Buku Dasar Dasar Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Buku Dasar Dasar Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA
Oleh:
Diterbitkan oleh
UPT Penerbitan UNEJ
Jl. Kalimantan 37 Jember 68121
Telp. 0331-330224, Psw. 319, Fax. 0331-339029
E-mail: upt-penerbitan@unej.ac.id
613.6
SUJ SUJOSO, Anita Dewi Prahastuti
d Dasar-dasar Keselamatan dan Kesehatan
Kerja/oleh Anita Dewi Prahastuti Sujoso.--
Jember: Jember University Press, 2012
viii, 176 hlm. ; 23 cm.
ISBN: 978-602-9030-39-6
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
iv
3.8 Pertanyaan Diskusi ................................................. 50
3.9 Peta Ingatan (Mind Map) ........................................ 53
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
viii
BAB 1 KONSEP KESEHATAN DAN KESELAMATAN
KERJA
Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep kesehatan dan
keselamatan kerja (K3).
1.1 Pengertian K3
Sebelum masuk pada filosofi K3, perlu dipahami mengenai
pengertian kesehatan dan keselamatan kerja atau sering disingkat dengan
K3. Pengertian K3 yang akan dibahas adalah menurut World Health
Organization (WHO) dan International Labour Organization (ILO).
Menurut International Labour Organization (ILO) kesehatan
keselamatan kerja atau Occupational Safety and Health adalah
meningkatan dan memelihara derajat tertinggi semua pekerja baik secara
fisik, mental, dan kesejahteraan sosial di semua jenis pekerjaan,
mencegah terjadinya gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
pekerjaan, melindungi pekerja pada setiap pekerjaan dari risiko yang
timbul dari faktor-faktor yang dapat mengganggu kesehatan,
menempatkan dan memelihara pekerja di lingkungan kerja yang sesuai
dengan kondisi fisologis dan psikologis pekerja dan untuk menciptakan
kesesuaian antara pekerjaan dengan pekerja dan setiap orang dengan
tugasnya
Definisi K3 yang disampaikan oleh ILO berbeda dengan yang
disampaikan oleh Occupational Safety Health Administrasi (OSHA).
Pengertian K3 menurut OSHA adalah kesehatan dan keselamatan kerja
adalah aplikasi ilmu dalam mempelajari risiko keselamatan manusia dan
properti baik dalam industri maupun bukan. Kesehatan keselamatan kerja
merupakan mulitidispilin ilmu yang terdiri atas fisika, kimia, biologi dan
ilmu perilaku dengan aplikasi pada manufaktur, transportasi, penanganan
material bahaya. .
Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
perbedaan definisi K3 menurut WHO-ILO dan OSHA. Pertama,
pendekatan yang dilakukan WHO-ILO mengarah pada perlindungan
kesehatan masyarakat pekerja melalui upaya promotif, prefentif, kuratif
dan rehabilitasi. Sasarannya pekerja. Sedangkan OSHA lebih menekankan
pada pengendalian lingkungan kerja fisik, kimia, biologi dan ergonomi
psikologi yang dapat mengganggu status kesehatan dan keselamatan
pekerja. Sasarannya lingkungan kerja. Perbedaan yang kedua adalah
2|Dasar Kese la ma tan dan Kese hata n Kerja
1.4 Filosofi K3
Dari beberapa pemahaman di atas dapat disimpulkan bahwa K3
mengandung beberapa nilai :
a. K3 merupakan hak asasi manusia/ pekerja. Bahwa tiap pekerja berhak
mendapatkan perlindungan tentang kesehatan dan keselamatan
kerjanya
b. K3 merupakan usaha untuk mengendalikan haJard/ bahaya di tempat
kerja.
1.5 Ringkasan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan salah satu bagian
dari kesehatan masyarakat yang melakukan upaya preventif atau
pencegahan terhadap timbulnya penyakit akibat kerja atau kecelakaan
kerja. Sasaran kesehatan masyarakat adalah masyarakat luas dalam suatu
batasan wilayah tertentu. Sedangkan sasaran dari K3 lebih khusus yaitu
masyarakat pekerja.
Konsep Kesehatan dan Keselamatan Kerja |9
3. Ilmu K3 sudah mulai ada sejak jaman pra sejarah dan mengalami
perkembangan yang pesat pada jaman revolusi industri. Pada masing-
masing jaman, K3 membawa perkembangan sub keilmuan sendiri.
Sebutkan ilmu-ilmu yang berkembang sesuai dengan sejarahnya!
Jawab:
Jaman/ Masa Ilmu yang Berkembang
Perkembangan
Jaman pra sejarah Desain tombak dan kapak yang
(jaman batu dan goa) dibuat umumnya mempunyai bentuk
yang lebih besar proporsinya pada
mata kapak atau ujung tombak,
sehingga tidak memerlukan tenaga
yang besar. (ergonomi)
Jaman Bangsa Pada era ini masyarakat sudah
Babylonia (Dinasti mencoba membuat sarung kapak
Summeria) di Irak agar aman dan tidak membahayakan
bagi orang yang membawanya
(keselamatan kerja)
Jaman Mesir Kuno Untuk menjaga agar pekerjaannya
lancar Raja Ramses II menyediakan
tabib serta pelayan untuk menjaga
kesehatan para pekerjanya (kesehatan
kerja).
Jaman Yunani Kuno Hippocrates berhasil menemukan
adanya penyakit tetanus pada awak
kapal yang ditumpanginya (kesehatan
kerja).
Jaman Romawi para ahli seperti Lecretius, Martial,
dan Vritivius mulai memperkenalkan
adanya gangguan kesehatan yang
diakibatkan karena adanya paparan
bahan-bahan toksik dari lingkungan
kerja seperti timbal dan sulfur
(toksikologi industri).
Abad pertengahan sudah diberlakukan pembayaran
terhadap pekerja yang mengalami
kecelakaan (kesehatan kerja/ asuransi
kesehatan).
Ramazzini melihat bahwa ada dua
12 | D a s a r K e s e l a m a t a n d a n K e s e h a t a n K e r j a
ILO
1. Pengertian
WHO
Promotif
2. Tujuan K3
Prevetif
Kuratif
Rehabilitatif
PENGANTAR
b. Jaman Babylonia
3. Sejarah Singkat c. Jaman Mesir
K3 Kuno
d. Jaman Romawi
f. Abad 16
a.Sebelum Abad 17 f. Mendatng
g. Abad 18
b. Penjajahan Belanda e.Orla/ Orba
h. Revolusi Industri
c. Jepang d. Kemerdekaan i.Industrialisasi
a.Kesh.kerja j. Manajemen K3
4. Sub Keilmuan
K3 b. Kesl.kerja k. Mendatang
c..Higiene
5. Filosofi K3
d. Ergonomi
14 | D a s a r K e s e l a m a t a n d a n K e s e h a t a n K e r j a
BAB 2 KESELAMATAN KERJA DAN KECELAKAAN
KERJA
Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat menjelaskan keselamatan kerja dan
determinannya
Penjelasan
Keturunan/ herediter. Keturunan atau herediter dalam hal ini
adalah karakteristik atau kondisi yang dimiliki oleh seseorang yang
berisiko celaka. Misalnya keras kepala, ceroboh, lalai.
Perilaku tidak aman. Perilaku tidak aman adalah kebiasaan yang
berisiko terjadi kecelakaan. Misalnya tidak memakai alat pelindung anti
radiasi ketika bekerja di instalasi radiologi, bekerja melebihi jam kerja,
atau kerja lembur pada malam hari tanpa istirahat yang cukup.
Kondisi tidak aman. Kondisi tidak aman adalah keadaan yang
berisiko menimbulkan kecelakaan. Misalnya mesin dibiarkan tanpa
penutup, ruang kerja tanpa ventilasi cukup, pencahayaan yang tidak
memenuhi standar.
Kecelakaan. Pada penjelasan sebelumnya telah didefinisikan
dengan tegas tentang kecelakaan kerja.
Kerugian. Pada penjelasan sebelumnya telah didefiniskan dengan
tegas tentang kerugian.
Menurut Heinrich, kecelakaan bisa dicegah dengan ”mengambil”
salah satu domino, misalnya domino nomer 2, yaitu kondisi tidak aman.
Kondisi tidak aman ini diperbaiki, dipelihara sehingga aman. Misalnya
pencahayaan yang kurang terang atau terlalu silau diganti dengan yang
lebih baik. Mesin gerindra yang dibiarkan tanpa penutup, ditutup sehingga
lebih aman. Tidak harus domino 2 (kondisi tidak aman), pencegahan bisa
pula dengan memperbaiki perilaku. Memperbaiki perilaku misalnya
dengan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan mengenai suatu objek,
sehingga pengetahuan dan ketrampilannya meningkat. Secara ringkas teori
20 | D a s a r K e s e l a m a t a n d a n K e s e h a t a n K e r j a
Penjelasan
Pertama, lemahnya manajemen pengendalian (lack of control).
Pengendalian merupakan salah satu dari empat fungsi dari manajemen.
Fungsi ini berkaitan dengan manajer di semua lini administrasi,
pemasaran, quality control, teknik, pemesanan, keselamatan. Supervisor /
pimpinan/ manajemen harus menerapkan funsgi manajamen ini. Seorang
manajer yang profesional mengetahui program pengendalian bahaya;
mengetahui standar;merencanakan dan merancang standar kerja;
mendorong karyawan untuk memenuhi standar;mengukur
kinerja;mengevaluasi hasil dan kebutuhan. Ini semua merupakan
manajemen pengendalian. Tanpa manajemen pengendalian yang memadai,
kecelakaan penyebab dan akibatnya akan terjadi. Ada tiga hal yang
termasuk lemahnya manajemen pengendalian, yaitu 1)program tidak
memadai, 2)standar program tidak memdai, 3)ketidakpatuhan terhadap
standar. Penjelasannya sebagai berikut:
Program tidak memadai. Program K3 tidak memadai karena
terlalu sedikit. Program K3 seharusnya dirancang sesuai dengan lingkup
dan karakteristik perusahaan, kebiasaan, berdasarkan hasil penelitian yang
bermakna dan mengambil pengalaman berharga dari perusahaan sejenis.
Sasaran program K3 yang baik seharusnya meliputi kepemimpinan dan
22 | D a s a r K e s e l a m a t a n d a n K e s e h a t a n K e r j a
tidak tepat, penempatan yang tidak tepat, pengangkutan yang tidak tepat,
perbaikan peralatan saat sedang dioperasikan, berkelakar saat bekerja,
bekerja di bawah pengaruh alkohol. Tindakan yang tidak standar ini bisa
dikurangi jika perusahaan memberikan pendidikan dan pelatihan pada
karyawannya.
Kondisi-kondisi di bawah standar meliputi tidak memadainya
pelindung mesin, tidak memadainya alat pelindung diri, alat, peralatan
dalam kondisi rusak, terdapat penghalang, sehingga pekerjaan tidak lancar,
sistem kewaspadaan tidak bekerja dengan baik, bahaya kebakaran dan
ledakan, ketatarumahtanggaan tempat kerja buruk, lingkungan kerja
berbahaya (gas, debu, asap, fume dan uap), paparan kebisingan, paparan
radiasi, paparan temperatur ekstrim, pencahayaan tidak memadai, ventilasi
tidak memadai. Untuk menurunkan bahaya karena kondisi yang tidak
standar dilakukan inspeksi tempat kerja secara teratur.
Kecelakaan/incident contact with energy or substance. Mengacu
pada definisi yang sudah dipelajari sebelumnya, kecelakaan/ accident/
incident adalah kotak dengan energi atau zat. Apabila jumlah energi yang
dipidahkan jumlahnya terlampau besar atau dengan kata lain melebihi
batas penerima maka akan terjadi kerusakan. Kerusakan ini bisa berupa
cidera, sakit, kerusakan properti, dan berkurangnya waktu kerja.
Kerugian/loss. Hasil dari sebunah kecelakaan adalah berupa
kerugian. Beberapa kerugian yang timbul sebagai akibat terjadinya
kecelakaan kerja telah dijelaskan pada materi di atas. Kerugian yang
diakibatkan oleh kecelakaan kerja bisa diibaratkan sebagai sebuah
fenomena gunung es.
26 | D a s a r K e s e l a m a t a n d a n K e s e h a t a n K e r j a
Contoh soal
Suatu tempat kerja memiliki karyawan sebanyak 500 orang,jumlah jam
kerja yang dicapai 1.150.000 juta jam kerja orang. Pada saat yang sama
cidera yang menyebabkan hilangnya waktu kerja sebanyak 46. Berapa
nilai FR?
Jawab :
FR = (46 x 1.000.000) / 1.150.000\
FR = 40
Nilai frekuensi 40 ini berarti bahwa pada periode orang kerja
tersebut terjadi hilangnya waktu kerja sebesar 40 jam per sejuta orang
kerja. Angka ini tidak bisa mengidikasikan tingkat keparahan kecelakaan
kerja. Angka ini mengindikasikan bahwa karyawan tidak berada di
tempat kerja.
Rerata keparahan kecelakaan (severity rate). Severity rate
(SR) digunakan sebagai indikator hilangnya hari kerja untuk per sejuta
jam kerja orang. Data yang digunakan untuk menganalisis SR adalah
hilangnya hari kerja akibat kecelakaan kerja dan jumlah jam kerja orang
yang telah dilakukan (man hours). Rumus:
Contoh soal
Sebuah tempat kerja telah mengkaryawankan karyawan dengan jumlah
jam kerja 365.000 jam orang.Selama setahun telah terjadi 5 kasus
kecelakaan kerja yang menyebabkan hilangnya hari kerja sebanyak 175
hari. Berapa nilai SR?
Jawab:
SR = (175 x 1.000.000/ 365.000)
SR = 479
Nilai SR = 479 mengindikasikan bahwa selama kurun waktu terbeut
berarti telah terjadi hilangnya waktu kerja sebesar 479 hari per sejuta jam
kerja orang.
Persentase kejadian kecelakaan kerja (incident rate)/. Incident rate (IR)
digunakan untuk menginformasikan mengenai persentase jumlah
K e s e l a m a t a n K e r j a d a n K e c e l a k a a n K e r j a | 29
kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja. Data yang digunakan untuk
menganalisis IR adalah a)Jumlah kasus, b)Jumlah tenaga kerja terpapar.
Rumus:
Contoh soal
Suatu tempat kerja dengan tenaga kerja 500 orang, jumlah jam kerja yang
terlah dicapai 1.150.000 juta jam kerja orang dan Lost Time Injury (LTI)
sebesar 46. Berapakah nilai IR ?
Jawab:
IR = 46 x 100/ 500
IR = 9,2%
Rumus
FR sekarang - FR sebelumnya
Safe T Score =
√ (FR sebelumnya/ juta jam kerja sekarang)
Interpretasi hasil:
Skor positif mengindikasikan jeleknya rekam kejadian, sebaliknya skor
negatif menunjukkan peningkatan rekam sebelumnya. Secara lebih
lengkap:
Safe T Score di antara +2 hingga -2, artinya tidak ada perbedaan
bermakna
Safe T Score ≥ +2, menunjukkan penurunan kinerja
Safe T Score ≤ -2, menunjukkan peningkatan kinerja
Contoh soal.
tempat kerja kasus jam kerja FR
A kecelakaan orang
tahun lalu 10 10.000 1.000
tahun 15 10.000 1.500
sekarang
2.4 Ringkasan
Keselamatan kerja adalah suatu upaya pengendalian bahaya
supaya tidak menyebabkan kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan
kerugian dan memberikan jaminan karyawan dan sistem kerja aman.
Terjadinya kecelakaan kerja dapat dijelaskan melalui teori Domino, teori
ILCI. Kecelakaan kerja dapat dihitung dengan statistik kecelakaan. Untuk
menganalisis kecelakaan kerja yang terjadi dapat digunakan beberapa
kriteria, yaitu Rerata kekerapan kecelakaan kerja (frequency rate), Rerata
keparahan (severity rate), Persentase kejadian kecelakaan kerja (incident
Rate), rerata hilangnya waktu kerja (average time lost injury/ ATLR).
Jawab :
Bahaya mekanis. Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mesin
yang bergerak secara mekanis. Contoh bahaya mekanis adalah mesin
pemotong kayu, mesin pengepakan, penggergajian, mesin gerindra.
Jenis karyawanan yang berkaitan dengan bahaya mekanis antara lain
karyawan pemotong kayu, karyawan di proses produksi.
Bahaya listrik. Bahaya listrik berasal dari energi listrik. Contoh
bahaya listrik hubungan singkat, kebakaran, sengatan listrik
Bahaya fisik. Sumber bahaya fisik ini misalnya kebisingan, getaran
mekanis, temperatur yang ekstrim, radiasi, tekanan udara.
Karyawanan yang berkaitan dengan sumber bahaya ini adalah
karyawan di unit radiologi, bengkel kereta api, karyawan di pabrik
pengalengan ikan, dan penyelam.
Bahaya biologis. Sumber bahaya biologis ini bisa berupa keberadaan
virus, bakteri, jamur, protoza yang berada di lingkungan kerja.
Sumber bahaya biologis banyak terdapat di rumah sakit,laboratorium.
Karyawan sering terpapar bahaya biologis yaitu mereka yang bekerja
di penyamakan kulit, penyembelihan hewan, laboratorium.
Bahaya kimia. Sumber bahaya kimia adalah bahan-bahan kimia
dengan karakteristik yang dimiliki. Karakteristik bahaya bahan kimia
adalah korosif, mudah meledak, iritasi, mutagen, karsinogen. Contoh
bahan kimia timbal (Pb), H2SO4, karbonmonoksida (CO2), amonia
(NH3).
4. Terjadinya kecelakaan kerja dapat dijelaskan melalui teori kecelakaan
kerja. Teori kecelakaan kerja menurut Domino dan modifikasi teori
domino Farank E Bird. Jelaskan perbedaan kedua teori tersebut!
Jawab :
Teori domino mengemukakan bahwa kecelakaan kerja diakibatkan
oleh faktor yang diilustrasikan seperti kartu domino yang berjejer
yaitu faktor keturunan, kesalahan manusia, kondisi tidak aman yang
pada akhirnya menyebabkan kecelakaan dan kerugian. Supaya tidak
terjadi kecelakaan kerja, salah satu kartu harus diambil, dalam hal ini
dikendalikan. Hampir sama dengan teori Domino Frank E Bird
memodifikasi teori domino. Dikatakan kecelakaan kerja tidak
34 | D a s a r K e s e l a m a t a n d a n K e s e h a t a n K e r j a
Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat menjelaskan konsep kesehatan kerja dan
penyakit akibat kerja.
tinggi, tegang dan stress, yang diikuti oleh sakit maag, kesulitan tidur dan
sakit jantung, hilangnya konsentrasi, alarm atau teriakan peringatan tidak
terdengar.
Tingkat kerusakan pada telinga dapat diukur dengan tes
pendengaran yang disebut “audiogram”. Kehilangan pendengaran pada
batas suara percakapan manusia (antara 2000 sampai 4000 Hertz) dapat
terjadi secara temporer atau permanen.
Noise Induced Hearing Loss (NIHL) umumnya terjadi setelah 10
tahun atau lebih. NIHL biasanya terjadi secara perlahan-lahan sehingga
penderita biasanya tidak menyadari bahwa dirinya telah menderita
ketulian. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya ketulian
permanenen akibat kebisingan faktor tersebut adalah : tingkat intensitas
suara (sound pressure level), lamanya pemaparan (duration of exposure)
dan spectrum atau komposisi frekuensi, pola pemaparan (temporal atau
intermitten), kerentanan individu ( individual susceptibility).
Getaran. Getaran yang dimaksud pada bab ini adalah getaran
yang bersumber dari penggunaan alat-alat mekanis dan sebagian dari
kekuatan mekanis ini disalurkan kepada tubuh karyawan dalam bentuk
getaran mekanis. Efek mekanis ini menyebabkan sel-sel jariangan dapat
rusak atau metabolismenya terganggu. Efek mekanis yang ditimbulkan
dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu: 1) Whole body vibration dan 2)
Segmented vibration/ hand arm vibration.
Pemaparan yang menahun terhadap getaran seluruh tubuh (Whole
Body Vibration) dapat menyebabkan perubahan-perubahan pada struktur
tulang (osteoarthritis) pada sendi-sendi tulang belakang, gangguan
pencernaan (sekresi dan motilitas), prostatitis, perubahan-perubahan pada
kecepatan konduksi syaraf (nerve conduction velocity), motion sickness
dan getaran ini pada frekuensi 60 -90 Hertz (frekuensi resonansi bola
mata) akan menyebabkan gangguan penglihatan.
Getaran setempat (tool hands vibration/ segmented vibration)
sering dialami oleh para operator chain saw, chipping hammer, dan
pneumatic tool. Pemaparan pada getaran ini pada frekuensi yang rendah
(40 Hz) dapat menyebabkan kerusakan pada tulang-tulang persendian bahu
dan siku. Pada frekuensi antara 40 dan 300 Hz, penggunaan alat-alat
(vibration hands tool) terutama chain saw di tempat-tempat kerja yang
dingin akan menyebabkan penyempitan pada pembuluh darah yang
dikenal sebagai Dead Head : Vibration White Finger (VWF) atau
Traumatic Vasopatic Disease. Penyakit ini ditandai dengang gejala-gejala
misalnya hilang kontrol otot, menurunnya kepekaan terhadap suhu dan
rasa sakit serta terjadinya borok pada ujung-ujung jari. Pada stadium lanjut
pemaparan terhadap segmental vibration dapat menimbulkan cacat pada
38 | D a s a r K e s e l a m a t a n d a n K e s e h a t a n K e r j a
panas yang sangat ekstrim. Penyakit karena terpapar tekanan panas yaitu
berupa heat stroke, heat cramps, heat hyperpyrexia, heat rash dan heat
syncope.
Heat Stroke. Heat stroke jarang terjadi dalam industri, namun bila
terjadi sangat hebat, biasanya yang terkena adalah laki-laki, belum
teraklimatisasi. Penyebab kegagalan pengatur suhu tubuh.Tanda dan gejala
kulit kering, panas, suhu meningkat hingga 45,5 ºC, kesadaran turun, bila
pengobatan terlambat penderita meninggal.
Heat Cramps. Penyebab heat cramps antara lain tubuh kehilangan
cairan garam akibat keringat yang berlebihan, terjadinya pengenceran
cairan elektrolit. Tanda dan gejala kejang pada otot lengan, tungkai bawah,
abdomen pada saat sehabis kerja
Heat Hyperpyrexia. Penyebab :kegagalan (partial failure) pusat
pengatur suhu tubuh. Tanda & gejala suhu tubuh tdk terlalu tinggi seperti
pada heat stroke, kelainan otak tidak begitu berat dan penderita masih
dapat berkeringat.
Heat Rash. Penyebab penyumbatan saluran kelenjar keringat oleh
keringat dan kelenjar tersebut meradang/ inflamasi. Gejala timbul vesikula
berwarna kemerahan pada kulit dan biasanya pada daerah punggung, keher
dan dada
Heat Exhaustion. Penyebabnya adalah dehidrasi akibat defisiensi
air atau garam (NaCl), menurunnya volume darah, gangguan sirkulasi
darah ke organ-organ tubuh sbg akibat meningkatnya aliran darah ke
tubuh. Gejala lelah, mual, denyut meningkat, dingin, pucat, suhu oral
normal atau turun, suhu rectal naik 37-38 derajat C.
Heat Syncope. Penyebabnya penimbunan darah di pembuluh-
pembuluh darah kulit bagian bawah. Gejala/ tanda : Pingsan saat penderita
berdiri tegap dan tidak bergerak di bawah sinar matahari
Faktor Kimia. Penyakit akibat kerja oleh karena faktor kimia ini
lebih jelasnya akan dibahas pada sub bab toksikologi.
Faktor Biologi. Penyakit akibat kerja faktor biologis disebabkan
oleh virus, bakteria, protozoa, jamur, cacing, kutu, pinjal bahkan mungkin
pula hewan atau tumbuhan besar. Penyakit oleh karena virus yaitu FAMD,
Foot And Mouth Disease, penyakit mulut dan kuku yang banyak
menyerang pada peternak. Sporotrichosis adalah salah satu contoh
penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh jamur. Candida albicans
adalah penyakit yang biasanya menyerang pekerja yang berada pada
daerah lembab. Parasit cacing misalnya Ancylostoma banyak menyerang
pekerja pertambangan.
Faktor Fisiologi-Ergonomi. Penyakit akibat kerja oleh karena
penerpana ergonomis yang tida memadai dapat dikelompokan menjadi dua
yaitu yang terjadi karena akumulasi jangka panjang dan terjadi secara
mendadak. Beberapa diantaranya adalah tendonitis, carpal tunnel
42 | D a s a r K e s e l a m a t a n d a n K e s e h a t a n K e r j a
Ditjen Ditjen
Binamas Yanmed
Puskesmas
BKKM/BKTK
Keterangan
alur pelaporan
umpan balik
3.6 Ringkasan
1. Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang diakibatkan oleh lingkungan
kerja atau didapatkan karena suatu pekerjaan. Penyakit akibat kerja
mempunyai karakteristik menimpa pada pekerja suatu lingkungan kerja
tertentu.
2. Penyakit akibat kerja disebabkan oleh faktor fisik, kimia, biologis,
fisiologis, m psikologis.
3. Untuk menegakkan diagnosis terhadap suatu penyakit akibat kerja ada
beberapa tahap yang harus dilalui yaitu wawancara, pemeriksaan klinis,
laboratoris dan rontgen.
Harrington, J.M, 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja. EGC Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta.
Ridley, John, 2004. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Edisi
Ketiga. Erlangga. Jakarta.
WHO,1999. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. EGC Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta.
Kompetensi Dasar
Menganalisis sumber bahaya lingkungan kerja dan efek yang
ditimbulkannya.
effect). Pada karyawan efek kebisingan bisa diakibatkan oleh salah satu
atau keduanya.
Pengaruh kebisingan pada pekerja bisa terjadi secara langsung
(akut) dan terjadi dalam jangkapanjang (kronis). Efek kebisingan pada
fungsi pendengaran bisa dikategorikan menjadi 3, yaitu 1) trauma akustik,
2) temporary threshold shift, 3)Permanent threshold shift.
Trauma akustik. Trauma aksutik adalah hilangnya pendengaran
yang umumya karena pengaruh exposure tunggal atau beberapa exposure
dari kebisingan dengan intensitas yang sangat tinggi dalam waktu yang
singkat seperti ledakan.
Ketulian sementara. Ketulian sementara/temporary threshold
shift (ketulian sementara) yaitu bila memasuki ruangan yang sangat bising,
maka pendengaran akan berkurang dan pulih kembali sekitar 3 – 7 x 24
jam.
Ketulian menetap. Ketulian menetap atau permanen threshold
shift (ketulian menetap) yaitu hilang pendengaran secara perlahan-lahan,
oleh karena kerusakan sensorneural sebagai akibat pemaparan kebisingan
yang lama dengan intensitas tinggi
Sedangkan pengaruh kebisingan bukan pada pendengaran bisa
berupa gangguan kenyamanan bekerja, gangguan konstrasi dan perhatian,
gangguan emosional, gangguan tidur, gangguan komunikasi, kelelahan
(fatigue). Gangguan pada non pendengaran pada akhirnya dapat
menyebabkan produktivitas yang menurun, perubahan moral kerja yang
buruk, tingginya ketidakhadiran bekerja atau mengalami sakit, kesalahan
dalam menginterpretasi perintah, kecenderungan mengalami kecelakaan.
Selain akibat buruk yang terjadi, dampak lain dari kebisingan (extrauditory
effects)bisa berupa gangguan pencernaan (nausea =mual), keadaan tubuh
terasa lemas atau rasa tidak enak (Malaisea), dan sakit kepala (Headache).
Lantai 20-40
Peralatan 25-45
Mesinb dan perlengkapan 30-50
Sumber: Peraturan Menteri Perburuhan No. 07 Tahun 1964
Getaran Mekanis. Getaran adalah gerakan bolak balik suatu
massa melalui keadaan seimbang terhadap suatu titik acuan. Pemaparan
getaran terhadap pekerja merupakan efek dari peralatan mekanik yang
digunakan tersebut memberikan dampak yang beraneka ragam sesuai
dengan jenis, posisi dan frekwensi dan lama paparan getaran pada tenaga
kerja.Pemaparan getaran mekanis terhadap pekerja terdapat pada pekerja
pertanian (traktor, grinder pada pemisahan gabah padi dan chain saw),
transportasi dan pekerjaan umum (trailer, jack hammer untuk memahat
tanah dan memotong aspal, truk), industri (mesin-mesin, gerinda, dan
gergaji).
Secara garis besar getaran dibagi menjadi tiga jenis, yaitu 1)
Getaran vulkanis (geologis) getaran yang timbul akibat gejala alam berupa
letusan gunung berapi dan pergerakan permukaan kulit bumi., 2) Getaran
mekanis adalah getaran yang ditimbulkan karena pengoperasian peralatan
mekanis, 3) Getaran kejut atau getaran yang terjadi seketika karena
terhempas atau terjatuh dari ketinggian. Diantara ketiga jenis getaran di
atas, getaran di tempat kerja merupakan jenis getaran mekanis. Getaran
mekanis dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu: 1) Getaran pada seluruh
tubuh (whole body vibration. Getaran jenis ini adalah pajanan getaran yang
bersumber dari mesin dan ditransmisikan ke seluruh tubuh pekerja.
Pekerjaan dengan potensi bahaya getaran seluruh tubuh misalnya
pengemudi, masinis dan 2)Getaran pada sebagian tubuh (segmented
vibration). Getaran jenis ini adalah pajanan getaran yang bersumber dari
mnesin, namun hanya ditransmisikan di sebagian tubuh, misalnya lengan.
Oleh karena itu jenis getaran ini dinamakan juga hand and armss
vibration. Pekerjaan dengan potensi bahaya getaran setempat adalah
pekerja perata jalan, penggergaji, 3) Getaran pada mesin.
Segmented vibration. Di Indonesia ambang batas getaran yang ada
adalah pajanan getaran dengan jenis segmented vibration,yaitu diatur pada
SNI yaitu 4m/dt 2. Segmented vibration diukur pada bagian tubuh yang
mengalami getaran. Sedangkan jenis getaran whole body vibration dan
getaran pada mesin masih mengikuti standar internasional.
Whole Body Vibration (Whole Body Vibration (WBV atau getaran
pada seluruh tubuh. Pengukuran getaran pada seluruh tubuh. Pengukuran
dilakukan pada bagian yang menopang ubuh tenaga kerja. Bila tenaga
kerja duduk pada alas duduknya dan sandarnnya, bila tenaga kerja berdiri
pada lantainya atau bagian bawah mesin. Standar : berdasarkan ISO 2631,
Lingkungan Kerja | 61
Kabut. Kabut adalah titik cairan halus dalam udara yang terjadi
karena kondensasi bentuk uap atau dari pemecahan zat cair menjadi
tingkat dispersi dengan cara splashing, foaming, dan lain-lain.
Fume. Fume adalah partikel zat padat yang terjadi karena adanya
kondensasi dari bentuk gas, biasanya sesudah penguapan benda padat yang
dipijarkan dan lain-lain, biasanya disertai dengan oksidasi kimiawi,
sehingga terjadi zat-zat seperti : ZnO, PbO, dan lain sebagainya.
Awan. Awan adalah partikel-partikel cair sebagai hasil kondenasi
dari fase gas. Sifat fume dan awan adalah berflokulasi; kadang bergumpal;
ukuran partikel-partikel dibawah 1 mikron, yaitu antara 0,10-1 mikron.
Asap. Asap biasanya dianggap partikel-partikel zat karbon yang
ukurannya kurang dari 0,5 mikron, sebagai akibat dari pembakaran tidak
sempurna dari bahan-bahan yang mengandung karbon.
Keadaan fisik zat-zat tersebut diatas dapat digolongkan menjadi
padat, cair dan gas. Tergolong zat padat ialah fume, asap dan debu.
Termasuk zat cair ialah awan/kabut dan kabut. Sedangkan yang termasuk
zat gas adalah uap. Selain itu partikel-partikel yang ada di udara juga
dapat digolongkan menjadi : a)Bahan-bahan bersifat partikel, yaitu debu,
awan, kabut, fume, b)Bahan-bahan tidak bersifat partikel yaitu gas dan
uap. Bahan-bahan partikel yang ada di udara dapat juga digolongkan
menurut sifat-sifatnya yaitu : a) Perangsang, misalnya kapas, sabun, bubuk
beras, dan lain-lain, b)Toksik, misalnya partikel Pb, AS, Mn, dan lain-lain,
c) Bahan yang menyebabkan fibrosis, misalnya debu kwarts, asbes, dan
lain-lain, d) Bahan yang menyebabkan alergi, misalnya tepung sari, kapas
dan lain-lain, e) Bahan yang menimbulkan demam, misalnya fume, ZnO,
dan lain-lain, f)Bahan yang bersifat inert, misalnya aluminium, kapur, dan
lain-lain.
Sedangkan bahan-bahan yang tidak bersifat partikel, yaitu gas dan
uap dapat digolongkan berdasarkan sifat-sifatnya menjadi a) Asphyxiants,
misalnya methan, N2CO2, Helium, dan lain-lain, b)Perangsang, misalnya
amoniak, HCl, H2S, dan lain-lain, c) Racun anorganik atau organic,
misalnya AsH3, TEL, Nikelcarbonyl, dan lain-lain, d) Bahan kimia mudah
menguap, yang digolongkan juga menurut pengaruhnya terhadap pekerja,
yaitu bahan yang memiliki efek anastesi, misalnya tricholretiline, bahan
yang dapat merusak alat-alat tubuh misalnya CCl4, bahan yang dapat
merusak susunan darah, misalnya Benzene, dan bahan yang dapat merusak
susunan syaraf, misalnya Parathion.
Berdasarkan Tipenya. Berdasarkan tipenya bahan kimia
dikelompokkan menjadi bahan kimia mudah terbakar, bahan kimia mudah
meledak, bahan kimia reaktif terhadap air, reaktif terhadap asam, bahan
Lingkungan Kerja | 65
kimia korosif, bahan kimia iritan, bahan kimia beracun, bahan kimia
bertekanan dan karsinogen.
Bahan kimia mudah terbakar. Bahan kimia mudah terbakar ini
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: 1) Zat padat mudah terbakar dan 2)
Zat cair mudah terbakar,dan 3) Gas mudah terbakar. . Zat padat mudah
terbakar adalah bahan yang mudah bereaksi dengan oksigen dan
menimbulkan kebakaran. Contoh zat padat yang mudah terbakar adalah
belerang, batubara, kayu. Zat cair mudah terbakar banyak ditemukan di
industri berupa pelarut (solvent). Contoh bahan pelarut adalah alkohol,
benzen, toluene, metanol. Gas mudah terbakar adalah gas yang mudah
bereaksi dengan oksigen dan mudah terbakar. Bentuk gas yang sering
digunakan misalnya hidrogen, asetilen, etil oksida.
Bahan kimia mudah meledak. Bahan kimia mudah meledak
(eksplosive) adalah bila reaksi bahan menghasilkan jumlah dan tekanan
yang besar serta suhu yang tinggi, sehingga menghasilkan kerusakan yang
ada di sekelilingnya. Bahan mudah meledak biasanya juga peka terhadap
panas dan gesekan. Contoh bahan yang mudah meledak belerang, karbon.
Bahan kimia reaktif terhadap air. Bahan reaktif adalah bahan yang
bila bereaksi dengan air akan mengeluarkan panas dan gas yang mudah
terbakar. Contoh bahan kimia yang reaktif terhadap air misalnya alkali,
logam.
Bahan kimia reaktif terhadap asam. Bahan reaktif terhadap asam
akan menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar atau gas –gas yang
beracun dan korosif. Bahan-bahan yang reaktif terhadap asam misalnya
kalium permangant, asam kromat,kalium perklorat.
Bahan kimia korosif. Bahan kimia korosif adalah bahan yang
karena reaski kimia dapat merusak logam. Bahan kimia korosif misalnya
asam sulfat, asam nitrat, asam klorida, natrium hidroksida, kalsium
hidroksida.
Bahan kimia iritan. Bahan kimia iritan adalah bahan yang karena
reaksinya dapat menimbulkan kerusakan atau peradangan atau sensitisasi
bila kontak dengan permukaan tubuh. Bantuk bahan kimia iritan dalam
dikelompokkan menjadi bahan iritan padat, bahan iritan cair dan bahan
iritan gas. Bahan iritan padat, timbul apabila kontak dengan kulit atau
mata. Bahan iritan cair, timbul apabila kontak dengan kulit atau mata, yang
menyebabkan proses pelarutan atau denaturasi protein. Misalnya asam
sulfat, asam format. Bahan iritan gas dikelompokkan berdasarkan
kelarutannya dalam air. Gas amat larut air, merusak saluran pernafasan
atas, misalnya amonia. Gas dengan kelarutan sedang, merusakkan saluran
pernafasan bagian atas dan bagian dalam. Misalnya sulfur dioksida. Gas
66 | D a s a r K e s e l a m a t a n d a n K e s e h a t a n K e r j a
diangkat 15-20 kg, wanita usia 16-18 tahun, beban maksimum yag
diangkat 12-15 kg.
Organisasi kerja. Organisasi kerja meliputi pengaturan jam kerja,
jam istirahat dan kerja lembur. Jam kerja nornalnya adalah 8 jam sehari,
dan 40 jam seminggu. Pada tempat kerja yang mengharuskan proses
produksi berjalan 24 jam sehari, maka diharuskan membuat jadwal shift
kerja.
Metode mengangkat beban. Semua pekerja harus diajarkan
mengangkat beban. Metode kinetik dari pedoman penanganan harus
dipakai yang didasarkan pada dua prinsip : 1) Otot lengan lebih banyak
digunakan dari pada otot punggung, 2) Untuk memulai gerakan horizontal
maka digunakan momentum berat badan. Metoda ini termasuk 5 faktor
dasar, yaitu 1)Posisi kaki yang benar, 2)Punggung kuat dan kekar, 3)
Posisi lengan dekat dengan tubuh, 4) Mengangkat dengan benar, 5)
Menggunakan berat badan.
Supervisi medis. Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat
supervisi medis teratur. Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan
dengan beban kerjanya. Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja
sesuai dengan pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan.
Pemeriksaan kesehatan khusus diberikan kepada tenaga kerja yang pasca
trauma kecelakaan kera, wanita, tenaga kerja yang akan bertugas ke luar
negeri, daerah endemik tertentu, dan tenaga kerja menjelang purna tugas.
Kelelahan Kerja. Topik yang sering menjadi bahan diskusi dalam
ergonomi dan fisiologi kerja adalah kelelahan kerja. Beberapa ahli
membedakan/membaginya menjadi a) Kelelahan fisik, b) Kelelahan
patologis, c) Kelelahan psikologis dan emosional.
Kelelahan fisik. Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan,
dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti
semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah
istirahat dan tidur yang cukup. Kelelahan yang patologis. Kelelahan ini
tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan
berat gejalanya. Psikologis dan emotional fatique kelelahan ini adalah
bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis “mekanisme
melarikan diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik. Semangat
yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di
tempat kerja.
4.6 Ringkasan
Sumber bahaya di lingkungan kerja dikategorikan menjadi bahaya
fisik, kimia, biologi, fisiologi dan ergonomi. Masing-masing memiliki
karaktersitik dan batas pajanan yang diperkenankan.
Lingkungan Kerja | 71
Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep fisiologi dalam K3
Gambar 5.3. Tahap 1 asam laktat diokisdiasi kembali menjadi piruvat dan
disalurkan ke siklus asam laktat dalam sel yang meproduksinya.
Tahap 2. Asam laktat dikeluarkan dari dalam sel yang
memproduksina dan dimetabolime oleh sel tetangga. Tahap 3asam
laktat dikeluarkan dan diangkut oleh aliran darah ke beberapa sel
tujuan, tergantung kebutuhan dan kapasitas metabolism, ini bisa
digunakan sebagai sumber energi atau mengubahnya menjadi
glukosa melalui suatu proses yang dinamakan gluconeogenesis.
5.3 Homeostatis
Homeosatatis adalah suatu perasaaan atau kondisi yang merujuk
pada keadaan keseimbangan, tetap atau ekuilibrium. Mempertahankan
lingkungan internal yang stabil membutuhkan monitoring dan pengaturan
yang tetap terhadap respon perubahan dari luar. Pengaturan sistem
fisiologis di dalam tubuh ini dinamakan homeostatis. Homeostatis terdiri
dari tiga mekanisme, yaitu: 1)receptor, 2)pusat pengendali, 3)effektor.
Receptor menerima informasi tentang perubahan sesuatu di lingkungan.
Pusat pengendali bertugas menerima dan memproses informasi dari
F i s i o l o g i K e r j a | 81
tidur yang kurang akan menyebabkan gangguan seperti irama jantung yang
tidak teratur, kelelahan, kecemasan dan pusing. Pekerja dengan shift kerja
malam hari harus lebih memperhatikan adanya kemungkinan waktu
istirahat yang tidak cukup.
Genetik/ reproduksi. Gen, adakalanya berubah oleh karena faktor
eksternal lingkungan, namun perubahan gen oleh eksternal lingkungan bisa
sedikit dikendalikan untuk mengurangi terjadinya penyakit. Awalnya,
penyakit disebabkan gen mengalami mutasi. Contoh kanker dapat
disebabkan adanya mutasi gen karena paparan radiasi.
Medis. Melalui kedokteran modern, tubuh diberikan anti bodi
untuk melawan infeksi atau kemoterapi untuk mengobati sel kanker. Bila
dosis yang diberikan salah, homeostatis dapat memperbaikinya. Trial and
error pengobatan medis dapat berpotensi bahaya.
Homeostatis Tubuh. Masing-masing organ berkontribusi
terhadap homeostatis organ lainnya. Tidak ada sistem dalam tubuh yang
bekerja sendiri, semua saling kerjasama. Saling bargantung satu dengan
lainnya. Gangguan yang dialami oleh organ yang satu memiliki
konsekuensi pada beberapa sistem tubuh. Kontribusi berbagai sistem tubuh
terhadap homeostatis berdasarkan sistem tubuh yaitu sistem saraf, sistem
endokrin, sistem skeletal, sistem otot, sistem kardiovaskuler, sistem
limfatik, pernafasan, sistem pencernaan, sistem urinari, dan sistem
reproduksi.
Sistem saraf. Sistem saraf, dengan sistem endokrin, berfungsi
sebagai pusat pengendali kerja tubuh di bawah sadar. Contoh, kelenjar
hipotalamus di otak, adalah pengatur suhu. Hipotalamus juag merangsang
kelenjar pituaitary untuk melepaskan berbagai hormon yang digunakan
untuk mengendalikan metabolisme dan perkembangan tubuh. Bagian saraf
simpatik dan parasimpatik pada sistem saraf berfungsi merangsang atau
mengendaliakn berbagai respon (misalnya denyut jantung, irama
pernafasan, dan sebagainya) pada level yang seimbang. Saraf ini juga
mengendalikan kontraksi otot dan gerakan tubuh. Sistem saraf juga
mengatur sistem lainnya, misalnya pernafasan (mengendalikan saat
menarik dan menghembuskan nafas), sistem kardiovaskuler
(mengendalikan irama jantung dan tekanan darah), organ endokrin
(menyebabkan sekresi ADH dan oksitosin), sistem pencernaan (mengatur
pergerakan saluran pencernaan dan sekeresi), dan sistem pembuangan
(membantu pengaturan tekanan darah di ginjal dan juga mencegah
perdarahan). Sistem saraf juga terlibat dalam perilaku dan fungsi seksual.
Sistem endokrin. Sistem endokrin terdiri dari kelenjar hormon
dalam aliran darah. Masing-masing hormon mempunyai pengaruh satu
F i s i o l o g i K e r j a | 83
dengan lainnya sesuai dengan organ sasaran. Pada jalan ini, sistem endorin
mengatur metabolisme dan perkembangan tubuh sel dan sistem tubuh.
Lebih khusus, sistem endokrin memiliki hormon seks yang mengaktifkan
kelenjar sebacea, terlibat dalam perkembangan kelenjar susu, merubah
aliran darah dan melepaskan lemak dari jaringan adiposa dan MSH dapat
merangsang melanosit di kulit. Pertumbuhan tulang diatur oleh beberapa
hormon, sistem endokrin membantu menggerakkan kalsitonin dan kalsium.
Pada otot, sistem hormon mengatur metabolisme otot, produksi energi dan
pertumbuhan. Pada sistem hormon hormon mempengaruhi metabolisme
neural, mengatur aliran/ keseimbangan elektrolit dan membantu hormon
reproduksi yang memperngaruhi perkembangan CNS dan perilaku. Pada
sistem kardiovaskuler diperlukan hormon yang mengatur produksi RBC’s,
yang menaikkan dan menurunkan tekanan darah.
Sistem skeletal. Sistem kerangka berfungsi sebagai cadangan
mineral penting. Contoh, bila kadar kalisum atau magnesium darah kurang
dan mineral tidak tersedia cukup dalam makanan, akan diambil dari tulang.
Dengan kata lain, sistem skeletal menyediakan kalsium yang dibutuhkan
untuk kontraksi otot. Limfosit dan sel lainnya yang berkaitan dengan
respon kekebalan diproduksi dan disimpan dalam sumsum tulang. Sistem
skeletal dalam melindungi sistem saraf, organ endokrin, dada dan daerah
pelvis seluruhnay merupakan organ penting.
Sistem otot. Sistem otot memiliki tanggung jawab yang lebih
besar dalam menjadi temperatur tubuh melalui produksi panas. Sistem otot
juga berperan dalam keseimbangan penyimpanan energi seperti glikogen.
Dalam sistem saraf, sistem otot membantu memantau posisi tubuh. Otot
juga membantu melindungi kelenjar endokrin dan organ pencernaan. Otot
juga mengendalikan kontraksi selama kegiatan seksual. Otot juga
merupakan alat dalam menggerakkan darah melalui vena.
Sistem kardiovaskuler. Sistem kardiovasuler, berperan dalam
pemeliharaan sistem tubuh lainnya dengan mengangkut hormon dan zat
gizi, membawa keluar produk sisa, menyediakan semua kebutuhan sel
dengan menyulai oksigen dan memindahkan karbondioksida. Homestatis
akan terganggu bila sistem kardivaskuler tidak berfungsi dengan benar.
Kulit, tulang, otot, sistem saraf, sistem endokrin, sistem limpa, peru, sistem
pencernaan menggunakan sistem kardiovaskuler sebagai jalan untuk
mendistribusikan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh tubuh.
Sistem limfatik. Sistem ini memiliki tiga peran. Pertama,
memelihara volume darah dan jaringan. Kelebihan cairan yang melewati
kapiler saat berada di bawah tekanan akan meyebabkan pembengkakan.
Kedua, sistem limfa menyerap asam lemak dan trigliserida dari pencernaan
84 | D a s a r K e s e l a m a t a n d a n K e s e h a t a n K e r j a
Secara garis besar ada dua pola shift kerja, yaitu pola 2-2-2
(metropolitan role) dan pola 2-2-3 (continental role). Dalam penyusunan
shift perlu diperhatikan pekerja sebaiknya berusia 25-50 tahun, pekerja
yang memiliki penyakit pada gastrointestinal dan emosi yang tidak stabil
disarankan untuk tidak ditempatkan di shift malam, pekerja yang tinggal
jauh dari tempat kerja tidak boleh masuk pada shift malam, rotasi pendek
lebih baik daripada rotasi panjang. Artinya bila pergantian shift tiap
minggu lebih baik daripada bulanan, setelah shift kerja malam hari harus
diganti dengan istirahat paling sedikit 3 x 24 jam, perencanaan shift
malam harus memperhatikan libur akhir pekan, minimal 2 hari. Hal ini
memberi kesempatan untuk berlibur dengan keluarga dan aktivitas sosial.
5.6 Ringkasan
Fisiologi kerja mempelajari tentang fungsi sistem pada tubuh
manusia yang berkaitan dengan pekerjaan. Dalam tubuh manusia terdapat
suatu homesotatis, yaitu kondisi untuk mempertahankan keseimbangan
fungsi tubuh dalam menghadapi respon dari luar lingkungan. Faktor
pekerjaan termasuk juga lingkungan kerja merupakan faktor yang berasal
dari luar yang dapat menngacaukan sistem homeostatis. Sebaliknya, sistem
homesotatis perlu dijaga supaya dalam melakukan pekerjaan manusia
berada pada kondisi kesehatan yang optimal. Perlu pula dipahami masing-
masing fungsi sistem yang mendukung pekerjaan.
Perubahan energi otot dapat melalui dua proses, yaitu proses anaerob
dan proses aerob. Kedua proses perubahan ini sangat tergantung dari
jensi aktifitas yang dilakukan. Proses anaerob yaitu perubahan ATP
menjadi ADP dan energi tanpa bantuan oksigen. Dalam proses ini
simpanan glukosa dalam otot, yaitu glikogen terpecah menjadi energi
dan membentuk asam laktat. Pembentukan asam laktat memberikan
indikasi bahwa jumlah oksigen kurang karena suplai darah yang
dipompa dari jantung menurun. Selain itu jika dikaitkan dengan kerja,
posisi kerja yang statis akan menyebabkan aliran darah tidak cukup
mensuplai oksigen dan glikogen, sehingga akan terjadi pembentukan
asam laktat. Proses anaerob yaitu perubahan ATP menjadi ADP dan
energi dengan bantuan oksigen. Asam laktat yang terbentuk oleh
kontraksi otor akan dioksidasi kembali dengan cepat menjadi
karbondioksida dan air dalam kondisi aerobic. Proses aerobik akan
mendukung pekerjaan dengan beban kerja ringan, dan bisa dilakukan
dengan durasi yang lebih lama
2. Untuk menghasilkan kinerja dan kapasitas kerja yang baik dipengaruhi
oleh banyak faktor yang beragam, baik internal maupun eksternal, yang
harus dipertimbangkan. Apa saja determinan yang mempengaruhi
performa fisik seseorang?
Jawab :
Performa kerja dipengaruhi oleh banyak variabel. Variabel tersebut
adalah faktor somatis faktor layanan, faktor psikis, lingkungan dan
kebiasaan kerja.Faktor somatis yaitu kondisi sehat atau sakit, usian
muda atau tua,dan perbedaan individu. Faktor psikis meliputi motivasi
kerja, sikap postof dan negative, beban kerja. Faktor lingkungan
meliputi lingkungan fisik, kimia, biologis, ergonomi dan psikologi.
Faktor layanan meliputi asupan, penyimpanan, uptake oksigen),
ventilasi paru, cardiac output, volume tekanan, denyut jantung bahan
bakar.
3. Mempertahankan lingkungan internal yang stabil membutuhkan
monitoring dan pengaturan yang tetap terhadap respon perubahan dari
luar. Pengaturan sistem fisiologis di dalam tubuh ini dinamakan
homeostatis. Jelaskan homeostatis tubuh!
Jawab :
Masing-masing organ berkontribusi terhadap homeostatis organ
lainnya. Tidak ada sistem dalam tubuh yang bekerja sendiri, semua
saling kerjasama. Dan saling bargantung satu dengan lainnya.
Gangguan yang dialami oleh organ yang satu memiliki konsekuensi
pada beberapa sistim tubuh. Kontribusi berbagai sistem tubuh
terhadap homeostatis berdasarkan sistem tubuh yaitu sistem saraf,
F i s i o l o g i K e r j a | 91
Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat menjelaskan penggunaan bahan-bahan kimia yang
bersifat toksik di tempat kerja.
6.2 Toksikokinetik
Toksikokinetik adalah ilmu yang mempelajari kinetika suatu zat
toksi yang mempelajari pengaruh tubuh terhadap zat toksik. Kinetika zat
toksi merupakan faktor yang penting terjadinya interaksi antara xenobiotik
dengan sel targetnya. Toksikokinetik akan mempelajari tantang bagaimana
suatu zat xenobiotik masuk ke dalam tubuh dan apa yang akan terjadi
terhadap zat tersebut dalam tubuh. Ada empat proses yang terlibat dalam
toksikokinetik, yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme atau biotransformasi
dan ekskersi zat.
Toksikan di Tempat Kerja | 101
membran melalui difusi pasif adalah relatif larut dalam lemak, ukuran
partikelnya kecil, dan relatif tidak terionisasi
Distribusi. Distribusi adalah suatu peristiwa saat xenobiotik yang
terabsorpsi berpindah dari tempat ke bagian lain tubuh. Ketika xenobiotik
diabsorpsi, mereka menembus lapisan sel tempat absorpsi (kulit, paru atau
pencernaan), lalu masuk pada cairan interstisiel (antar sel atau sekitar sel)
dari suatu organ. Xenobiotik bergerak meninggalkan cairan intersisiel
dengan cara masuk ke dalam sel, masuk ke pembuluh darah kapiler dan
sirkulasi darah, atau masuk ke sistem limfatik. Jika xenobiotik masuk ke
dalam pembuluh darah, ia akan beredar ke seluruh tubuh dalam bentuk
bebas atau dalam bentuk terikat oleh protein plasma. Jika dalam
peredarannya bertemu jaringan yang mempunyai afinitas yang tinggi,
bentuk bebas dari xenobiotik akan berpindah ke tempat tersebut atau
terdistribusi.
Untuk dapat sampai pada jaringan atau tempat tertentu, xenobiotik
harus dapat sampai pada jaringan atau tempat tertentu, xenobiotik haris
dapat menembus beberapa membran sebagaimana telah dijelaskan pada
sub bab sebelumnya.
Metabolisme/Biotransformasi. Biotrans formasi atau
metabolisme didefinisikan sebagai perubahan xenobiotik yang dikatalisis
oleh suatu enzim tertentu dalam sel hidup. Metabolisme umumnya
berlangsung di hepar karena di hepar banyak terdapat enzim-enzim
pemetabolisme. Tujuan biotransformasi adalah membuat senyawa
xenobiotik (induk) menjadi lebih polar sehingga lebih mudah dieksresikan
dan menjadi kurangtoksik atau kuranfg aktif. Oleh karena itu, proses
biotransformasi sering pula disebut biodetoksifikasi. Namun, ada senyawa
tertentu yang setelah mengalami biotransformasi menjadi lebih aktif atau
toksik sehingga peristiwanya disebut sebagai bioaktivasi. Dengan
demikian, perlambatan atau percepatan pada proses metabolisme suatu zat
akan meningkatkan atau menurunkan sifat toksiknya.
Ekskresi. Eksresi zat merupakan faktor penentu dari toksisitasnya.
Jika xenobiotik atau metabolitnya dengan cepat diekskresi dari tubuh,
xenobiotik tersebut relatif tidak toksik. Hal ini terjadi karena bagi zat yang
mudah diekskresikan akan suli mencapai kadar efek toksik minimal dan
kemungkinan terjadi akumulasi lebih kecil. Padahal penentu ketoksikan
adalah sampainya suatu zat di sel sasaran dengan kadar mencapai kadar
efek toksik minimal. Oleh karena itu strategi dalam mengurangi toksisitas
suatu zat dilakukan dengan penghambatan absorpsi dan percepatan
ekskresi.
antara zat toksik dengan metabolit aktifnya dengan bagian tertentu dari
mahkluk hidup atau reseptornya.
Bagian tertentu itu seperti enzim, protein, lemak, asam nukleat,
organela sel, membran sel atau bahkan berupa jaringan. Interaksi
bikimiawi dapat bersifat non spesifik seperti zat-zat korosif yang dapat
meruksak kulit atau jaringan ketika terjadi kontak. Tetapi toksisitas lebih
sering terjadi melalui interaksi zat toksik dengan struktur spesifik atau
dengan reseptornya. Jika efek toksik terjadi ketika kontak pertama kali
dengan bagian tubuh, disebut efek toksik lokal, tetapi jika diawali dengan
absorpsi pada tempat kontak dan masuk sirkulasi sistemik lalu terdistribusi
ke tempat kerja/ sasaran lalu timbul efek, maka disebut efek sistemik. Efek
toksik dapat diklasifikasikan berdasarkan target dan organ, waktu dan
tempat terjadinya dan skala waktu timbulnya efek toksik atau lamanya
paparan.
Tabel 6.2 Efek Toksik Berdasarkan Skala Waktu dan Lama Paparan
6.5 Ringkasan
Keberadaan bahan kimia atau zat toksik di lingkungan kerja merupakan
faktor bahaya yang dpata menyebabkan gangguan kesehatan maupaun
kecelakaan kerja. Namun demikian bisa diminimalkan dengan mengetahui
sifat –sifat kimianya.
Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep interaksi manusia dalam
bekerja kaitannya dengan K3 dan psikologi industri.
Tabel 7.1 Proses Seleksi dan Penempatan Antara Sistem atau Sub
Sistem
Lingkungan/ sistem Komponen batas Sistem atau
lain/ sub sistem 1 dari sistem/ sub subsistem 2
sistem 2
Masukan Proses Keluaran/
masukan
Pelamar atau tenaga Seleksi dan Tenaga kerja yang
kerja penempatan memenuhi syarat
Sumber: Yuwono. 2005. Psikologi Industri dan Organisasi
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seleksi adalah suatu
rekomendasi atau suatu keputusan untuk menerima atau menolak
seseorang calom untuk pekerjaan tertentu berdasarkan suatu dugaan
tentang kemungkinan-kemungkinan dari calon untuk menjadi tenaga kerja
yang berhasil pada pekerjaannya.
Perilaku Manusia dalam Bekerja | 113
7.7 Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi suatu
kelompok ke arah pencapaian tujuan. Pemimpin adalah orang yang mampu
mempengaruhi orang lain dan yang memiliki otoritas manajerial. Seorang
manajer idealnya adalah pemimpin. Kepemimpinan (leadership) adalah
suatu proses mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Unsur-unsur Kepemimpinan. Unsur-unsur kepemimpinan
meliputi pemimpin /atasan, anggota, visi misi dan tujuan target. Pimpinan
mempunyai wewenang untuk memimpin dan mendelegasikan tugas.
Anggota / Subordinate / Bawahan. Anggota bertugas untuk membantu
pemimpin sesuai tugasnya. Misi – Tujuan – Target. Tiga unsur ini
direalisasi sesuai landasan budaya/filosofi organisasi. Kepemimpinan
seseorang dengan yang lainya berbeda, hal ini disebut sebagai gaya
kepemimpinan. Gaya kepemimpinan akan mempengaruhi perkembangan
organisasi.
Gaya kepemimpinan. Berbagai gaya kepemimpinan akan
mempengaruhi kefektifan seorang pemimpin dalam memimpin. Gaya
kepemimpinan antara lain memaksa (autocratic, otoriter), terpimpin
(democratic, consultative), dan bebas (free-rein, partisipatif). Otoriter
mempunyai ciri-ciri pemimpin mengambil keputusan, dan anggota harus
mentaatinya. Gaya kepemimpinan seperti ini sesuai untuk untuk anggota
baru, staf tidak disiplin, dan saat kondisi prestasi menurun serta untuk
memulai usaha baru atau usaha dalam kondisi kritis. Terpimpin
Perilaku Manusia dalam Bekerja | 123
7.10 Ringkasan
Ilmu psikologi diperlukan dalam K3 sebagai alat untuk
mempelajari perilaku manusia dalam bekerja dan bahaya yang ditimbulkan
secara psikis yang berdampakpada kinerja seseorang.
Jawab :
Secara umum teori-teori motivasi dapat dikelompokkan menjadi dua
teori, yaitu Content Theory dan Process Theory. Content theory
mengasumsikan bahwa faktor-faktor yang membangkitkan,
mengarahkan dan mempertahankan perilaku berada dalam diri
individu. Pendekatan ini memfokuskan pada upaya mendidentifikasi
elemen internal yang penting dan menjelaskan bagaimana elemen in
diprioritaskan dalam diri individu. Content theory dalam motivasi lebih
menekankan pada pertanyaan “apa” yang menyebabkan seseorang
termotivasi. Teori motivasi yang termasuk content theory adalah Teori
Motivasi Maslow, Teori ERG Alderfer. Sedangkan pada Process
Theory dari motivasi, berusaha untuk menggambarkan bagaimana
perilaku dibangkitkan, diarahkan dan dipertahankan.
Teori ini memfokuskan pada proses psikologis tertentu yang mendasari
perilaku. Process theory lebih berusaha mencari jawaban atas
pertanyaan ”mengapa” seseorang termotivasi. Beberapa teori motivasi
yang termasuk Process Theory adalah teori Expectancy Victor Broom,
teori Equity dan teori ReinforcmentModel motivator-hygiene Herzberg
dan Teori motivasi Mc Clelland.
4. Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi suatu kelompok ke
arah pencapaian tujuan. Pemimpin adalah orang yang mampu
mempengaruhi orang lain dan yang memiliki otoritas manajerial.
Kepimpinan yang baik harus memernuhi unsur-unsur kepemimpinan.
Jelaskan apa saja unsur-unsur kepemimpinan itu ?
Jawab :
Unsur-unsur kepemimpinan meliputi pemimpin /atasan, anggota, visi
misi dan tujuan target. Pimpinan mempunyai wewenang untuk
memimpin dan mendelegasikan tugas. Anggota / Subordinate /
Bawahan. Anggota bertugas untuk membantu pemimpin sesuai
tugasnya. Misi – Tujuan – Target. Tiga unsur ini direalisasi sesuai
landasan budaya/filosofi organisasi. Kepemimpinan seseorang dengan
yang lainya berbeda, hal ini disebut sebagai gaya kepemimpinan. Gaya
kepemimpinan akan mempengaruhi perkembangan organisasi.
5. Perilaku berbahaya dari sudut pandang psikologi bisa dikelompokkan
menjadi kesalahan, pelanggaran, human error, management error,
technical error, dan beyond error. Jelaskan masing-masing istilah
tersebut !
Jawab :
Kesalahan (error). Kesalahan bisa dibedakan menjadi slipes dan
lapses, dan mistakes. Slipes dan lapses. Slipes dan lapses memiliki
128 | D a s a r K e s e l a m a t a n d a n K e s e h a t a n K e r j a
Kompetensi Dasar
Pada materi ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan pengendalian
bahaya di tempat kerja.
bahan yang kurang berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali. Jika upaya
ini dapat mengurangi atau menghilangkan bahaya, maka upaya
pengendalian dapat dikatakan berhasil.
Isolasi sumber bahaya. Jika dirasa sumber bahaya belum bisa
hilang dengan proses eliminasi atau substitusi, maka upaya selanjutnya
adalah dengan melakukan proses isolasi, isolasi yang dapat dilakukan
adalah mengisolasi operasi atau proses dalam perusahaan yang
membahayakan. Jika upaya ini dapat mengurangi atau menghilangkan
bahaya, maka upaya pengendalian dikatakan berhasil.
Potensi bahaya masuk dikendalikan dengan peralatan teknis. Jika
sumber bahaya belum bisa hilang dengan proses isolasi, maka cara
pengendalian berikutnya yaitu dengan peralatan teknis. Peralatan teknis
yang dimaksud disini yaitu yang sesuai dengan hazard yang ada di
lingkungan kerja, misalnya saja jika hazard-nya berupa debu, asap, fumes
maka peralatan teknis yang dapat dipakai untuk mengurangi tingkat
konsentrasinya adalah ventilasi. Setelah dipilih peralatan teknis tersebut
maka keefektifan pengendalian itu harus ada evaluasi lagi dan mengulangi
proses evaluasi sebelumnya. Bila potensi bahaya dapat dikendalikan
berarti pengendalian bahaya dengan cara ini dikatakan berhasil.
Potensi bahaya masuk dikendalikan dengan cara administratif.
Namun, ketika pengendalian secara teknis belum bisa menghilangkan
hazard maka perlu ada upaya pengendalian secara administratif, tujuan
dari pengendalian ini adalah mengurangi pajanan potensi bahaya pada
pekerja, cara yang dapat diterapkan antara lain dengan rotasi pekerja,
pengurangan waktu kerja, pengaturan jam istirahat, dan sebagainya.
Setelah pengendalian ini diterapkan maka perlu ada evaluasi ulang
mengenai langkah ini, maka proses evaluasi seperti langkah sebelumnya
perlu dilakukan lagi. Jika hasil evaluasi menyatakan bahwa hazard telah
dapat dikendalikan, maka pengendalian dengan cara ini dikatakan telah
berhasil.
Penggunaan APD. Ketika pengendalian pada sumber transmisi
tidak mungkin dilakukan atau jika diperlukan upaya perlindungan
tambahan, maka pekerja harus dilindungi dengan alat pelindung diri
(APD).
8.3 Substitusi
Pengendalian secara substitusi adalah dengan mengganti proses
atau bahan yang berbahaya dengan yang kurang atau tidak berbahaya.
Pengendalian secara substitusi merupakan bagian dari pengendalian secara
136 | D a s a r K e s e l a m a t a n d a n K e s e h a t a n K e r j a
8.4 Pemisahan
Pengendalian dengan cara separation dilakukan dengan pemisahan
fisik/physical separation, pemisahan waktu/time separation, pemisahan
jarak/distance separation.
8.5 Ventilasi
Pengendalian udara dalam lingkungan kerja industri diperlukan
untuk menjaga agar kualitas udara memenuhi standard kualitas yang
ditetapkan bagi kesehatan pekerja, dan memenuhi syarat kondisi udara
yang seusia bagi proses produksi, lingkungan kerja mesin-mesin atau
peralatan yang digunakan dan penyimpanan barang atau hasil produksi.
Pengendalian Bahaya | 137
meluasnya gangguan yang sudah ada baik terhadap pekerja itu sendiri
maupun terhadap orang disekitarnya. Ruang lingkup pemeriksaan disini
meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus seperti pada
pemeriksaan awal dan bila diperlukan ditambah dengan pemeriksaan
lainnya, sesuai dengan resiko kesehatan yang dihadapi dalam pekerjaan.
Dengan deteksi dini, maka penatalaksanaan kasus menjadi lebih cepat,
mengurangi penderitaan dan mempercepat pemulihan kemampuan
produktivitas masyarakat pekerja. Disini diperlukan system rujukan untuk
menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja secara cepat dan tepat
(prompt-treatment).Pemeriksaan kesehatan pekerja dibagi menjadi tiga
yaitu pemeriksaan kesehatan awal, berkala dan khusus.
Pemeriksaan awal. Pemeriksaan kesehatan awal adalah
pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum seseorang calon/pekerja
(petugas kesehatan dan non kesehatan) mulai melaksanakan pekerjaannya.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang status
kesehatan calon pekerja dan mengetahui apakah calon pekerja tersebut
ditinjau dari segi kesehatannya sesuai dengan pekerjaan yang akan
ditugaskan kepadanya. Anamnese umum pemeriksaan kesehatan awal ini
meliputi anamnese pekerjaan, penyakit yang pernah diderita, alergi,
imunisasi yang pernah didapat, pemeriksaan badan, pemeriksaan
laboratorium rutin pemeriksaan tertentu misalnya tuberkulin test, dan psiko
test.
Pemeriksaan berkala. Pemeriksaan berkala adalah pemeriksaan
kesehatan yang dilaksanakan secara berkala dengan jarak waktu berkala
yang disesuaikan dengan besarnya resiko kesehatan yang dihadapi. Makin
besar resiko kerja, makin kecil jarak waktu antar pemeriksaan berkala.
Pemeriksaan khusus. Pemeriksaan kesehatan khusus adalah
pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada khusus diluar waktu
pemeriksaan berkala, yaitu pada keadaan dimana ada atau diduga ada
keadaan yang dapat mengganggu kesehatan pekerja.
8.9 Pengawasan
Selain hirarki/ fase pengendalian bahaya dilakukan, pengawasan
secara terus menerus dan inspeksi dari petugas safety diharapkan dapat
mengetahui berbagai bahaya yang terjadi selama berlangsungnya tugas,
pekerjaan atau proyek baru. Empat macam bentuk inspeksi / pengawasan
adalah a) Informal workplace inspection, b) Formal workplace inspection,
c) Safety committee inspection, d) Local safety committee, dan e)Special
inspection.
Informal Workplace Inspections. Seluruh karyawan diharapkan
dapat menjaga kesadaran dan kepeduliannya secara terus-menerus
terhadap bahaya dan potensi bahaya yang ada dilingkungan kerjanya.
Berkaitan dengan ini, setiap pengawas yang diserahi tugas harus
melakukan peninjauan lapangan secara reguler pada area kerja yang
menjadi tanggungjawabnya dan mengecek lingkungan kerja karyawan
khususnya pada jam kerja dimulai. Tidak diperlukan laporan resmi pada
bentuk pengawasan ini, walaupun demikian, setiap bahaya yang terdeteksi
harus ditanggulangi secepatnya sesuai dengan kemampuan setiap
karyawan. Jika tidak, bahaya tersebut dicatat dan dilaporkan kepada
supervisor atau manajemen untuk koreksi.
Formal Workplace Inspections.Seluruh lingkungan kerja akan
diinspeksi setiap bulannya (disarankan pada hari dan waktu yang sama
setiap bulannya) oleh pengawas dan atau petugas pengawas lingkungan
kerja tersebut. Setiap pengawas yang terlibat dalam tugas ini akan
membuat checklist pemeriksaan sesuai dengan lokasi kerjanya. Checklist
ini akan dilengkapi setiap kali melakukan pemeriksaan dan beberapa
supervisor (pengawas) harus meninjau kembali secara rutin dan
memperbarui/update checklist yang diperlukan oleh bawahannya. Laporan
inspeksi yang telah lengkap akan diteruskan ke Departemen HSE untuk
ditinjau kembali. Selanjutnya Departemen HSE akan menyampaikan
ringkasan laporan tersebut ke atasan puncak dan Panitia Keselamatan
Daerah (Local Safety Committee) untuk ditinjau ulang. Supervisor area
kerja yang bersangkutan harus meyakinkan bahwa tindakan perbaikan
telah ditempuh sehingga bahaya yang ada telah dihilangkan atau
dikendalikan.
Safety Committee Inspections. Safety Committee Inspections
merupakan bentuk pemeriksaan yang dilakukan oleh anggota Local Safety
Committee.
Local Safety Committee dilakukan setidaknya setahun sekali.
Laporan hasil Pemeriksaan yang telah lengkap digandakan dan dikirim ke
supervisor area kerja yang bersangkutan dan Departemen HSE untuk
146 | D a s a r K e s e l a m a t a n d a n K e s e h a t a n K e r j a
8.10 Ringkasan
Pengendalian bahaya sebisa mungkin langsung pada sumbernya.
Pengendalian tahap pertama yaitu pengendalian secara teknik dengan
membatasi kontak dengan energi, mengganti bahan yang berbahaya
dengan yang tidak atau kurang berbahaya. Tahap terkahir dari
pengendalian bahaya adalah dengan penggunaan alat pelindung diri.
Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat menganalisis fungsi –fungsi manajemen dalam K3.
Tabel 9.1 Prinsip Dasar, Pedoman Penerapan dan Elemen Audit SMK3
Prinsip Dasar Pedoman Penerapan Elemen Audit
1. Penetapan Kebijakan K3 1. Komitmen dan kebijakan 1. Pembangunan dan
2. Perencanaan Penerapan – Kepemimpinan dan Pemeliharaan Komitmen
K3 manajemen 2. Pendokumentasian
3. Penerapan K3 – Initial review Strategi
4. Pengukuran, – Kebijakan K3 3. Peninjauan Ulang Desain
Pemantauan, dan 2. Perencanaan dan Kontrak
Evaluasi Kinerja K3 – Perenc ident bhy, penilaian 4. Pengendalian Dokumen
5. Peninjauan secara resiko dan pengend resiko 5. Pembelian
teratur untuk – Per. per uu dan persyart 6. Keamanan Bekerja
meningkatkan kinerja lainnya Berdasarkan SMK3
K3 secara 7. Standar Pemantauan
– Tujuan dan sasaran
berkesinambungan 8. Pelaporan dan Perbaikan
– Indikator kinerja
6. Penetapan Kebijakan K3 9. Pengelolaan material dan
– Perenc awal dan perpindahannya
perencanaan 10. Pengumpulan dan
– kegiatan yg berlangsung penggunaan data
3. Penerapan 11. Audit SMK3
– Jaminan kemampuan 12. Pengembangan
– Kegiatan pendukung Ketrampilan dan
– Identifikasi sumber bahaya, Kemampuan
penilaian dan pengendalian 13. Pembangunan dan
resiko Pemeliharaan Komitmen
4. Pengukuran dan Evaluasi
– Inspeksi dan pengujian
– Audit SMK3
– Tindakan perbaikan dan
pencegahan
5.Tinjauan ulang dan peningkatan
pihak manajemen
9.8 Ringkasan
Penerapan manajemen K3 sangat penting untuk dijalankan dengan
baik dan terarah. Proses industrialisasi merupakan "syarat mutlak" dalam
pembangunan di negeri ini. Untuk menjalankan K3 dengan baik perlu
adanya suatu sistem yang baik pula dari manjemen suatu perusahaan.
SMK3 adalah bagian dari sistem manajamen perusahaan secara
keseluruhan yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian
resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien dan produktif. Dasar Hukum SMK3 adalah
Menajemen Kesehatan | 163
Budiono, AM. Sugeng. 2003. Buku Saku Hiperkes dan KK. Badan Penerbit
Undip. Semarang.
Frank C.Lu. 1995. Toksikologi Dasar, Asas Organ Sasaran dan Penilaian
Risiko.UI Press. Jakarta.
A
Absorpsi, 101, 109
Accident, 32, 147
ACGIH, 2, 107, 110
Advokasi, 49
Aerob, 74
Alat pelindung diri, 140, 141
Anaerob, 74
Asam laktat, 74, 77, 90
Asap, 63, 64
Awan, 63, 64
B
Babylonia, 4, 11
Bahaya fisik, 15, 16, 33
Bahaya listrik, 15, 16, 33
Bahaya mekanis, 15, 33
Bahaya, 15, 16, 33, 34, 39, 67, 68, 70, 71, 93, 108, 125, 131, 132,
134
Barosinusitis, 39
Basic causes, 23
Beban kerja fisik, 85, 91
Beban kerja mental, 87, 91
Beban kerja, 40, 62, 70, 85, 87, 91
Biotransformasi, 102, 109
D
Debu, 63, 64
Decompresion sickness, 40
Distribusi, 88, 102, 109
Domino, 18, 19, 20, 21, 31, 34
E
Efek toksik, 99, 103, 105, 110
Ekskresi, 102
172 | D a s a r K e s e h a t a n d a n K e s e l a m a t a n K e r j a
F
Faktor biologi, 52, 71
Frank E Bird, 15, 19, 21, 27, 34
Fume, 63, 64
G
Gas, 63, 65, 66, 80
Getaran, 37, 60, 61
H
Hazard, 141
Heat stroke, 41
Heinrich
Heinrich, 5, 19, 20, 21
Homeostatis, 80, 82
I
Iklim kerja, 41, 61
ILCI, 6, 18, 21, 26, 27, 31
ILO, 1, 9, 10, 35, 43, 68, 69
Incident rate, 29
Incident, 15, 29, 32
Inflamasi, 98, 105
Intensitas pencahayaan, 59
Interaksi, 51, 70, 87, 94, 97, 103, 108, 124, 126
J
Jam kerja, 17, 18, 69, 70
K
Kabut, 63, 64
Kebisingan, 36, 55, 56, 57, 80
Kecelakaan kerja, 16, 18, 31, 32, 33
Kecelakaan, 9, 15, 16, 18, 20, 21, 25, 26, 27, 31, 32, 33, 44
Indeks | 173
L
Loss, 6, 15, 19, 32, 37, 147
M
Metabolisme, 73, 102, 109
Motivasi kerja, 117
N
Near miss, 32
Nilai pantulan, 59
NIOSH, 2
O
Organisasi kerja, 69, 87
OSHA, 1, 9, 10
P
Pelatihan, 114, 115, 116, 117, 145
Pelayanan kesehatan kerja, 48
Pendidikan, 47, 114, 115, 116, 117
Pengembangan, 35, 44, 114, 116, 117, 145
Penyakit akibat hubungan kerja, 35
Penyakit akibat kerja, 35, 36, 42, 50, 52
Performa kerja, 80, 91
Perilaku tidak aman, 19
Promosi kesehatan kerja, 48
R
Radiasi infra merah, 38, 62
Radiasi ionisasi, 39
174 | D a s a r K e s e h a t a n d a n K e s e l a m a t a n K e r j a
S
Safe T Score, 27, 30
Safety, 1, 2, 8, 9, 10, 26, 27, 31, 32, 146, 147, 149
Segmented vibration, 37, 60
Seleksi, 112, 113, 114, 127
Severity rate, 28
Shift kerja, 88, 89
Sistem endokrin, 82
Sistem kardiovaskuler, 83
Sistem limfatik, 83
Sistem otot, 83
Sistem pencernaan, 84
Sistem pernafasan, 84
Sistem reproduksi, 85
Sistem skeletal, 83
Sistem urinari, 84
Sosialisasi, 49, 145
Substitusi, 135, 136
Surveilens, 44
T
Tekanan udara, 39, 40
Teori motivasi, 119, 120, 127
Toksik, 64, 93, 94, 95, 97, 98, 99, 103, 105, 109
Toksisitas, 81, 95, 99, 106, 107, 109, 110, 136
Trauma aksutik, 57
U
Uap, 63, 64
Indeks | 175
V
Ventilasi, 131, 136, 137, 138
W
WHO, 1, 2, 9, 10, 35, 48, 51
Whole body vibration, 37
Work related disease, 35
X
Xenobiotik, 102
Y
Yunani Kuno, 4, 11
176 | D a s a r K e s e h a t a n d a n K e s e l a m a t a n K e r j a
BIOGRAFI PENULIS