Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Wedana Volume IV No 1 April 2018

PERKEMBANGAN ASAS TUGAS PEMBANTUAN


DI INDONESIA

Oleh :

Dr. H. Rahyunir Rauf, M.Si


Dosen Ilmu Pemerintahan FISIPOL UIR

ABSTRAK
Dalam perjalanan panjang perkembangan terbentuknya suatu pemerintahan semakin memperbanyak dan
memperkaya pemahaman tentang pemerintahan itu sendiri, sehingga konsep-konsep pemerintahan dapat
dipandang dari berbagai sudut dan aspek yang dapat semakin memperjelas pengertian tentang konsep terhadap
pemerintahan itu sendiri, salah satunya adalah konsep asas penyelenggaraan pemerintahan. Keberadaan suatu
Pemerintah daerah dalam sistem pemerintahan merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari suatu sistem
pemerintahan negara atau pemerintahan nasional, bahkan secara konsep dan teoritis keberadaan dari
pemerintahan daerah jauh lebih dahulu ada dari pada keberadaan unsur pemerintahan pusat atau pemerintahan
negara. Asas “Medebewin” sebagai suatu peninggalan dari sistem pemerintahan Hindia Belanda, pada awal
revolusi, tepatnya pada tahun 1948, disebut ”penyerahan tidak penuh”, untuk melengakapi asas desentralisasi
yang bersifat penyerahan penuh. Bedanya dengan asas desentralisasi adalah bahwa urusan pemerintahan yang
bersifat ”medebewind” itu hanya diserahkan tugas pelaksanaannya saja, tidak meliputi kewenangan yang
menentukan kebijaksanaan, pembiayaan, dan tenaga-tenaga pelaksanaannya. Salah satu asas penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang pernah diberlakukan di Indonesia dalam sejarah penyelenggaraan peerintahan daerah
adalah Asas Tugas Pembantuan, selain dari asas asas desentralisasi dan dekonsentrasi. Asas penyelenggaraan
pemerintahan daerah terdiri atas asas desentralisasi, asas dekonsentrasi dan asas tugas pembantuan. Dalam
peraturan perundang-undangan Belanda, antara tugas pembantuan atau medebewin dibedakan menjadi dua,
yakni tugas pembantuan yang mekanis (mechanisch medebewind) atau yang lebih rinci dan tugas pembantuan
yang fakultatif (facultative medebewind) atau yang memberikan kebebasan yang lebih luas untuk menentukan
kebijaksanaan pelaksanaan medebewind”. Pengertian tugas pembantuan adalah; penugasan dengan kewajiban
memper tanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan. Dalam implementasinya asas tugas
pembantuan memiliki perkembangan dan dinamika tersendiri sesuai dengan UU tentang Pemerintahan Daerah
yang mengaturnya.

Kata Kunci : Asas Penyelenggaraan Pemerintahan, Pemerintah Pusat, Pemerintahan Daerah, Tugas
Pembantuan

ABSTRACT
In the long journey of development of a government increasingly multiply and enrich the understanding of the
government itself, so that the concepts of government can be viewed from various angles and aspects that can
further clarify the notion of the concept of government itself, one of which is the concept of the principle of
governance. The existence of a Local Government in the system of government is an integral part of a system of
state government or national government, even the concept and theoretical existence of local government is
much earlier than the existence of elements of central government or state government. The principle of
"Medebewin" as a relic of the Indies government system, at the beginning of the revolution, precisely in 1948,
was called "uncompleted surrender", to overcome the principle of full-fledged decentralization. The difference
with the principle of decentralization is that the "medebewind" governmental affairs are only handed over the
task of execution alone, excluding the authority that determines the policies, the financing, and the execution
workers. One of the principles of local governance that has been applied in Indonesia in the history of local
governance is the Assistance Task Principle, apart from the principles of decentralization and deconcentration.
The principle of the implementation of regional government consists of the principle of decentralization, the
principle of deconcentration and the principle of co-administration. In Dutch legislation, between co-
administration and medebewin are divided into two, namely mechanical medebewind or more detailed
andfacultative medebewind or which provide wider freedom to determine the wisdom of the medebewind ".
Definition of assistance task is; assignment with an obligation to account for its execution to the assignee. In its
implementation the task of assistance has its own development and dynamics in accordance with the Law on
Regional Government which regulates it.

Keywords: Principles of Government Implementation, Central Government, Local Government, Co-


Administration

460
Jurnal Wedana
Volume IV No 1 April 2018

PENDAHULUAN dengan kewajiban mempertanggung jawabkannya


A. Latar Belakang sesuai prinsip –prinsip administrasi negara”.
Pada hakekatnya suatu tugas pembantuan Lebih lanjut menurut Manan (2001;147),
tidak beralih menjadi urusan yang diberi tugas, bahwa; “urusan rumah tangga dalam tugas
akan tetapi tetap merupakan urusan pusat atau pembantuan hanya mengenai tata cara
pemerintah tingkat atasnya yang memberi tugas. penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
Pemerintah di bawahnya sebagai penerima tugas dibantu, sedangkan substansi tetap pada satuan
bertanggungjawab kepada yang memberi tugas dan pemerimtahan yang dibantu. daerah sama-sama
turut serta dalam melaksanakan urusan mempunyai kebebasan mengatur dan
pemerintahan bersangkutan. Tugas pembantuan menyelenggarakan urusan tersebut sepanjang tidak
tidak diberikan kepada pejabat di daerah, bertentangan dengan peraturan perundang-
melainkan kepada pemerintah daerah, karena undangan, kesusilaan dan kepentingan umum”.
bukanlah suatu dekonsentrasi, tetapi bukan pula
suatu desentralisasi. B. Tujuan Tugas Pembantuan
Tugas Pembantuan merupakan tugas-tugas Tujuan pemberian tugas pembantuan dalam
untuk turut serta dalam melaksanakan urusan penyelenggaraan pemerintahan daerah menurut
pemerintahan yang ditugaskan kepada pemerintah Wasistiono, dkk (2006;2), untuk;
daerah oleh pemerintah pusat atau pemerintah “meningkatkan efektivitas dan efisiensi
daerah tingkat atasnya, dengan kewajiban penyelenggaraan pembangunan serta pelayanan.
mempertanggungjawabkan kepada yang Pemberian tugas pembantuan juga bertujuan
menugaskan, Urusan yang ditugaskan itu mempelancar pelaksanaan tugas dan penyelesaian
sepenuhnya masih menjadi wewenang pemerintah permasalahan serta membantu mengembangkan
atau pemerintah provinsi. Pemerintah atau pembangunan daerah sesuai potensi dan
pemerintah provinsi yang menugaskan ini karakteristiknya. Tidak semua kewenangan dapat
menyusun rencana kegiatan atau kebijaksanaan dan dilaksanakan melalui asas desentralisasi maupun
sekaligus menyediakan anggarannya, sedangkan dekonsentrasi. Sementara disadari atau tidak desa
daerah yang ditugasi sekadar melaksanakannya, dan daerah kabupaten/kota sebagai organisasi
tetapi wajib mempertanggung jawabkan pemerintahan paling dekat dengan masyarakatnya
pelaksanaannya”. menjadi ukuran atau parameter dalam menilai
Menurut pandangan Joeniarto dalam kinerja pemerintahan secara keseluruhan. Baik
Wasistiono, dkk. (2006;7), bahwa; disamping buruknya kinerja pemerintahan daerah dalam
pemerintah daerah berhak mengatur dan mengurus berbagai segi akan mengimbas pada citra
rumah tangganya sendiri, kepadanya dapat diberi masyarakat tentang pemerintah pusat. Pemerintah
tugas pembantuan (medebewind, sertatantra). sebagai penanggungjawab kemajuan wilayah dan
Sedangkan tugas pembantuan ialah; ikut kesejahteraan rakyat pelu memberikan tugas
melaksanakan urusan pemerintah atau pemerintah pembantuan kepada daerah dan desa.”
lokal yang berhak mengatur dan mengurus rumah Penyelenggaraan asas tugas pembantuan
tangga tingkat atasnya. Sedangkan menurut Husein sebagai salah satu asas penyelenggaraan
dalam Wasistiono, dkk (2006;7), bahwa: “Tugas pemerintahan daerah memiliki tujuan jelas dan
pembantuan berarti ikut sertanya daerah otonom essensial untuk pengembangan pembangunan dan
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan masyarakat daerah. Lebih lanjut dinyatakan
peraturan pusat”. Wasistiono, dkk (2006;2-3), bahwa;
Menurut Koesoemahatmadja dalam “Ada beberapa latar belakang perlunya tugas
Wasistiono, dkk. (2006;7), bahwa: “dalam pembantuan kepada daerah dan desa, yakni;
menjalankan tugas pembantuan (medebewind), 1. Adanya peraturan perundang-undangan yang
urusan yang dijalankan pemerintah daerah tetap membuka peluang dilakukannya pemberian
merupakan urusan pemerintah pusat, tidak beralih tugas pembantuan.
menjadi urusan pemerintah daerah. Akan tetapi, 2. Adanya political will atau kemauan politik
dalam cara pelaksanaannya diserahkan kepada memberikan pelayanan lebih baik kepada
daerah yang menerima tugas pembantuan”. masyarakat dengan prinsip lebih murah, cepat,
Menurut pandangan Effendi (2009;20), mudah dan akurat. Perlu dilakukan pemberian
bahwa; “Asas tugas pembantuan merupakan pelayanan mempergunakan “asas mendekati
penugasan dari pemerintah pusat kepada konsumen” (close to the costumer).
pemerintah daerah dan atau desa dari pemerintah 3. Adanya keinginan politik menyelenggarakan
provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota dan pemerintahan, pembangunan dan pemberian
atau ke desa untuk melaksanakan tugas tertentu pelayanan kepada masyarakat secara lebih

461
Jurnal Wedana
Volume IV No 1 April 2018

ekonomis, efisien dan efektif (value for money) 7. Inisiatif tugas pembantuan selama ini selalu
serta lebih transparan dan akuntabel. datang dari pemberi tugas, belum terbuka
4. Kemajuan negara secara keseluruhan sangat peluang inisiatif penerima tugas.
ditentukan oleh kemajuan daerah dan desa.
Memberdayakan daerah dan desa secara tidak Studi Kepustakaan
langsung berarti dalam bentuk memajukan Menurut Pandangan Sunindhia (1978;15),
negara secara keseluruhan. Dimaksudkan bahwa;
merubah paradigma lama, yakni “Negara yang “Tidak semua urusan pemerintahan dapat
kuat membuat daerah dan desa menjadi maju”, diserahkan kepada daerah menjadi urusan rumah
diubah menjadi “desa dan daerah yang maju tangga daerah. Ada beberapa urusan pemerintah
menjadikan negara kuat”. yang tetap merupakan urusan pemerintah pusat.
5. Citra pemerintah pusat akan mudah diukur Akan tetapi berat sekali bagi pemerintah pusat
masyarakat melalui maju mundurnya suatu untuk menyelenggarakan seluruh urusan
desa atau daerah. pemerintah di daerah yang masih menjadi
wewenang dan tanggungjawabnya itu atas dasar
Menurut Wasistiono, dkk (2006;3), bahwa; dekonsentrasi, mengingat terbatasnya kemampuan
“Seperangkat keinginan melatarbelakagi perangkat pemerintah pusat di daerah.”
pemberian tugas pembantuan oleh pemerintah akan Apabila dilihat dari sisi daya guna dan hasil
terwujud apabila unsur pemerintah pusat dan guna adalah kurang dapat dipertanggungjawabkan
pemerintah daerah selaku pihak memberikan tugas apabila semua urusan pemerintah pusat di daerah
pembantuan meyadari berbagai masalah selama ini harus dilaksanakan oleh perangkatnya di daerah
oleh pihak penerima tugas pembantuan dianggap karena hal itu memerlukan tenaga dan biaya sangat
sebagai beban. Berdasarkan pengalaman buruk besar. Mengingat sifatnya, berbagai urusan sulit
itulah desa dan pemerintah daerah selama ini dapat dilaksanakan dengan baik tanpa ikut sertanya
kurang tertarik untuk melaksanakan tugas pemerintah daerah. Maka UU memberikan
pembantuan.” kemungkinan untuk dilaksanakannya berbagai
urusan pemerintahan di daerah melalui asas asas
C. Permasalahan tugas pembantuan.
Berbagai permasalahan tugas pembantuan di Pendangan hampir sama dinyatakan Effendy
masa lalu dapat diidentifaksikan ; (2009;22-23), bahwa; “masalah-masalah yang
1. Pemberian tugas pembantuan belum disertai timbul akibat tugas pembantuan adalah ;
hak dan kewajiban yang seimbang ditandai 1. Tugas kurang diikuti dengan pembiayaan yang
dengan tidak adanya hak menolak tugas cukup, apalagi transparansi pengelolaan tugas
pembantuan apabila tidak disertai pembiayaan, pembantuan masih di dominasi sektor
sarana, dan prasarana serta sumber daya kesehatan, pendidikan maupun sektor-sektor riil
memadai. lainnya walaupun secara empirik sektor tersebut
2. Pemberian tugas pembantuan cenderung telah menjadi urusan dan kewenangan daerah.
berpegang semata-mata kepada kepentingan Terjadi overlaping bahkan gesekan antara tugas
pemberi tugas dengan mengabaikan pembantuan dan tupoksi Dinas daerah.
kepentingan penerima tugas mengakibatkan 2. SDM yang kurang berkualitas, sebagai suatu
terjadinya inefisiensi dan inefektivitas ironis dan menyedihkan yaitu aparatur daerah
penyelenggaraan pemerintahan. membawa misi karena tupoksi, sementara SDM
3. Pemberian tugas pembantuan belum mampu karena tugas pembantuan mengambil dari badan
memberikan jawaban berbagai permasalahan, yang lebih tinggi ke daerah. Diperlukan
aspirasi dan kebutuhan masyarakat secara sinkronisasi tugas agar yang sudah diberikan
keseluruhan di daerah dan desa. tidak diulang kembali.
4. Pilihan urusan pemerintahan yang dapat 3. Koordinasi yang kurang antara pemerintah,
ditugaspembantuankan belum disertai pemerintah kabupaten/kota dan desa.
pertimbangan rasional baik dilihat dari aspek Menguatnya level pemerintah provinsi,
ekonomi, efisiensi dan efektivitas serta kabupaten/kota maupun desa memiliki
ketersediaan sumberdaya. indenpendensi cukup kuat dan indenpendendi
5. Urusan Pemeritahan yang level pemerintahan dapat terintegrasi
ditugaspembantuankan cenderung seragam konstruktif dengan jenis kegiatan melalui media
tanpa memperhatikan karakteristik daerah dan koordinasi.
desa. 4. Sarana dan prasarana kurang memadai.
6. Penyelenggaraan tugas pembantuan umumnya Aparatur pengemban tugas pembantuan
belum didasarkan analisis kebutuhan cenderung tidak dibekali sarana dan prasarana
penggunaan sumber daya dan perencanaan. memadai, bahkan jika tidak diserahkan kepada
perangkat daerah menjadi tumpang tindih.

462
Jurnal Wedana
Volume IV No 1 April 2018

Sering terjadi kegiatan dibiayai dana g. Institusi yang menerima penugasan diwajibkan
dekonsentrasi juga dana rutin daerah. melaporkan dan mempertanggungjawabkan
5. Fungsi pengawasan rendah sehingga rentan kepada institusi yang menugaskannya.
terjadinya praktek korupsi, kolusi dan
nepotisme. Kelemahan disebabkan kurang Lebih lanjut dinyatakan Wasistiono,
mendapat perhatian serius bagi inspektorat dkk.(2006;4), bahwa;
daerah sebaliknya tugas pembantuan bagian “pilihan terhadap urusan apa yang dinilai
inspektorat provinsi perlu ditugaspembantuankan perlu dianalisis dari
6. Tidak sinkronnya kebutuhan pemberi dengan berbagai aspek, sehingga urusan pemerintahan
penerima. Pemberi pemerintah pada level yang diberikan benar-benar merupakan urusan
provinsi atau badan lebih tinggi menginginkan yang apabila diserahkan kepada penerima tugas
jalan, sementara penerima membutuhkan air akan menjadi lebih ekonomis, efisien dan lebih
dan seterusnya. efektif dibandingkan jika urusan dilaksanakan
7. Terjadi tugas overlaping penerima dan pemberi. sendiri oleh memberi tugas. Urusan pemerintahan
Apa tugas diutamakan tupoksi atau mengikuti yang teridentifikasi berdasarkan prinsip “value for
selera tugas pembantuan cenderung bertolak money” yakni ekonomis, efesien dan efektivitas.
belakang. Tidak dapat diberikan seluruhnya kepada daerah
Sehubungan dengan pola pemberian tugas dan desa secara seragam, masih perlu dipilah untuk
pembantuan tersebut, menurut Wasistiono, dkk, kemudian dipilih berdasarkan karakteristik, daerah
(2006;4), bahwa; dan desa sebagai penerima tugas tersebut.
“Pola pemberian tugas pembantuan dari Dalam upaya tercapainya tujuan dari
pemerintah kepada daerah dan desa dari pemerintah penyelenggaraan tugas pembantuan, menurut
daerah kepada desa tidak terlepas dari urusan Wasistiono, dkk. (2006;5), bahwa;
pemerintahan yang menjadi kewenangan “Guna menjamin keberhasilan tugas
pemerintah yang menugaskannya. Urusan pembantuan, perlu dilakukan analisis terhadap
pemerintah yang dapat ditugaspembantuankan kebutuhan biaya, sarana dan prasarana serta SDM
adalah sebatas urusan pemerintahan yang berasal yang menjalankan. Analisis dibutuhkan agar
dari kewenangan bersifat “atributif” dan bukan pemerintah daerah dan desa sebagai pelaksana
kewenangan bersifat “delegatif”. Tugas dalam batas-batas tertentu memiliki kebebasan
pembantuan pada hakekatnya merupakan tugas mengelola sumberdaya tersebut secara
membantu menjalankan urusan pemerintahan bertanggungjawab, sekaligus menghindari
dalam tahap implementasi kebijakan bersifat penggunaan hak penolakan daerah dan desa
operasional. Berbagai petunjuk pelaksanaan harus terhadap pemberian tugas pembantuan.”
dipersiapkan pihak yang menugaskan, menyangkut Dari sisi pengelolaan dan
standar keberhasilan, waktu pelaksanaan, standar pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
biaya, peralatan serta SDM-nya”. pembantuan di Indonesia menurut pandangan
Seperti dinyatakan Rosidi (2010;90-91), Rosidin (2010;209-210), adalah sebagai beriku:
bahwa; “Penganggaran tugas pembantuan harus
“Hakekat tugas pembantuan adalah sesuai dengan ketentuan bagi APBN. Anggaran
sebagai berikut; tugas pembantuan merupakan bagian anggaran
a. Tugas pembantuan; tugas membantu departemen/ lembaga pemerintah nondepartemen
menjalankan urusan pemerintahan dalam tahap yang menugaskan. Proses penganggaran
implementasi kebijakan bersifat operasional. pelaksanaan dilakukan dengan mempertimbangkan
b. Urusan pemerintah yang dapat ditugasbantukan keadaan dan kemampuan perangkat pemerintah dan
adalah kewenangan dari institusi yang desa terkait pelaksanaan tugas pembantuan.”
mengelolanya. Ketentuan penyaluran dana ditetapkan dengan
c. Jenis Kewenangan yang dapat keputusan MenKeu, dalam pelaksanaan tugas
ditugaspembantuankan adalah kewenangan pembantuan menghasilkan penerimaan, penerimaan
bersifat “Atributif”, sedangkan kewenangan tersebut merupakan penerimaan APBN. Ketentuan
bersifat delegatif tidak dapat mengenai pemungutan dan penyetoran penerimaan
ditugaspembantuankan kepada institusi lain. disesuaikan peraturan perundang-undangan APBN.
d. Urusan pemerintah yang ditugasbantukan tetap Menurut Rosidin (2010;210), bahwa;
menjadi kewenangan institusi menugaskannya. “Semua kegiatan pengelolaan keuangan yang
e. Kebijakan, strategi, pembiayaan, sarana dan dilakukan oleh daerah dan desa dalam pelaksanaan
prasarana serta SDM disediakan institusi tugas pembantuan diselenggarakan secara terpisah
menugaskannya. dari kegiatan pengelolaan keuangan untuk
f. Dalam kegiatan bersifat operasional diserahkan pelaksanaan desentralisasi dan dekonsentrasi. Tata
sepenuhnya pada institusi yang diberi cara pelaksanaan kegiatan pengelolaan keuangan
penugasan. oleh pemerintah daerah dan desa dalam

463
Jurnal Wedana
Volume IV No 1 April 2018

pelaksanaan tugas pembantuan mengacu pada pemerintah daerah tingkat atasnya dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku konsekuensi adanya kewajiban
tentang tata cara pelaksanaan kegiatan pengelolaan mempertanggungjawabkan tugas tersebut kepada
keuangan APBN yang berlaku”. yang menugaskan. Tugas pembantuan hakekatnya
Dalam hal terdapat saldo anggaran tugas sebagai wujud keikutsertaan pemerintah desa dan
pembantuan, disetorkan pada kas negara. daerah untuk melaksanakan urusan pemerintahan
Pemerintah daerah dan desa menyampaikan yang ditugaskan pemerintah tingkat atasnya dalam
laporan pertanggungjawaban keuangan kepada penyelenggaraan pemerintahan dan peningkatan
departemen/lembaga pemerintah non departemen pelayanan.
yang menugaskannya. Pelaporan pelaksanaan tugas Pada pasal 12 UU No 5 Tahun 1974,
pembantuan dilakukan sesuai ketentuan berlaku dinyatakan bahwa;
bagi APBN. Pada hakekatya asas tugas 1. Dengan peraturan perundang-undangan,
pembantuan tidak sama dengan dekonsentrasi pemerintah dapat menugaskan kepada
maupun desentralisasi, dikarenakan tugas pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan
pembantuan bukan dalam bentuk transfer tugas pembantuan.
kewenangan maupun delegasi kewenangan, 2. Dengan peraturan daerah, pemerintah daerah
melainkan pemberian bantuan pelaksanaan tugas tingkat I dapat menugaskan kepada pemerintah
bersifat operasional, kewenangan tetap melekat daerah tingkat II untuk melaksanakan urusan
pada institusi pemberi tugas. tugas pembantuan.
Konsep asas tugas pembantuan adalah; suatu 3. Pemberian urusan tugas pembantuan yang
bentuk penugasan dari pemerintah pusat kepada dimaksud dalam ayat-ayat (1) dan (2) pasal ini,
pemerintah provinsi dan pemerintah disertai dengan pembiayaan.
kabupaten/kota, serta dari pemerintah provinsi Berdasarkan penjelasan UU No 5 Tahun 1974,
kepada pemerintah kabupaten/kota, sehingga dinyatakan bahwa tidak semua urusan
penugasan tersebut tetap menjadi tanggungjawab pemerintahan dapat diserahkan kepada daerah
pemerintah pusat sebagai unsur pemberi tugas atau menjadi urusan rumah tangganya. Sehingga
dari pemerintah provinsi kepada pemerintah beberapa urusan masih tetap merupakan urusan
kabupaten/kota. pemerintah pusat. Akan tetapi berat sekali bagi
pemerintah puat menyelenggarakan seluruh urusan
HASIL DAN PEMBAHASAN pemerintahan di daerah yang menjadi wewenang
A. Tugas Pembantuan Berdasarkan UU No 5 dan tanggungjawabnya atas dasar dekonsentrasi,
Tahun 1974 mengingat terbatasnya kemampuan perangkat
Asas penyelenggaraan pemerintahan daerah pemerintah pusat di daerah.
ketiga adalah asas Tugas Pembantuan. Berdasarkan Ditinjau dari segi dayaguna dan hasilguna
pasal 1 point (d) UU No 5 Tahun 1974, bahwa; adalah kurang dapat dipertanggungjawabkan
Tugas Pembantuan adalah tugas untuk turut serta apabila semua urusan pemerintah pusat di daerah
dalam melaksanakan urusan pemerintahan yang karena dilaksanakan sendiri perangkatnya di daerah
ditugaskan kepada daerah. hal itu akan memerlukan SDM dan biaya sangat
Melalui asas tugas pembantuan, daerah dapat besar. Lagi pula mengingat sifatnya, berbagai
turut serta melaksanakan urusan pemerintahan yang urusan sulit dapat dilaksanakan dengan baik tanpa
ditugaskan kepada daerah. Tujuan pemberian ikut sertanya pemerintah daerah. Atas dasar
otonomi daerah berdasarkan penjelasan UU No 5 tersebut maka UU ini memberikan kemungkinan
Tahun 1974, adalah; untuk dilaksanakannya berbagai urusan pemerintah
“untuk memungkinkan daerah yang di daerah menurut asas Tugas Pembantuan.
bersangkutan mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri untuk meningkatkan dayaguna B. Tugas Pembantuan Berdasarkan UU Nomor
dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan 22 Tahun 1999
dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan Pengertian asas tugas pembantuan diatur pasal
pelaksanaan pembangunan. Untuk dapat 1 point (g) UU No 22 Tahun 1999, adalah;
melaksanakan tujuan tersebut maka kepala daerah “penugasan dari pemerintah kepada daerah dan
perlu diberikan wewenang-wewenang untuk desa, dari daerah ke desa untuk melaksanakan tugas
melaksanakan berbagai urusan pemerintahan tertentu yang disertai pembiayaan, sarana dan
sebagai urusan rumahtangganya”. prasaran serta sumber daya manusia dengan
Dalam rangka melaksanakan tujuan tersebut kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan
kepada kepala daerah perlu diberikan wewenang mempertanggungjawabkannya kepada yang
untuk melaksanakan berbagai urusan pemerintahan menugaskan”.
sebagai urusan rumahtangganya”. Serta pada UU Bahwa dalam penyelenggaraan pemerintahan
ini, tugas pembantuan dapat ditugaskan kepada daerah, ada dalam bentuk “penugasan dari
pemerintah desa oleh pemerintah pusat atau pemerintah kepada daerah dan juga dapat langsung

464
Jurnal Wedana
Volume IV No 1 April 2018

kepada desa” terkait dengan tugas-tugas tertentu, Pada pasal 20 ayat (3) UU No 32 tahun 2004
sehingga penerima penugasan tertentu ini adalah juga dijelaskan tentang asas tugas pembantuan,
daerah dan desa, bukan “orang atau pejabat yang menyatakan bahwa; “dalam
pemerintah”. Dalam penyelenggaraan tugas menyelenggarakan pemeritahan daerah
pembantuan dari sisi pelaporannya selain menggunakan asas otonomi dan tugas pembantuan”.
disampaikan kepada yang menugaskannya juga Tindak lanjut penyelenggaraan asas tugas
dimasukkan ke dalam LKPJ-KDH yang pembantuan diatur melalui PP No 7 Tahun 2008
disampaikan kepada DPRD setiap tahunnya, Tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
maupun pada LKPJ-KDH akhir masa jabatan. Pada pasal 35 PP tersebut, dinyatakan bahwa;
Dalam pelaksanaannya, penugasan pemerintah 1. Pemerintah dapat memberikan tugas
pusat kepada daerah dan desa, juga diikuti dengan pembantuan kepada pemerintah provinsi atau
pembiayaan, sarana dan prasarana, SDM, serta kabupaten/kota dan/atau pemerintah desa.
kewajiban mempertanggungjawabkan penugasan 2. Pemerintah provinsi dapat memberikan tugas
kepada yang menugaskan. Pasal 13 UU No 22 pembantuan kepada pemerintah kabupaten/kota
Tahun 1999 dinyatakan; dan/atau pemerintah desa untuk melaksanakan
1. Pemerintah dapat menugaskan kepada daerah sebagian urusan pemerintahan kabupaten/kota.
tugas-tugas tertentu dalam rangka tugas 3. Pemerintah kabupaten/kota dapat memberikan
pembantuan disertai pembiayaan, sarana dan tugas pembantuan kepada pemeritah desa untuk
prasarana, serta SDM dengan kewajiban melaksanakan sebagian urusan pemerintah
melaporkan pelaksanaannya dan kabupaten/kota.
mempertanggungjawabkannya kepada Selanjutnya pasal 36 PP No 7 Tahun 2008
pemerintah. dinyatakan ;
2. Setiap penugasan sebagaimana dimaksud pada 1. Urusan pemerintahan yang dapat ditugaskan
ayat (1) ditetapkan dengan peraturan dari pemerintah kepada pemerintah provinsi
perundang-undangan. atau kabupaten/kota dan/atau pemerintah desa
Dalam penjelasan UU No 22 Tahun 1999 merupakan sebagian urusan yang bersifat
dinyatakan bahwa; mutlak di luar 6 (enam) urusan yang bersifat
“Pelaksanaan asas tugas pembantuan mutlak yang menurut peraturan perundang-
dimungkinkan tidak hanya dari pemerintah kepada undangan ditetapkan sebagai urusan pemerintah.
daerah akan tetapi juga dari pemerintah dan daerah 2. Urusan pemerintahan yang dapat ditugaskan
kepada desa yang disertai dengan pembiayaan, dari pemerintah provinsi kepada pemerintah
sarana dan prasarana, serta SDM dengan kewajiban kabupaten/kota dan/atau pemerintah desa
melaporkan pelaksanaan dan merupakan sebagian urusan pemerintahan yang
mempertanggungjawabkan kepada yang menurut peraturan perundang-undangan
menugaskannya’. ditetapkan sebagai urusan pemerintah provinsi.
Dalam UU ini, pelaksanaan tugas pembantuan 3. Urusan pemerintahan yang dapat ditugaskan
tidak hanya dapat dilakukan oleh pemerintah pusat dari pemerintah kabupaten/kota kepada
saja, juga dapat dilakukan pemerintah provinsi pemerintah desa merupakan sebagian urusan
kepada pemerintah daerah kabupaten/kota dan pemerintahan yang menurut perturan
kepada desa, serta dari pemerintah kabupaten/kota perundang-undangan ditetapkan sebagai urusan
kepada desa. Tindak lanjut pengaturan Tugas pemerintahan kabupaten/kota.
Pembantuan diatur melalui PP No 106 Tahun 2000 Peraturan perundang-undangan yang
Tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban dimaksudkan adalah PP No 38 tahun 2007 Tentang
Dalam Melaksanakan Dekonsentrasi dan Tugas Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pembantuan. Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
C. Asas Tugas Pembantuan Berdasarkan UU Berdasarkan pasal 37 PP tersebut, dinyatakan
Nomor 32 Tahun 2004 bahwa;
Dalam UU No 32 Tahun 2004, tugas 1. Urusan yang dapat ditugaskan daripemerintah
pembantuan merupakan salah satu asas dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan selain asas otonomi kementerian/lembaga yang sudah ditetapkan
daerah. Berdasarkan pasal 1 point (9) UU No 32 dalam Renja-KL yang mengacu pada RKP.
Tahun 2004, dinyatakan bahwa asas tugas 2. Urusan yang dapat ditugaskan dari pemerintah
pembantuan adalah; “Penugasan dari pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota dan
kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah pemerintah desa dijabarkan dalam bentuk
provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa, serta program dan kegiatan pemerintah provinsi yang
dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk dsudah ditetapkan dalam rencana kerja satuan
melaksanakan tugas tertentu”. kerja perangkat daerah provinsi yang mengacu

465
Jurnal Wedana
Volume IV No 1 April 2018

pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah pemerintahan akan lebih berdayaguna ditangani
Provinsi. pemerintahan daerah provinsi , maka diserahkan
3. Urusan yang dapat ditugaskan dari pemerintah kepada pemerintahan provinsi. Sebaliknya, apabila
kabupaten/kota kepada pemerintah desa urusan pemerintahan akan berdayaguna ditangani
dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan pemerintah, maka tetap menjadi kewenangan
pemerintah kabupaten/kota yang sudah pemerintah.
ditetapkan dalam Renja SKPD kabupaten/kota Yang dimaksudkan dengan keserasian
yang mengacu pada RKPD kabupaten/kota . pembangunan nasional dan wilayah adalah kriteria
4. Urusan yang dapat ditugaskan wajib pembagian urusan pemerintahan yang dapat
memperhatikan kriteria eksternalitas, memperlancar pelaksanaan tugas dan pembangunan
akuntabilitas, dan efisiensi, serta keserasian di daerah dan desa. Sebagai suatu asas
pembangunan nasional dan wilayah. penyelenggaraan pemeruntahan daerah, maka
Dalam hal ini, urusan yang dapat ditugaskan pelaksanaan dari tugas pembantuan tentu perlu
wajib memperhatikan kriteria eksternalitas, direncanakan sebelumnya, terkait perencanaan
akuntabilitas, dan efisiensi, serta keserasian tugas pembantuan di atur pasal 38 PP No 7 Tahun
pembangunan nasional dan wilayah. Eksternalitas 2008, yang menyatakan;
dimaksudkan disini adalah suatu bentuk kriteria 1. Perencanaan program dan kegiatan tugas
pembagian urusan pemerintah dengan pembantuan merupakan bagian yang tidak
memperhatikan dampak yang timbul sebagai akibat terpisahkan dari sistem perencanaan
penyelenggaraan urusan pemerintahan, apabila pembangunan nasional.
dampak ditimbulkan bersifat lokal, urusan 2. Perencanaan program dan kegiatan tugas
pemerintahan tersebut menjadi kewenangan pembantuan harus memperhatikan aspek
pemerintahan kabupaten/kota. Apabila dampaknya kewenangan, efisiensi, efektivitas, kemampuan
bersifat lintas kabupaten, atau kota dan/atau keuangan negara, dan sinkronisasi antara
regional, urusan pemerintahan itu menjadi rencana kegatan tugas pembantuan dengan
kewenangan pemerintahan provinsi, apabila rencana pembangunan daerah.
dampaknya bersifat lintas provinsi dan/atau 3. Penyusunan perencanaan program dan kegiatan
nasional, urusan itu menjadi kewenangan tugas pembantuan dilakukan sesuai dengan
pemerintah. peraturan perundang-undangan.
Akuntabilitas dimaksudkan disini adalah Dalam prosesnya setelah ditetapkannya pagu
kriteria pembagian urusan pemerintahan dengan indikatif, kementerian/lembaga memprakarsai dan
memperhatikan pertanggungjawaban pemerintah, merumuskan sebagian urusan pemerintahan yang
pemerintahan provinsi,dan pemerintahan dtugaskan kepada gubernur atau bupati/walikota,
kabupaten/kota dalam penyelenggaraan urusan dan/atau kepala desa paling lambat pada
pemerintahan tertentu kepada masyarakat. Apabila pertengahan bulan maret tahun anggaran
dampak penyelenggaraan bagian urusan berikutnya. Rumusan sebagian urusan
pemerintahan secara langsung hanya dialami secara pemerintahan yang ditugaskan kepada gubernur
lokal (satu kabupaten/kota), maka pemerintahan atau bupati/walikoya, dan/atau kepala desa
daerah kabupaten/kota bertanggungjawab mengatur dituangkan dalam rancangan Renja-KL dan
dan mengurus urusan pemerintahan tersebut. disampaikan kepada menteri membidangi
Apabila dampak penyelenggaraan urusan perencanaan pembangunan nasional sebagai bahan
pemerintahan secara langsung dialami lebih dari koordinasi dalam Musrenbang. Menteri
satu kabupaten/kota daam satu provinsi, maka membidangi perencanaan pembangunan nasional
pemerintahan daerah provinsi yang bersama menteri/pimpinan lembaga melakukan
bertanggungjawab mengatura dan mengurus urusan penelaahan rancangan Renja-KL memuat rumusan
pemerintahan tersebut. Dan apabila dampal sebagian urusan pemerintahan yang ditugaskan,
penyelenggaraan urusan pemerintahan dialami dan dihasilkannya akan digunakan sebagai bahan
lebih dari satu provinsi dan.atau bersifat nasional, penyusunan Renja-KL dan RKP.
maka pemerintah bertanggungjawab untuk Kementerian/lembaga memberitahukan
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan kepada gubernur atau bupati/walikota dan/atau
dimaksud. kepala desa mengenai lingkup urusan pemerintahan
Efisiensi yang dimaksud disini adalah kriteria yang akan ditugaskan paling lambat pada
pembagan urusan pemerintahan dengan pertengahan bulan juni untuk tahun anggaran
memperhatikan daya guna tertinggi yang dapat berikutnya setelah ditetapkannya pagu anggaran
diperoleh dari penyelenggaraan urusan sementara. Lingkup urusan yang ditugaskan
pemerintahan. Apabila urusan pemerintahan lebih ditetapkan dalam bentuk peraturan
berdayaguna ditangani pemerintahan Menteri/pimpinan lembaga. Serta Peraturan
kabupaten/kota, maka diserahkan kepada Menteri/pimpinan lembaga disampaikan kepada
pemerintahan kabupaten/kota. Apabila urusan gubernur atau bupati/walikota dan/atau kepala desa

466
Jurnal Wedana
Volume IV No 1 April 2018

dengan tembusan kepada menteri dalam negeri, Apabila pemberitahuan dinilai layak,
menteri keuangan, dan menteri membidangi pemerintah daerah kabupaten/kota dan/atau
perencanaan pembangunan nasional paling lambat pemerintahan desa membuat pernyataan menerima
minggu pertama bulan desember tahun anggaran untuk melaksanakan penugasan pemerintah
berikutnya setelah ditetapkannya peraturan provinsi tersebut. Sedangkan lingkup urusan
presiden tentang Rincian anggaran belanja pemerintahan yang ditugaskan kepada
pemerintah pusat. bupati/walikota dan/atau desa dituangkan dalam
Tujuan pemberitahuan dalam rangka Peraturan Gubernur. Peraturan Gubernur ditetapkan
menyampaikan hasil-hasil penetapan pagu setelah mendapat masukan dari Tim Koordinasi
sementara menjadi pertimbangan bagi seorang Penyelenggaraan Tugas pembantuan Provinsi.
kepala daerah dalam rangka menunjuk SKPD yang Serta Pemerintah provinsi memberitahukan kepada
melaksanakan program dan kegiatan tugas bupati/walikota, dan/atau kepala desa mengenai
pembantuan. Sedangkan penugasan pemerintah lingkup urusan pemerintahan yang ditugaskan
provinsi kepada daerah kabupaten/kota dan/atau tahun anggaran berikutnya segera setelah
desa diatur pasal 40 PP No 7 Tahun 2008, ditetapkannya Prioritas dan Plafon Anggaran
menyatakan bahwa; Sementara. Dengan maksud bahwa Pemberitahuan
1. Pemerintah provinsi memberitahukan kepada dilakukan untuk tujuan efisiensi dan efektivitas
bupati/walikota, dan/atau kepala desa mengenai penyelenggaraan pemerintahan, serta sinkronisasi
lingkup urusan pemerintahan yang akan rencana kegiatan tugas pembantuan dengan rencana
ditugaskan pada tahun anggaran berikutnya kegiatan pembangunan daerah kabupaten/kota.
segera setelah ditetapkannya Priritas dan Plafon Pemerintah provinsi memberitahukan kepada
Anggaran Sementara. bupati/walikota, dan/atau kepala desa di
2. Pemberitahuan dilakukan untuk tujuan efisiensi wilayahnya mengenai lingkup urusan pemerintahan
dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan, yang ditugaskan pada tahun anggaran berikutnya
serta sinkronisasi antara rencana kegiatan tugas segera setelah ditetapkannya Prioritas dan Plafon
pembantuan dengan rencana kegiatan Anggaran Sementara. Pemberitahuan dilakukan
pembangunan daerah kabupaten/kota untuk tujuan efisiensi dan efektivitas
3. Pemberitahuan dapat dijadikan sebagai bahan penyelenggaraan pemerintahan, serta sinkronisasi
pertimbangan bagi pemerintah kabupaten/kota antara rencana kegiatan tugas pembantuan dengan
dan/atau desa dalam menyusun perencanaan rencana kegiatan pembangunan daerah
dan anggaran daerah. kabupaten/kota. Pemberitahuan dapat dijadikan
4. Apabila pemberitahuan sebagaimana dimaksud sebagai bahan pertimbangan pemerintah
pada ayat (1) dinilai layak, pemerintah kabupaten/kota dan/atau desa dalam menyusun
kabupaten/kota dan/atau pemerintahan desa perencanaan dan anggaran daerah. Apabila
membuat pernyataan menerima melaksanakan pemberitahuan dinilai layak, pemerintah
penugasan pemerintah provinsi. kabupaten/kota dan/atau pemerintahan desa dapat
5. Lingkup urusan pemerintahan yang ditugaskan membuat pernyataan menerima untuk
kepada bupati/walikota dan/atau desa melaksanakan penugasan pemerintah provinsi.
dituangkan dalam bentuk Peraturan Gubernur. Penugasan pemerintah kabupaten/kota kepada desa
6. Peraturan Gubernur ditetapkan setelah diatur pasal 41 PP No 7 Tahun 2008, bahwa;
mendapat masukan dari Tim Koordinasi 1. Pemerintah kabupaten/kota memberitahukan
Penyelenggaraan Tugas pembantuan Provinsi. kepada kepala desa mengenai lingkup urusan
7. Peraturan Gubernur menjadi dasar dalam pemerintahan yang ditugaskan pada tahun
pelaksanaan dan pengalokasian anggaran tugas anggaran berikutnya segera setelah
pembantuan provinsi. ditetapkannya Priotitas dan Plafon Anggaran
Pemerintah provinsi memberitahukan kepada Sementara.
bupati/walikota, dan/atau kepala desa mengenai 2. Pemberitahuan dilakukan untuk tujuan efisiensi
lingkup urusan pemerintahan yang ditugaskan dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan
tahun anggaran berikutnya segera setelah kabupaten atau kota, serta sinkronisasi rencana
ditetapkannya Prioritas dan Plafon Anggaran kegiatan tugas pembantuan dengan rencana
Sementara. Pemberitahuan dilakukan untuk tujuan kegiatan pembangunan.
efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan 3. Pemberitahuan dapat dijadikan sebagai bahan
pemerintahan, serta sinkronisasi rencana kegiatan pertimbangan pemerintah desa dalam menyusun
tugas pembantuan dengan rencana kegiatan perencanaan dan anggaran desa.
pembangunan daerah kabupaten/kota. Dalam hal 4. Apabila pemberitahuan sebagaimana dimaksud
ini Pemberitahuan dijadikan sebagai bahan pada ayat (1) dinilai layak, pemerintah desa
pertimbangan pemerintah kabupaten/kota dan/atau membuat pernyataan menerima untuk
desa dalam menyusun anggaran daerah. melaksanakan penugasan pemerintah kabupaten
atau kota.

467
Jurnal Wedana
Volume IV No 1 April 2018

5. Lingkup urusan pemerintahan yang ditugaskan yang dilaksanakan dalam rangka penyelenggaraan
kepada kepala desa dituangkan dalam bentuk pemerintahan daerah.
Peraturan Bupati/Walikota.
6. Peraturan Bupati/Walikota ditetapkan setelah D. Asas Tugas Pembantuan Berdasarkan UU
mendapat masukan dari tim Koordinasi Nomor 23 Tahun 2014
penyelenggaraan Tugas Pembantuan Dalam UU No 23 Tahun 2014 dinyatakan
Kabupaten/Kota. asas penyelenggaraan pemerintahan daerah terdiri
7. Peraturan Bupati/Walikota menjadi dasar dalam dari asas otonomi dan asas tugas pembantuan.
pelaksanaan dan pengalokasian anggaran tugas Berdasarkan pasal 1 point (11) UU No 23 Tahun
pembantuan kabupaten/kota. 2014, dinyatakan ;
Substansi Rancangan Peraturan “Tugas pembantuan adalah penugasan dari
Bupati/Walikota, meliputi lingkup urusan pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk
pemerintahan yang ditugaskan, program dan melaksanakan sebagaian urusan pemerintahan yang
kegiatan yang dilaksanakan, termasuk juga menjadi kewenangan pemerintah pusat atau
pendanaannya. Dalam penyelenggaraan tugas pemerintah provinsi kepada pemerintah daerah
pembantuan memiliki tata cara tersendiri yang kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian
diatur peraturan perundang-undangan, sehubungan urusan pemerintahan yang menjadi kewengan
dengan tugas pembantuan pemerintah pusat kepada pemerintah provinsi”.
pemerintah daerah diatur pasal 42 PP No 7 Tahun
2008, bahwa; Tugas pembantuan merupakan suatu bentuk
(1) Dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan penugasan pemerintah pusat kepada daerah untuk
yang ditugaskan pemerintah, kepala daerah melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang
melakukan: menjadi kewenangan pemerintah pusat atau dari
a. Sinkronisasi dengan pnyelenggaraan pemerintah provinsi kepada pemerintah
urusan pemerintahan daerah; kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian
b. Penyiapan perangkat daerah yang urusan pemerintahan yang menjadi kewengan
melaksanakan program dan kegiatan tugas pemerintah provinsi, dalam UU ini tidak ada
pembantuan; dan dinyatakan tugas pembantuan diberikan kepada
c. Koordinasi, pengendalian, pembinaan, desa seperti pada UU sebelumnya, sehingga tugas
pemgawasan, dan pelaporan. pembantuan dalam UU ini hanya sampai pada
(2) Kepala daerah membentuk tim koordinasi yang daerah kabupaten/kota dan tidak lagi sampai pada
ditetapkan dengan peraturan kepala daerah tingkat desa, untuk desa hanya dalam bentuk
berpedoman kepada peraturan menteri dalam “penugasan” dari pemerintah kabupaten/kota.
negeri berkaitan penyelenggaraan urusan
pemerintahan, sebagaimana dimaksud ayat (1) KESIMPULAN DAN SARAN
(3) Kepala Daerah memberitahukan kepada DPRD A. Kesimpulan
berkaitan penyelenggaraan urusan 1. Secara umum asas tugas pembantuan adalah;
pemerintahan sebagaimana dimaksud ayat (1). suatu bentuk penugasan pemerintah pusat
Pemberitahuan kepala daerah kepada DPRD kepada pemerintah provinsi dan pemerintah
dimaksudkan menginformasikan mengenai kabupaten/kota, serta dari pemerintah provinsi
program dan kegiatan yang dilaksanakan dalam kepada pemerintah kabupaten/kota, sehingga
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dalam penugasan tersebut tetap menjadi
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang tanggungjawab pemerintah pusat atau dari
ditugaskan pemerintah, kepala daerah melakukan pemerintah provinsi kepada pemerintah
sinkronisasi dengan pnyelenggaraan urusan kabupaten/kota.
pemerintahan daerah, penyiapan perangkat daerah 2. Berdasarkan UU No 5 Tahun 1974 dinyatakan
yang melaksanakan program dan kegiatan tugas bahwaTugas Pembantuan adalah tugas untuk
pembantuan; dan koordinasi, pengendalian, turut serta dalam melaksanakan urusan
pembinaan, pengawasan, dan pelaporan. pemerintahan yang ditugaskan kepada daerah.
Kepala daerah dengan kapasitasnya 3. Berdasarkan UU No 22 Tahun 1999, dapat
membentuk tim koordinasi ditetapkan dengan dinyatakan bahwa asas Tugas Pembantuan
peraturan kepala daerah berpedoman kepada adalah penugasan dari pemerintah kepada
peraturan menteri dalam negeri berkaitan daerah dan desa, dari daerah ke desa untuk
penyelenggaraan urusan pemerintahan, dalam melaksanakan tugas tertentu yang disertai
Kepala Daerah memberitahukan kepada DPRD pembiayaan, sarana dan prasaran serta SDM
berkaitan dengan penyelenggaraan urusan dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya
pemerintahan. Selanjutnya pemberitahuan kepala dan mempertanggungjawabkannya kepada yang
daerah kepada DPRD dimaksudkan menugaskan.
menginformasikan mengenai program dan kegiatan

468
Jurnal Wedana
Volume IV No 1 April 2018

4. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 dapat Maulidiah, Sri, 2014, Pelayanan Publik; Pelayanan
dinyatakan bahwa asas tugas pembantuan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN),
adalah suatu bentuk penugasan dari unsur Indra Prahasta, Bandung.
pemerintah pusat kepada daerah (provinsi, Rauf, Rahyunir, 2004, Menuju Badan Perwakilan
kabupaten dan kota) dan juga kepada desa, dan Desa Profesional (Suatu Pedoman, Strategi,
dapat juga dilakukan pemerintah provinsi dan Harapan), Alqaprint, Jatinangor.
kepada kabupaten/kota dan juga desa, serta ____________, 2016, Posisi Dewan Perwakilan
dapat juga dilakukan pemerintah Rakyat Daerah Dalam Sistem Pemerintahan
kabupaten/kota kepada desa. Sehingga tugas Daerah, Marpoyan Tujuh, Pekanbaru.
pembantuan dapat dilakukan pemerintah pusat Rosidin, Utang, 2010, Otonomi Daerah dan
dalam bentuk penugasan langsung kepada desa. Desentralisasi; Dilengkapai UU Nomor 32
5. Berdasarkan UU No 23 Tahun 2014 dapat Tahun 2004 Dengan Perubahan-
dinyatakan bahwa tugas pembantuan Perubahannya. Pustaka Setia, Bandung.
merupakan suatu bentuk penugasan pemerintah Sarundajang, S.H. 2005, Babak baru Sistem
pusat kepada daerah untuk melaksanakan Pemerintahan Daerah, Kata Hasta, Jakarta.
sebagian urusan pemerintahan yang menjadi Syafruddin, Ateng, 2006, Mengarungi Dua
kewenangan pemerintah pusat atau dari Samudra, Sayagatama, Bandung.
pemerintah provinsi kepada pemerintah Syaukani, H.R. Dkk., 2009, Otonomi Daerah
kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian Dalam Negara Kesatuan, Pustaka Pelajar,
urusan pemerintahan yang menjadi kewengan Yogyakarta.
pemerintah provinsi, dan dalam UU ini tidak Sunindhia, Y.W., 1987, Praktek Penyelenggaraan
ada dinyatakan bahwa tugas pembantuan Pemerintahan di Daerah, Bina Aksara,
diberikan kepada desa seperti UU sebelumnya, Jakarta.
sehingga tugas pembantuan dalam UU ini Wasistiono, Sadu dan Yonatan Wiyoso, 2009,
hanya sampai pada kabupaten/kota. Meningkatkan Kinerja Dewan Perwakilan
Daerah (DPRD), Fokusmedia, Bandung.
B. Saran Yudoyono, Bambang, 2003, Otonomi Daerah;
Sehubugan dengan konsep asas Tugas Desentralisasi Dan Pengembangan SDM
Pembantuan pada UU No 23 Tahun 2014, sudah Aparatur Pemda dan DPRD, Pustaka Sinar
cukup relevan dengan substansi pada pasal-pasal Harapan, Jakarta.
yang ada pada UU ini, hanya saja yang perlu
penjelasan lebih lanjut adalah terkait dengan Dokumentasi/Jurnal/Peraturan Perundang-
“istilah penugasan” kepada desa yang harus Undangan
dibedakan dengan “asas tugas pembantuan” kepada
desa yang diatur pada UU No 32 Tahun 2004 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun
sebelumnya, sehingga tidak terjadi kerancuan 1945
dalam implemntasinya. Sehingga disarankan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang
kepada pemerintah dan pemerintah daerah provinsi Pokok-Pokok Pemerintahan Di Daerah.
untuk memperjelas secara teknis antara istilah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang
“tugas pembantuan” dengan istilah “penugasan”. Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
DAFTAR PUSTAKA Pemerintahan Daerah
Buku Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Djohan, Djoehermansyah, 2014, Merajut Otonomi Pemerintahan Daerah.
Daerah; Pada Era Reformasi (Kasus
Indonesia), IKAPTK, Jakarta.
Kertapraja, Koswara, 2010, Pemerintah Daerah;
Konfigurasi Politik Desentralisasi dan
Otonomi Daerah Dulu, Kini dan Tantangan
Globalisasi, Inner, Jakarta.
________________, 2014, Kebijakan
Desentralisasi dan Otonomi Daerah Yang
bersumber dari UUD 1945, Yayasan
Damandiri, Jakarta.
Marbun, B.N., 2005, DPRD dan Otonomi Daerah,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Mariana, Dede, 2009, Dinamika Demokrasi dan
Perpolitikan Lokal di Indonesia. AIPI,
Bandung.

469

Anda mungkin juga menyukai