bibit yang diperoleh berasal dari permudaan Vegetatif berupa stek pucuk,
yang diperoleh dari kebun benih atau hutan kulon di Jawa Tengah
(Perhutani). Bibit yang di peroleh dari variasi bibit yang unggul akan
membawa variasi genetic total untuk meningkatkan produksi, karena
kinerja genotype yang baik dari induknya akan dapat diulangu secara
konsisten pada keturunan selanjutnya.
Page | 1
Tinggi rendahnya produktivitas hutan rakyat jatu menunjukan tingkat
diikuti oleh penurunan produksi kayu dari hutan alam. Hal ini
mengindikasikan bahwa belum maksimalnya pemanfaatan hasil hutan
berupa kayu.
Pengelolaan hutan di Indonesia menganut prinsip kelestarian dengan
Page | 2
tersebut menghendaki adanya hasil yang terus menerus dan sedapat
hutan secara optimal. Prinsip kelestarian dapat terjamin, jika volume yang
ditebang selama waktu tertentu harus sama dengan volume kayu yang
Page | 3
Analisis Produktivitas dan Efisiensi Hutan
Tanaman Industri dalam Produksi Kayu
Bulat di Indonesia
Oleh : Ahmad Yani, 2019. Vol.4(2).
erdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, produksi kayu bulat yang
dihasilkan perusahaan HTI terus meningkat setiap tahunnya. Tahun
produksi yang dihasilkan. Produksi sejak 2002 produksi kayu bulat terus
meningkatjumlahnya. Tahun 2002 produksinya hanya sekitas 4 juta
meter kubin lebih. Sekarang Pada 2017 mencapai kurang lebih 36,24
juta meter kubik. Dibanding produksi tahun 2016 meningkat sebesar
29 persenlebih .
Produksi kayu bulat mengalami lonjakan yang signifikan mulai dari
tahun 2014, yaitu dari 16,8 juta meter kubik menjadi 36 jutalebih meter
kubik, naik 100 persen lebih. (115,62 %).Kenaikan produksi kayu bulat.
Page | 4
HTI untuk membudidayakan tanaman. Secara parsial, uji statistik dengan
Page | 5
Sistem ini menerapkan penebangan dengan sistem tebang pilih dan
dilakukan dengan cara membuka jalur tanam selebar tiga meter (menebang
tanaman dengan sistem lorong/jalur untuk kegiatan penanaman) dengan
jarak tanam dalam jalur untuk Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) dan
TPTII/TPTJ dengan teknik SILIN masing-masing 5 m dan 2,5 m, dan jarak
antar jalur untuk TPTJ dan TPTII/ TPTJ Intensif masing-masing 25 m dan 20
m.
penebangan.
Efisiensi penebangan merupakan indikator besarnya nilai faktor
eksploitasi. Makin tinggi efisiensi penebangan makin tinggi pula nilai faktor
eksploitasi demikian juga sebaliknya. Produktivitas rata-rata penebangan
Page | 6
Biaya penebangan rata-rata pada teknik penebangan secara konvensional
diimplementasikan di lapangan.
sama dengan hutan tanaman pada umumnya, yaitu dimulai dari penyiapan
benih sampai pada akhirnya kayu tersebut dipanen. Pemanenan hasil hutan
Page | 7
merupakan suatu usaha pemanfaatan kayu dengan mengubah tegakan
pohon berdiri menjadi sortimen kayu bulat dan dikeluarkan dari hutan
untuk kemudian dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya.
peneliti lakukan di HTI PT. PSPI Distrik Petapahan, ada 7 komponen yang
diperhatikan dalam aspek produktivitas pemanenan yaitu penebangan,
tercepat adalah pada saat bongkar muat sarad dimana waktu yang
diperlukan sekitar 13 menit 54 detik. Untuk produktivitas dari kegiatan
Page | 8
dimana produktivitas tertinggi sebesar 49,61 m3 /jam (bongkar muat sarad)
Page | 9