLEM OF GENDER

Afrid’s Tamara Wiladatika


Universitas Brawijaya

Abstract
In this time,women also participate to increase her family income by working are
common.The role of women to fulfillment economic needs become an obligated,due to the
urgency of the necessities of life.The Difficult of family economics circumstances,often
forcing some family members speciallythe women to earn a living,given the necessities
increasingly difficult living met by the husband income,so it can not provide for the family .It
is obvious in low income families,women are encouraged to role in increasing family income
with work in public sector.Women from families of middle to top also plunge in to the world
of work.Discrimination against women a lot going on the family dependents facilities.Where
the mayority of male workers an allowances for family even after they reach the age of 40
years,while female workers do not get the same facilities in the age group 30-39
years.Women have several advantages and the potential are also no less than man both in
terms intellect,ability and skill.
Keywords : discrimination,the reason women work,jobs in the formal and informal sector.

PEKERJA WANITA DAN MASALAH GENDER


Abstrak
Pada masa ini wanita turut berpartisipasi meningkatkan pedapatan keluarganya dengan cara
bekerja merupakan hal yang biasa. Peran wanita dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi
menjadi suatu keharusan, akibat semakin mendesaknya kebutuhan hidup. Sulitnya keadaan
ekonomi keluarga sering kali memaksa beberapa anggota keluarga khususnya wanita untuk
mencari nafkah, mengingat kebutuhan hidup semakin sukar dipenuhi oleh penghasilan suami,
sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarganya. Hal ini terlihat jelas pada keluarga
dengan ekonomi rendah, wanita terdorong untuk ikut berperan dalam meningkatkan
pendapatan keluarganya dengan bekerja di sector publik. Wanita dari keluarga ekonomi
menengah ke atas juga tidak sedikit yang terjun ke dalam dunia kerja.Diskriminasi terhadap
perempuan banyak sekali terjadi pada fasilitas tanggungan keluarga. Di mana mayoritas
pekerja laki-lakimendapatkan tunjangan untuk keluarga bahkan setelah mereka mencapai usia
40 tahun,sementara pekerja perempuan tidak mendapatkan fasilitas yang sama
pada kelompok usia 30-39 tahun. Wanita memiliki beberapa keunggulan serta
potensi yang juga tidak kalah dibanding dengan kaum pria, baik dari segi intelektual,
kemampuan, maupun keterampilan.
Kata kunci : diskriminasi, alasan wanita bekerja, pekerjaan di dalam sektor formal dan
informal
Pendahuluan Wanita yang bekerja di luar rumah dan
memperoleh penghasilan dari hasil
Wanita bekerja, bukanlah suatu fenomena bekerjanya sebagai employed women.
yang asing bagi masyarakat Indonesia Wanita bekerja (employed women) adalah
pada saat ini, setelah lulus sekolah banyak wanita yang bekerja di luar rumah dan
wanita yang ingin bekerja. Hal tersebut menerima uang atau memperoleh
dapat dilihat dari beberapa hasil penelitian penghasilan dari hasil pekerjannya.
yang mengungkapkan bahwa dengan Kebutuhan yang timbul pada wanita untuk
bekerja, wanita juga dapat memperoleh bekerja adalah sama seperti pria, yaitu
rasa pemenuhan diri dan kepuasan yang kebutuhan psikologis, rasa aman, sosial,
dibutuhkannya. Pekerjaan dapat menjadi ego, dan aktualisasi diri. Bagi diri wanita
sarana bagi wanita untuk menjadi kreatif, itu sendiri sebenarnya dengan bekerja di
produktif, dan memperoleh harga diri serta luar rumah, ia akan mencapai suatu
rasa hormat. Peranan wanita dalam pasar pemuasan kebutuhan. Terdapat beberapa
kerja semakin lama dinilai semakin alasan mengapa wanita bekerja, antara lain
penting. yaitu menambah penghasilan, menghindari
rasa bosan atau jenuh dalam mengisi
Pada awalnya, wanita bekerja sekedar
waktu luang, mempunyai minat atau
untuk memenuhi kebutuhan ekonomi
keahlian tertentu yang ingin dimanfaatkan,
keluarganya bila sang suami tidak bekerja,
memperoleh status, dan mengembangkan
atau bila penghasilan sang suami tidak
diri.
mencukupi. Tidak hanya itu wanita
bekerja untuk berbagai alasan lain, Sektor Formal dan Informal
misalnya untuk mengembangkan keahlian
lain yang dimilikinya selain pekerjaan Sektor formal ini digunakan dalam
rumah tangga yang biasa ia kerjakan. pengertian pekerja bergaji atau harian
Hubungan yang monoton dengan anggota dalam pekerjaan yang permanen meliputi:
keluarga, pekerjaan rumah tangga yang (1) sejumlah pekerjaan yang saling
membosankan, kurangnya kebebasan akan berhubungan yang merupakan bagian dari
diri sendiri, perasaan terasing dari suatu struktur pekerjaan yang terjalin dan
lingkungan sosial, tingkat kebisingan di amat terorganisir; (2) pekerjaan secara
rumah juga dapat menjadi alasan wanita resmi terdaftar dalam statistik
bekerja di luar rumah. Selain itu, alasan perekonomian; 3) Syarat-syarat bekerja
wanita ingin bekerja khususnya pada dilindungi oleh hukum. Sektor informal
wanita berkeluarga adalah karena dicirikan oleh: pola kegiatan tidak teratur,
bertumbuhnya anak-anak yang tidak tersentuh oleh aturan-aturan
menyebabkan menurunnya kebutuhan pemerintah, modal dan penghasilan kecil
mereka akan perhatian ibu. dalam hitungan harian, tempat tidak tetap
dan terikat dengan usaha-usaha lain,
Banyak faktor yang menjadi alasan wanita umumnya melayani golongan masyarakat
bekerja. aktivitas ekonomi pelaku sektor berpenghasilan rendah, tidak
informal alasan wanita bekerja di sektor membutuhkan keahlian dan ketrampilan
informal adalah karena keharusan bekerja khusus, umumnya menggunakan tenaga
untuk mengatasi kesulitan ekonomi rumah kerja dalam jumlah kecil dan dari dalam
tangga. Faktor-faktor yang dimaksud keluarga atau dari daerah asal yang sama,
antara lain untuk meningkatkan kualitas tidak menerapkan sistem pembukuan, dan
hidup, membayar hutang, mengurangi kecenderungan tingkat mobilitas kerja dan
ketergantungan terhadap suami dan tempat tinggal cukup tinggi.
meningkatkan status sosial.
Ciri-ciri sector informal sebagai berikut:
Kegiatan usaha tidak terorganisasi secara
baik, karena unit usaha yang timbul tidak seorang wanita bergaul dengan para wanita
menggunakan fasilitas atau kelembagaan karir, tidak menutup kemungkinan wanita
yang tersedia di sektor formal. Pada tersebut akan ikut menua karir juga.
umumnya, unit usaha tidak mempunyai Wanita juga ingin memiliki status sosial
izin usaha. Pola kegiatan usaha tidak yang tinggi, yang salah satu
teratur, baik dalam arti lokasi maupun jam pencapaiannya adalah dengan berkarir.
kerja. Pada umumnya, kebijaksanaan Wanita yang aktif dalam kehidupannya
pemerintah untuk membantu golongan akan merasa kurang jika ia tidak
ekonomi lemah tidak sampai ke sektor ini. melakukan karir dan memiliki profesi
Unit usaha mudah keluar masuk dari satu tertentu. Selain itu, karir dan profesi akan
sub sektor ke lain sub sektor. Teknologi menambah lingkungan social bagi wanita
yang dipergunakan bersifat tradisional. yang aktif bersosialisasi.
Modal dan perputaran usaha relatif kecil,
sehingga skala operasi juga relatif kecil; 3. Alasan budaya
tidak diperlukan pendidikan formal karena Budaya atau adat yang ada dimasyarakat
pendidikan yang diperlukan diperoleh dari tidak semuanya menuntut para pria untuk
pengalaman sambil bekerja. Pada bekerja memenuhi kebutuhan hidup
umumnya, usaha termasuk golongan yang keluarga. Adat dan budaya yang seperti itu
mengerjakan sendiri usahanya dan kalau secara tidak langsung menuntut dan
mengerjakan buruh berasal dari keluarga. memaksa wanita untuk bekerja dan
Sumber dana modal usaha pada umumnya berkarir menjadi tulang punggung
berasal dari tabungan sendiri atau dari keluarganya. Wanita karir yang seperti
lembaga keuangan yang tidak resmi. Hasil inilah yang menuai pekerjaannya mungkin
produksi atau jasa terutama dikonsumsi dengan agak sedikit terpaksa. Budaya yang
kota atau desa yang berpenghasilan ada membuat wanita secara terpaksa harus
rendah, tetapi kadang-kadang juga berperan ganda menjadi ibu rumah tangga
berpenghasilan menengah. serta mencari nafkah bagi keluarganya.

4. Tuntutan lainnya
Alasan Wanita memilih Berkarir Ada kalanya seorang wanita dituntut untuk
meneruskan suatu karir yang tidak ia
1. Alasan ekonomi
inginkan sama sekali hanya untuk menjaga
Kebutuhan keluarga yang tidak dapat
kelangsungan suatu tujuan. Hal ini jelas
dicukupi oleh suami secara langsung dan
merupakan paksaan secara tidak langsung
tidak langsung menuntut seorang wanita
bagi para wanita.
atau istri untu ikut bekerja mencari
penghdupan untuk keluarganya. Selain itu
wanita yang merasa memiliki terlalu Pengaruh Gender Bagi Wanita
banyak kebutuhan akan tambahannya akan Adanya perbedaan gender antara pria dan
sangat tertarik untuk meniti karir agar wanita pada akhirnya menyebabkan
kebutuhan dapat terpenuhi dengan mudah. berbagai ketimpangan dan ketidakadilan
Wanita merasa mampu dan perlu untuk dalam kaum pria maupun kaum wanita.
memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa Kaum pria seringkali merasa dianggap
harus sepenuhnya bergantung kepada lebih hebat dan lebih kuat dalam banyak
orangtua ataupun suami. bidang dibandingkan dengan kaum wanita.
2. Alasan sosial Disisi lain, wanita itu sendiri dianggap
Keinginan untuk ikut serta aktif didalam lemah dan menjadi bahan atau korban
lingkungan. Kebiasaan wanita untuk selalu kekerasan dan berbagai pelecehan seksual
ingin berada di lingkungan kalangannya oleh kaum pria. Perbedaan gender itu pula
akan mampu membuatnya mengikuti apa yang melahirkan perbedaan kesempatan
yang dilakukan oleh kalangannya. Jika
kerja antara pria dan wanita. Gender telah mempertaruhkan nyawa dalam melahirkan
melahirkan berbagai anggapan yang tersebut. Karena kegiatan tersebut mereka
menilai bahwa memprkerjakan pria akan banyak tidak masuk kerja dari pada laki-
lebih menguntungkan daripada laki.
memperkerjakan wanita. Hal ini jelas
cenderung akan merugikan seorang 3. Sosio-kultural
wanita, karena masyarakat cederung
Faktor sosio-kultural yaitu tentang adat
mengabaikan kemampuan lebih yang
istiadat. Banyak adat istiadat di dunia yang
dimiliki oleh wanita dan lebih
memandang wanita itu sebelah mata,
mempercayakan peluang kerja kepada
dalam masa jahiliyah dahulu mereka
kaum pria. Masyarakat saat ini belum
dianggap sebagai pembawa sial, karena
benar-benar memberikan porsi yang sama
anggapan ini banyak masyarakat Qurais
antara kaum pria dan kaum wanita. Adat
yang membunuh anak perempuan mereka
peran kaum wanita untuk menjadi seorang
dan bagi yang tidak mau membunuh anak
ibu rumah tangga membuat wanita seolah-
wanita mereka harus mengajarkan anak
olah tidak pantas untuk bekerja.
wanita itu cara belajar memanah,
Faktor- faktor penyebab terjadinya menunggang kuda dan cara berperang.
diskriminasi terhadap pekerja wanita Selain itu wanita harus selalu dirumah dan
tugas mereka hanya di dapur.
Diskriminasi terhadap pekerja itu bukan
tanpa sebab. Banyak faktor yang 4. Peran Ganda Wanita
mempengaruhi hal tersebut, diantaranya :
Peran ganda ini yaitu wanita mempunyai
1. Fisik dua pekerjaan, bekerja dan mengurusi
keluarga. Wanita yang mempunyai peran
Faktor ini dipengaruhi oleh hormonal, ganda ini pikiran nya akan terbagi menjadi
biasanya fisik laki-laki lebih kuat dari pada dua. Karena pikirannya terbagi menjadi
wanita. Oleh karena itu wanita cenderung dua biasanya mereka bekerja tidak
bekerja yang ringan-ringan saja seperti maksimal hal ini akan berakibat fatal
pada bagian perawatan, kesekretariatan, terhadap perusahaan.
dan lain sebagainya. Selain itu laki-laki
karena mereka merasa lebih hebat dari Undang-Undang Ketenagakerjaan nomor
wanita, mereka seperti berkuasa, tidak mau 13 tahun 2013 sudah memberikan
menuruti yang lemah, ibarat hukum laut perlindungan khusus bagi pekerja
yang kuat menang dan yang lemah harus perempuan dalam keterkaitannya dengan
tunduk terhadap yang kuat. Selain itu para kodrat sebagai perempuan, misalnya:
pengusaha juga memilih-milih karyawan,
mereka hanya ingin wanita yang
berpenampilan menarik. 1. Cuti haid
Pekerja perempuan yang dalam
2. Biologis
masa haid merasakan sakit dan
Faktor ini lebih difokuskan pada masalah memberitahu kepada pengusaha
haid, melahirkan, menyusui, nifas dan lain tidak wajib bekerja pada hari
sebagainya. Secara kodrat wanita jelas pertama dan hari kedua pada waktu
berbeda dengan laki-laki, oleh karena itu haid (pasal 81 ayat 1 UUK).
pelayanan terhadap mereka harus berbeda 2. Cuti hamil/melahirkan/keguguran
pula. Dalam masa haid, melahirkan, Kebijakan pemerintah untuk
menyusui, nifas itu produktivitas wanita memberikan cuti hamil kepada
berkurang bahkan mereka tidak bisa perempuan adalah sesuatu yang
beraktivitas sama sekali. Mereka wajib karena keterkaitan kodrat
sebagai perempuan. Ketentuan ada perjanjian sebelumnya. Undang-
pasal 82 UU No 13 tahun 2003 undang No. 13/2003 Pasal 154 huruf b
tentang ketenagakerjaan mengatur bahwa perusahaan tidak dapat
mengatakan pekerja/buruh memaksa pekerja wanita yang hamil untuk
perempuan berhak memperoleh mengundurkan diri karena pengunduran
istirahat 1,5(satu setengah) bulan diri harus didasarkan pada kemauan dari
sebelum saatnya melahirkan anak pekerja itu sendiri. Sehingga, pemutusan
dan 1,5 bulan sesudah melahirkan hubungan kerja karena alasan hamil adalah
menurut perhitungan dokter tidak beralasan hukum dan dianggap batal
kandungan atau bidan. demi hukum.

Hak-hak Pekerja Wanita yang Sering 3. Perlindungan Untuk Pekerja


Diabaikan Perusahaan Wanita Pada Masa Kehamilan
1. Tidak Ada Larangan Hamil Bagi Pada dasarnya seorang pekerja wanita
Pekerja Wanita yang hamil berada dalam kondisi yang
rentan karena beban kerja yang berlebih
Banyak ditemukan perusahaan yang akan mempengaruhi kesehatan ibu dan
melarang wanita untuk hamil selama bayi di dalam kandungannya. Untuk itu
periode kerja tertentu. Menurut pemilik perusahaan wajib menjamin perlindungan
perusahaan, wanita yang hamil akan bagi pekerja wanita yang sedang hamil.
mengurangi produktivitas kerja mereka Perlindungan ini diatur dalam konvensi
karena harus mengambil cuti berbulan- internasional dan undang-undang di
bulan. Beberapa perusahaan bahkan Indonesia. Undang-undang No. 13 Tahun
sampai hati melakukan pemutusan 2003 Pasal 76 ayat 2 menyatakan bahwa
hubungan kerja karena pekerjanya hamil. pengusaha dilarang memperkerjakan
Namun perlu diketahui bahwa UU No. wanita hamil yang akan bisa berbahaya
13/2003 tentang Ketenagakerjaan bagi ibu hamil dan juga bagi
melarang perusahaan melakukan kandungannya. Sementara itu, Pasal 3
pemutusan hubungan kerja karena alasan Konvensi ILO No. 183 Tahun 2000
pekerja wanita hamil. Ketentuan yang mewajibkan pemerintah dan pengusaha
terdapat pada Pasal 153 Ayat 2 pada untuk menjamin para pekerja wanita yang
undang-undang tersebut juga mengatur hamil bebas dari tugas-tugas yang
jika ada pemutusan hubungan kerja yang membahayakan kandungannya.
dilakukan karena pekerja hamil adalah
batal demi hukum dan perusahaan wajib 4. Cuti Hamil dan Cuti Melahirkan
mempekerjakannya kembali. Bagi Pekerja Wanita
2. Tidak Boleh Ada Perjanjian Kerja Undang-undang No. 13 Tahun 2003,
yang Mewajibkan Pekerja Wanita khususnya pasal 82 mengatur hak cuti
Mengundurkan Diri Karena Hamil hamil dan cuti melahirkan yang dimiliki
oleh pekerja wanita. Undang-undang
Beberapa perusahaan yang melarang tersebut mengatur bahwa pekerja wanita
pekerja wanita hamil biasanya akan memiliki hak memperoleh istirahat selama
memaksa yang bersangkutan untuk 1,5 bulan sebelum melahirkan anak dan
mengundurkan diri jika benar-benar hamil. 1,5 bulan setelah melahirkan. Pekerja
Biasanya perusahaan mengikat pekerjanya wanita sebaiknya memberitahu pihak
dengan perjanjian di awal masa kerja. manajemen perusahaan baik secara lisan
Namun pada dasarnya, perusahaan tidak maupun secara tertulis maksimal 1,5 bulan
dapat memaksa pekerjanya mengundurkan sebelum perkiraan kelahiran. Setelah
diri dengan alasan hamil, meskipun sudah melahirkan keluarga pekerja wanita juga
wajib memberitahukan kelahiran anaknya Kelahiran tidak bisa diprediksi secara
dalam tempo tujuh hari setelah kelahiran. akurat sehingga kerap terjadi lebih awal
Pekerja wanita juga wajib memberikan dari perkiraan dokter. Bagaimana kalau
bukti kelahiran dari rumah sakit atau akta pekerja wanita melahirkan sebelum
kelahiran dalam tempo enam bulan setelah mengajukan surat cuti kepada manajemen
melahirkan. perusahaannya? Apakah karena hal itu
haknya memperoleh cuti melahirkan
5. Cuti Keguguran Bagi Pekerja hilang? Tidak. Pekerja wanita tetap
Wanita memperoleh hak cuti melahirkan secara
akumulatif tiga bulan sejak melahirkan.
Pekerja wanita yang mengalami keguguran
Perusahaan diwajibkan mengatur
kandungan juga memiliki hak cuti
pergeseran waktu cuti hamil tersebut.
melahirkan selama 1,5 bulan atau sesuai
dengan surat keterangan dokter kandungan 8. Hak Menyusui dan Memerah ASI
atau bidan. Dalam pasal 82 ayat 2 Undang- Bagi Pekerja Wanita
undang No. 13 Tahun 2003 dinyatakan
bahwa pekerja wanita yang mengalami Setelah melahirkan, seorang pekerja
keguguran kandungan berhak memperoleh wanita harus menyusui anaknya. Hal ini
istirahat 1,5 bulan atau sesuai dengan surat pun diatur dalam undang-undang
keterangan dokter kandungan atau bidan internasional dan nasional. Pasal 83
yang menangani kasus keguguran tersebut. Undang-undang No. 13 Tahun 2003
Seperti saat melahirkan, seorang pekerja mengatur bahwa pekerja wanita yang
pria juga memiliki hak cuti selama 2 hari masih menyusui anaknya harus diberi
ketika istrinya mengalami keguguran. kesempatan, minimal diberi waktu untuk
memerah ASI pada waktu jam kerja.
6. Biaya Persalinan Untuk Pekerja Dalam hal ini seharusnya setiap
Wanita perusahaan menyediakan ruangan untuk
memerah ASI. Pasal 10 Konvensi ILO No.
Mengenai biaya persalinan, Undang-
183 Tahun 2000 mengatur lebih detail
undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan
bahwa pekerja wanita yang menyusui
Sosial Tenaga Kerja dan PP No. 14 Tahun
memiliki hak untuk satu atau lebih jeda di
1993 tentang Penyelenggaraan Program
antara waktu kerja atau pengurangan jam
Jaminan Sosial Tenaga Kerja telah
kerja setiap harinya untuk menyusui
mengatur bahwa pengusaha yang
bayinya atau memerah ASI. Sesuai
mempekerjakan lebih dari 10 tenaga kerja
rekomendasi WHO, masa menyusui
atau membayar upah paling sedikit Rp.
tersebut sekurang-kurangnya selama 2
1.000.000,- sebulan wajib
tahun.
mengikutsertakan tenaga kerjanya dalam
program jaminan sosial tenaga kerja yang 9. Hak Cuti Menstruasi bagi Pekerja
diselenggarakan oleh PT Persero Wanita
Jamsostek. Salah satu program Jamsostek
adalah jaminan pemeliharaan kesehatan Selama ini cuti menstruasi memang
yang mencakup biaya pemeriksaan terdengar asing di telinga kita, padahal
kehamilan dan biaya persalinan. Biaya ini Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal
diberikan maksimal untuk persalinan 81 mengatur bahwa pekerja wanita yang
ketiga dan besarnya bantuan biaya tersebut sedang menstruasi diizinkan tidak bekerja
maksimal Rp. 500.000,- untuk persalinan pada hari pertama dan kedua dan wajib
normal. memberitahukannya kepada manajemen
perusahaan. Masalahnya, perusahaan
7. Hak Pekerja Wanita yang biasanya meminta surat resmi dari dokter
Mengalami Kelahiran Prematur padahal hampir tidak ada wanita yang
konsultasi ke dokter karena menstruasi. pasal 5 ayat (1) dan pasal 20 ayat (1)
Hal inilah yang membuat isu cuti berhubung dengan pasal IV Aturan
menstruasi seperti hilang begitu saja. Peralihan Undang-undangDasar dan
Maklumat Wakil Presiden Republik
Peran Pemerintah Terhadap Pekerja Indonesia tertanggal 16 Oktober 1945 No.
Wanita X;Dengan persetujuan Badan Pekerja
Komite Nasional Pusat;
Peran utama pemerintah adalah membuat
peraturan-peraturan yang mengatur
MEMUTUSKAN :
penghapusan diskriminasi terhadap pekerja
Menetapkan peraturan sebagai berikut
wanita tersebut. Seperti pasal 5 dan 6
:"UNDANG-UNDANG KERJA TAHUN
Undang-undang No. 13 Tahun 2003 yang
1948".
mengatakan bahwa dalam dunia kerja
basicly tidak ada perbedaan antara laki-
BAGIAN III.
laki dan perempuan. Pasal 81 Undang-
Tentang pekerja orang wanita.
undang No. 13 tahun 2003 yang
Pasal 7.
mengatakan bahwa pekerja wanita dalam
(1) Orang wanita tidak boleh menjalankan
masa haid terdapat dysmenorrhoea dan
pekerjaan pada malam hari, kecuali
memberitahu pada perusahaan tidak wajib
jikalau pekerjaanitu menurut sifat,
bekerja pada hari 1 dan 2 dalam masa haid.
tempat dan keadaan seharusnya
Selain itu pemerintah dapat dijalankan oleh orang wanita.
meminimilisasikan deskriminasi itu (2) Dapat dikecualikan dari larangan
dengan cara : termaksud dalam ayat (1) hal-hal
dimana pekerjaan wanitapada malam
1. Melakukan pembinaan terhadap hari itu tidak dapat dihindarkan
Tenaga Kerja Wanita. berhubung dengan kepentingan
2. Penempatan dan pekerjaan yang ataukesejahteraan umum.
tepat bagi Tenaga Kerja Wanita. (3) Dalam Peraturan Pemerintah akan
3. Perlindungan bagi Tenaga Kerja ditetapkan hal-hal yang dikecualikan
Wanita dan penyediaan fasilitas termaksud dalamayat (2) beserta
yang diperlukan. syaratsyarat untuk menjaga kesehatan
4. Mengembangkan motivasi khusus dan kesusilaan buruh wanita itu.
kewanitaan.
5. Mendukung program Keluarga
Berencana. Daftar Pustaka
Adisu, Edytus. 2008. Hak Karyawan Atas
UNDANG-UNDANG (UU) 1948 No. 12. Gaji. Forum Sahabat
(12/1948)
Azhari, Hapriza. Undang-undang
Peraturan tentang Undang-undang Kerja
Pekerjaan : Huraian dan Panduan
Tahun 1948.
Terhadap Akta Kerja. UTM Anggota
Persatuan Penerbit Buku Malaysia
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang: Dewi, Putu Martini. 2012. Partisipasi
bahwa untuk menjamin pekerjaan dan Tenaga Kerja Perempuan dalam
penghidupan yang layak bagi buruh perlu Meningkatkan Pendapatan Keluarga. Vol
diadakanaturan-aturan tentang pekerjaan 5(2). PP 119-124
buruh;
Hernamawarni, Nor Bt Abdul. 2009.
Mengingat: “Mengimbangi Peranan Wanita: Isteri, Ibu
dan Pekerja” , http://www.scribd.com/ Yasin, Maisar. 2000. Wanita Karir Dalam
doc/15054666/peranan-wanita-sebagai- Perbincangan. Gema Insani Pres
isteri-pekerjadan- ibu, di unduh tanggal 15
Mei 2012.
Journal of Bussines Studies Quarterly.
2013. Vol 4(3)
Ken Suratiyah, et al. 1996. Dilema Wanita,
Antara Industri Rumah tangga dan
Aktivitas Domestik. Yogyakarta:
AdityaMedia
Koderi, Muhammad. 1999. Bolehkah
Wanita Menjadi Imam Negara. Gema
Insani Press
Luhulima, Achie Sudiarti. 2007. Bahan
Ajar Tentang Hak Perempuan : UU No 7
tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi
Megenai Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Terhadap Wanita. Yayasan
Obor Indonesia
Magister Agama (M.Ag). 2009.
Diskriminasi Gender Terhadap
Perempuan dalam Sektor Pekerjaan. Vol
4(1). PP 158-180
Mulyati, Tatik. 2012. Motivasi Wanita
Bekerja dan Pengaruhnya Terhadap
Kontribusi Pendapatan Keluarga. Vol
1(2). PP 80-94
Pandia, W. S. S. 1997. “Hubungan Antara
Peran dan Jenis Kelamin dengan Sikap
Terhadap Perceraian Pada Wanita
Bekerja.” Skripsi (Tidak Diterbitkan).
Depok: Fakultas Psikoloi Universitas
Indonesia
Rahayu, Kusmaryati Dwi. 2008. Peran
Perempuan Pekerja di Sektor Informal
dalam Peningkatan Pendapatan Keluarga.
Vol 5(3). PP 225-236
Uli, Sinta. 2005. Pekerja Wanita di
Perusahaan dalam Prespektif Hukum dan
Gender. Vol 10(2). PP 87-92
www.academia.edu/9384749/Makalah_Di
skriminasi_Wanita_Dalam_Dunia_Pekerja
an

Anda mungkin juga menyukai