Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Kinerja Karyawan

Secara etimologi, kinerja berasasl dari kata prestasi kerja (performance).


Sebagaimana dikemukakan oleh Mangkunegara (2007) bahwa istilah kinerja dari
kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi
sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang) yaitu hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yan dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan padanya. Lebih lanjut Mangkunegara
(2007) menyatakan bahwa pada umumnya kinerja dibedakan menjadi dua, yaitu
kinerja individu dan kinerja organisasi. Nawawi (2004) menyatakan bahwa,
“Kinerja adalah hasil pelaksanaan suatu pekerjaan, baik bersifat fisik/material
maupun non fisik/non material. Menurut Simanjuntak (2005), “Kinerja adalah
tingkatan pencapaian atau hasil kerja seseorang dari sasaran yang harus dicapai
dan tugas yang harus dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu”. Foster dan
Seeker (2001) menyatakan bahwa, “Kinerja adalah hasil yang dicapai seseorang
menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan”.

Kinerja individu adalah bagian hasil dari kerja pegawai baik dari segi
kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditentukan,
sedangkan kinerja organisasi adalah gabungan dari kinerja individu dan kinerja
kelompok. Sedangkan menurut Dessler (2000), kinerja merupakan prestasi kerja,
yaitu perbandingan antara hasil kerja yang secara nyata dengan standar kerja yang
ditetapkan. Pendapat lain yang disampaikan oleh Malthis (2007) terdapat tiga
faktor utama yang dapat mempengaruhi bagaimana individu/seorang karyawan
dalam bekerja, yaitu : (1) kemampuan individual untuk melakukan pekerjaan
II-2

tersebut, (2) tingkat usaha yang dicurahkan, dan (3) dukungan organisasi. Kinerja
individual ditingkatkan sampai tingkat dimana ketiga komponen tersebut ada
dalam diri karyawan. Akan tetapi, kinerja berkurang apabila salah satu faktor ini
dikurangi atau tidak ada.

Sedangkan kinerja karyawan menurut Simamora (2004) adalah tingkat


hasil kerja karyawan dalam pencapaian persyaratan pekerjaan yang diberikan.
Deskripsi dari kinerja menyangkut tiga komponen penting yaitu:

1. Tujuan

Tujuan ini akan memberikan arah dan mempengaruhi bagaimana


seharusnya perilaku kerja yang diharapkan organisasi terhadap setiap
personel.

2. Ukuran

Ukuran dibutuhkan untuk mengetahui apakah seorang personel telah


mencapai kinerja yang diharapkan, untuk itu kuantitatif dan kualitatif
standar kinerja untuk setiap tugas dan jabatan personal memegang
peranan penting.

3. Penilaian

Penilaian kinerja reguler yang dikaitkan dengan proses pencapaian


tujuan kinerja setiap personel. Tindakan ini akan membuat personel
untuk senantiasa berorientasi terhadap tujuan dan berperilaku kerja
sesuai dan searah dengan tujuan yang hendak dicapai.

Ada beberapa pendekatan yang dilakukan dalam menilai prestasi kerja


(As’ad,2003) yaitu :

1. Subjectitive Procedure
Prosedur ini meliputi penilaian ataupun pertimbangan – pertimbangan
terhadap kecakapan kerja yang dilakukan oleh superior (atasan), sub
ordinates (bawahannya), peers (kelompok kerja), rekan – rekan
II-3

sekerja, outside observer (para observer dari luar) dan self (diri
sendiri). Prosedur ini sangant bergantung pada opini manusia,maka
prosedur ini memiliki kesalahan – kesalahan yang disebabkan oleh
manusia (human error).
2. Direct Measures
Metode ini tidak seperti metode terdahulu dimana evaluasi diminta
pertimbangannya terhadap perilaku kerja pegawai bawahannya.
Ada dua (2) tipe evaluasi ini, yaitu:
1) Berhubungan dengan produksi, yaitu menyangkut unit – unit
yang diproduksi dan kualitas produk.
2) Berhubungan dengan personal inforation (informasi individu),
yaitu meliputi absensi, ketepatan datang, keluhan – keluhan
dari pegawai, waktu yang dipergunakan untuk mempelajari
pekerjaan dan sebagainya.
3. Proficiency Testing
Merupakan pendekatan lain dalam mengevaluasi kecapakan pegawai.
Dalam hal ini pegawai yang diuji diminta untuk memerankan
pekerjaan seperti keadaan yang sesungguhnya.

2.1.2 Disiplin

Sutrisno (2013) menyatakan, “Di dalam kehidupan sehari – hari, dimana


pun manusia berada, dibutuhkan peraturan – peraturan dan ketentuan – ketentuan
yang akan mengatur dan membatasi setiap kegiatan dan perilakunya. Namun
peraturan – peraturan tersebut tidak akan ada artinya bila tidak disertai dengan
sanksi bagi para pelanggarnya”.

Manuia sebagai individu terkadang ingin hidup bebas, sehingga ia ingin


melepaskan diri dari segala ikatan dan peraturan yang membatasi kegiatan dan
perilakunya. Namun manusia juga merupakan mahluk sosial yang hidup diantara
individu – individu lain, di mana ia mempunyai kebutuhan akan perasaan diterima
oleh orang lain.
II-4

Penyesuaian diri dari tiap individu terhadap segala sesuatu yang ditetapkan
kepadanya, akan menciptakan suatu masyarakat yang tertib dan bebas dari
kekacauan – kekacauan. Demikian juga kehidupan dalam suatu perusahaan akan
sangat membutuhkan ketaatan dari anggota – anggotanya pada peraturan dan
ketentuan yang berlaku pada perusahaan tersebut. Dengan kata lain, disiplin kerja
pada karyawan sangat dibutuhkan, karena apa yang menjadi tujuan perusahaan
akan suka dicapai bila tidak ada disiplin kerja.

Hasibuan (2013) menyatakan, “Kedisiplinan adalah fungsi operatif


keenam dari manajemen sumber daya manusia. Kedisiplinan merupakan fungsi
operatif manajemen sumber daya manusia yang terpenting karena semakin baik
disiplin karyawan, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa
disiplin karyawan yang baik, sulit bagi organisasi perusahaan mencapai hasil yang
optimal”. Dengan demikian Hasibuan (2013) menyatakan, “Kedisiplinan adalah
kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan
norma – norma sosial yang berlaku. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya
tanggung jawab seseorang terhadap tugas – tugas yang diberikan kepadanya. Hal
ini akan mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan
organisasi”.

Mangkunegara (2004) mengatakan ada duda bentuk disiplin diantaranya


yaitu :

1. Disiplin Preventif
Disiplin preventif adalah suatu upaya untuk menggerakan pegawai
mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan – aturan yang telah
digariskan oleh perusahaan. Dengan cara preventive, pegawai dapat
memelihara dirinya terhadap peraturan – peraturan perusahaan.
Pemimpin perusahaan mempunyai tanggung jawab dalam membangun
iklim organisasi dengan disiplin preventif. Begitu juga pegawai harus
dan wajib mengetahui, memahami semua pedoman kerja serta
peraturan – peraturan yang ada dalam organisasi. Disiplin preventife
II-5

suatu sistem yang berhubungan dengan kebutuhan untuk semua


bagian sistem yang ada didalam organisasi. Jika sistem organisasi
baik, maka diharapkan akan lebih mudah menegakkan disiplin kerja.
2. Disiplin Korektif
Disiplin korektif adalah suatu upaya menggerakan pegawai dalam
menyatakan suatu peraturan dan menggerakan untuk tetap mematuhi
peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada perusahaan. Pada
disiplin korektif, pegawai yang melanggar disiplin perlu diberikan
sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tujuan pemberian
sanksi adalah untuk memperbaiki pegawai pelanggar, memelihara
peraturan yang berlaku dan memberikan pelajaran kepada pelanggar.

Menurut Keith Davis dalam Mangkunegara (2004), ada beberapa faktor


yang mempengaruhi disiplin yaitu :

1. Jam Kerja
Jam kerja adalah jam datang karyawan ketempat kerja maupun pulang
kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
2. Izin Karyawan
Izin bagi karyawan adalah karyawan yang meninggalkan
pekerjaannya pada jam kerja atau jam kantor, baik untuk kepentingan
perusahaan ataupun kepentingan pribad dengan terlebih dahulu ada
izin dari atasan begitu juga bagi karyawan yang mengambil cuti.
3. Absensi Karyawan
Absensi karyawan adala tingkat kehadiran karyawan ditempat kerja
yang diadakan perusahan untuk melihat kehadiran para karyawan
ditempat kerja.

2.1.3 Pelatihan

Dalam kamus Bahasa Indonesia Pelatihan diartikan sebagtai pelajaran


untuk membiasakan atau memperoleh sesuatu keterampilan. Istilah pelatihan
dalam terjemaan Bahasa Inggris dari kata “training”. Secara harfiah akar kata
II-6

“training” adalah “train”, yang berarti: (1) memberi pelajaran dan praktik (give
teaching and practice), (2) menjadikan berkembang dalam arah yang dikehendaki
(cause to grow in a required direction), (3) persiapan (preparation) dan (4)
praktik (practice). Pengertian ini mengandung arti bahwa pelatihan erat kaitannya
dengan keterampilan individu untuk membiasakan diri di dalam mengerjakan
sesuatu.

Instruksi Presiden No. 15 Tahun 1974, pengertian pelatihan dirumuskan


sebagai berikut: Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses
belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem
pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat dan dengan
menggunakan metode yang lebih mengutamakan praktik daripada teori.

Wexley dan Yulk (Anwar Prabu Mangkunegara,2009) mengemukakan


bahwa : “Training and development are term is referring to planned efforts
designed facilitate the acquisition of relevant skills, knowledge and attitudes by
organizations members. Development focuses more on improving the decision
making and human relations skills and the presentation of a more factual and
narrow subject matter”.

Pendapat Wexley dan Yulk menjelaskan bahwa pelatihan dan


pengembangan adalah sesuatu yang mengacu pada hal – hal yang berhubungan
dengan usaha – usaha berencana yang dilaksanakan untuk mencapai penguasaan
keterampilan, pengetahuan, dan sikap karyawan atau anggota organisasi.
Pengembangan lebih difokuskan pada peningkatan keterampilan dalam
mengambil keputusan dan hubungan manusia (human relations). Menurut Sikula
(Susilo Martoyo,1996) pengertian pelatihan adalah suatu proses pendidikan
jangka pendek yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir dimana
para karyawan non-manajerial mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis
dalam tujuan terbatas. Sedangkan pengembangan merupakan suatu proses
pendidikan jangka panjang di mana para karyawan manajerial mempelajari
pengetahuan konseptual dan teoritis guna mencapai tujuan yang umum.
II-7

Menurut Dessler (1997) pelatihan memberikan karyawan baru atau yang


ada sekarang keterampilan yang mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan
yang sekarang. Selain itu menurut Mutiara S. Panggabean (2002) mengungkapkan
bahwa pelatihan lebih berorientasi pada pekerjaan saat ini untuk meningkatkan
keterampilan – keterampilan tertentu. Di lain pihak pengembangan karyawan
lebih berorientasi pada masa depan dan lebih peduli terhadap pendidikan, yaitu
terhadap peningkatan kemampuan seseorang untuk memahami dan
menginterpretasi pengetahuan bukan mengajarkan kemampuan teknis.

Berdasarkan beberapa pendapat yang disebutkan di atas pelatihan


merupakan serangkaian aktivitas individu dalam meningkatkan keahlian dan
pengetahuan secara sistematis sehingga mampu memiliki kinerja yang profesional
di bidangnya.

Pelatihan adalah proses pembelajaran yang memungkinkan pegawai


melaksanakan pekerjaan yang sekarang sesuai dengan standar. Pelatihan
meningkatkan kinerja pegawai dalam pekerjaan sesuai dengan perkembangan
teknologi saat ini. Pelatihan juga diberikan kepada pegawai baru atau pegawai
lama yang akan memperbarui keahliannya menjadi lebih baik lagi sesuai dengan
kebutuhan. Selain itu ada juga jenis pelatihan yang menyiapkan pegawai untuk
melakukan pekerjaan yang berbeda dengan meningkatkan jabatannya. Biasanya
jenis pelatihan ini diberikan kepada pegawai : (1) berprestasi, (2) dipindah
tugaskan atau ekspansi. Dampak kedua jenis pelatihan ini dapat dievaluasi jika
karyawan yang bersangkutan telah melaksanakan pekerjaan atau menduduki
jabatan barunya.

Menurut Carrel dkk. (1982) tujuan umum pelatihan dan pengembangan


bagi karyawan adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kinerja (improve performance)


2. Memperbarui keterampilan karyawan (update employee’s skill)
3. Menghindari keusangan manajerial (avoid managerial obsolence)
II-8

4. Memecahkan permasalahan organisasi (solve organizational


problems).
5. Mempersiapkan diri untuk promosi dan suksesi manajerial (prepare
for promotion and managerial succession.)
6. Memenuhi kebutuhan kepuasan pribadi (satisfy personal growth
needs).

Tujuan pelatihan dan pengembangan yang dilakukan oleh perusahaan


adalah untuk : meningkatkan produktivitas; meningkatkan kualitas; mendukung
perencanaan SIDMM; meningkatkan moral anggota; memberikan kompensasi
yang tidak langsung; meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja; mencegah
kedaluarsa kemampuan dan pengetahuan personel; meningkatkan perkembangan
kemampuan dan keahlian personel.

2.1.4 Motivasi

Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi


individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu. Sikap
dan nilai tersebut merupakan suatu kekuatan untuk mendorong individu
bertingkah laku dalam mencapai tujuan. Dorongan tersebut terdiri dari dua
komponen, yaitu: arah perilaku kerja (kerja untuk mencapai tujuan), dan kekuatan
perilaku (sebagai kuat usaha individu dalam bekerja). Motivasi meliputi perasaan
unik, pikiran dan pengalaman masa lalu yang merupakan bagian dari hubungan
internal dan eksternal perusahaan.

Winardi (2002:1) mengemukakan bahwa “istilah motivasi (motivation)


berasal dari perkataan latin yakni movere yang berarti menggerakkan (to move)” .
Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja
seseorang agar mereka mau bekerja dengan segala daya upayanya untuk mencapai
kepuasan, Hasibuan (2007: 95). Ishak dan Hendri (2003:12) mengemukakan
bahwa “motivasi sebagai suatu hal pokok yang menjadi dorongan setiap motif
untuk bekerja”. Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang
mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan
II-9

individu. Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu kekuatan untuk mendorong
individu bertingkah laku dalam mencapai tujuan. Dorongan tersebut terdiri dari
dua komponen, yaitu: arah perilaku kerja (kerja untuk mencapai tujuan), dan
kekuatan perilaku (sebagai kuat usaha individu dalam bekerja). Motivasi meliputi
perasaan unik, pikiran dan pengalaman masa lalu yang merupakan bagian dari
hubungan internal dan eksternal perusahaan. Winardi (2002:1) mengemukakan
bahwa “istilah motivasi (motivation) berasal dari perkataan latin yakni movere
yang berarti menggerakkan (to move)” .

Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan


kerja seseorang agar mereka mau bekerja dengan segala daya upayanya untuk
mencapai kepuasan, Hasibuan (2007: 95). Ishak dan Hendri (2003:12)
mengemukakan bahwa “motivasi sebagai suatu hal pokok yang menjadi dorongan
setiap motif untuk bekerja”.

Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori X (negatif) dan teori Y


(positif), menurut teori X empat pengandaian yang dipegang manajer :

1. Karyawan secara inheren tertanam dalam dirinya tidak menyukai


kerja.
2. Karyawan tidak menyukai kerja mereka harus diawasi atau diancam
dengan hukuman untuk mencapai tujuan.
3. Karyawan akan menghindari tanggung jawab.
4. Kebanyakan karyawan menaruh keamanan di atas semua faktor yang
dikaitkan dengan kerja.

Kontras dengan pandangan negatif ini mengenai kodrat manusia ada empat
teori Y :

1. Karyawan dapat memandang kerja sama dengan sewajarnya seperti


istirahat dan bermain.
2. Orang akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika
mereka berkomitmen pada sasaran.
3. Rata- rata orang akan menerima tanggung jawab.
II-10

4. Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif

Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation


menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia
tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia
inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh
tiga komponen, yaitu :

1. Ekspetasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas.


2. Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika
berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk
mendapatkan outcome tertentu).
3. Valensi, yaitu respons terhadap outcome seperti perasaan positif,
netral atau negatif. Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu
yang melebihi harapan. Motivasi rendah jika usahanya menghasilkan
kurang dari yang diharapkan.

Achievement Theory yang dikemukakan oleh Mc Clelland (1961)


menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia,yaitu :

1. Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)


2. Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama
dengan social need nya Maslow)
3. Need for power (dorongan untuk mengatur)

Clayton Alderfer mengetengahkan teori motviasi ERG yang didasarkan


pada kebutuhan manusia akan keberadaan (existence), hubungan (relatedness) dan
pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda denga teori Maslow. Disini
Alfeder mengemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum
dapat dipenuhi, maka manusia akan kembali pada gerak yang fleksibel dari
pemenuhan kebutuhan dari waktu ke waktu dan dari situasi ke situasi.
II-11

2.1.5 Analisis Regresi


Regresi linier adalah metode statistika yang digunakan untuk membentuk
model atau hubungan antara satu atau lebih variabel bebas X dengan sebuah
variabel respon Y. Analisis regresi dengan satu variabel bebas X disebut sebagai
regresi linier sederhana, sedangkan jika terdapat lebih dari satu variabel bebas
X, disebut sebagai regresi linier berganda (Kurniawan, 2008).
Dalam menganalisis hubungan fungsional antara variabel bebas X dan
variabel respon Y, ada kemungkinan terjadi hubungan linier yang berbeda untuk
setiap interval X. Apabila regresi X terhadap Y memiliki hubungan linier
tertentu pada interval X tertentu, tetapi juga memiliki hubungan linier yang
berbeda pada interval X yang lain, maka penggunaan model regresi linier
sederhana kurang tepat pada kasus tersebut karena hasil analisis tidak dapat
memberikan informasi menyeluruh tentang data. Regresi linier piecewise
merupakan bentuk regresi yang meliputi berbagai model regresi linier yang cocok
dengan data untuk setiap interval X (Ryan dan Porth, 2007).
1. Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi merupakan metode statistika yang banyak digunakan dalam
penelitian. Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Sir Francis Galton pada
tahun 1986. Secara umum, analisis regresi adalah kajian terhadap hubungan satu
variabel yang disebut sebagai variabel yang diterangkan dengan satu atau dua
variabel yang menerangkan. Variabel yang diterangkan selanjutnya disebut
sebagai variabel respon, sedangkan variabel yang menerangkan biasa disebut
variabel bebas (Gujarati, 2003).
II-12

Model regresi linier sederhana yaitu :


Yi 0 1 X i i , i = 1, 2,…, n

Sumber
db JK RK Fhitung Ftabel
Variansi
n

Regresi 1 
JKR   Yˆ  Y
i
 2
RKR JKR
RKR
F1;n-2;α
i1 RKS
n

Sesatan n-2 
JKS   Y  Yˆ
i

i
2
RKS 
JKS
i1 n 2
n

Total n-1 
JKS   Y  Yˆ
i

i
2

i1

(Draper dan Smith, 1992) Estimasi parameter regresi linier sederhana


menggunakan metode kuadrat terkecil. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa
model yang baik adalah model yang memiliki jumlah kuadrat sesatan (selisih
antara data yang diamati dengan model) terkecil. Untuk mendapatkan penaksir
yang baik bagi parameter regresi (β0 dan β1) dapat digunakan metode kuadrat
terkecil dengan cara meminimumkan jumlah kuadrat sesatan (JKS). Selain itu,
estimasi parameter regresi dapat dilakukan dengan perhitungan matriks. Adapun
tabel analisis varian regresi linier sederhana yaitu : (Dalam jurnal, Syilfi, Dwi
Ispriyanti, Diah Safitri, 2012).
Tabel 2.1 : Tabel Analisis Varian Regresi Linier Sederhana
Bentuk Umum Regresi Linier Sederhana :

Y = a + bX

Y : peubah tak-bebas X : peubah bebas

a : konstanta b : kemiringan

Nilai b dapat positif (+) dapat negartif (-)

b : positif  Y b : negatif  Y

Y = a + bX Y = a - bX

X X

Penetapan Persamaan Regresi Linier Sederhana


II-13

(∑ )(∑ )
n n n
n ∑ xi yi− xi yi
i =1 i =1 i =1
b=

(∑ )
n n 2
n∑ x 2i − xi
i=1 i=1

n n
∑ yi ∑ xi
i=1
a= −b i=1
sehingga n n

n : banyaknya pasangan data

yi : nilai peubah tak bebas Y ke-i

xi : nilai peubah bebas X ke-i

2. Uji Ketergantungan dengan Koefisien Korelasi

Untuk menelaah adanya ketergantungan di antara dua peubah X dan Y atau


di antara dua peubah/faktor, perlu ditentukan suatu ukuran ketergantungan, yaitu
koefisien korelasi rxy dan secara statistik perlu dilakukan uji hipotesis dengan
rumusan sebagai berikut (Sudjana, 2002):
Ho :  = 0 H1 :   0

Sebagaimana telah dijelaskan di awal bahwa kofisien korelasi tidak


menunjukan adanya hubungan sebab akibat, melainkan hanya gejala hubungan
arah baik positif atau negatif, maka sebagai pedoman untuk memberikan
interpretasi kofisien korelasi product moment dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.2 Pedoman Interpretasi kofisien korelasi


Product moment
Interval kovesien Tingkat hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 - 1,000 Sangat kuat

n  2
1  r ij2
II-14

Selanjutnya, untuk menguji signifikasi korelasi product moment dapat


dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
1. Membandingkan nilai Thitung dengan nilai Ttabel product moment
dengan n adalah jumlah responden dan taraf signifikansi 1% atau 5%.
Kriteria uji singnifikansinya adalah H0 dan tolak H1 jika Thitung ≤
Ttabel, sebaliknya tolak H0 dan terima H1 jika Thitung < Ttabel.
2. Menggunakan rumus uji signifikansi korelasi product moment dengan
dk = n – 2 dan taraf signifikansi 1% atau 5%. Kriteria uji
signifikasinya adalah terima H0 dan tolak H1 jika Thitung < Ttabel,
sebaliknya tolak H0 dan terima H1 jika Thitung < Ttabel. Rumus uji
signifikansi korelasi product moment ditunjukan sebagai berikut.

t hit  rij

Rumus uji signifikansi korelasi product moment Selanjutnya, untuk


mengetahui kontribusi variabel bebas (x) terhadap variabel terikat (y) dapat
dihitung menggunakan koefisien deteriminasi dengan cara mengkuadratkan
koefisien korelasi yang telah didapat kemudian dikaliakn dengan 100%. Koefisien
determinasi menunjukkan bahwa seberapa besar prosentase pengaruh variabel
bebas (x) terhadap variabel terikat (y), sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor
lain. Koefisien determinasi dapat dirumuskan sebagai berikut: (Dalam jurnal, Iwa
Sungkawa, 2013).

KD = r2 x 100%

1. Uji Validasi
Sugiyono (2014), mengemukakan validitas eksternal instrumen di
uji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan), antara
kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi
di lapangan.
II-15

R = koefisien korelasi; X = skor butir

Y = skor total butir; N = jumlah sampel (responden)

Keterangan :
r : Koefisien korelasi antara x dan y rxy
n : Jumlah Subyek
X : Skor item
Y : Skor total
∑X : Jumlah skor items
∑Y : Jumlah skor total
∑X2 : Jumlah kuadrat skor item
∑Y2 : Jumlah kuadrat skor tota
Instrumen dianggap valid jika lebih besar dari 0,05 atau bisa juga dengan
membandingkannya dengan r tabel. Jika r hitung > r tabel maka valid. Uji
validitas dilakukan pada 60  kuesioner determinan mutu (Dalam skripsi, Wisnu
Waluyo, 2015, h.6)
Dasar mengambil keputusan:
 Jika r hitung > r table, maka instrument atau item pertanyaan berkorelasi
signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).
Jika r hitung < r table, maka instrument atau item pertanyaan tidak
berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).

2. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuisioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuisioner dikatakan
reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan konsisten atau
stabil dari waktu ke waktu. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur
II-16

reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (.....). Suatu variabel dikatakan
reliabel jika memberikan nilai >0,60 (Nunnally, 1967 dalam Ghozali,2005:42).
(Dalam skripsi, Wisnu Waluyo, 2015, h.7)

(3.3)
Keterangan:
α = Koefisien reliabilitas Alpha Cronbach
K = Jumlah item pertanyaan yang diuji
∑sἱ² = Jumlah varians skor item
SX² = Varians skor-skor tes (seluruh item K)
Jika nilai alpha > 0,7 artinya reliabilitas mencukupi (sufficient reliability)
sementara jika alpha > 0,80 ini mensugestikan seluruh item reliabel dan seluruh
tes secara konsisten secara internal karena memiliki reliabilitas yang kuat.
Tabel 2.3 Indeks Koefisien Reliabilitas
Interval Kriteria
<0,200 Sangat Rendah
0,2-0,399 Cukup Rendah
0,4-0,599 Tinggi
0,6-0,799
Sangat Tinggi
0,8-1,00

2.1.6 Pengolahan dan Analisa Data


Teori pendukung yang digunakan untuk pengolahan data dalam penelitian
biasanya menggunakan tool berupa SPSS (Statistical Product and Service
Solutions).

1. Statistik
secara etimologis Pengertian Statistik berasal dari kata status (bahasa latin)
yang mempunyai persamaan arti dengan kata state (bahasa Inggris) atau kata staat
(bahasa belanda), dan yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi
II-17

Negara. Pada mulanya, kata “statistic” diartikan sebagai “kumpulan bahan (data),
baik yang berwujud angka (data kuantitatif) keterangan maupun yang tidak
berwujud angka (data kualitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan
yang besar bagi suatu Negara. Namun,pada perkembangan selanjutnya, arti
statistik hanya dibatasi pada “kumpulan bahan keterangan yang berwujud angka
(data kuantitatif)” saja, bahan keterangan yang tidak berwujud angka (data
kualitatif) tidak lagi disebut statistic (Dalam skripsi, Wisnu Waluyo, 2015, h.15)
a. Pengolahan Data
Data dalam penelitian kuantitatif merupakan hasil pengukuran terhadap
keberadaan suatu variabel. Variabel yang diukur merupakan gejala yang menjadi
sasaran pengamatan penelitian. Data yang diperoleh melalui pengukuran
variabel dapat berupa data nominal, ordinal, interval atau rasio. Pengolahan data
adalah suatu proses untuk mendapatkan data dari setiap variabel penelitian yang
siap dianalisis. Pengolahan data meliputi kegiatan pengeditan data, tranformasi
data (coding), serta penyajian data sehingga diperoleh data yang lengkap dari
masing- masing obyek untuk setiap variabel yang diteliti (Dalam jurnal, Nur
Aedi, 2010).
b. Pengeditan Data (Editing)
Pengeditan adalah pemeriksaan atau koreksi data yang telah dikumpulkan.
Pengeditan dilakukan karena kemungkinan data yang masuk (raw data) tidak
memenuhi syarat atau tidak sesuai dengan kebutuhan. Pengeditan data dilakukan
untuk melengkapi kekurangan atau menghilangkan kesalahan yang terdapat pada
data mentah. Kekurangan dapat dilengkapi dengan mengulangi pengumpulan
data atau dengan cara penyisipan (interpolasi) data. Kesalahan data dapat
dihilangkan dengan membuang data yang tidak memenuhi syarat untuk
dianalisis.Contoh kegiatan dalam pengeditan data adalah pemeriksaaan kuesioner
yang telah diisi oleh responden.
Aspek-aspek yang perlu diperiksa antara lain kelengkapan responden dalam
mengisi setiap pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner. Jika pengisian belum
lengkap, peneliti dapat meminta responden untuk mengisinya kembali. Jika hal
itu tidak dapat dilakukan, sebaiknya kuesioner tersebut tidak digunakan untuk
II-18

kepentingan analisis data. Aspek lain yang harus diperiksa adalah konsistensi
responden dalam hal pengisian kuesioner. Misalnya, ketika ditanyakan tentang
status perkawinan responden memberikan jawaban belum kawin, akan tetapi
ketika ditanya jumlah anak responden menjawab 2 orang. Dari kedua jawaban
tersebut, terlihat inkonsistensi dalam memberikan jawaban. Artinya, terdapat
salah satu jawaban yang salah. Hal-hal seperti inilah yang perlu dicermati pada
tahap pengeditan data (Dalam jurnal, Nur Aedi, 2010).
1. Coding dan Tranformasi Data
Coding (pengkodean) data adalah pemberian kode-kode tertentu pada tiap-
tiap data termasuk memberikan kategori untuk jenis data yang sama. Kode adalah
simbol tertertu dalam bentuk huruf atau angka untuk memberikan identitas data.
Kode yang diberikan dapat memiliki makna sebagai data kuantitatif (berbentuk
skor). Kuantikasi atau transformasi data menjadi data kuantitatif dapat dilakukan
dengan memberikan skor terhadap setiap jenis data dengan mengikuti kaidah-
kaidah dalam skala pengukuran (Dalam jurnal, Nur Aedi, 2010).
Tabulasi Data

Tabulasi adalah proses menempatkan data dalam bentuk tabel dengan cara
membuat tabel yang berisikan data sesuai dengan kebutuhan analisis. Tabel yang
dibuat sebaiknya mampu meringkas semua data yang akan dianalisis. Pemisahan
tabel akan menyulitkan peneliti dalam proses analisis data. Misalnya, seorang
peneliti melakukan pengukuran terhadap empat variabel yaitu: (1) Jenis
kelamin, Tingkat pendidikan, (4) Pengalaman kerja, (4) Kompetensi profesional,
serta (5) Kinerja guru (Dalam jurnal, Nur Aedi, 2010).
Selain menggunakan tabel, bentuk lain penyajian data adalah grafik atau
diagran. Grafik atau diagram biasanya dibuat berdasarkan tabel. Grafik
merupakan visualisasi data pada tabel yang bersangkutan. Berikut disajikan
contoh-contoh bentuk grafik atau diagram yang biasa digunakan dalam penyajian
data penelitian kuantitatif (Dalam jurnal, Nur Aedi, 2010).
1. Diagram Lingkaran (Pie Chart)
Digram lingkaran atau pie chart biasanya digunakan untuk melihat
komposisi data dalam berbagai kelompok. dibuat diagram lingkaran yang
II-19

memperlihatkan komposisi responden penelitian berdasarkan jenis kelamin yaitu


sebagai berikut:
40,00%

60,00%

Laki-laki dan Perempuan

Gambar 2.2: Contoh Diagram Lingkaran Komposisi Responden


60,00% Berdasarkan Jenis
kelamin
(Dalam jurnal, Nur Aedi, 2010).
2. Diagram Batang
Diagram batang biasanya digunakan untuk melihat perbandingan data
berdasarkan panjang batang dalam suatu diagram. dibuat diagram batang yang
memperlihatkan perbandingan jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan
yaitu sebagai berikut:

2
5

2
0

1
5

1
0

0
Diploma Sarjana Magister
Gambar 2.3: Contoh Diagram Batang Komposisi Responden
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
(Dalam jurnal, Nur Aedi, 2010).
2. SPSS (Statistical Product and Service Solutions)
SPSS adalah sebuah program aplikasi yang memiliki kemampuan analisis
statistik cukup tinggi serta system manajemen data pada lingkungan grafis dengan
II-20

menggunakan menu-menu deskriptif dan kotak-kotak dialog yang sederhana


sehingga mudah untuk dipahami cara operasiaanya. Beberapa akitivitas dapat
dilakukan dengan mudah dengan menggunakan menu-menu deskriptif dan kotak-
kotak dialog yang sederhana sehingga mudah untuk dilakukan dengan mudah
dengan menggunakan pointing dan clicking mouse. SPSS banyak digunakan
dalam berbagai riset pemasaran, pengendalian dan perbaikan mutu (quality
improvement), serta riset-riset sains. SPSS pertama kali muncul dengan versi PC
(bias dipakai untuk computer desktop) dengan nama SPSS/PC + (versi DOS).
Tetapi,dengan mulai populernya system operasi windows. SPSS mulai
mengeluarkan versi windows (mulai dari versi 6.0 sampai versi terbaru sekarang).
Pada awalnya SPSS dibuat untuk keperluan pengolahan data statistic untuk ilmu-
ilmu social,sehingga kepanjanagan SPSS itu sendiri adalaha Statistikal Package
for the Social Sciens. Sekarang kemampuan SPSS diperluas untuk melayani
berbagai jenis pengguna (user),seperti untuk proses produksi di pabrik,riset ilmu
sains dan lainnya. Dengan demikian,sekarang kepanjangan dari SPSS Statistical
Product and Service Solutions. SPSS dapat membaca berbagai jenis data atau
memasukkan data secara langsung ke dalam SPSS Data Editor. Bagaimanapun
struktur dari file data mentahnya,maka data dalam Data Editor SPSS harus
dibentuk dalam bentuk baris (cases) dan kolom (variables).Case berisi informasi
untuk satu unit analisis,sedangkan variable adalah informasi yang dikumpulkan
dari masing-masing kasus. (Dalam skripsi, Wisnu Waluyo, 2015, h.16)
3. Prinsip-prinsip SPSS
Untuk bias memahami cara kerja software SPSS (Statistical Package For
Social Sciences ) berikut ini dikemukakan kaitan anatara cara kerja computer
dengan SPSS dalam mengolah data. (Dalam skripsi, Wisnu Waluyo, 2015, h.16)

a. Komputer
Pada dasarnya komputer berfungsi mengolah data menjadi informasi yang
berarti. Data yang akan diolah dimasukkan sebagai input, kemudian dengan
proses pengolahan data oleh computer dihasilkan output berupa informasi
II-21

untuk kegunaan lebih lanjut. Pengolahan data menjadi informasi dengan


komputer :

Proses Output data


Input data
Komputer (Informasi)

b. Statistik
Statistik juga mempunyai fungsi yang mirip dengan computer,yaitu
mengolah data dengan perhitungan statistic tertentu lalu menjadi informasi
yang berarti. Cara kerja proses perhitungan dengan statistik :

Input Data Output Data


dengan data Proses Statistik dengan Output
editor Navigator

2.1.7 Hipotesis

Berdasarkan kutipan pendapat Prof. Drs. Sutrisno Hadi MA tentang


pemecahan masalah, peneliti seringkali tidak dapat memecahkan
permasalahannya hanya dengan sekali jalan. Permasalahan itu akan diselesaikan
segi demi segi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk tiap-tiap
segi, dan mencari jawabannya melalui penelitian yang dilakukan. Jawaban
terhadap permasalahan ini dibedakan atas 2 hal sesuai dengan taraf
pencapaiannya yaitu:

1. Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf teoretik, dicapai


melalui membaca.

2. Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf praktik, dicapai


setelah penelitian selesai, yaitu setelah pengolahan terhadap data.
Sehubungan dengan pembatasan pengertian tersebut maka hipotesis dapat
diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Berdasarkan arti katanya, hipotesis berasal dari 2 penggalan kata, yaitu
II-22

“hypo” yang artinya “di bawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran”. Jadi
hipotesis yang kemudian cara menulisnya disesuaikan dengan Ejaan Bahasa
Indonesia menjadi hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis.
Apabila peneliti telah mendalami permasalahan penelitiannya dengan
seksama serta menetapkan anggapan dasar, maka lalu membuat suatu teori
sementara, yang kebenarannya masih perlu di uji (di bawah kebenaran). Inilah
hipotesis. Selanjutnya peneliti akan bekerja berdasarkan hipotesis. Peneliti
mengumpulkan data-data yang paling berguna untuk membuktikan hipotesis.
Berdasarkan data yang terkumpul, peneliti akan menguji apakah hipotesis yang
dirumuskan dapat naik status menjadi tesa, atau sebaliknya, tumbang sebagai
hipotesis, apabila ternyata tidak terbukti.
Terhadap hipotesis yang sudah dirumuskan, peneliti dapat bersikap dua hal:
1. Menerima keputusan seperti apa adanya seandainya hipotesisnya tidak
terbukti (pada akhir penelitian).

2. Mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa data yang


terkumpul tidak mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian
berlangsung).
Untuk mengetahui kedudukan hipotesis antara lain:
1. Perlu diuji apakah ada data yang menunjuk hubungan antara variabel
penyebab dan variabel akibat.

2. Adakah data yang menunjukkan bahwa akibat yang ada, memang


ditimbulkan oleh penyebab itu.

3. Adanya data yang menunjukkan bahwa tidak ada penyebab lain yang bisa
menimbulkan akibat tersebut.

Apabila ketiga hal tersebut dapat dibuktikan, maka hipotesis yang dirumuskan
mempunyai kedudukan yang kuat dalam penelitian.

Namun tidak selalu semua penelitian harus berorientasikan hipotesis,


walaupun hipotesis ini sangat penting sebagai pedoman kerja dalam penelitian.
Jenis penelitian eksploratif, survei, atau kasus, dan penelitian development
II-23

biasanya justru tidak berhipotesis karena tujuan penelitian jenis ini bukan untuk
menguji hipotesis tetapi mempelajari tentang gejala-gejala sebanyak-banyaknya.

1. Syarat – Syarat Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang penting kedudukannya dalam


penelitian. Oleh karena itulah maka dari peneliti dituntut kemampuannya untuk
dapat merumuskan hipotesis ini dengan jelas.

Borg dan Gall (1979: 61) mengajukan adanya persyaratan untuk hipotesis
sebagai berikut:

a. Hipotesis harus dirumuskan dengan singkat tetapi jelas.

b. Hipotesis harus dengan nyata menunjukkan adanya hubungan antara dua


atau lebih variabel.

c. Hipotesis harus didukung oleh teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli
atau hasil penelitian yang relevan.

2. Jenis-jenis Hipotesis

Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian:

 Hipotesis kerja atau alternatif, disingkat Ha.

Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y,


atau adanya perbedaan antara dua kelompok. Rumusan hipotesis kerja:

a. Jika... maka...

b. Ada perbedaan antara... dan... dalam...

c. Ada pengaruh... terhadap...

 Hipotesis nol (null hypotheses) disingkat Ho.

Hipotesis ini menyatakan tidak ada perbedaan antara dua variabel, atau
tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Dengan kata lain, selisih
variabel pertama dengan variabel kedua adalah nol atau nihil.

Hipotesis nol sering juga disebut hipotesis statistik, karena biasanya


dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan
II-24

statistik.

Rumusan hipotesis nol:

a. Tidak ada perbedaan antara... dengan... dalam...

b. Tidak ada pengaruh... terhadap...


Dalam pembuktian, hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi Ho, agar peneliti
tidak mempunyai prasangka. Jadi, peneliti diharapkan jujur, tidak terpengaruh
pernyataan Ha. Kemudian dikembangkan lagi ke Ha pada rumusan akhir
pengetesan hipotesis.
II-25

2.2 Kerangka Pikir


Kerangka pikir adalah dasar pemikiran dari penelitian yang berdasarkan
dari fakta-fakta, observasi dan telaah kepustakaan. Oleh karena itu, kerangka
berpikir memuat teori, dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar
penelitian. Uraian dalam kerangka berpikir menjelaskan hubungan dan keterkaitan
antara variable penelitian.
Untuk memudahkan dalam penelitian, peneliti menyusun alur kerangka
pikir sebagai berikut :

INPUT

1. Data absensi karyawan


2. Kuesioner karyawan

PROSES

1. Mengumpulkan data dan


kuesioner
2. Metode Regresi
3. Uji Validasi
4. Uji Reliabilitas
5. SPSS (Statistical Product
and Service Solutions)

OUTPUT

Pengaruh disiplin kerja, pelatihan dan motivasi


terhadap peningkatan kinerja karyawan pt. Siix
Electronics Indonesia

Anda mungkin juga menyukai