S
U
S
U
N
O
L
E
H
CUT PUTRIYANI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Di dalam kehidupan sehari-hari, dimanapun manusia berada, dibutuhkan peraturan-peraturan
dan ketentuan-ketentuan tang akan mengatur dan membatasi setiap kegiatan dan perilakunya. Manusia
sebagai individu terkadang ingin hidup bebas, sehingga ia ingin melepaskan diri dari ssegala ikatan dan
peraturan yang membatasi kegiatan dan perilalkunya.Namun manusia juga merupakan makhluk sosial
yang hidup di antara individi-individu lain, dimana ia mempunyai kebutuhan akan perasaan diterima
oleh orang lain.
Program disiplin karyawan ini hendaknya disusun secara cermat berdasarkan kepada metode-metode
ilmiah yang berpedoman pada keterampilan yang dibutuhkan perusahaan atau organisasi saat ini
maupun untuk waktu yang akan datang. Disiplin harus bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan supaya prestasi kerjanya baik dan mecapai hasil yang
optimal.
Disiplin karyawan diarsakan semakin penting mamfaatnya, karena adanya tuntutan
pekerjaan/jabatan dan bertujuan baik untuk karier maupun non karier karyawan baru/lama melalui
disiplin. Disiplin juga merupakan fungsi operatif MSDM yang terpenting karena semakin baik disiplin
karyawan, maka semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin karyawan yang baik ,
sulit bagi organisasi atau badan mencapai hasil yang optimal. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya
rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong
gairah kerja, semangat kerja dan mendukung tewujudnya tujuan suatu organisasi atau badan, karyawan
dan masyarakat. Karena itu setiap manajer selalu berusaha, agar para bawahannya mempunyai disiplin
yang baik .Seorang manajer dikatakan efektif dalam kepemimpinannya, jika para bawahannya
berdisiplin dengan baik.Untuk memelihara dan meningkatkan kedisiplinan yang baik adalah hal yang
sangat sulit, karena banyak faktor yang mempengaruhinya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian disiplin karyawan
2. Pentingnya disiplin karyawan
3. Faktor-faktor yang memengaruhi disiplinan karyawan
4. Pelaksanaan disiplin karyawan
5. Hubungan disiplin dengan produktivitas kerja karyawan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Disiplin karyawan
Singodimedjo (2002), mengatakan disiplin adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang
untuk mematuhi dan nentaati norma-norma peraturan yang berlaku disekitarnya. Disiplin karyawan
yang baik akan mempercepat tujuan perusahaan, sedabgkan disiplin yang merosot akan menjadi
penghalang dan memperlambat pencapaian tujuan perusahaan.
Disiplin menunjukkan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri karyawan terhadap
peraturan dan ketentuan perusahaan. Bentuk disiplin yang baik akan tercemin pada suasana, yaitu:
1. Tingginya rasa kepedulian karyawan terhadap pencapaian tujuan perusahaan
2. Tinggi semangay dan gairah kerja dan inisiatif para karyawan dalam melakukan pekerjaan
3. Besarnya rasa tanggung jawab para karyawan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya
4. Berkembangnya rasa memiliki dan solidaritas yang tinggi di kalangan karyawan
5. Meningkatnya efisiensi dan produktivitas kerja para karyawan
Latainer (dalm Soeiono, 1995), mengartikan disiplin sebagai suatu kekuatan yang berkembang di dalam
tubuh karyawan dan menyebabkan karyawan dapat menyesuaikan diri dengan sukarela pada
keputusan, peraturan, dan nilai-nilai tinggi dari pekerjaan dan perilaku.
Bagi Beach (dalam Siagian, 2002), disiplin mempunyai dua pengertian. Arti yang pertama, melibatkan
belajar atau mencetak perilaku dengan menerapkan imbalan atau hukuman. Arti yang kedua lebih
sempit lagi, yaitu disiplin ini hanya bertalian dengan tindakan hukuman terhadap pelaku kesalahan.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat dirumuskan bahwa yang dimaksud dengan disiplin adalah sikap
hormat terhadap peraturan dan ketetapan perusahaan, yang ada dalam diri karyawan, yang
menyebabkan iadapat menyesu Pengertian disiplin sering juga disebut adalah fungsi operasional kedua
dari manajemen personalia. Disiplin karyawan (baru/lama) perlu dilakukan secara terencana dan
berkesinambungan.Agar disiplin inidapat dilaksanakan dengan baik terlebih dahulu harus dietetapkan
program disiplin karyawan.
Program disiplin karyawan ini hendaknya disusun secara cermat berdasarkan kepada metode-metode
ilmiah yang berpedoman pada keterampilan yang dibutuhkan perusahaan atau organisasi saat ini
maupun untuk waktu yang akan datang. Disiplin harus bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan supaya prestasi kerjanya baik dan mecapai hasil yang
optimal
Disiplin karyawan diarsakan semakin penting mamfaatnya, karena adanya tuntutan pekerjaan/jabatan
dan bertujuan baik untuk karier maupun non karier karyawan baru/lama melalui disiplin. Dalam buku-
buku text book maupun praktek, banyak kita jumpai istilah yang digunakan untuk membahas masalah
pelatihan karyawan ini.Fllifo dalam bukunya personel management menggunakan istilah disisplin untuk
peningkatan pengetahuan atau keterampilan karyawan.
Untuk memudahkan pembahasannya, penulis kutip dari berbagai sumber mengenai pengertian dan
istilah-istilah diatas anatara lain: “Disiplin dalah usaha-usaha untuk meningkatkan keterampilan maupun
pengetahuan bagi karyawan agar pelaksanaan pencapaian tujuan tercapai”. ( Heidjaracman Suad
Husnan, 1990,4:77 )
Maka dalam pengertian ini istilah disiplin karyawan mencakup pengertian disiplin sebagai sarana
peningkatan keterampilan dan pengetahuan umum bagi karyawan.
Disiplin juga merupakan fungsi operatif MSDM yang terpenting karena semakin baik disiplin karyawan,
maka semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin karyawan yang baik , sulit bagi
organisasi atau badan mencapai hasil yang optimal .
Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang
diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja dan mendukung tewujudnya
tujuan suatu organisasi atau badan, karyawan dan masyarakat. Karena itu setiap manajer selalu
berusaha, agar para bawahannya mempunyai disiplin yang baik .Seorang manajer dikatakan efektif
dalam kepemimpinannya, jika para bawahannya berdisiplin dengan baik.Untuk memelihara dan
meningkatkan kedisiplinan yang baik adalah hal yang sangat sulit, karena banyak faktor yang
mempengaruhinya.
Sedangkan menurut Malayu S.P Hasibuan definisi Disiplin yaitu:
“ Disiplin” adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahan, Badan atau
organisasi dan norma-norma social yang berlaku, sedangkan kesadaran adalah sikap seseorang secara
sukarela mentaati semua peratuaran dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya jadi karyawan akan
mematuhi dan mengerjakansemua tugasnya dengan baik bukan atas paksaan. Kesediaan adalah suatu
sikap, atau tingkah laku dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan dengan peraturan organisasi atau
badan yang tertulis maupun tidak “.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat diartikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Disiplin menekankan pada peningkatan dalam melakukan atau tugas tertentu.
2. Disiplin diharapkan dapat menimbulkan perubahan dalam kebiasaan bekerja dan sikap karyawan
dalam pekerjaannya.
3. Disiplin harus berhubungan dengan pekerjaan tertentu yang harus dilakukan di dalam organisasi.
Bila suatu organisasi atau badan akan menyelenggarakan kegiatan dengan disiplin terlebih dahulu
apayang menjadi tujuan dari disiplin yaitu untuk meningkatkan produktivitas kerja guru.
Salah satu ruang lingkup manajemen personalia yang ditunjukkan untuk meningkatkan disiplin para
pegawainya adalah penilaian disiplin kerja.
Untuk mencapai tujuannya, Instansi berusaha untuk mengembangkan kemampuan dan motivasi para
pegawai terutama guru, karena merekalah yang menggerakkan, mengelola serta mengatur penggunaan
sumber daya - sumber daya lainnya. Intansi atau sekolah menginginkan para pegawainya disiplin
semaksimal mungkin agar diperoleh maksimal pula.
Pengertian Disiplin Kerja Menurut pendapat Alex S. Nitisemito(1984: 199) Kedisiplinan adalah suatu
sikap tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan baik tertulis maupun
tidak tertulis.
Dari pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan disiplin kerja adalah suatu usaha dari manajemen
organisasi perusahaan untuk menerapkan atau menjalankan peraturan ataupun ketentuan yang harus
dipatuhi oleh setiap karyawan tanpa terkecuali.
T. Hani Handoko membagi 3 disiplin kerja(1994:208) yaitu:
a. Displin Preventif yaitu: kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan agar mengikuti
berbagai standar dan aturan, sehingga penyelewengan dapat dicegah.
b. Disiplin Korektif yaitu: kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap aturan-aturan
yang mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif sering berupa
suatu bentuk hukuman dan disebut tindakan pendisiplin.
c. Disiplin Progresif yaitu: kegiatan memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat terhadap
pelanggaran-pelanggaran yang berulang. Tujuan dari disiplin progresif
ini agar karyawan untuk mengambil tindakan-tindakan korektif sebelum mendapat hukuman yang lebih
serius.
aukan diri dengan sukarela pada peraturan dan ketetapan perusahaan.
Sedangkan menurut Drs.T.Hani Handoko; Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia ( 1992;
99 ), yaitu kegunaan disiplin kerja adalah :
a) Perbaikan disiplin Kerja
b) Penyesuaian kompensasi
c) Keputusan penempatan
d) Kebutuahan Pelatihan dan pengembangan
e) Perencanaan dan pengembangan karir
f) Penyimpangan proses staffing
g) Ketidak akuratan informasional
h) Kesalahan deskripsi pekerjaan
i) Kesempatan kerja yang adil
j) Tantangan eksternal
Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian disiplin kerja memiliki kegunaan
ganda, yaitu memeberikan mamfaat yang besar bagi kepentingan individu atau pegawai yang
bersangkutan, maupun bagi
2.9. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tegak tidaknya suatu disiplin kerja dalam suatu perusahaan.
Menurut Gouzali Saydam (1996:202), faktor-faktor tersebut antara lain:
Sedangkan menurut Drs.T.Hani Handoko; Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia ( 1992;
99 ), yaitu kegunaan disiplin kerja adalah :
a) Perbaikan disiplin Kerja
b) Penyesuaian kompensasi
c) Keputusan penempatan
d) Kebutuahan Pelatihan dan pengembangan
e) Perencanaan dan pengembangan karir
f) Penyimpangan proses staffing
g) Ketidak akuratan informasional
h) Kesalahan deskripsi pekerjaan
i) Kesempatan kerja yang adil
j) Tantangan eksternal
Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian disiplin kerja memiliki kegunaan
ganda, yaitu memeberikan mamfaat yang besar bagi kepentingan individu atau pegawai yang
bersangkutan, maupun bagi organisasi.
Dalam melaksankan pengukuran atau penilaian terhadap pelaksanaan kerja dibutuhkan suatau sistem
penilaian yang memenuhi syarat-syarat tertentu.
Memang secara sepintas, atasan dapat dengan mudah menilai bawahan dalam melaksanakan
pekerjaannya, namun ukuran yang nyata untuk sukses atau gagal adalah sangat relative.Oleh karena itu,
dibutuhkan penilaian disiplin yang efekti, sehingga memberi gambaran yang akurat mengenai disisplin
kerja.
Menurut Wyne F.Cascio.( 1995; 277-279), syrat agar penilaian disiplin kerja menjadi efektif, yaitu :
1. Relevance, yang berarti bahwa system penilaian yang digunakan untuk hal-hal yang berhubungan,
merupakan kesesuaian antara hasil pekerjaan dengan tujuan yang telah ditetapkan.
2. Sensitivity, berarti bahwa system penilaian itu harus peka dalam memebedakan kegiatan yang
mana berhasil dan yang tidak berhasil.
3. Realibility, artinya hasil dari suatu system penilaian harus dapat dipercaya ( konsisten dan stabil).
4. Acceptability, berti bahwa hasil dari system penilaian tersebut dapat diterima dalam hubungannya
dengan kesuksesan dari pelaksanaan pekerjaan pada suatu organisasi.
5. Practicality, artinya bahwa suatu system penilaian harus dapat mendukung tercapainya tujuan
organisasi perusahaan, yaitu melalui peningkatanproduktivitas organisasi.
Selain itu, pengukuran disiplin kerja dapat dilakukan melalui pengamatan langsung, yaitu para penilai
benar-benar secara langsung melihat pekerjaan yang dilakukan para pegawainnya serta pengamatan tak
langsung dimana para penilai hanya mengevaluasi hasil pekerjaan yang telah dilakukan oleh para
pegawai.
Menurut Wayne F.Cascio.( 1995; 293 ), menyatakan bahwa: “Sebagian besar perusahaan atau
organisasi melakukan penilaian disiplin kerja secara formal satu atau dua kali dalam
setahun.”
Namun dalam penelitian jumlah sebesar itu dianggap terlalu sedikit sekali kecuali, bila organisasi
memiliki agenda yang berfungsi untuk mencatat kegiatan sehari-hari dalam organisasi. Karena jika tidak
demikian, maka sering timbul bias penilaian hanya melihat disiplin sebelum ia dinilai karena penilai telah
lupa mengenai disiplin kerja pegawai itu sebelumnya, atau dengan kata lain disiplin terakhir menutupi
disiplin kerja sebelumnya
Pada umumnya, penilai adalah atasan langsung dari orang yang dinilai, karena atasan langsunglah yang
paling sering berhubungan dan paling mengenal kerja bawahannya. Namun bila atasan langsung yang
melakukan penilaian, dikhawatirkan akan terdapat unsur subyektivitas.
Menurut S.P Siagian ada dua alternatif tentang siapa yan melakukan penilaian yaitu dilakukan oleh
sekelompok pegawai organisasi yang mempunyai tanggung jawab fungsional mengelola berbagai
kepegawaian, atau organisasi mempekerjakan konsultan yang dalam pelaksanaannya bekerja sama
dengan pegawai yang disebut sebelumnya antara lain:
a) Supervisor/ Kepala Orang yang berada paling baik untuk melihat perilaku pegawai serta
menentukan apakah pegawai tersebut telah mencapai sasaran atau tujuannya, adalah orang yang paling
tepat untuk melakukan penilaian dan orang itu biasanya atasan langsung dari pegawai tersebut.
b) Peer Evaluation
Adalah penilai yang dilakukan oleh rekan kerja dari pegawai tersebut.
c) Reverse appraisal
Adalah evaluasi yang dilaksanakan oleh pegawai untuk menilai para atasan mereka karena pegawai
harus mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan dari atasan tersebut.
d) Team Appraisal
Penilai harus yang beragama, beriman supaya penilaiannya jujur dan adil.
Bahwa berarti selain penilai tersebut harus adil, juga harus menggunakan waktu seefisien mungkin.
Dalam melakukan penilaian dalam disiplin kerja , sering timbul tantangan yang langsung maupun tidak
langsung yaitu :
1. Legal Constraints
Penilaian Disiplin kerja harus bebas dari diskriminasi,apapun bentuk penilaian yang digunakan,
penialaian itu harus realable dan valid jika tidak, maka hal itu akan melanggar hukum persamaan
kesempatan kerja .
2. Rater Biases
Masalah dalam pengukuran yang subyektif adalah timbulnya kemungkinan untuk bias ( distorsi yang
tidak tepat dalam pengukuran )
William B. Werther Jr.Dan Keith Davis ( 1996 ; 347-350 ) mengemukakan beberapa distorsi yang sering
timbul dalam penilaian displin kerja, yaitu :
A. The holo effect
Distorsi ini timbul ketika mendapat peniulaian pribadi atau perasaan pribadi menggoyahkan penilaian
disiplin. Distorsi ini paling sering muncul ketika penilai menilai ciri-ciri kepribadian dari orang yang
mereka suka atau tidak suka.
B. The Error Of Central Tendency
Beberapa penilai tidak suka menilai pegawai secara efektif atau tidak efektif, sehingga penilai berusaha
untuk membuat disiplin karyawan tersebut menjadi rata-rata. Dalam formulir penilaian, distorsi
inimenyebabkan penilai menghidari untuk menilai sesuatu terlalu baik atau terlalu buruk.
C. The Liniency and Strictness Bias
Bias ini terjadi jika penilai cenderung untuk memeberi penilai yang tinggi kepada pegawai penilasi
seperti ini memandang kepada semua Diisplin kerja pegawai sebagai baik, sehingga dinilai dengan tinggi
sedangkan Stricness Bias adalah kebalikannya yaitu jika penilai cenderung memeberi nilai rendah dsalam
evaluasi.
D. Cross Cultural Biases
Semua penilai mempunyai harapan tertentu tentang prilaku individu sesuai dengan kebudayaan dan
nilai yang dipegangnya.
E. Personal Prejudice
Ketidak senangan penilaian terhadap sekelompok orang, akan dapat menimbulkan distorsi pada
penilaian diatas orang-orang tersebut.
F. The regency Effek
Kadang penilai dapat terpengaruh oleh hasil dari tindakan yang baru dibuat oleh orang yang dinilai, jika
orang dinilai baru saja melakukan perbuatan baik, maka penilai dapat terpengaruh memberikan
penilaian baik kepada orang tersebut. 2.4 Pelaksanaan Disiplin Kerja
Disiplin yang paling baik adalah disiplin diri. Kecenderungan orang normal adalah melakukan
apa yang menjadi kewajibannya dan menepati aturan permainan. Organisasi atau perusahaan yang baik
harus berupaya menciptakan peraturan atau tata tertib yang akan menjadi rambu-rambu yang harus
dipenuhi oleh seluruh karyawan dalam organisasi. Peraturan-peraturan yang akan berkaitan dengan
disiplin itu antara lain:
1. Peraturan jam masuk, pulang,dan jam istirahat
2. Peraturan dasar tentang berpakaian, dan bertingkahlaku dalam pekerjaan
3. Peraturan cara-cara melakukan pekerjaan dan hubungan dengan unit kerja lain
4. Peraturan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh di lakukan oleh para karyawan
selama dalam organisasi dan sebagainya. (Singodimedjo, 2000)
BAB III
KESIMPULAN
Disiplin kerja merupakan alat yang digunakan para menejer untuk berkomunikasi dengan
karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk
meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-
norma sosial yang berlaku.
Disiplin menunjuk kan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri karyawan terhadap
peraturan dan ketetapan perusahaan. Dengan demikian, bila peraturan atau ketetapan yang ada dalam
perusahaan itubdiabaikan atau seri8ng dilanggar, maka karyawan mempunyai disiplin kerja yang buruk.
Disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggungjawab seseorang terhadap tugas-tugas
yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan
perusahaan. Meelalui disiplin akan mencerminkan kekuatan, karena biasanya seseorang yang berhasil
dalam karyanya adalah mereka yang memilki disiplin tinggi. Guna mewujudkan tujuan perusahaan, yang
pertama harus segera dibangun dan diteggakan diperusahaan tersebut adalah kedisiplinan
karyawannya. Jadi, kedisiplinan merupakan kunci keberhasilan suatu eperusahann dalam mencapai
tujuan.