Anda di halaman 1dari 2

REAKSI ANAFILAKTIK

No. :/SOP/UKP/PKM-
Dokumen WDS/2019
No. Revisi : 00
SOP
Tanggal : 2019
Terbit
Halaman :2

UPTD
H. UCI SANUSI, S.Sos., SKM., M.MKes
PUSKESMAS NIP. 19640823 198409 1 001
WINDUSENGKAHAN
Reaksi anafilaktik merupakan sindrome klinis akibat
1. Pengertian
reaksi imunologis yang bersifat sistemik, cepat dan hebat
yang dapat menyebabkan gangguan respirasi, sirkulasi,
pencernaan dan kulit. Jika cukup hebat dapa
menyebabkan syok.
Sebagai acuan medis/paramedis dalam penatalaksanaan
2. Tujuan
reaksi anafilaktik

Keputusan Kepala Puskesmas Windusengkahan Nomor


3. Kebijakan
440//PKM-WDS/2019 tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis
KeputusanMenteriKesehatanRepublik Indonesia Nomor
4. Referensi
HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan Praktik
Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama.
1. Petugas melakukan anamnesa:
5. Prosedur
- Bersin, hidung tersumbat
- Sesak
- Kulit gatal dan kemerahan
- Perut kram, mual dan muntah
- Keringat dingin
2. Petugas mencuci tangan
3. Petugas melakukan pemeriksaan TTV
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik:
Mata : kadang ditemukan edema periorbital
Bibir : tampak sianosis
Kulit : kadang tampak urtikaria dan eritem pada kulit
5. Petugas menegakan diagnosis :
Kriteria diagnosis :
a. Onset waktu
b. Dua atau lebih gejala secara mendadak setelah
terpapar alergen (penurunan Tekanan darah,
gangguanrespirasi, gejala gastrointestinal)
c. Penurunan tekanan darah setelah terpapar pada
alergen yang diketahui beberapa menit hngga
beberapa jam (syok anafilaktik).
6. Petugas melakukan penatalaksanaan di Puskesmas
- Posisi trendeleburg (berbaring degan kedua tungkai
diangkat)
6. Unit Terkait 1. Ruangan KIA-KB
2. Ruangan Pemeriksaan Umum
3. Ruang Pemeriksaan Gigi
4. Ruang Tindakan
5. Ruang Farmasi

7. Dokumen a. RekamMedis
Terkait b. Form Resep

8. Rekaman No Yang Di Ubah Isi Perubahan Tanggal Mulai


HIstoris Dikeluarkan
Perubahan

Anda mungkin juga menyukai