Anda di halaman 1dari 3

Nama : Komala Ulfa

NIM : 2102501010128

Kasus Hipotiroid pada Anjing Japanese Spitz


BSAVA Manual of Canine and Feline Clinical Pathology p.346

A. Sinyalemen
Spesies : Anjing
Ras : Japanese spitz
Jenis Kelamin : Jantan
Usia : 7 tahun

B. Pemeriksaan Fisik
Peningkatan berat badan dan jarang beraktivitas. Bulu kusam namun tidak terjadi
alopesia. Pemeriksaan klinis tidak ditemukan temuan penting.

C. Hasil Patologi Klinis


Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan analisis darah lengkap dan biokimia darah.

Haematology :
Tidak terdapat kelainan
Biokimia darah :
Terjadi peningkatan ringan pada alkaline phosphatase (ALP), glutamat dehydrogenase
(GLDH), alanin aminotransferase (ALT) dan creatine kinase (CK).
Hasil yang didapatkan tidak spesifik dan serupa dengan kasus penyakit anjing lainnya.
Peningkatan kolesterol meningkatkan kecurigaan pada hipotiroidisme. Diagnostik hipotiroid
dilakukan dengan mengukur total T4 dan TSH.

D. Interpretasi
Kombinasi total T4 rendah dan TSH yang meningkat memberikan indikasi yang
sangat kuat untuk kehadiran hipotiroidisme primer. Satu peringatan untuk interpretasi ini
adalah asumsi bahwa hewan belum menerima obat sulfonamid atau inhibitor tiroid reversibel
lainnya.
Sementara Japanese spitz bukanlah jenis yang khas untuk hipotiroidisme, gangguan
ini dapat mempengaruhi ras apapun. Meskipun perubahan dermatologis sering ditemukan,
namun hal ini tidak spesifik. Perlu diperhatikan bahwa dalam kasus hipotiroidisme, beberapa
fitur patologi klinis yang dilaporkan (misalnya normositik, anemia normokromik) tidak ada.
Respon positif terhadap terapi penggantian tiroid yang memadai akan
mengkonfirmasi diagnosis lebih lanjut. Jika kadar ALP, GLDH dan ALT meningkat,
pemeriksaan lebih lanjut untuk penyakit hati dapat dilakukan

E. Pembahasan
Pada kasus hewan hipotiroid non anemia, indeks sel darah merah biasanya berada di
kadar yang rendah pada referensi interval. Hipercholesterolemia terjadi karena berkurangnya
degradasi lipid. Ketika kadar hormon tiroid rendah (hipotiroidisme), tubuh tidak bisa
memecah dan membuang kolesterol LDL dengan maksimal. Meskipun hipercholesterolemia
merupakan ciri dari gangguan endokrin lainnya, terutama diabetes mellitus dan hiperadreno
kortikal, besarnya peningkatan kolesterol pada hipotiroidisme biasanya lebih tinggi.
Peningkatan ringan creatin kinase (CK) terjadi karena berkurangnya kemampuan
pembersihan oleh ginjal. Peningkatan ringan serupa juga terjadi pada aktivitas enzim hati,
terutama alkaline phosphatase (ALP), mungkin terjadi karena deposisi lipid hati ringan.

Referensi
Villiers, E., dan Ristic, J. (2016). BSAVA Manual of Canine and Feline Clinical Pathology
third edition. British Small Animal Veterinary Association, England

Anda mungkin juga menyukai