Anda di halaman 1dari 7

1.

Disiplin Kerja
A. Pengertian Disiplin Kerja
Secara etimologis disiplin diambil dari bahasa Inggris disciple yang berarti pengikut
atau penganut pengajaran. Disiplin merupakan suatu keadaan tertentu dimana orang-
orang yang tergabung dalam organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang ada
dengan rasa senang hati. Sedangkan kerja adalah segala aktivitas manusia yang
dilakukan untuk menggapai tujuan yang telah ditetapkannya. Disiplin kerja terdiri dari
dua kata yaitu disiplin dan kerja. Ada beberapa pengertian disiplin, antara lain sebagai
berikut:
1) Kreasi dan persiapan kondisi pokok untuk bekerja.
2) Kontrol diri sendiri.
3) Persiapan sebagai warga negara yang dewasa.
4) Penurutan yang sadar.
5) Melatih dan belajar tingkah laku yang dapat diterima.
6) Sejumlah pengontrolan guru terhadap siswa.
7) Penurutan yang dipaksakan.
8) Pengontrolan dan pengarahan energi yang menghasilkan tingkah laku yang
produktif.1

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disiplin adalah sikap mental yang
dinyatakan dengan gerak perilaku yang bersumber dari kesadaran dan kemauan
seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan peraturan dan
hukum yang berlaku.2 Disiplin adalah kepatuhan terhadap peraturan yang telah
ditetapkan sehingga dalam pembicaraan sehari-hari istilah tersebut biasanya dikaitkan
dengan keadaan tertib, suatu keadaan dimana perilaku seseorang mengikuti pola-pola
tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu. 3 Dan dapat disimpulkan bahwa disiplin
adalah segala peraturan atau tata tertib yang telah ditetapkan oleh setiap lembaga baik
keluarga, sekolah dan lainlain. Dan kesemuanya itu harus dijalankan, ditegakkan, dan
dipatuhi oleh individu yang ada dalam lembaga tersebut, sehingga kedisiplinan dapat
berjalan dengan baik.

1
Subari, Supervisi Pendidikan dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar, (Cet.1; Jakarta: Bumi Aksara), 163-
164.
2
Poerwadarminta,W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), 53.
3
Soerjono Soekanto, Remaja dan Masalahnya, (Cet.2; Jakarta: Balai Pustaka, 1990), 79.
Kemudian dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia pengertian kerja adalah
perbuatan melakukan sesuatu kegiatan yang bertujuan mendapatkan hasil; hal pencarian
nafkah.4 Dari definisi tersebut dapat pula diartikan bahwa kerja adalah fungsi hidup
manusia untuk mendapatkan kebahagiaan lahir dan batin. Manusia bekerja adalah untuk
menghasilkan suatu alat pemuas kebutuhannya. Bila kedua kata tersebut yaitu kata
disiplin dan kata kerja digabungkan, maka disiplin kerja dapat dapat bermakna suasana
batin yang berupa perasaan senang atau tidak senang, bergairah atau tidak bergairah, dan
bersemangat atau tidak bersemangat dalam melakukan suatu pekerjaan.
Disiplin kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produktifitas
kerja, sedangkan produktifitas merupakan keberhasilan dari suatu organisasi. Dengan
demikian terdapat keterkaitan antara disiplin kerja dengan produktifitas. Sehingga dapat
dikatakan bahwa disiplin adalah salah satu penentu berhasil atau tidaknya tujuan
organisasi. Disiplin kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
produktifitas kerja, sedangkan produktifitas merupakan keberhasilan dari suatu
organisasi. Dengan demikian terdapat keterkaitan antara disiplin kerja dengan
produktifitas. Sehingga dapat dikatakan bahwa disiplin adalah salah satu penentu
berhasil atau tidaknya tujuan organisasi.

B. Jenis-jenis Disiplin Kerja


Disiplin kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produktifitas
kerja, sedangkan produktifitas merupakan keberhasilan dari suatu organisasi. Menurut
Moekizat (2002) terdapat dua jenis disiplin kerja, yaitu:
1) Self imposed discipline.
Yaitu disiplin yang dipaksakan oleh diri sendiri. Disiplin yang berasal dari diri
sendiri yang pada hakikatnya merupakan suatu tanggapan spontan terhadap
pimpinan yang cakap dan merupakan semacam dorongan pada dirinya sendiri,
artinya suatu keinginan dan kemauan untuk mengerjakan apa yang sesuai dengan
keinginan kelompok.
2) Command discipline.
Yaitu disiplin yang diperintahkan. Disiplin yang berasal dari suatu kekuasaan yang
diakui dan menggunakan cara-cara menakutkan untuk memperoleh pelaksanaan
dengan tindakan yang diinginkan yang dinyatakan melalui kebiasaan, peraturan-

4
Kasmisa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Cet.1; Surabaya: Kartika,1997), 310.
peraturan tertentu. Dalam bentuknya yang ekstrem command discipline memperoleh
pelaksanaannya dengan menggunakan hukum.

Dengan demikian jenis disiplin yang dijelaskan menurut Moekizat merupakan asal
disiplin setiap yang dijalankan seseorang berasal dari sendiri dan dari perintah. Disiplin
kerja yang dilaksanakan mempunyai proporsi masing-masing, khususnya disiplin kerja
yang dijalankan seorang pendidik atau guru. Dalam disiplin kerja setiap orang
mempunyai beberapa rancangan atau persiapan untuk pengoptimalan kinerja dan
efektifitas yang baik untuk tujuan hasil yang maksimal dan optimal.
Kemudian menurut Handoko (2001) terdapat empat bentuk disiplin kerja, yaitu:
1) Disiplin preventif.
Yaitu kegiatan yang dilaksanakanuntuk mendorong para tenaga kerja agar mengikuti
berbagai standar dan aturan, sehingga penyelewengan-penyelewengan dapat
dicegah.
2) Disiplin korektif.
Yaitu kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran terhadap aturan-aturan
dan mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut.
3) Aturan kompor panas.
Maksud dari aturan ini pada hakekatnya menyatakan bahwa Tindakan pendisiplinan
hendaknya mempunyai ciri-ciri yang sama dengan hukuman yang diterima
seseorang karena menyentuh sebuah kompor panas.
4) Disiplin progresif.
Yaitu memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran-
pelanggaran yang berulang. Tujuannya dalah memberikan kesempatan kepada
tenaga kerja untuk mengambil korektif sebelum hukuman-hukuman yang lebih
serius dilaksanakan.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Disiplin Kerja


Penerapan disiplin kerja oleh seorang pemimpin harusnya melihat beberapa faktor-
faktor dan diperhatikan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi disiplin kerja,
seperti:
1) Faktor Kepemimpinan.
Kepemimpinan adalah proses mengarahkan, membimbing, mempengaruhi
atau mengawasi pikiran, perasaan atau tindakan dan tingkah laku orang lain.
2) Faktor kebutuhan.
Pemenuhan kebutuhan merupakan suatu tujuan dari semua tingkah laku
manusia (guru) dalam segala kegiatan/pekerjaan, kebutuhan manusia yang
diperlukan adalah kebutuhan yang materil dan moril. Jika kebutuhan tersebut
terpenuhi dengan baik, maka hal itu merupakan andil yang cukup besar bagi usaha
menegakkan disiplin guru dan diharapkan semua kewajiban sebagai tenaga pengajar
akan berjalan baik. Namun sebaliknya, jika kebutuhan tersebut terabaikan maka
individu guru akan berusaha mencapainya dengan cara-cara yang cenderung
melanggar disiplin.
3) Faktor pengawasan
Faktor pengawasan atau controlling sangat penting dalam usaha mendapatkan
disiplin kerja yang tinggi. Pengawasan hendaknya dilaksanakan secara efektif, jujur
dan objektif.
Pengawasan perlu dilaksanakan untuk menegakkan disiplin kerja guru yang
sifatnya memang membantu setiap personil agar selalu melaksanakan kegiatannya
sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing.5
D. Indikator Penilaian Disiplin Kerja
Pada dasarnya banyak indikator yang dapat mempengaruhi tingkat kedisiplinan
tenaga kerja suatu organisasi diantaranya (Hasibuan, 2002: 195):
1) Tujuan dan Kemampuan
Tujuan dan kemampuan dalam suatu organisasi harus jelas dan ditetapkan
secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan semua tenaga kerja. Hal ini
berarti bahwa tujuan pekerjaan yang dibebankan kepada seorang pegawai harus
sesuai dengan kemampuan tenaga kerja yang bersangkutan dan ikut mempengaruhi
tingkat kedisiplinan pegawai.tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan
secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan pegawai. Hal ini berarti bahwa
tujuan pekerjaan yang dibebankan kepada pegawai harus sesuai dengan kemampuan
pegawai yang bersangkutan, agar dia bekerja dengan sungguh-sungguh dan disiplin
dalam menjalankannya.
2) Kepemimpinan
Kepemimpinan sangat berpengaruh dalam kinerja pegawai dan kedisiplinan
pegawai, karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh seluruh pegawai dan

5
IG. Wursanto, Dasar-dasar Manajemen Personalia, (Cet.2; Jakarta: Pustaka Dian, 1988), 151.
bawahannya. Seorang pemimpin tidak akan dijadikan figur panutan jika tidak
mempunyai disiplin kerja yang dijalankan dengan baik.
3) Balas Jasa
Balas jasa bisa diartikan dengan gaji dan kesejahteraan yang diperuntukkan
bagi seluruh pegawai maupun tenaga kerja, karena itu merupakan hasil kerja yang
telah dijalankan dalam kurun waktu tertentu. Balas jasa sangat mempengaruhi
kinerja dan disiplin pegawai, karena akan memberikan kepuasan dan kenyamanan
pegawai terhadap tempat yang diusahakan tersebut dan menghargai setiap pekerjaan
yang dijalankan sebagai bentuk apresiasi kinerja para pegawai. Jika kecintaan
pegawai semakin baik terhadap pekerjaan, maka disiplin kerja pun akan
mempengaruhi dan berjalan sebagai mestinya dan efektif.
4) Keadilan
Keadilan termasuk indikator yang mendorong terwujudnya disiplin kinerja
bagi seluruh pegawai agar setiap pegawai dapat dihargai setiap kinerjanya, sehingga
kedisiplinan kerja yang diberlakukan berjalan secara optimal. Keadilan yang baik
akan menciptakan kedisiplinan dan kondisi kinerja yang baik, karena setiap
pekerjaan yang diapresiasi dan hubungan timbal balik tempat pekerjaan dengan
pegawai pun saling memberikan manfaat yang baik pula.
5) Waskat
Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam
mewujudkan kedisiplinan pegawai maupun tenaga kerja perusahaan. Waskat efektif
merangsang kedisiplinan dan moral kerja pegawai maupun tenaga kerja. Pegawai
maupun tenaga kerja merasa mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk, pengarahan,
dan pengawasan dari atasannya.
6) Ketegasan
Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi
kedisiplinan pegawai maupun tenaga kerja perusahaan. Pimpinan harus berani dan
tegas, bertindak untuk menghukum setiap pegawai maupun tenaga kerja yang
indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan. Ketegasan
pimpinan menegur dan menghukum setiap pegawai maupun tenaga kerja yang
indisipliner akan mewujudkan kedisiplinan yang baik pada perusahaan tersebut.
7) Sanksi
Sanksi berperan penting dalam memelihara kedisiplinan pegawai maupun
tenaga kerja. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, pegawai maupun tenaga
kerja akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap, perilaku
indisipliner pegawai maupun tenaga kerja akan berkurang.
8) Hubungan Kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama pegawai maupun
tenaga kerja ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan.
Hubungan-hubungan baik bersifat vertikal maupun horizontal yang terdiri dari
direct single relationship, direct group relationship, dan cross relationship
hendaknya harmonis.
Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu organisasi perusahaan. Tanpa dukungan
disiplin pegawai maupun tenaga kerja yang baik, sulit perusahaan untuk mewujudkan
tujuannya. Jadi, kedisiplinan adalah kunci keberhasilan suatu perusahaan dalam
mencapai tujuannya (Hasibuan, 2009:194). Beberapa faktor yang mengarah kepada
praktik disiplin yang efektif di perusahaan adalah (Mathis, 2002 : 317):
a) Pelatihan untuk Supervisor
Pelatihan untuk supervisor dan para manajer tentang kapan dan bagaimana
disiplin digunakan merupakan hal yang kritikal. Melatih para supervisor tentang
keadilan prosedural sebagai dasar pendisiplinan menyebabkan pegawai maupun
tenaga kerja maupun pihak lain melihat disiplin sebagai tindakan yang lebih adil
dibandingkan dengan disiplin yang dilakukan oleh para supervisor yang tidak
terlatih. Apapun pendekatan disiplin yang digunakan, adalah penting untuk
memberikan pelatihan mengenai keterampilan konseling dan komunikasi, karena
para supervisor dan manajer akan menggunakannya saat berurusan dengan masalah
kinerja pegawai maupun tenaga kerjanya.

b) Konsistensi dari Tindakan Pendisiplinan


Para manajer yang mengadministrasikan pendisiplinan haruslah
mempertimbangkan efek tindakan disiplin yang diambil manajer lain dan tindakan
disiplin lainnya yang diambil di masa lalu. Disiplin yang konsisten membantu
menetapkan batasan dan menginformasikan orang-orang mengenai apa yang boleh
dan tidak boleh dikerjakan. Disiplin yang inkosisten dapat menimbulkan
kebingungan dan ketidakpastian.
c) Dokumentasi
Disiplin yang efektif mengharuskan adanya penyimpanan data tertulis yang
akurat dan pemberitahuan tertulis kepada pegawai maupun tenaga kerja. Dalam
sejumlah kasus, tidak adanya pemberitahuan tertulis telah digunakan untuk
mendukung argumentasi pegawai maupun tenaga kerja bahwa dia tidak tahu apa-
apa.
d) Tindakan Disiplin yang Segera
Sebagai tambahan, disiplin yang efektif harus langsung. Makin lama waktu
yang terentang antara pelanggaran dan tindakan disiplin, maka makin kurang
efektiflah tindakan disiplin tersebut.
e) Disiplin yang Impersonal
Pada akhirnya disiplin yang efektif haruslah ditangani secara impersonal. Para
manajer memang tidak dapat membuat tindakan disiplin menjadi suatu pengalaman
yang menyenangkan, namun mereka dapat meminimalkan efek yang tidak
menyenangkan dengan cara menyampaikannya secara impersonal dan
memfokuskan kepada perilakunya, bukan orangnya.
Salah satu syarat agar ditumbuhkan disiplin dalam lingkungan kerja adalah adanya
pembagian pekerjaan yang tuntas sampai kepada pegawai atau pekerjaan yang paling
bawah, sehingga setiap orang tahu dengan sadar apa tugasnya, bagaimana
melakukannya, kapan pekerjaan dimulai dan kapan diselesaikan, seperti apa hasil kerja
yang disyaratkan dan kepada siapa ia mempertanggung jawabkan hasil pekerjaan itu.
Disiplin harus dipelihara dalam lingkungan kerja.

Anda mungkin juga menyukai